BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, dapat dilakukan berbagai aktivitas, baik itu merupakan kebiasaan seperti berdiri, berjalan, mandi, makan dan sebagainya atau berbagai aktifitas yang hanya kadang-kadang dilakukan. Untuk melakukan aktivitas itu dibutuhkan energi. Energi yang diperlukan ini diperoleh dari bahan makanan. Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga kelompok utama senyawa kimia, yaitu karbohidrat, protein dan lipid atau lemak. Dari ketiga unsur utama tersebut karbohidrat memegang peranan yang sangat penting karena merupakan sumber tenaga bagi kegiatan sehari-hari. Tanpa karbohidrat tersebut kemungkinan besar segala aktivitas yang dilakukan di tiap harinya akan menjadi terhambat (Poedjiadi dan Supriyanti, 1994). Karbohidrat yang berasal dari makanan mengalami metabolisme di dalam tubuh. Hasil metabolisme karbohidrat antara lain adalah glukosa yang terdapat dalam darah dan glikogen yang disintesis dalam hati dan digunakan oleh sel-sel pada jaringan otot sebagai sumber energi. Jadi ada bermacam-macam senyawa yang termasuk dalam golongan karbohidrat ini (Poedjiadi dan Supriyanti, 1994). Glukosa merupakan salah satu jenis karbohidrat penting dan termasuk dalam kelompok gula reduksi. Glukosa dapat digunakan untuk mereduksi ion kupri menjadi kupro sehingga reaksi ini dapat digunakan sebagai dasar di dalam penentuan glukosa dan dilakukan dengan berbagai metode Somogy-Nelson. Untuk lebih memahami dan membuktikan atau mengaplikasikannya, maka dilakukanlah percobaan ini.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan 1.2.1
Maksud Percobaan Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kadar glukosa dalam
sampel dengan menggunakan metode Somogy-Nelson. 1.2.2
Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar glukosa dalam
sampel dengan spektrofotometer 20D+ melalui metode Somogy-Nelson. 1. 3 Prinsip Percobaan Penentuan kadar glukosa dalam sampel melalui reduksi ion Cu2+ oleh glukosa sehingga membentuk endapan merah bata Cu2O dengan penambahan arsenomolibdat akan membentuk warna biru yang kemudian akan ditentukan kadarnya melalui spektrofotometer 20D+ pada panjang gelombang maksimal 680 nm. Nilai Absorbansi berhubungan dengan kadar glukosa dalam sampel.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Karbohidrat adalah aldehida polihidroksi atau keton, atau zat yang menghasilkan senyawa tersebut pada hidrolisis. Karbohidrat memiliki empiris rumus (CH2O)n, karbohidrat juga mengandung nitrogen, fosfor atau belerang. Ada tiga kelas utama karbohidrat yaitu: monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida Monosakarida atau gula sederhana, terdiri dari aldehida polihidroksi tunggal atau unit keton. Monosakarida yang paling banyak terdapat dialam adalah 6-karbon gula D-glukosa, disebut dekstrosa. Monosakarida lebih dari empat karbon cenderung memiliki struktur siklik (Nelson dan Cox, 2013). Molekul karbohidrat terdiri atas atom-atom karbon, hidrogen, dan oksigen. Jumlah atom hidrogen dan oksigen merupakan perbandingan 2:1 seperti pada molekul air. Sebagai contoh molekul glukosa mempunyai rumus kimia C 6H12O6 dan rumus sukrosa C12H22O11. Pada glukosa tampak bahwa jumlah atom hidrogen berbanding jumlah atom oksigen ialah dengan perbandingan 12:6 atau 2:1 dan pada sukrosa 22:11 atau 2:1 (Poedjiadi dan Supriyanti, 2007). Karbohidrat yang berasal dari makanan, dalam tubuh mengalami perubahan atau metabolisme. Hasil metabolisme karbohidrat antara lain glukosa yang terdapat dalam darah, sedangkan glikogen adalah karbohidrat yang disintesis dalam hati dan digunakan oleh sel-sel pada jaringan otot sebagai sumber energi. Jadi terdapat bermacam-macam senyawa yang termasuk golongan karbohidrat. Dari contoh-contoh dapat diketahui bahwa amilum atau pati, selulosa, glikogen, gula atau sukrosa dan glukosa merupakan beberapa senyawa karbohidrat yang penting pada kehidupan manusia (Poedjiadi dan Supriyanti, 1994).
