Makalah Fisika Modern Kelompok 5.docx

  • Uploaded by: Eva Nurul Fatimah
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Fisika Modern Kelompok 5.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,018
  • Pages: 17
DUALISME GELOMBANG PARTIKEL : SIFAT PARTIKEL DARI GELOMBANG MAKALAH Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Modern Dosen pengampu :

Endah Kurnia Yuningsih, M.PFis. Winda Setya, M.Sc.

Disusun oleh Nama

: 1. Chentia Efrima (1162070019) 2. Eva Nurur Fatimah (1162070027)

Kelas/ Semester

: A/ V (Ganjil)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2018

1

KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Dualisme Gelombang Partikel : Sifat Partikel dari Gelombang untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Modern. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Dualisme Gelombang Partikel : Sifat Partikel dari Gelombang ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bandung, September 2018

Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii BAB I................................................................................................................................ 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1 A. Latar Belakang....................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2 C. Tujuan .................................................................................................................... 2 BAB II .............................................................................................................................. 3 ISI ..................................................................................................................................... 3 A. Efek Compton .......................................................................................................... 4 B. Bremsstrahlung ........................................................................................................ 9 C.Produksi Pasangan .................................................................................................. 11 BAB III ........................................................................................................................... 13 PENUTUP ...................................................................................................................... 13 A. Kesimpulan .......................................................................................................... 13

ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada fisika klasik kita memandang elektron, proton dan neutron sebagai partikel, sedangkan radiasi elektromagnetik, cahaya sinar x dan sinar g dipandang sebagai gelombang. Sebenarnya sifat gelombang dan sifat partikel merupakan suatu sifat yang berkaitan satu sama lain yang hanya bergantung pada jenis eksperimen yang diamati, berarti pada suatu keadaan tertentu partikel dapat berkelakuan seperti gelombang, sedangkan dalam keadaan tertentu lainnya gelombang dapat berkelakuan sebagai partikel jadi terdapat sifat dualisme dari partikel dan gelombang. Pada abad ke 17 Newton mengenalkan teori

korpuskular (Corpuskular theory) yang

menganggap cahaya terdiri dari partikel-partikel yang dipancarkan oleh suatu sumber. Sebaliknya teory gelombang dari Huygen menyatakan bahwa cahaya terdiri dari gelombang-gelombang. Eksperimen yang menunjang untuk teory Huygen yaitu : a. Eksperimen Young yang menunjukkan gejala difraksi dan interferensi hanya dapat diterangkan dengan teory gelombang cahaya. b. Persamaan-persamaan dari Maxwell c. Percobaan

Herz

tentang

(1887)

medan

elektromagnetik.

yang

membuktikan

membuktikan bahwa energi elektromagnetik (yang meliputi cahaya) mengalir secara kontinu dan terdiri dari gelombang- gelombang Pada abad ke 20 terdapat beberapa eksperimen fisika yang tidak dapat diterangkan dengan teori gelombang tapi dapat dijelaskan dengan memakai teori korpuskular dari Newton diantaranya gejala fisika tersebut adalah : Spektrum radiasi dari benda hitam; Efek foto listrik,Spektrum dari sinar x, Hamburan Compton. Untuk selanjutnya kita misalkan bahwa aliran dari energi radiasi elektromagnetik tidak lagi kontinu, tetapi dalam bentuk berkas-berkas energi yang diskrit dan disebut foton, karena dengan asumsi ini gejala-gejala diatas lebih mudah dijelaskan.

1

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, berikut adalah analisa permasalahannya yaitu : 1. Apa yang dimaksud dengan Dualisme Gelombang Partikel? 2. Apa saja sifat partikel dari gelombang? 3. Apa yang dimaksud dengan efek Compton? 4. Apa yang dimaksud dengan Bremsstrahlung ? 5. Apa yang dimaksud dengan Produksi Pasang?

C. Tujuan Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk: 1. Untuk mengetahui dualisme gelombang partikel. 2. Untuk mengetahui apa saja sifat partikel dari gelombang. 3. Untuk mengetahui apa itu efek compton. 4. Untuk mengetahui apa itu bremsstrahlung. 5. Untuk mengetahui apa itu produksi pasang.

2

BAB II ISI Pada 1845 Faraday menemukan bahwa sudut polarisasi dari sebuah sinar cahaya ketika sinar tersebut masuk melewati material pemolarisasi dapat diubah dengan medan magnet.Ini adalah bukti pertama kalau cahaya berhubungan dengan Elektromagnetisme. Faraday mengusulkan pada tahun 1847 bahwa cahaya adalah getaran elektromagnetik berfrekuensi tinggi yang dapat bertahan walaupun tidak ada medium. Teori ini diusulkan oleh James Clerk Maxwell pada akhir abad ke-19, menyebut bahwa gelombang cahaya adalah gelombang elektromagnet sehingga tidak memerlukan medium untuk merambat. Pada permukaannya dianggap gelombang cahaya disebarkan melalui kerangka acuan yang tertentu, seperti aether, tetapi teori relativitas khusus menggantikan anggapan ini. Teori elektromagnet menunjukkan yang sinar kasat mata adalah sebagian daripada spektrum elektromagnet. Teknologi penghantaran radio diciptakan berdasarkan teori ini dan masih digunakan. Kecepatan cahaya yang konstan berdasarkan persamaan Maxwell berlawanan dengan hukum-hukum mekanis gerakan yang telah bertahan sejak zaman Galileo, yang menyatakan bahwa segala macam laju adalah relatif terhadap laju sang pengamat. Pemecahan terhadap kontradiksi ini kelak akan ditemukan oleh Albert Einstein. Dalam fisika dan kimia, dualitas gelombang-partikel menyatakan bahwa cahaya dan benda memperlihatkan sifat gelombang dan partikel. Konsep utama dalam meknaika kuantum,dualitas menyatakan kekurangan konsep konvensional seperti “partikel” dan “gelombang” untuk menjelaskan perilaku kuantum. Ide awal dualitas berakar pada perdebatan tentang sifat cahaya dan benda sejak 1600-an, ketika teori cahaya yag saliang bersaing yang diusulkan oleh christiaan hyugens dan issac Newton. Melalui hasil kerja Albert Einstein, louis de Broglie dan lainnya, sekarang ini diterima bahwa seluruh objek memiliki sifat gelombang dan pertikel (meskipun fenomena ini hanya dapat terdeteksi dalam skala kecil, seperti atom).

3

A. Efek Compton Pada tahun 1922, Arthur H. Compton menunjukkan bahwa jika interpretansi kuantum dari radiasi elektromagnetik diterima, maka radiasi yang dihamburkan akan memiliki frekuensi yang lebih kecil daripada radiasi datang dan juga bergantung pada sudut hamburannya. Compton mengamati hamburan sinar-X oleh sasaran dari bahan grafit. Ketika ia menembakan sinar-X monokromatik pada grafit, ternyata sinar-X yang terhambur mempunyai panjang gelombang lebih besar dari sinar-X aslinya. Compton menyimpulkan bahwa efek demikian dapat dipahami sebagai benturan anatar foton dan elektron, dengan foton berperilaku seperti partikel. (Kusminarto, 2011:38) Analisis Compton, menyertakan tampilan hamburan radiasi elektromagnetik dari partikel bermuatan sebagai sebuah peristiwa tumbukan sempurna antara foton dan partikel bermuatan bebas, sebagaimana ditunjukkan gambar 9-2. Walaupun detil ini tidak diketahui, namun kekekalan energi dan momentum dapat diterapkan. Compton menemukan bahwa foton yang dihamburkan dalam suatu perubahan panjang gelombang ∆𝜆 adalah ∆𝜆 = 𝜆′ − 𝜆 = Kuantitas

ℎ 𝑚0 𝑐

ℎ (1 − cos 𝜃) 𝑚0 𝑐

biasanya disebut panjang gelombang Compton, nilainya untuk

sebuah elektron adalah 0,0243 Å. Perhatikan bahwa perubahan panjang gelombang ini bergantung hanya pada sudut hamburan 𝜃 dan tidak bergantung pada energi foton datang.

4

Compton menguji hubungan teorinya secara eksperimen melalui hamburan sinar x (𝜆 = 0,7 Å) dari grafit . energi sinar X tersebut (1,8 x 104 eV) lebih besar daripada beberapa kali nilai energi ikat elektron-elektron karbon terluar, sehingga pengansumsian elektron-elektron ini sebagai partikel-partikel bebas adalah pendekatan

Gambar 9-2

yang baik. (Gautreau & Savin, 2006, p. 53) Menurut teori kuantum cahaya, foton berlaku sebagai partikel, hanya foton tidak mempunyai massa diam. Jika hal ini benar kita harus bisa menganalisis tumbukan antara foton dengan elektron, misalnya dengan cara yang sama seperti bola biliard yang dianalisis dalam mekanika pendahuluan. Gambar 2.13 menunjukkan bagaimana tumbukkan seruppa itu digambarkan, dengan foton itu digambarkan, dengan foton sinar-x menumbuk elektron (yang mulamula dalam keadaan diam terhadap sistem koordinat laboratorium) dan kemudian mengalami hamburan dari arahnya semula sedangkan elktronnya menerima impuls dan mulai bergerak. Dalam tumbukkan ini foton dapat dipandang sebagai partikel yang kehilangan sejumlah energi yang besarnya sama dengan energi kinetik K yang diterima oleh elektron, walaupun sebenarnya kita mengamati dua foton yang berbeda. Jika foton semula mempunyai frekuensi v, maka foton hambur mempunyai frekuensi yang lebih rendah v’ , sehingga Kehilangan energi foton = Energi yang diterima elektron

5

ℎ𝑣 − ℎ𝑣 ′ = 𝐾

2.10

Dari Bab 1 kita ingat bahwa momentum partikel tak bermassa berkaitan dengan energi menurut rumus 𝐸 =𝑝𝑐

(1.24)

Karena energi foton ialah hv, momentumnya ialah 𝑝=

2.11

𝐸 𝑐

=

ℎ𝑣

Momentum foton

𝑐

Foton datang

Foton hambur 𝐸 ′ , 𝑝′

E, p

𝐸𝑒 , 𝑝𝑒

Gambar 2.13 Geometri hamburan Compton

Elektron hambur

Momentum, merupakan kuantitas vektor yang mempunyai arah dan besar dan dalam tumbukan momentum harus kekal dalam masing-masing sumbu dari kedua sumbu yang saling tegak-lurus. (Bila lebih dari dua benda yang bertumbukkan, tentu saja momentum harus kekal pada masing-masing sumbu dari ketiga sumbu yang saling tegak-lurus). Arah yang dipilih disini ialah arah foton semula dan satu lagi tegak-lurus pada bidang yang mengandung elektron dan foton hambur (Gambar). Momentum foton semula ialah ℎ𝑣/𝑐, momentum foton hambur ialah ℎ𝑣′/𝑐, dan momentum elektron mula sektor akhir ialah, berurutan, 0 dan p. Dalam arah foton semula Momentum mula = momentum akhir 2.12

ℎ𝑣 𝑐

+0=

ℎ𝑣′ 𝑐

cos ∅ + 𝑝 cos 𝜃

dan tegak lurus pada arah ini Momentum mula = momentum akhir

6

0=

2.13

ℎ𝑣′ 𝑐

sin ∅ − 𝑝 cos 𝜃

Sudut ∅ menyatakan sudut antara arah mula dan arah foton hambur, dan 𝜃 ialah sudut antara arah foton mula dan arah elektron yang tertumbuk. Dari pers. 2.10, 2.12, dan 2.13 akn mendapatkan rumus yang menghubungkan beda panjang gelombang antara foton hambur dengan sudut ∅ antara arah masing-masing, kedua besaran itu merupakan kuantitas yang dapat diukur. Langkah awalnya ialah mengalikan pers. 2.12 dan 2.13 dengan c dan menuliskan kembali sebagai berikut : 𝑝𝑐 cos 𝜃 = ℎ𝑣 − ℎ𝑣 ′ cos ∅ 𝑝𝑐 sin 𝜃 = ℎ𝑣 ′ sin ∅ Dengan mengkuadratkan masing-masing persamaan ini dan menambahkannya, sudut 𝜃 dapat dieleminisai, tinggal : 𝑝2 𝑐 2 = (ℎ𝑣)2 − 2(ℎ𝑣)(ℎ𝑣 ′ ) cos ∅ + (ℎ𝑣 ′ )2

2.14

Kemudian kita samakan kedua rumus untuk energi total partikel 𝐸 = 𝐾 + 𝑚0 𝑐 2 𝐸 = √𝑚0 2 𝑐 + 𝑝2 𝑐 2 Sehingga : (𝐾 + 𝑚0 𝑐 2 )2 = 𝑚0 2 𝑐 4 + 𝑝2 𝑐 2 𝑝2 𝑐 2 = 𝐾 2 + 2𝑚0 𝑐 2 𝐾 Karena: 𝐾 = ℎ𝑣 − ℎ𝑣 ′ Kita dapatkan : 2.15

𝑝2 𝑐 2 = (ℎ𝑣)2 − 2(ℎ𝑣)(ℎ𝑣 ′ ) + (ℎ𝑣 ′ )2 + 2𝑚0 𝑐 2 (ℎ𝑣 − ℎ𝑣 ′ )

Substitusikan harga 𝑝2 𝑐 2 ini dalam Pers. 2.14, akhirnya kita mendapatkan 2.16

2𝑚0 𝑐 2 (ℎ𝑣 − ℎ𝑣 ′ ) = 2(ℎ𝑣)(ℎ𝑣 ′ )(1 − cos ∅)

7

Hubungan ini akan lebih sederhana jika dinyatakan dalam panjang gelombang sebagai pengganti frekuensi. Bagi pers 2.16 dengan 2ℎ2 𝑐 2 , 𝑚0 𝑐 𝑣 𝑣′ 𝑣 𝑣′ ( − )= (1 − cos ∅) ℎ 𝑐 𝑐 𝑐 𝑐

Dan karena 𝑣⁄𝑐 = 1⁄𝜆 dan 𝑣′⁄𝑐 = 1⁄𝜆 ′ 𝑚0 𝑐 1 1 1 − cos 𝜙 ( − )= ℎ 𝜆 𝜆′ 𝜆 𝜆′

2.17



𝜆′ − 𝜆 = 𝑚 𝑐 (1 − cos 𝜙)

Efek Compton

0

Persamaan 2.17 diturunkan Arthur H. Compton pada awal tahun 1920, dan gejala yang diperkirakannya yang pertama kali diamatinya, dikenal sebagai efek Compton. Gejala ini menunjukkan bukti kuat yang mendukung teori kuantum radiasi. Persamaan 2.17 memberikan perubahan panjang gelombang yang diharapkan terjadi untuk foton yang terhambur dengan sudut 𝜙 oleh partikel yang bermassa diam 𝑚0 ; dan perbedaan ini tidak bergantung dari panjang gelombang foton datang 𝜆. Kuantitas ℎ/𝑚0 𝑐 disebut panjang gelombang Compton dari partikel penghambur; untuk elektron besarnya ialah 0,02426 Å (2,426 × 10−12 𝑚). Dari Pers. 2.17 kita lihat bahwa perubahan panjang gelombang terbesar yang dapat terjadi ialah pada ∅ = 180°, ketika itu perubahan panjang gelombang menjadi dua kali panjang gelombang Compton ℎ/𝑚0 𝑐. Karena panjang gelombang Compton untuk elektron ialah 0,02426 Å, dan lebih kecil lagi untuk partikel yang lain karena massanya lebih besar, maka perubahan panjang gelombang maksimum dalam efek Compton ialah 0,04852 Å. Perubahan sebesar itu atau lebih kecil lagi hanya bisa teramati untuk sinar-x karena pergeseran panjang gelombang cahaya tampak kurang dari 0,01 persen dari panjang gelombang mula sedangkan untuk sinar-x dengan 𝜆 = 1 𝐴, besaran itu menjadi beberapa persen.

8

Spektrometer sinar-x sinar-x terhamb ur ∅

Sumber sinarx monokhromat

sinar-x takterhambu jejak r spektromete r

kolimator

Gambar 2.14 Demonstrasi eksperimen efek Compton

Demonstrasi eksperimental efek compton dapat dilakukan secara langsung. Seperti dalam Gambar 2-14, seberkas sinar-x dengan panjang gelombnag tunggal yang diketahui diarahkan pada target (sasaran), dan panjang gelombang sinar-x hambur ditentukan untuk berbagai sudut ∅. Hasilnya ditunjukkan pada Gambar 2-15; hasil ini menunjukkan pergeseran panjang gelombang seperti yang diramalkan pada Pers. 2.17, tetapi ada pada masing-masing sudut sinar-x dengan panjang gelombang mula. Hal ini tidak terlalu sukar untuk dimengerti. Dalm penurunan Pers 2.17dianggap bahwa partikel hambur dapat bergerak bebas, satu anggapan yang nalar, karena banyak elektron dalam materi terikat lemah pada atom induknya. Namun, ada elektron lainnya yang terikat kuat jika elektron ini ditumbuk foton seluruh atom bergerak, bukan hanya elektron tunggalnya. Dalam kejadian seperti ini besar 𝑚0 yang dipakai dalam Pers. 2.17 ialah massa seluruh atom yang besarnya beberapa puluh ribu kali besar dari massa elektron, sehingga hasil pergeseran Comptonnya sedemikian kecil sehingga tidak terdeteksi.

B. Bremsstrahlung Bremsstrahlung adalah

istilah

dalam bahasa

Jerman yang

berarti radiasi pengereman. Elektron sebagai partikel bermuatan listrik yang bergerak dengan kecepatan tinggi, apabila melintas dekat ke inti suatu atom, maka gaya tarik elektrostatik inti atom yang kuat akan menyebabkan elektron membelok dengan tajam. Peristiwa itu menyebabkan elektron kehilangan energinya dengan memancarkan radiasi elektromagnetik yang dikenal sebagai sinar-X bremsstrahlung. Sinar-X bremsstrahlung mempunyai spektrum energi kontinyu yang lebar, sementara spektrum energi dari sinar-

9

X karakteristik adalah diskrit. Sinar-X karakteristik terbentuk melalui proses perpindahan elektron atom dari tingkat energi yang lebih tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih rendah. Beda energi antara tingkat-tingkat orbit dalam atom target cukup besar, sehingga radiasi yang dipancarkannya memiliki frekuensi yang cukup besar dan berada pada daerah sinar-X. Tahukah Anda apa itu sinar-x sebenarnya? Profesor Daniel Mittleman dari Fakultas Teknik Elektrik dan Komputer Rice University memberi penjelasan detailnya. Sinar-x merupakan bentuk radiasi elektromagnetik, seperti cahaya, radiasi inframerah, gelombang mikro, dan gelombang radio. Namun dibanding jenis radiasi tersebut, sinar-x lebih enerjik. Foton sinar-x seribu kali lebih enerjik disbanding foton cahaya tampak. Wilhelm Roetngent pertama kali menggambarkan sinar-x di 1895 dalam pencapaian yang membuatnya memperoleh Hadiah Nobel pertama dalam bidang Fisika. Selama Perang Dunia I, sinar-x digunakan untuk keperluan medis. Kebanyakan sinar-x di semesta muncul ketika atom kembali ke kondisi konfigurasinya. Misalnya, jika elektron diambil dari inti atom, atom akan memancarkan foton sinar-x sebagai kesetimbangan. Sumber umum lain sinar-x adalah, proses bremsstrahlung atau ‘radiasi rem’. Sinar-x memancar ketika cahaya enerjik electron dengan cepat melambat. Dalam mesin medis, cahaya elektron enerjik difokuskan pada satu target yang biasanya berupa potongan tungsten. Ketika elektron melambat, sinar-x bremsstrahlung tercipta. Perangkat semacam ini memproduksi sinar-x melalui kedua mekanisme tersebut secara terus-menerus. Terakhir, mesin yang mengakselerasi electron dalam orbit lingkaran dapat menghasilkan sinar-x. Ketika elektron berputar, elektron ini memancarkan sinar-x kuat. Sinar ini bisa digunakan untuk banyak keperluan riset ilmiah. Sejumlah mesin ini sudah ada di Amerika Serikat dan seluruh dunia, termasuk Advanced Light Source di California, Advanced Photon Source di Illinois an National Sunchrotron Light Source di New York.

10

C.Produksi Pasangan Pada efek fotolistrik, foton bila ditembakkan kepada logam maka dapat menyerahkan seluruh energinya atau sama sekali tidak pada sebuah elektron. Dan mungkin juga terjadi perubahan foton menjadi sebuah elektron dan sebuah psitron sebagai suatu proses perubahan energi elektromagnetik menjadi energi diam. Produksi pasangan adalah salah satu efek interaksi suatu penyinaran pada suatu benda atau materi. Sinar gamma merupakan gelombang elektromagnetik dan didapatkan dalam alam sebagai pancaran dari inti radioaktif dalam sinar kosmik. Sebagai energi elektromagnetik, Sinar gamma dengan tingkat energi yang besar bila menghantam sebuah inti atom dapat mengubah energi tersebut menjadi massa yang bergerak dengan kecepatan tertentu E=mc². Dalam waktu yang bersamaan muncul dari inti atom yang dikenai sinar gamma sepasang partikel yang satu positron yang bermuatan positif (q = +e) dan yang lain elektron bermuatan negatif (q = −e). Pada efek compton, foton yang mempunyai frekuensi tinggi jika ditembakkan langsung pada elektron terluar maka energinya untuk menghamburkan foton baru. Oleh karena itu, terjadi perubahan elektromagnetik menjadi energi diam : ℎ𝑣 = −𝑒 0 + (+𝑒 0 ) (Jumlah muatan elektron (-e) dan positron (+e) adalah nol) Energi minimal atau energi diam dari elektron dan positron adalah 𝐸 = 𝑚0 𝑐 2 = 0,51 MeV. Sehingga Foton yang baru dihasilkan ini harus mempunyai energi yang besarnya minimal massa kedua partikel tersebut dalam keadaan tenang atau sebelum disinar yaitu sekurang-kurangnya 1,02 MeV agar dapat mendekati inti berat sehingga terjadi produksi pasangan berupa elektron dan positron. Energi Foton yang berlebih akan diubah menjadi energi kinetik kedua partikel tersebut. Foton akan menyerahan seluruh energinya, berarti untuk mengeluarkan elektron dari dalam logam dan meninggalkan logam. Sebalikannya elektron bila bertemu dengan positron maka keduanya musnah dan menjelma menjadi foton sinar gamma. Pada proses produksi pasangan maupun kebalikannya ini tetap berlaku hukum kekekalan energi dan hukum kekekalan

11

momentum. Kembali pada produksi pasangan tersebut di atas, karena foton berubah menjadi elektron dan positron, maka dengan sendirinya foton yang ditembakkan harus mempunyai energi lebih tinggi dari 1,02 MeV. Setelah terjadi produk pasangan ini, maka mengalami penurunan intensitas. (Krane, 1992)

foton

-

elektron

positron Inti

+

Gambar. Produksi Pasangan

12

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan - Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang kerena memperlihatkan gejala difraksi, interferensi, dan polarisasi. Gelombang elektromagnetik juga merupakan atau terdiri dari berkas partikel. - Dalam eksperiment menyatakan bahwa elektron dipancarkan dari permukaan logam. Jika cahaya yang frekuensinya cukup tinggi jatuh pada permukaan itu (diperlukan cahaya ultra ungu untuk hampir semua logam kecuali alkali). Gejala ini disebut Efekfotolistrik . - Max Plank memngungkapkan hipotesis yang menyatakan bahwa energi gelombang elektromagnetik dipancarkan dan diserap oleh bahan dalam bentuk satuan. Satuan energi yang disebut dengan foton. - Teori kuantum cahaya memperlakukan sepenuhnya sebagai gejala partikel secara eksplisit berkaitan dengan frekuensi cahaya yang sepenuhnya adalah konsep gelombang. - Efekfotolistrik merupakan bukti yang meyakinkan bahwa foton cagaya dapat mentransfer energi pada elektron. Sinar X menjalar menurut garis lurus walaupun melalui medan listrik dan magnetik. - Difraksi sinar X merepukan penghamburan sinar X atau penghamburan radiasi gelombang elektromagnetik. - Menurut teori kuantum cahaya foton berlaku sebagai partikel. Kehilangan energi foton samadengan energi yang diterima elektron. - Foton dipengaruhi oleh gravitasi karena massa gravitasi tidak bisa dibedakan dari mas kelembaman suatu foton.

13

DAFTAR PUSTAKA

Gautreau, R., & Savin, W. (2006). Fisika Modern. Jakarta: Penerbit Erlangga. Krane, K. (1992). FISIKA MODERN. Jakarta: Salemba. Muljono. 2003. Fisika Modern. Yogyakarta: Andi. Beiser, Arthur. 1982. Konsep Fisika Modern. Bandung: ITB. Kusminarto. 2011. Esensi Fisika Modern. Yogyakarta: C.V Andi offset. Siregar, Rustam E. 2010. Teori dan Aplikasi Fisika Kuantum. Bandung: Widya Padjajaran

14

Related Documents


More Documents from "Lely Rahmianti"