Makalah Industri Gula Pasir.docx

  • Uploaded by: Andi Ismul Maulana
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Industri Gula Pasir.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,305
  • Pages: 20
Makalah Kimia Terapan

INDUSTRI GULA PASIR (PABRIK GULA MADUKISNO BANTUL)

SRI WULANDARY

H311 16 503

ANDI ISMUL MAULANA

H311 16 008

DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pabrik Industri Gula Pair” Makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada dosen pembimbing Prof. Dr. Abd. Wahid Wahab, M.Sc. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhirnya kami mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Makassar, Februari 2018

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran penting di sektor pertanian, khususnya sub sektor perkebunan dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai bahan pangan sumber kalori yang menempati urutan ke-4 setelah padi-padian, pangan hewani, minyak dan lemak dengan pangsa pasar sebesar 6,7%. Permintaan gula secara nasional akan terus meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan masyarakat, dan pertumbuhan industri pengolahan makanan dan minuman serta adanya dukungan kondisi agroekosistem, luas lahan, dan tenaga kerja menjadikan Indonesia potensial sebagai produsen gula dunia. Industri gula pasir merupakan industri yang strategis, karena gula merupakan salah satu pendukunh ketahanan pangan guna memenuhi kebutuhan pokok masyarakat dan menjadi salah satu pilar pembangunan pertanian yang menyerap tenaga kerja cukup besar. Industri gula juga merupakan salah satu industri perkebunan tertua dan terpenting di Indonesia. Pada tahun 1930-1940-an Indonesia pernah menjadi salah satu produsen dan eksportir gula pasir terbesar kedua di dunia setelah Kuba. Namun dengan menurunnya produksi gula nasional, Indonesia menjadi Negara pengimpor gula terbesar nomor dua setelah Uni Eropa setara dengan Amerika Serikat. Berdasarkan uraian diatas mengenai industri pabrik gula yang ada di Indonesia, maka makalah ini dibuat untuk membahas lebih lanjut mengenai hal-hal apa saja yang menyangkut dengan proses-proses serta masalah dan penyelesaian yang terdapat dalam suatu industri tersebut.

1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini yaitu: a. Apa saja permasalahan yang sering muncul pada industri gula sehingga mempengaruhi tingkat produksi gula pasir? b. Bagaimana upaya untuk meningkatkan produksi gula pasir? c. Bagaimana proses produksi gula pasir pada pabrik tersebut?

1.3 Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini yaitu: a. Mengetahui masalah-masalah yang timbul pada pabrik gula yang menyebabkan produksi gula pasir tersebut tidak stabil. b. Mengetahui upaya penyelesaian masalah yang timbul dalam proses produksi pada pabrik gula pasir. c. Mengetahui cara, metode dan proses produksi gula pasir pada pabrik gula.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masalah yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Gula Pasir pada Pabrik Terdapat beberapa hal yang sering terjadi pada suatu pabrik industri sehingga dapat mempengaruhi hasil produksi. Pada industri gula pasir, terdapat tiga masalah utama yang dihadapi oleh Indonesia berkaitan dengan masalah gula. Pertama, produksi gula cenderung mengalami penurunan yang disebabkan antara lain penerapan teknologi off farm (pasca panen) dan efisiensi pabrik gula yang rendah. Kedua, impor gula yang semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh harga gula di pasar internasional tidak menggambarkan tingkat efisiensi yang sebenarnya karena dijual di bawah ongkos produksinya. Ketiga, harga gula di pasar domestic tidak stabil disebabkan oleh sistem yang kurang efisien. Menurunnya tingkat produksi gula disebabkan berbagai permasalahan hampir meliputi seluruh hierarki, mulai dari sektor perkebunan, proses pengolahan di pabrik gula, dan kebijakan gula. Permasalahan yang terjadi pada tingkat perkebunan akan menimbulkan permasalahan pada tingkat pabrik dan sebaliknya sehingga untuk dapat meiningkatkan produksi gula, perbaikan yang dilakukan tidak hanya di perkebunan atau pabrik saja, tetapi harus dilakukan dari perkebunan sampai ke pabrik. Kemunduran gula domestic disebabkan oleh menurunnya produktivitas dan efisiensi industri gula secara keseluruhan, mulai dari pertanaman tebu hingga pabrik gula. Rendahnya produktivitas disebabkan oleh sistem budidaya ratoon (merawat akar yang masih ada di dalam tenah setelah penebangan, agar tunas tidak dorman/tidur) dengan keprasan (pemotongan panen) yang lebih dari tiga kali, bahkan hingga belasan kali, dengan pemeliharaan yang kurang memadai sehingga sebagian