Senyawa karbohidrat yang memiliki tiga sampai sembilan atom karbon disebut
monosakarida.
Gabungan
senyawa-senyawa
monosakarida
akan
membentuk senyawa karbohidrat yang lebih besar. Ikatan penghubung antara dua buah monosakarida disebut ikatan glikosida. Monosakarida juga dapat dikelompokkan menurut jumlah atom karbon yang dimilikinya. Bila mengandung tiga atom karbon, maka monosakarida tersebut disebut dengan triosa, tetrosa untuk yang mengandung empat atom karbon, pentosa untuk yang mengandung lima atom karbon, heksosa untuk yang mengandung enam atom karbon dan seterusnya (Ngili, 2009). Glukosa
merupakan
pusat
dari
semua
metabolisme.
Glukosa adalah bahan bakar universal bagi sel manusia dan merupakan sumber karbon untuk digunakan dalam proses sintesis sebagian besar senyawa lainnya. Semua jenis sel manusia menggunakan glukosa untuk memperoleh energi. Gula lain dalam makanan (terutama fruktosa dan galaktosa) diubah menjadi glukosa atau zat antara dalam metobolisme glukosa (Marks, dkk., 2000). Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa terdapat dalam buah-buahan
dan
madu
lebah.
Darah
manusia
normal
mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi yang tetap, yaitu
antara
70-100 mg tiap 100 mL darah. Glukosa darah ini dapat
bertambah setelah kita makan makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah itu jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Pada orang yang menderita diabetes mellitus atau kencing manis, jumlah glukosa darah lebih besar
dari
130 mg per 100 mL darah. Di alam, glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbon dioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun. Proses ini disebut fotosintesis dan glukosa yang terbentuk terus digunakan untuk pembentukan amilum atau selulosa (Poedjiadi, 1994). Secara normal kadar gula puasa dalam darah manusia dapat dipertahankan sekitar 60-100 mg/dL. Pada keadaan puasa kita tidak memperoleh makanan selama 12-16 jam, namun setelah makan, glukosa terserap ke tubuh dan kadar glukosa darah akan mulai meningkat, dan sampai pada batasnya selama satu jam berikutnya. Pada manusia normal angka maksimumnya adalah kurang dari 1,5 kali lipat dari kadar glukosanya (Puri, 2002). Menurut Kumar (2007), ketika kadar glukosa darah menurun, glukosa bebas akan didistribusikan menuju sirkulasi metabolisme yang berbeda-beda agar dapat menormalkan kadar glukosa darah. Ketika kadar glukosa darah meningkat, berbagai metabolisme akan aktif untuk mendukung penyimpanan glukosa. Analisis kadar glukosa dalam lindi dilakukan dengan menggunakan metode Nelson-Somogy menggunakan spektrometer UV-Vis. Proses yang sama
dilakukan pada larutan yang akan diuji kadar glukosanya. Jenis asam encer yang biasanya digunakan untuk hidrolisis ini adalah HNO3 dan H2SO4 encer. Tahapan hidrolisis yang menggunakan asam-asam encer yang terdiri dari dua tahap. Pada tahap pertama sebagian besar hemiselulosa akan mengalami proses hidrolisis. Tahap kedua optimasi untuk menghidrolisis selulosa dan menghasilkan glukosa. Campuran antara pereaksi Nelson dan sampel yang telah diencerkan juga akan memungkinkan terjadinya reaksi oksidasi dari fruktosa yang akan menghasilkan produk yang sama pada proses oksidasi glukosa. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat basa dari pereaksi Nelson sebagai hasil hidrolisis parsial (anion) beberapa garam komponen pereaksi tersebut. Adanya sifat basa larutan pereaksi Nelson memungkinkan fruktosa berada dalam kesetimbangan dengan glukosa dan manosa, oleh karena itu fruktosa dalam gula invert juga diukur sebagai gula pereduks (Arianie dan Idiawati, 2011). Penentuan gula invert dengan metode Nelson-Somogy merupakan analisis spektrofotometri metode kurva kalibrasi, sehingga tahapan awal dimulai dengan pembuatan kurva standar yang dibuat dengan mengukur absorbans larutan standar pada panjang gelombang maksimum (740 nm). Penentuan gula pereduksi dengan menggunakan metode Nelson-Somogy diawali dengan proses terjadinya reduksi komponen dari pereaksi Nelson oleh glukosa. Ion tembaga (II) dari pereaksi Nelson akan mengalami proses reduksi oleh glukosa dan kemudian akan menjadi tembaga (I). Proses pemanasan campuran sampel dengan pereaksi Nelson ini dimaksudkan untuk mempercepat reaksi dan mempertegas warna yang menunjukkan adanya gula pereduksi. Adanya gula pereduksi akan teridentifikasi dengan terbentuknya endapan berwarna merah bata yang berasal dari senyawa tembaga (I) oksida (Cu2O). Hasil reaksi pada tahapan ini akan menghasilkan
senyawa yang berwarna merah bata, namun senyawa tersebut tidak dapat digunakan secara langsung dalam analisis kuantitatif menggunakan metode spektrofotometri (Razak dkk., 2012). Spektrofometer ultra-violet dan sinar tampak suatu sumber cahaya dipancarkan melalui monokromator. Monokromator pada Spektrofometer berfungsi untuk menguraikan sinar yang masuk dari sumber cahaya tersebut menjadi pita-pita panjang gelombang yang diinginkan untuk pengukuran suatu zat tertentu. Dari monokromator tadi cahaya/energi radiasi tersebut akan diteruskan dan kemudian akan diserap oleh suatu larutan yang akan diperiksa di dalam kuvet. Kemudian jumlah cahaya yang akan diserap oleh larutan tersebut akan menghasilkan signal elektrik pada detektor, yang mana signal elektrik ini akan sebanding dengan cahaya yang diserap oleh larutan yang sedang diuji. Metode dari alat spektrofotometri ultra-violet dan sinar tampak bekerja berdasarkan pada hukum Lambert-Beer. Hukum tersebut menyatakan bahwa jumlah radiasi cahaya tampak, ultra-violet dan cahaya-cahaya lain yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan (Triyati, 1985). Spektrum elektronik senyawa pada fase uap kadangkadang menunjukkan struktur halus di mana sumbangan vibrasi individu dalam
dapat fase-fase
terganggu
padat,
teramati. tingkat
energi
Namun molekul
demikian
oleh
tetangga-tetangga dekatnya sehingga seringkali hanya tampak pita lebar. Semua molekul yang dapat mengabsorbsi radiasi dalam daerah UV-Vis karena mengandung
elektron yang
kemudian akan dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang di mana absorbsi itu terjadi akan sangat tergantung
pada seberapa kuat elektron itu terikat dalam
molekul tersebut. Elektron dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat dengan kuat akan sangat diperlukan dalam radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang pendek dalam proses eksitasinya (Day dan Underwood, 1998). Jika suatu molekul mengandung sebuah atom seperti klor yang mempunyai pasangan elektron menyendiri yakni sebuah elektron yang tak terikat (nonbonding) dapat dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi. Karena elektron nonbonding tak terikat
terlalu
kuat
seperti
elektron
bonding-sigma,
maka
absorbsinya terjadi pada panjang gelombang yang lebih panjang. Elektron dalam ikatan rangkap dua dan rangkap tiga agak mudah dieksitasikan menuju ke orbital yang lebih tinggi
(Day dan
Underwood, 1998). DAFTAR PUSTAKA
Arianie, L dan Idiawati, N., 2011, Penentuan Lignin Dan Kadar Glukosa Dalam Hidrolisis Organosolv Dan Hidrolisis Asam, Sains dan Terapan Kimia, 5(2): 140-150. Day, R.A., dan Underwood, A.L., 1998, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam, diterjemahkan oleh Sofyan, I., 1999, Erlangga, Jakarta. Kumar, A. J., 2007, Textbook of Biochemistry for Nurses, I.K., India. Marks, D. B., Marks, A. D., Smith, C. M., 2000, Biokimia Kedokteran Dasar, Penerbit GEC, Jakarta.
