Makalah Fitoterapi.docx

  • Uploaded by: zatun niqy
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Fitoterapi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,656
  • Pages: 15
MAKALAH FITOTERAPI

OSTEOPOROSIS

DISUSUN OLEH :

NAMA : DZATUN NIQOTAINI NIM: 1500023151 KELAS : FKKB

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA TAHUN AKADEMIK 2018

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya sampaikan kehadiran ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan ridhonya sehingga saya telah dapat Menyelesaikan makalah yang berjudul tentang osteoporosis ini yang disusun berdasarkan materi yang telah ditentukan; Materi yang tertulis dalam makalah ini memang masih minim , karena saya berharap sebagai mahasiswa dapat mengadakan pengembangan diri untuk mencari lagi materi – materi yang belum lengkap. Saya bertujuan dengan makalah ini dapat membantu kita untuk belajar mandiri dan juga membuat mahasiswa lebih aktif dan giat dalam belajar.

Demikian makalah ini saya susun dan saya berharap bermanfaat dan dapat mendapingi kita dalam proses belajar, dan saya juga mengucapkan terima kasih banyak atas dukungan yang diberikan.

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Masyarakat atau populasi osteoporosis yang rentan terhadap fraktur adalah populasi lanjut usia yang terdapat pada kelompok di atas usia 85 tahun, terutama terdapat pada kelompok lansia tanpa suatu tindakan pencegahan terhadap osteoporosis. Proses terjadinya osteoporosis sudah di mulai sejak usia 40 tahun dan pada wanita proses ini akan semakin cepat pada masa menopause. Sekitar 80% penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi. Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis. Penyakit osteoporosis yang kerap disebut penyakit keropos tulang ini ternyata menyerang wanita sejak masih muda. Tidak dapat dipungkiri penyakit osteoporosis pada wanita ini dipengaruhi oleh hormon estrogen. Namun, karena gejala baru muncul setelah usia 50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini. Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Dapat dibayangkan betapa besar jumlah penduduk yang dapat terancam penyakit osteoporosis. Beberapa fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran akan ancaman osteoporosis berdasar Studi di Indonesia: •

Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%,



sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%.



Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050



Mereka yang terserang rata-rata berusia di atas 50 tahun, Satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang.



Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. (depkes, 2006)

Berdasar data Depkes, jumlah penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dan merupakan Negara dengan penderita osteoporosis terbesar ke 2 setelah Negara Cina.

BAB II TINJAUAN TEORITIS MEDIS

A. DEFENISI

Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah, tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal. Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang.  1.

KLASIFIKASI Osteoporosis Primer

 Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause  Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia baik pria maupun wanita 2.

Osteoporosis Skunder disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan :

 Kelainan hepar  Kegagalan ginjal kronis  Kurang gerak  Kebiasaan minum alkohol  Pemakai obat-obatan atau corticosteroid  Kelebihan kafein  Merokok

3.

Osteoporosis Idiopatik Yaitu : Osteoporosis yang tidak di ketahui penyebabnya dan di temukan pada Usia kanakkanak (juvenil), Usia remaja (adolesen), Pria usia pertengah.

B. EPIDEMIOLOGI 

Diperkirakan 200 juta orang di seluruh dunia menderita penyakit ini



1/3 wanita dan 1/5 pria > 50 tahun



40% penderita wanita dan 15-30% penderita pria akan mengalami patah tulang



Penuaan populasi di seluruh dunia berpengaruh pada peningkatan pesat insidensi osteoporosis

C. ETIOLOGI Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia diantara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.

Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obatobatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

D. TANDA DAN GEJALA Umumnya tidak ada tanda-tanda terjadinya osteoporosis di awal masa menurunnya kepadatan tulang. Namun beberapa kondisi berikut dapat menjadi gejala terjadinya osteoporosis, antara lain sakit punggung, postur tubuh bungkuk, menurunnya tinggi badan, lebih sering mengalami cedera/keretakan tulang. Berkurangnya kepadatan dapat membuat tulang rentan untuk retak. Keretakan biasanya terjadi pada tulang belakang, pergelangan tangan, lengan, atau tulang pangkal paha.

E.

1. a.

FAKTOR – FAKTOR RESIKO PENYEBAB OSTEOPOROSIS

Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Di Ubah

Faktor Mekanis Atau Usia Lanjut Faktor mekanis merupakan faktor yang terpenting dalarn proses penurunan massa tulang sehubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi

panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia, dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia. b.

Jenis Kelamin Osreoporosis tiga kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, perbedaan ini disebabkan oleh faktor hormonal dan rangka tulang yang lebih kecil.

c.