besar tanaman terserang hama dan penyakit. Sebenarnya, permasalahan pada perkebunan tebu bukan hanya itu saja, namun sebagai salah satu faktor, hama dan penyakit yang tidak dikendalikan dengan baik dapat menyebabkan kerugian besar, mengingat tanaman tebu membutuhkan modal yang tidak sedikit. Kendala lain yang mempengaruhi produksi gula yaitu masalah yang dialami oleh petani tebu yang rendahnya produktivitas tanaman. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas adalah serangan hama uret. Permasalahan yang sering muncul di pabrik gula adalah mengenai kondisi mesin yang sering mengalami kerusakan sehingga mengakibatkan jam berhenti giling pabrik tinggi. adanya jam berhenti giling (downtime) pabrik yang tidak sesuai dengan perencanaan dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada tebu yang sudah ditebang, yaitu penurunan kadar gula dalam tebu. Rendahnya kinerja pabrik juga menjadi salah satu dari banyak masalah yang menjadi kendala besar dalam peningkatan produksi gula, terumana pabrik gula milik pemerintah. Ukuran kinerja pabrik yang paling utama dan penting adalah rendamen yaitu nisbah produksi kristal gula yang dihasilkan terhadap bobot tebu yang digiling. Banyak faktor yang mempengaruhi rendamen antara lain adalah mutu tebu dan efisiensi pabrik. Tebu yang baik mengandung nira dengan kadar gula yang tinggi. Varietas tanaman dan teknologi budidaya menjadi penentu kualitas tebu selain faktor alam seperti iklim dan kesuburan tanah. Rendamen sangat bervariasi menurut pabrik (bukan lokasi). Dengan faktor alam yang baik dan aspek teknis yang seharusnya dapat dikendalikan, maa perbedaan ini terlalu besar. Perbedaan tersebut mengindikasikan bahwa faktor penyebab utama rendahnya rendamen berhubungan dengan aspek teknis (seperti kondisi alat dan mesin) dan manajerial (seperti penjadwalan tebang dan angkut yang menyebabkan penundaan giling).

Pabrik gula dalam berbagai keterbatasan telah melakukan upaya untuk meperbaiki kinerja, tetapi masih mengalami berbagai kendala yang disebabkan antara lain: a. Kesulitan memperoleh lahan, terutama skala besar dalam satu kawasan b. Pengembangan lahan tebu yang mengarah ke lahan kering sehingga biaya angkut tebu meningkat c. Jumlah produksi gula kurang dari 250.000 kwintal per tahun sehingga harga pokok produksi masih mahal d. Mutu bahan baku tebu belum optimal sehingga biaya produksi pabrik gula tidak efisien e. Kapasitas giling masih banyak yang di bawah 2.000 ton tebu per tahun Pabrik gula dalam keterbatasan selalu berupaya untuk meningkatkan produksi, terutama dalam memperbaiki kinerja, namun terdapat beberapa kendala yang disebabkan oleh: a. Kesulitan memperoleh lahan, terutama skala besar dalam satu kawasan. b. Pengembangan lahan tebu yang mengarah ke lahan kering sehingga biaya angkut tebu meningkat. c. Jumlah produksi gula kurang dari 250.000 kwintal per tahun sehingga harga pokok produksi masih mahal. d. Mutu bahan baku tebu belum optimal sehingga biaya produksi pabrik gula tidak efisien. e. Kapasitas giling masih banyak yang dibawah 2.000 ton tebu per hari.