Nelson, D. L. dan Cox, M. M., 2013, Principles of Biochemistry, Universitas of Wisconsin, Madison. Ngili, Y., 2009, Biokimia : Struktur dan Fungsi Biomolekul (e-book), Graha Ilmu, Yogyakarta. Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta. Puri, D., 2006, Tektbook of Medical Biochemistry Jilid Kedua, Elsevier, India. Razak, A.R., Sumarni, N.K., dan Rahmat, B., 2012, Optimalisasi Hidrolisis Sukrosa Menggunakan Resin Penukar Kation Tipe Sulfonat, Jurnal Natural Science, 1(1): 119-131. Ratnayani, K., Adhi, S.N.M.A., dan Gitadewi, I.G.A.M.A.S., 2008, Penentuan Kadar Glukosa dan Fruktosa pada Madu Randu dan Madu Kelengkeng dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Jurnal Kimia, 2(2): 77-86. Srikanth, M., Venkateswara G.R. dan Sambasiva K.R.S.R., 2004, Modified Assay Procedure For The Estimation Of Serum Glucose Using Microwell Reader, Indian Journal of Clinical Biochemistry, 19(1): 34-35. Srivastava, A., Koushik, C., Shiru S., dan Neeraj S., 2013, Blood Glucose Monitoring Using Non Invasive Optical Method: Design Limitations and Challenges, International Journal of Advanced Research in Electrical, Electronics and Instrumentation Engineering, 2(1): 615-620.
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1. Bahan Percobaan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah reagen warna arsenomolibdat, larutan Nelson A, larutan Nelson B, larutan standar glukosa 1 mg/mL, larutan sampel yang mengandung glukosa X, tissue roll dan akuades.
3.2. Alat Percobaan Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini diantaranya ialah beberapa buah tabung reaksi, penangas air, spektronik 20D+, gelas piala 100 mL, gegep, batang pengaduk, bulb, rak tabung, gelas ukur 25 mL, labu semprot, pipet skala 0,2 mL, pipet skala 0,5 mL, pipet skala 1 mL dan sikat tabung.
3.3. Prosedur Percobaan 3.3.1 Pembuatan larutan induk Sebanyak 1 ml glukosa 10 mg/mL dipipet kedalam
tabung reaksi.