Faktor Genetik Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat dan berat dari pada bangsa kulit putih. Jadi seseorang yang mempunyai tulang kuat biasanya jarang terserang osteoporosis.

d.

Riwayat Keluarga Atau Keturunan Riwayat keluarga juga mempengaruhi penyakit osteoporosis, pada keluarga yang mempunyai riwayat osteoporosis, anak-anak yang dilahirkannya cenderung mempunyai penyakit yang sama.

e.

Bentuk Tubuh Kerangka tubuh dan skoliosis vertebra yang lemah juga dapat menyebabkan penyakit osteoporesis. Keadaan ini terutama terjadi pada wanita antara usia 50-60 tahun dengan identitas tulang yang rendah dan di atas usia 70 tahun dengan keadaan tubuh yng tidak ideal.

2.

Faktor Resiko Yang Dapat Di Ubah

a.

Kalsium Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya uisia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting, wanita-wanita pada masa pascamenopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak baik, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi berkurang maka kemungkinan terjadinya osteoporosis ada, pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang dan ekskresi melalui urin yang bertambah dapat menyebabkan kekurangan atau kehilangan estrogen serta pergeseran keseimbangan kalsium sejumlah 25 mg per sehari pada masa menopause.

b.

Protein Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negatif.

c.

Estrogen Berkurangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.

d.

Rokok Dan Kopi Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.

e.

Alkohol Alkoholi merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan pengguna alkohol mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti tentang pengguna alkohol.

f.

Gaya hidup. Aktifitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan penyangga berat badan merupakan stimulus penting bagi resorpsi tulang. Beban fisik yang terintegrasi merupakan penentu dari puncak massa tulang.

F. PATOFISIOLOGI

 Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling). Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulang  Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pd bagian trabekula  Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian trabekula pada usia lebih muda  Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-30 % dan pd wanita 40-50 %  Penurunan massa tulang lebih cepat pd bagian-bagian tubuh seperti metakarpal, kolum femoris, dan korpus vertebra  Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius bagian distal.

G.FITOTERAPI 

TERAPI FARMAKOLOGI

Kalsium dan suplemen vitamin D Kalsium dan suplemen vitamin D bermanfaat mengurangi risiko patah tulang pangkal paha. Usahakan mengonsumsi kalsium sebagai berikut: 

600 IU atau 15 mikrogram untuk orang dewasa di atas 20 tahun.



800 IU atau 20 mikrogram untuk manula di atas 70 tahun.

Jika Anda tidak mendapat cukup kalsium dalam pola makan Anda, tanyakan tentang kemungkinan konsumsi suplemen kalsium. Untuk mencegah keretakan tulang atau pengobatan osteoporosis, Anda memerlukan dosis kalsium sebanyak 1,2 gram per hari dan vitamin D sebanyak 20 mikrogram. Dosis ini hanya bisa didapatkan terutama dari obat-obatan yang diformulasikan dalam resep dokter.

Bisphosphonate Obat yang menjaga kepadatan tulang dan mengurangi risiko keretakan ini biasa diberikan dalam bentuk tablet atau suntikan. Bisphosphonate bekerja dengan memperlambat laju sel-sel yang meluruhkan tulang (osteoclast). Ada beberapa bisphosphonate berbeda seperti alendronate, etidronate, ibandronate, risedronate, dan asam zolendronic. Selalu ikuti petunjuk penggunaan obat yang diberikan dokter mengenai dosis dan cara konsumsi yang benar. Iritasi pada kerongkongan, kesulitan menelan, dan sakit perut bisa menjadi efek samping yang timbul dari mengonsumsi bisphosphonate meski belum tentu terjadi pada setiap orang. Efek samping lain yang sangat jarang terjadi adalah nekrosis pada rahang. Strontium ranelate Strontium ranelate dikonsumsi dalam bentuk bubuk yang dilarutkan dalam air. Obat ini bisa menjadi alternatif jika penggunaan bisphosphonate dirasa tidak cocok. Strontium ranelate memicu sel-sel yang membentuk jaringan tulang yang baru (osteoblasts) dan menekan kinerja sel-sel peluruh tulang. Efek samping yang mungkin timbul pada konsumsi strontium ranelate adalah mual dan diare.. Selective estrogen receptor modulators (SERMs) SERMs adalah obat yang menjaga kepadatan tulang dan mengurangi risiko retak, terutama pada tulang punggung. Satu-satunya bentuk SERMs yang tersedia untuk pengobatan osteoporosis adalah raloxifene, garam hidroklorida. Raloxifene dikonsumsi tiap hari dalam bentuk tablet. Efek samping penggunaan raloxifene adalah: 

rasa panas/berkeringat di malam hari



kram kaki



meningkatkan risiko terjadinya gumpalan darah

OSCAL

Komposisi: Tiap kapsul lunak mengandung Calcitriol 0,25 mcg dan 0,5 mcg.

Bentuk Sediaan: Kapsul lunak.

Farmakologi: Calcitriol merupakan suatu metabolit aktif vitamin D3 yang secara normal terbentuk di dalam ginjal dari zat prekursornya 25-hydroxycholecalciferol. Ada 2 tempat kerja utama Calcitriol yaitu pada usus dan tulang. Calcitriol meningkatkan absorbsi kalsium di usus dan mengatur mineral pada tulang. Absorpsi: Calcitriol segera diserap dari usus. Konsentrasi puncak dalam plasma tercapai dalam waktu 3 sampai 6 jam setelah pemberian tunggal 0,25-1 mcg peroral. Pada pemberian dosis multipel, konsentrasi Calcitriol serum mencapai kadar mantap dalam 7 hari dan berkorelasi dengan dosis Calcitriol yang diberikan. Distribusi: Kira-kira 99,9% Calcitriol terikat dalam darah. Ekskresi: Calcitriol mengalami siklus enterohepatik dan ekskresi bilier. Metabolit Calcitriol diekskresikan terutama di feses. Waktu paruh eliminasi Calcitriol dalam serum setelah pemberian oral dosis tunggal adalah 6-8 jam.

Indikasi: Osteoporosis pasca meopause, pasien pre dan dialisa, dan hiperparatiroidisme.

Dosis: Osteoporosis pasca menopause: 0,25 mcg 2 kali sehari. Kadar kreatinin dan kalsium serum harus diperiksa pada minggu ke-4, bulan ke-3 dan 6, dan selanjutnya tiap 6 bulan, Pasien predialisa: anjuran dosis: 0,25 mcg perhari. Bila tidak diperoleh hasil yang memuaskan, dosis dapat ditingkatkan 0,25 mcg perhari tiap 4-8 minggu. Hipertiroidisme dan rakhitis: anjuran dosis awal 0,25 mcg perhari setiap pagi hari. Bila tidak diperoleh hasil yang memuaskan, dosis dapat ditingkatkan 0,25 mcg perhari tiap 2-4 minggu.

Kontraindikasi: Hiperkalsemia, toksisitas vitamin D, dan hipersensitivitas terhadap Oscal.

Peringatan dan Perhatian: Pemberian Calcitriol

yang berlebihan dapat

menyebabkan hiperkalsemia dan

hiperfosfatemia. Hati-hati penggunaan pada ibu hamil dan menyusui.

Efek Samping: Awal: lemah, sakit kepala, mual muntah dsb. Lanjut: polidipsi, poliuri, berat badan turun, peningkatan SGOT SGPT dsb. 

TERAPI NON FARMAKOLOGI

 Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup. Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya semua wanita minum tablet kalsium setiap hari, dosis harian yang dianjurkan adalah 1,5 gram kalsium.  Melakukan olah raga dengan beban Olah raga beban (misalnya berjalan dan menaiki tangga) akan meningkatkan kepadatan tulang. Berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang.  Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu)

Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6 tahun setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause, masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah tulang. Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap payudara atau rahim. Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa digunakan sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon.  Hindari : Makanan tinggi protein, Minum alcohol, Merokok, Minum kopi, Minum antasida yang mengandung aluminium

BAB. IV PENUTUP

KESIMPULAN

Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal.

Adapun klasifikasi osteoporosis yaitu : 1. Osteoporosis Primer  Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause  Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia baik pria maupun wanita 2.

Osteoporosis Skunder disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan :

 Cushing's disease  Hyperthyroidism  Hyperparathyroidism  Hypogonadism  Kelainan hepar  Kegagalan ginjal kronis  Kurang gerak  Kebiasaan minum alkohol  Pemakai obat-obatan/corticosteroid  Kelebihan kafein  Merokok

3. Osteoporosis Idiopatik Yaitu : Osteoporosis yang tidak di ketahui penyebabnya dan di temukan pada : 1.

Usia kanak-kanak (juvenil)

2.

Usia remaja (adolesen)

3.

Pria usia pertengah

DAFTAR PUSTAKA  http/ wikipedia.com  Potter, Patricia A ( 2005 ). Buku Dasar Fudamental Keperawatan, Keperawatan ; Konsep, proses, dan praktik, EGC. Jakarta.  K.St Pamoentjak, Dr. Med. Ahmad (2003). Kamus Kedokteran arti dan keterangan istilah. Jakarta.  Frost HM, Thomas CC. Bone Remodeling Dynamics. Springfield, IL: 1963.

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""