2.2 Upaya untuk Meningkatkan Produksi Gula Pasir Indonesia adalah Negara pengimpor gula terbesar dengan rata-rata impor sekitar dua juta ton per tahun. Berbagai upaya untuk meningkatkan produksi belum mampu mengimbangi pertumbuhan pesat permintaan untuk konsumsi langsung dan penggunaan pabrik. Banyak kendala yang menghadang peningkatan produksi antara lain keterbatasan bahan baku, kinerja pabrik yang kurang baik, keterbatasan modal investasi, dan keterbatasan lahan untuk perluasan perkebunan tebu. Melihat kondisi tersebut yang menyebabkan turunnya produksi gula, maka ada beberapa faktor-faktor yang terkait dalam upaya peningkatan produksi yang biasanya dituliskan dalam bentuk 5M. 5M adalah istilah yang merujuk pada faktor produksi utama yang dibutuhkan agar dapat beroperasi secara maksimal. Dari kelima faktor tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Adapun 5M meliputi: a. Man: manusia sebagai tenaga kerja b. Machine: mesin sebagai fasilitas operasional produksi c. Money: uang sebagai modal untuk pembiayaan kegiatan perusahaan d. Method: metode pelaksanaan kegiatan perusahaan e. Material: bahan baku untuk diolah hingga menjadi produk akhir Salah satu dari banyak masalah yang menjadi kendala besar dalam peningkatan produksi adalah rendahnya kinerja pabrik gula nasional, terutama pabrik gula milik pemerintah (Badan Usaha Milik Pemerintah/BUMN). Ukuran kinerja pabrik yang paling utama dan penting adalah rendamen yaitu nisbah produksi kristal gula yang dihasilkan terhadap bobot tebu yang digiling. Rendamen sangat bervariasi menurur pabrik (bukan local) yakni 6,41-9,68 %. Dengan faktor alam yang baik dan aspek teknis yang seharusnya dapat dikendalikan, maka perbedaan ini terlalu besar.

Terlepas dari masalah tersebut, maka upaya lain yang dapat dilakukan agar meningkatkan produksi gula nasional yaitu: a. Meningkatkan produksi hingga 3.337.227,85 ton dengan perbaikan angka rendamen pabrik terbaik yang dapat dicapai saat ini, yaitu 9,68%. Dengan kondisi ini Indonesia hanya perlu mengimpor sebesar sekitar 1,2 juta ton dari kondisi riel 1,72 juta ton pada tahun 2014. b. Meningkatkan produktivitas tebu hingga 95 ton/ha yang diikuti dengan perbaikan tingkat kemanisan yang tinggi dan efisiensi pabrik (rendamen 10%) dapat menghasilkan gula sebanyak 4,18 juta ton gula per tahun atau setara dengan sekitar 79% dari kebutuhan gula tahun 2014 yakni sebesar 5,32 juta ton. c. Mengembangkan ekstensifikasi dengan penambahan pabrik pada wilayah potensial, yakni sekitar 120 ribu ha, tersebar di Kabupaten Marauke-Papua, Tinanggea-Sulawesi Tenggara, Wajo-Sulawesi Selatan dan Sambas-Kalimantan selatan. Luasan ini dapat menghasilkan 1,14 juta ton gula. Dengan demikian melalui perbaikan dan ekstensifikasi terbatas dapat meningkatkan produksi hingga 5,32 juta ton, persis sama dengan kebutuhan gula tahun 2014. d. Memperbaiki secara serius budidaya tebu dan perbaikan kinerja pabrik sehingga menarik bagi petani untuk mengembangkan budidaya tebu yang disertai dengan ekstensifikasi dapat memproduksi gula hingga 17.765.000 toh per tahun. Inilah potensi terbesar produksi gula nasional. Mengacu pada keberhasilan industri di Thailand, terdapat beberapa fakta yang dapat menjadi pendukung upaya peningkatan produksi gula yang tidak sepenuhnya dimiliki oleh pabrik gula di Indonesia, yaitu: 1. Penguatan dukungan pemerintah yang nyata dan operasional 2. Pembangunan perkebunan tebu berskala ekonomis dan besar

3. Pengembangan kerjasama petani dan pebrik yang sejajar, saling membutuhkan dan saling menguntungkan 4. Perbaikan kinerja pabrik yang baik menurut kaidah perekayasaan 5. Pembangunan infrastruktur yang memadai 6. Pengembangan industri berbasis tebu dengan variasi produk yang luas

2.3 Proses Produksi Gula Pasir Untuk menghasilkan produk yang disukai oleh konsumen, maka diperlukan produk dengan kaulitas yang tinggi. kualitas produk yang dihasilkan oleh masingmasing produsen tentunya berbeda-beda. Hal ini menuntut produsen dan pabrik untuk memastikan bahwa pengembangan produk dan pengawasan yang diterapkan pun harus baik. Salah satu perusahaan industri yang bergerak dalam persaingan produk gula pasir adalah Pabrik Gula Madukismo. Pabrik Gula Madukismo merupakan industri yang menerapkan perkembangan produk dan pengawasan mutu agar dapat meningkatkan hasil produksi gula yang baik, mulai dari awal pemilihan bahan baku, hingga proses akhir produksi. PG. Maduksimo adalah satu-satunya pabrik gula yang terletak di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan juga mengemban tugas untuk mensukseskan program pengadaan pangan nasional, khususnya gula pasir. Produk utama yang dihasilkan oleh PG. Maduksimo adalah gula kristal putih. produk kristal gula putih yang dihasilkan oleh PG. Maduksimo memiliki kualitas SHS IA (Super High Sugar) dengan nilai kemurnian yang melebihi 70. PG. Maduksimo memiliki 3 jenis produk gula, yaitu gula pasir yang dikemas dalam kemasan plastik

500 g, gula pasir

dalam kemasan plastik 1 kg, dan juga gula pasir yang dikemas dengan kemasan karung 50 kg.

Visi dan Misi Perusahaan Visi Visi dari PT. Madu Baru PG Madukisno adalah menjadi perusahaan Agro Industri yang unggul di Indonesia dengan petani sebagai mitra sejati.

Misi Misi dari PT. Madu Baru PG Madukisno adalah: 1. Menghasilkan gula dan etanol yang berkualitas untuk memenuhi permintaan masyarakat dan industri di Indonesia 2. Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang ramah lingkungan, dikelola secara professional dan inovatif, memberikan pelayanan yang prima kepada pelanggan serta mengutamakan kemitraan dengan petani 3. Mengembangkan produk atau bisnis baru yang mendukung bisnis ini 4. Menempatkan keryawan dan stake holders lainnya sebagai bagian terpenting dalam proses penciptaan keunggulan perusahaan dan pencapaian share holders value

Struktur Organisasi Susunan kepengurusan PT. Madu Baru terbagi menjadi 4 bagian, yaitu Komisaris utama, komisaris, direktur, dan juga General Manager. Berikut merupakan struktur kepengurusan saat ini: 1. Komisaris utama

: GKR Pembayun

2. Komisaris

: Drs. H. Sumargono Kusumohadiningrat Ir. Agus Purnomo, Msi.

3. Direktur

: Ir. Rachmad Edi Cahyono, Msi.

4. General Manager

: Ir. Rachmad Edi Cahyono, Msi.

Ketenagakerjaan Dalam sistem ketenagakerjaan dilakukan penggolongan karyawan berdasarkan masing-masing aspek kerja.Penggolongan Karyawan berdasarkan sistem pengupahan dibagi menjadi 2, yaitu: a. Karyawan Tetap Karyawan tetap yaitu karyawan yang masa kerjanya tidak ditentukan dan diawali dengan masa percobaan selama kurang lebih 3 bulan. Pada umumnya, tenaga kerja jenis ini dibagi menjadi 2 yaitu Karyawan Pimpinan dan Karyawan Pelaksana. Kedua tenaga kerja ini dibedakan berdasarkan sistem pengupahan. b. Karyawan Tidak Tetap Karyawan Tidak Tetap adalah karyawan yang bekerja dalam jangka waktu tertentu, biasanya hanya pada masa giling. Karyawan tidak tetap dibagi menjadi 3, yaitu : 1. Karyawan Kerja Waktu Tertentu atau KKWT atau musiman. Karyawan Kerja Waktu Tertentu hanya bekerja pada masa produksi saja. 2. Karyawan Borong (hanya bekerja bila ada pekerjaan borong). Karyawan harian lepas atau karyawan borong adalah karyawan yang bekerja secara insidential sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Keselamatan dan Kesejahteraan Kerja (K3) Untuk menjamin keselamatan dan kesejahteraan para karyawan yang ada, maka PT. Madubaru, PG. dan PS. Madukismo memberikan jaminan sosial antara lain: 1. Semua karyawan diikutkan program Jamsostek. 2. Jaminan hari tua 3. Koperasi karyawan dan pensiunan.

4. Perumahan dinas 5. Poliklinik dan klinik KB perusahaan. 6. Taman Kanak-kanak. 7. Sarana olahraga. 8. Pakaian dinas. 9. Biaya pengobatan dan rekreasi karyawan dan keluarga.

Waktu Kerja Waktu kerja untuk setiap karyawan PG. Madukismo berbeda – beda. Pembagian waktu kerja dibedakan menjadi dua, yaitu karyawan pabrikasi dan karyawan administrasi. 1. Bagian Pabrikasi Karyawan bagian pabrikasi memiliki pergantian shift kerja/plug sebanyak tiga kali dalam sehari. Adapun shift kerja bagian pabrikasi adalah sebagai berikut. 

Shift I : 06.00-14.00



Shift II : 14.00-22.00



Shift III : 22.00-06.00

2. Bagian Administrasi Untuk karyawan bagian administrasi memiliki jam kerja yaitu sebagai berikut : 

Senin- Kamis pukul 06.30 - 15.00 WIB



Jumat- Sabtu pukul 06.30- 11.30 WIB

Proses Produksi Dalam proses pembuatan gula kristal di PG. Maduksimo, bahan baku utama yang diperlukan adalah tebu. Tebu merupakan komoditas perkebunan yang penting di Indonesia dan erat kaitannya dengan industri gula. Tebu yang

digunakan berasal dari petani-petani berbagai daerah di pulau Jawa. Contohnya yaitu dari daerah Sragen, Purbalingga, dan Kidul Tanjung. Selain dari petani, tebu yang digunakan juga ada yang berasal dari kebun milik PG. Madukismo sendiri. Kadar gula dalam tebu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu varietas tebu itu sendiri, dan faktor eksternal yaitu iklim, tanah, serta perawatan atau pemeliharaan yang dilakukan. Faktor yang paling nyata adalah faktor iklim. Kualitas tebu yang diambil oleh PG. Maduksimo untuk digunakan dalam proses produksi, haruslah tebu yang memenuhi standar yang ada pada PG. Maduksimo. Pada dasarnya, tebu harus bersih, segar, manis, umur masa pendek, tahan terhadap hama penyakit, pertumbuhan cepat, tua, dan juga hasil panen tiap hektarnya tinggi. komposisi dari batang tebu data dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Komposisi tebu Bahan

Komposisi

Sukrosa

7 – 13

Gula reduksi

0,2 – 0,5

Air

69 – 75

Abu

0,3 – 1,8

Serat

10 – 16

Kandungan nitrogen

0,5 – 1

Bahan organik selain gula

0,5 -1

Proses produksi gula SHS di PG. Madukismo dibagi menjadi beberapa tahapan.

Tahapan-tahapan

tersebut

merupakan

penggilingan,

pemurnian,

penguapan/evaporasi, pemasakan/kristalisasi, puteran, dan penyelesaian. Pada proses

produksi PG. Madukismo ini masing-masing tahapan lebih dikenal dengan stasiun. Proses produksi dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 1. Proses pembuatan gula SHS PG. Maduksimo

a. Stasiun Penggilingan Stasiun penggilingan merupakan tahap dimana tebu digiling hingga didapatkan perasan nira yang akan dioleh menjadi gula. Proses penggilingan pada PG. Maduksimo dilakukan sebanyak 5 kali. Pertama-tama tebu masuk ke meja tebu untuk dilakukan penimbangan. Lalu setelah ditimbang, tebu masuk ke unigrator untuk dihancurkan dengan cara ditumbuk. Tebu yang sudah hancur kemudian masuk ke Gilingan I. pada gilingan I dihasilkan Nira Perahan Pertama dan sebagian hasil nira Gilingan I masuk ke Gilingan II begitu seterusnya hingga

terakhir pada Gilingan V. Pada proses Gilingan III, IV, dan V dilakukan penambahan air imbibes dengan suhu 70oC. Hasik akhir dari stasiun penggilingan adalah nira mentah dan ampas.

b. Stasiun Pemurnian Stasiun pemurnian memiliki tujuan untuk memurnikan nira mentah hasil dari Stasiun Gilingan. Nira akan dipisahkan dengan kotoran dengan menggunkana proses pengendapan. Nira mentah hasil penggilingan ditimbang lalu dipanaskan hingga 70 – 75oC. Lalu dilakukan penambahan susu kapur dan dihembusi dengan gas SO2 hingga pH nira menjadi 7 dan dipanaskan kembali hingga suhu 100 – 105oC. setelah itu nira masuk ke door clafier untuk diendapkan kotorannya dan terakhir disaring. Hasil akhir dari stasiun pemurnian adalah nira jernih.

c. Stasiun Penguapan (Evaporasi) Proses pemanasan pada stasiun penguapan ini adalah proses lenjutan setelah dilakukannya proses pemurnian nira pada stasiun pemurnian. Proses penguapan memiliki prinsip yaitu menguapkan air sehingga kadar air turun dn gula yang hilang menjadi sedikit dengan biaya seminimal mungkin. Hasil akhir dari proses penguapan adalah nira kental. Nira encer dari stasiun pemurnian masuk ke pemanas III hingga suhu nira mencapai 100 – 105oC. Selanjutnya nira masuk ke evaporator I dengan tekanan sebesar 136 cmHg, dan tekanan hampa/vakum sebesar 0,34 cmHg. Evaporator I akan menghasilkan nira kental I dan uap I. Selanjutnya nira kental masuk kembali ke dalam evaporator II dengan tekanan 102 cmHg dan tekanan vakum 10,4 cmHg, menggunakan uap I untuk proses pemanasannya, dan menghasilkan nira kental II dan uap II. Kemudian masuk ke evaporator III dengan kondisi tekaan 70 cmHg

tekanan vakum 37 cmHg, menggunakan uap II untuk proses pemanasannya, menghasilkan uap III dan nira kental III. Pada evaporator IV digunakan tekanan

40 cmHg dan tekanan vakum sebesar 65 cmHg dengan titik didihnya

sebesar 50-55oC.

d. Stasiun Kristalisasi (Pemasakan) Stasiun kristalisasi merupakan salah satu tahap pembuatan gula yang ada di PG. Madukismo. Proses kristalisasi (pemasakan) merupakan proses penguapan lanjutan yang bertujuan untuk memasak nira kental hasil dari stasiun penguapan. Pemasakan pada stasiun kristalisasi ini bertujuan untuk membentuk kristal gula. Hasil dari tiap pan pada stasiun kristalisasi adalah campuran gula kristal (bibit masakan) dan juga stroop yang berupa larutan. Masakan A menggunakan gula C sebagai bibit masakan dan juga stroop. Masalah C menggunakan gula D sebagai bibit dan juga stroop A. Sedangkan masakan D menggunakan foundan sebagai bibit masakan / inti kristal, dan stroop C. Hasil dari setiap pan ddialirkan dengan pipa menuju stasiun puteran agar dapat dipisahkan antara gula dan larutan/stroop. Pada masakan yang dilakukan di PG. Madukismo adalah A-C-D, dengan gula A (gula SHS) sebagai hasil akhirnya.

e. Stasiun Puteran (Proses Puteran) Pada stasiunh puteran dilakukan pemutaran yang bertujuan untuk memisahkan kristal gula yang terbentuk dengan larutannya (stroop, klare dan tetes). PG. Madukismo memiliki 2 jenis puteran yaitu puteran Low Grade Centrifuge Separator dan High Grade Centrifuge Separator. Low Grade Centrifuge Separator digunakan untuk memisahkan masakan dengan tingkat kemurnian yang

rendah, sedangkan High Grade Centrifuge Separator digunakan untuk memisahkan masakan dengan tingkat kemurnian yang tinggi.

f. Stasiun Penyelesaian dan Pengemasan Pada stasiun penyelesaian dan pengemasan, hasil akhir dari stasiun puteran diturunkan menuju gudang untuk dikemas melalu talang getar. Pada tahap ini terjadi proses pengeringan gula. Talang getar dilengkapi dengan pipa udara dingin, pipa udara panas, dan juga pipa penghisap debu yang dihubungkan dengan induced fan. Pengemasan dilakukan dengan karung sak dengan berat 50 kg netto, dan ada pula yang menggunakan plastik 1 kg. plastik yang digunakan adalah plastik OPP. Plastik OPP mudah untuk diseal dengan menggunakan panas, tahan terhadap air dan kelembaban sehingga sesuai bila digunakan sebagai bahan pengemas gula.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu: 1. Masalah utama yang mempengaruhi produksi pada pabrik gula pasir yaitu penerapan teknologi off farm (pasca panen), impor gula yang semakin tinggi dan harga gula dipasar domestic yang tidak stabil. 2. Terdapat 5 elemen utama yang dapat mempengaruhi upaya peningkatakn produksi gula, yang sering dikenal dengan 5M yaitu: man, mechine, money, method, material. 3. Proses pembuatan gula pada umumnya terdiri atas beberapa tahap, yaitu: penggilingan, pemurnian, evaporasi, ristalisaki, puteran, dan penyelesaian dan pengemasan.

DAFTAR PUSTAKA

Bantacut, T., 2013, Pengembangan Pabrik Gula Mini untuk Mencapai Swasembada Gula, Pangan, 19(2): 245-256. Tembang, D., 2014, Proses Produksi Gula Super High Sugar di PG. Madukismo Bantul, Universitas Katolik Soegijapranata: Semarang.

Related Documents


More Documents from ""