Kemudian ditambahkan dengan akuades 9 mL dan dihomogenkan 3.3.2. Pembuatan larutan standar Larutan induk dibuat dengan melakukan pengenceran terhadap larutan induk. Pembuatan larutan standar dengan konsentrasi 0,01 mg/mL, 0,02 mg/mL, 0,03 mg/mL, 0,04 mg/mL dan 0,05 mg/mL. Pertama larutan induk dipipet sebanyak 0,01 mL, 0,02 mL, 0,03 mL, 0,04 mL dan 0,05 mL. Kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi. Setelah itu kedalam tabung reaksi ditambahkan akudaes sebanyak hinggak volume totalnya 1 mL Larutan tersebut dihomogenkan. Perbandingan larutan standar dan akuades lainnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Pembuatan Larutan Standar Konsentrasi Volume Larutan (mg/mL) Induk (mL) 0,01 0,01
Volume Akuades (mL) 0,99
Volume Total (mL) 1
0,02 0,03 0,04 0,05 0,012
0,02 0,03 0,04 0,05 0,06
0,98 0,97 0,96 0,95 4,94
1 1 1 1 1
3.3.3 Pembuatan Reagen Nelson Pembuatan reagen nelson dengan mencampurkan nelson A dan nelson B dengan perbandingan 25 : 1. Dimana nelson A dipipet sebanyak 9,62 mL dan nelson B dipipet sebanyak 0,38 mL kemudian dihomogenkan. 3.3.4. Preparasi Larutan Sampel Larutan sampel yang digunakan dipipet sebanyak 1 mL ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan akuades sebanyak 9 mL dan dihomogenkan. Kemudian dari larutan yang telah diencerkan tersebut dipipet 1 mL dan ditambahkan lagi akuades sebanyak 9 mL sehingga telah dilakukan pengenceran 100 kali. Setelah itu dari larutan
tersebut
dipipet sebanyak 1 mL dan ditambahkan akuades
sebanyak 9 mL dan dihomogenkan, sehingga dilakukan pengenceran 1.000 kali. Kemudian hasil pengenceran tersebut
tersebut
dipipet sebanyak 5 mL dan
ditambahkan akuades sebanyak 5 mL dan dihomogenkan, sehingga dilakukan pengenceran 2.000 kali. Pada pengeceran terakhir, larutan tersebut dipipet kembali sebanyak 5 mL dan ditambahkan akuades sebanyak 5 mL dan dihomogenkan, sehingga faktor pengenceran yang digunakan adalah faktor pengenceran 4.000 kali. 3.3.5 Penentuan kadar glukosa Sebanyak 1 mL larutan standar, sampel dan blanko dipipet ke dalam tabung reaksi. Masing-masing ditambahkan 1 mL reagen Nelson ke dalam larutan
standar, sampel dan juga blanko kemudian dihomogenkan. Tabung reaksi dipanaskan selama 20 menit, lalu didinginkan dengan segera dalam air es. Sebanyak 1 mL larutan arsenomolibdat ditambahkan masing-masing ke dalam larutan sampel, standar dan contoh kemudian dihomogenkan serta ditambahkan akuades sebanyak 7 mL dan dihomogenkan kembali. Kemudian diukur absorbansi larutan sampel, standar dan blanko dengan menggunakan spectrometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimumnya yaitu 680 nm.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan Sebelum mengukur absorban dari masing-masing larutan, terlebih dahulu dilakukan pengukuran panjang gelombang maksimum. Larutan yang digunakan
untuk menentukan panjang gelombang maksimum pada percobaan ini yaitu larutan standar 0,004 mg/mL. Hasil penentuan panjang gelombang maksimum, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Panjang Gelombang (λ) Absorbansi 660
1,620
670
1,680
680
1,580
Panjang Gelombang Maksimum 1.7 1.68
Absorbansi
1.66 1.64 1.62 1.6 1.58 1.56 1.54 1.52 655
660
665
670
675
680
Panjang Gelombang Gambar 1. Grafik Panjang Gelombang Maksimum Tabel 2. Data Pengukuran Absorbansi Larutan Standar dan Sampel Konsentrasi (ppm)
Absorbansi (670 nm)
0,002
0,778
0,004
1,680
0,006
-
0,008
-
0,010
-
685
0,012
-
Sampel
0,306
Konsentrasi Vs Absorbansi
Absorbansi
2
1.68
1.5 1
0.78 f(x) = - 127.57x + 1.3 R² = 0.47
0.5 0 0
0
0
0
0
0
0
0.01
0.01
0.01
0.01
Konsentrasi Gambar 2. Hubungan antara konsentrasi dan absorbansi 4.2 Reaksi H
H OH
O
H
OH H
O
H + CuO
Cu2O +
OH
OH
H
H
OH
H
OH
H
OH
H
OH
CH2OH
CH2OH
Cu+
Cu+2 + 1e-
x3
MoO42- + 8H+ + 3e-
Mo3+ + 4H2O
x1
3 Cu+
3Cu2+ + 3e-
MoO42- + 8H+ + 3e-
Mo3+ + 4 H2O
3Cu+ + MoO42- + 8H+
3Cu2+ + Mo3+ + 4H2O
4.3 Pembahasan
0.01
Pada
percobaan
ini
dilakukan
tiga
persiapan
utama
sebelum sampel diukur yakni mempersiapkan larutan induk, larutan
standar
dan
larutan
sampel.
Larutan
induk
yang
digunakan pada percobaan ini dibuat dengan memasukkan 0,01 gram glukosa monohidrat ke dalam gelas kimia lalu ditambahkan sebanyak 10 mL. Kemudian dihomogenkan sehingga diperoleh larutan induk dengan konsentrasi
1 mg/mL. Dari larutan
induk inilah kemudian dibuat larutan standar dengan berbagai konsentrasi yaitu 0,002 mg/mL; 0,004 mg/mL; 0,006 mg/mL; 0,008 mg/mL; dan 0,010 mg/mL dengan cara memipet ke dalam tabung reaksi yang berbeda kemudian ditambahkan dengan akuades hingga volumenya menjadi
5 mL, kemudian
dihomogenkan. Sedangkan pada pembuatan larutan sampel dengan faktor pengenceran 10.000 kali yang dibuat dengan cara melakukan pengenceran 100 kali sebanyak dua kali yaitu dengan melarutkan 0,01 mL larutan sampel lalu ditambahkan dengan akuades sebanyak 0,99 mL. Jadi, larutan tersebut yaitu larutan pengenceran 100 kali. Kemudian dilakukan pengenceran 100 kali dengan mengambil 0,01 larutan pengenceran 100 kali yang telah didapatkan sebelumnya. Pembuatan
reagen
Nelson
yaitu
dengan
cara
mencampurkan larutan Nelson A sebanyak 9,4 mL dengan Nelson B sebanyak 0,6 mL. Setelah itu,
dihomogenkan. Setelah pembuatan reagen Nelson, kemudian reagen tersebut dicampurkan pada larutan sampel, larutan standar dan blanko kemudian dihomogenkan dan dipanaskan. Tujuan penambahan pereaksi Nelson adalah agar terjadi reduksi ion Cu2+ oleh glukosa (glukosa mengalami oksidasi) sedangkan tujuan pemanasan adalah agar reaksi berjalan dengan lebih cepat. Penambahan arsenomolibdat berfungsi untuk memberikan warna
biru
pada
sampel,
standar,
dan
blanko
agar
mempermudah pembacaan pada spektrofotometer. Setelah itu dicari panjang gelombang maksimumnya menggunakan larutan standar dengan konsentrasi 0,004 mg/mL. Setelah itu, diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum yakni 670 nm yang ditujukan untuk mengetahui absorban dari glukosa. Intensitas warna yang terbentuk bergantung pada konsentrasi glukosa. Semakin pekat warna larutan, semakin tinggi kadar glukosa yang terkandung di dalam larutan tersebut. Begitu pula sebaliknya, semakin pudar warna larutan, semakin rendah kadar glukosa yang terkandung di dalam larutan tersebut. Pada tabel data hasil pengukuran, dapat diketahui bahwa konsentrasi berbanding lurus dengan absorban. Artinya, semakin besar konsentrasi yang diperoleh maka makin besar pula absorbannya. Begitu pula sebaliknya semakin kecil konsentrasi yang diperoleh maka semakin kecil pula absorbannya. Kadar
glukosa dalam sampel cair yang diperoleh dari perhitungan setelah pengenceran
10.000 kali yaitu 78,12 mg/mL.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa kadar glukosa yang terdapat dalam sampel adalah 78,12 mg/mL. 5.2 Saran 5.2.1 Saran untuk Laboratorium Untuk laboratorium, agar dilengkapi lagi alat-alat serta bahan laboratorium untuk memperlancar praktikum. 5.2.2 Saran untuk Percobaan Saran untuk percobaan adalah sebaiknya pengenceran untuk sampel diketahui sehingga tidak terjadi kesalahan saat praktikum. 5.2.3 Saran Untuk Asisten Asisten sudah sangat baik dalam memberikan arahan serta bimbingannya. Perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi.