Makalah Filsafat Ilmu

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Filsafat Ilmu as PDF for free.

More details

  • Words: 2,169
  • Pages: 10
PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI MEDIA PENGEMBANG ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (IPTEK)1 A.Pendahuluan Menempatkan pendidikan Islam dalam perspektif perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), membuka peluang suatu pembicaraan budaya yang bermanfaat. Pembicaraan itu kita harapkan dapat mengeksplorasi pendidikan sebagai alat untuk budaya yang dalam era kepesatan perkembangan IPTEK sering ditanggapi secara ambivalen. Penciptaan IPTEK dan pemanfaatan nya semula disemangati oleh kepentingan “ survival” manusia dalam menghadapi lingkungan hidupnya. Sehingga nilai yang terlekat padanya adalah nilai instrumental. Nilai-nilai yang terlekat kemudian dapat berkembang bergantung keadaan manusia yang memakai nya. Inilah penjelasan pokok yang disampaikan Bernard Gendron, Apakah penerapan atau pemanfaatan teknologi akan diabdikan untuk kepentingan-kepentingan kapilastik atau sosialistik. Hal ini berpulang pada pemakainya. Ideologi IPTEK adalah pantulan dari ideology (kondisi) manusia yang memegang kendali nya.2 Kemajuan sains dan teknologi adalah ciri lain dari era global. Jika abad ke-20 dipandang sebagai abad sains dan teknologi yang di dewakan, maka abad ke-21 adalah, abad ketika umat manusia mengalami guncangan dahsyat karena tidak sanggup mengikuti kemajuan sains dan teknologi yang kadang-kadang berkembang demikian cepat dan spektakuler. Adanya IPTEK merupakan kemajuan di dunia yang sudah modern dan kemajuan IPTEK melahirkan berbagai dampak positif maupun negatif. Tidak bisa dipungkiri kehadiran teknologi merupakan sarana dan prasarana dalam kehidupan manusia, namun sebagai penggunanya harus disertai dengan penghayatan etik oleh manusia. Disamping itu manusia juga harus berkreasi dalam menanggulangi 1 Makalah ini disampaikan oleh Drs. Agus Sullmul Hadi, guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu. 2 Bernard Gendron, Teknology and the Human Condition, St. Martin’s Press, New York.1977

1

kemajuan IPTEK. Yaitu pendidikan sebagai sarana dan prasarana pengembang kemajuan IPTEK selalu tidak lepas dari peranan dan fungsinya. Dari sini penulis akan memaparkan apa dan bagaimana pendidikan khususnya pendidikan Islam itu

berfungsi sebagai media dalam pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK), sehingga pada akhirnya diharapkan dapat mewujudkan eksistensi kehidupan manusia yang sesuai dengan perubahan zaman. B.Pengertian 1.Pendidikan Menurut John Dewey, pendidikan diartikan sebagai social continuity of life. Ada juga yang mengartikan pendidikan sebagai transmisi dari seseorang kepada yang lain baik ketrampilan, seni maupun ilmu. Menurut Langeveld, pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan3 dan masih banyak lagi pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli. Dengan demikian pendidikan arti luas adalah meliputi perbuatan atau semua usaha generasi tua untuk mengalihkan (melimpahkan) pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya serta ketrampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah.4 Pendidikan dapat ditinjau dari dua segi, yakni dari segi pandangan masyarakat dan dari segi pandangan individu. Dari segi pandangan masyarakat, pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda agar hidup masyarakat itu tetap berkelanjutan. Atau dengan kata lain masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari generasi ke generasi agar identitas masyarakat tersebut terpelihara. Dilihat dari segi individu, pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi.5 3 Kartini Kartono, Tinjauan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional, Pradnya Paramita, Yogyakarta, 1997. 11 4 Zuharini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam. Bumi Asksara, Bandung Cet. II, 1995, 92. 5 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Al-Ma’arif, Bandung, 1995. hal 131.

2

2.Media Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau penghantar. Media adalah perantara atau penghantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. 3.Ilmu Secara etimologi istilah ilmu adalah sebagai arti dari kata science (inggris) yang berarti pengetahuan. Kata ini berasal dari latin scientia yang diturunkan dari kata scire yang berarti mengetahui (to know) dan belajar (to learn). Ilmu dan pengetahuan merupakan dua kata yang sama artinya, namun tidak selamanya pengetahuan itu ilmu, melainkan pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara tertentu berdasarkan kesepakatan para ilmuwan. Dari segi terminology, pengertian ilmu menunjukkan sekurang-kurangnya ada tiga hal, yaitu pengetahuan, aktivitas, dan metode untuk mendapatkan pemahaman terhadap pengertian ilmu. Ilmu sebagai pengetahuan (knowledge) adalah pengertian ilmu pada umumnya. Ilmu dikatakan sebagai aktivitas atau kegiatan atau proses ialah serangkaian aktivitas atau proses yang dilaksanakan manusia. Sebagaimana dikatakan oleh Charles Singer yang dikutip oleh the Liang Gie bahwa ilmu adalah proses yang membuat pengetahuan. Istilah ilmu juga merupakan suatu metoda guna memperoleh pengetahuan yang obyektif dan dapat diperiksa kebenarannya.6 4.Teknologi Teknologi, secara etimologi berasal dari kata techno dan logos. Techne berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu obyek atau kecakapan tertentu. Logos berasal dari kata logi yang mengacu pada makna tata pikir. Adapun secara terminology dalam pengertian yang luas adalah kemampuan manusia (masyarakat) untuk memanfaatkan kekuatan-kekuatan alam guna kepentingan hidupnya. Ilmu dan teknologi tersebut sering digunakan secara berdampingan, baik secara teoritis dan praktis selalu saling berkaitan satu sama lainnya. 6 The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, Liberty, Yogyakarta.1997. hal 87.

3

C.Dampak Kemajuan IPTEK Fenomena Kehidupan teknologi sebenarnya bukanlah semata-mata ‘trade mark” kehidupan manusia sekarang. Kehidupan teknologis telah menyatu dengan kehidupan manusia “sepanjang masa”. Seperti analisis sosiologis historis yang dilakukan pakar muslim, Ibnu Kholdun, terhadap kehidupan manusia pada zaman nya, terungkap bagaimana teknologi telah diterapkan dengan beberapa asas atau prinsip-prinsip yang menyertainya. Ungkapan nya beberapa asas penerapan teknologi: a.Teknologi erat kaitannya dengan upaya manusia memperoleh mata pencaharian atau rezeki. b.Teknologi berkaitan dengan kebutuhan manusia akan kemewahan. c.Teknologi lebih menandai kehidupan kota. d.Penerapan teknologi membutuhkan dasar-dasar pengetahuan. e.Tingkat

penerapan

teknologi

ditentukan

oleh

tingkat

kemajuan peradaban.7 Penciptaan IPTEK dan pemafaatannya semula disemangati oleh kepentingan “survival” manusia dalam menghadapi lingkungan hidupnya. Sehingga nilai yang terlekat padanya adalah nilai instrumental. Nilai-nilai yang memakai nya inilah penjelasan pokok yang disampaikan Bernard Gendron. Apakah penerapan atau pemanfaatan teknologi akan diabdikan untuk kepentingan-kepentingan kapilastik atau sosialistik. Hal ini berpulang pada pemakainya. Ideologi IPTEK adalah pantulan dari ideology (kondisi) manusia yang memegang kendali nya.8 Manusia sebagai penghuni bumi ini dari tahun ke tahun terus bertambah, yang semakin lama semakin memadati lahan yang tidak mungkin bertambah luas. Dalam 7 Ibnu Khaldun, Muqoddimah, karya terjemahan Ahmadi Thoha, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1986 8 Bernard Gendron, Teknology and The Human Condition, St. Martin’s Press, New York, 1997

4

keadaan ini semakin terbukti bahwa hidup ini merupakan perjuangan yang tiada habisnya. Bersamaan dengan itu, ilmu dan teknologi telah maju dan berkembang. Teknologi merupakan pendorong utama globalisasi dalam berbagai bidang. Kemajuan teknologi yang sangat pesat membawa dampak positif maupun negatif dalam hal ini bukan kepada kedua komponen peradaban ini (ilmu pengetahuan dan teknologi) itu sendiri, tetapi pada orang yang mengontrol teknologi atau oleh orangorang yang di kontrol oleh teknologi. Kemajuan IPTEK dapat membawa kemanfaatan bagi manusia dalam dunia pendidikan antara lain untuk pembelajaran jarak jauh, peningkatan motivasi, perbaikan cara pembelajaran, penelusuran informasi, pembelajaran dengan bantuan komputer dan mengelola administrasi. Adapun dampak negatif teknologi informasi itu antara lain: munculnya kemerosotan moral, perubahan nilai, kejahatan dan tindakan kriminal, dampak sosial ekonomi, dampak dalam bidang pendidikan antara lain menurunnya motivasi dan prestasi belajar, berkurangnya jumlah jam belajar dan bermain atau sosialisasi anak, timbulnya rasa malas belajar, malas membaca dan tugas-tugas lain karena lebih senang menonton berbagai acara hiburan.9 Dengan kemajuan IPTEK di satu pihak mampu menaikkan kualitas kehidupan manusia, sedang di pihak lain tidak sedikit manusia sebagai sumber tenaga kerja menjadi tergeser dalam memperjuangkan nafkah hidupnya. Manusia dalam masyarakat modern menghadapi kehidupan yang semakin berat (Struggle of life) untuk sampai di tengah atau di puncak piramid manusiawi. Kondisi kehidupan abad ,modern dengan penduduk yang semakin padat, ilmu dan teknologi yang berkembang maju pesat memunculkan nilai-nilai baru. Nilai-nilai itu sebagian sejalan dengan ketentuan-ketentuan Allah Swt, namun sangat banyak yang diboncengi setan untuk menyesatkan manusia. Individualisasi bergerak ke arah individualisme dan bahkan egoisme, memunculkan sikap acuh pada kepentingan 9 Hussen Badjerei, Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Pengembangan, Gema Insani Press, Jakarta, 1993, hal 1.

5

hidup bersama. Kondisi semacam ini semakin memperbesar tugas pendidikan dalam membantu anak didik untuk mencapai kedewasaan masing-masing. Kemajuan IPTEK ternyata juga mengarah pada munculnya mendewakan akal pikiran. Kehadiran teknologi dengan berbagai kemajuan yang dibawa nya adalah bersifat fasilitatif terhadap kehidupan manusia. Oleh karena itu penerimaannya itu bukannya tanpa kritik, karena kehadirannya menimbulkan dampak positif dan negatif. Bila kita bisa memanfaatkan teknologi tersebut dengan sebaik-baiknya, maka kita tidak akan terbawa arus dan hanyut oleh nya. D.Strategi pendidikan sebagai media pengembang IPTEK Ketika berhadapan dengan ide-ide informasi dan polarisasi ideology dunia terutama didorong oleh kemajuan IPTEK modern. Yang menjadi tantangan dan titik sentral problem modernisasi adalah berbagai standar kehidupan yang dilaksanakan oleh kekuatan-kekuatan yang berpijak pada materialisme dan sekularisme. Hal ini mendorong manusia untuk memusatkan ilmu pengetahuan dan informasi nya sebagai sumber strategis pembaharuan. Tidak terpenuhinya kebutuhan ini akan menimbulkan dan keterasingan oleh dunia modern. Dalam meningkatkan motivasi belajar, yang digunakan sebaiknya lebih banyak pendekatan kewahyuan dari pada motivasi yang didasari materialisme. Hindarkanlah suatu motivasi belajar dan bekerja yang hanya berupaya untuk mendapatkan penguasaan IPTEK. Karena itu pendidikan keagamaan perlu ditekankan pada pendidikan moral dan hendaknya pendidikan tersebut tidak hanya menekankan pengetahuan saja, termasuk sistem evaluasi proses belajar mengajar. Sikap dan perilaku lebih mencerminkan keimanan dan ketaqwaan. Sejalan dengan hal tersebut, Chabib Thoha menyebutkan adanya dua strategi pendidikan Islam dalam menghadapi berbagai tantangan dan dampak iptek tersebut, yaitu strategi global dan strategi sektoral. Strategi global mempunyai dua pendekatan yaitu pendekatan sistemik dan proses. Pendekatan sistemik, khususnya di bidang pendidikan diperlukan keputusan

6

politik. Alasannya ialah karena Indonesia sebagai negara kesatuan, maka perlu disusun sistem nasional dalam berbagai bidang. Misalnya sistem politik nasional, sistem ekonomi nasional, sistem demokrasi nasional, termasuk sistem pendidikan nasional. Diantara keputusan politik dalam pendekatan ini ialah masukan pendidikan Islam sebagai sub sistem dalam pendidikan nasional. Apabila semua kegiatan dan kelembagaan pendidikan islam menempatkan dirinya diluar sistem nasional, maka ia akan terisolir dari peraturan politik. Hal ini berarti dia kehilangan peluang untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Yang kedua dengan lewat pendidikan proses, artinya meningkatkan makna sistem pendidikan nasional melalui pendidikan yang berwawasan nilai. Adapun tujuan pendidikan yang berwawasan nilai adalah pendidikan yang sampai pada hakekat ilmu dan teknologi. Praktek pendidikan ini di Indonesia belum sampai pada pendidikan yang berwawasan nilai. Tekanan nya selama ini hanyalah berkisar pada pengenalan teori untuk masukan-masukan kognitif taraf rendah. Dengan demikian peserta didik belum dapat meningkatkan diri sebagai subyek belajar. Pengembangan proses pendidikan berwawasan nilai sangat ditentukan oleh kualitas pendidik. Artinya pendidik yang mampu menghayati ilmu, teori dan keterbatasan validitas nya. Adapun strategi sektoral, strategi ini bersifat temporal dan kondisional. Maksudnya pendekatan-pendekatan yang ditawarkan untuk menyusun strategi pendidikan Islam, antara lain: Islamisasi ilmuwan, Islamisasi IPTEK, penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. Berdasarkan dua strategi pendidikan Islam diatas, maka diketahui dengan pasti dan jelas dimana letak keberadaan IPTEK. Strategi sektoral untuk pendidikan Islam dalam menghadapi tantangan modernisasi berkat kemajuan IPTEK itu mencakup ruang lingkup antara lain: a.Mendorong motivasi anak didik ke arah pengembangan IPTEK itu sendiri, dimana nilai-nilai Islami menjadi sumber acuannya. b.Mendidik ketrampilan, memanfaatkan produk IPTEK bagi

7

kesejahteraan hidup umat manusia pada umumnya dan umat islam pada khususnya. c.Menciptakan jalinan yang kuat antara ajaran agama dan IPTEK, serta hubungan yang akrab dengan para ilmuwan yang memegang otoritas IPTEK dalam bidang masingmasing. d.Menanamkan sikap dan wawasan yang luas terhadap kehidupan masa depan umat manusia melalui kemampuan menginterpretasikan ajaran agama dari kehidupan manusia.10 Adapun ruang lingkup strategi tersebut merupakan sebagian solusi bagi pendidikan Islam agar tidak hanyut terbawa arus modernisasi dan kemajuan IPTEK. Namun demikian Al-Qur’an dan Sunnah yang berorientasi kan kepada hubungan manusia dengan Tuhan dan sesamanya, serta dengan alam sekitar. Oleh karena itu untuk menghadapi kemajuan iptek, pendidikan Islam haruslah pendidikan Islami, yakni yang dijiwai oleh nilai-nilai akidah dan moral Al-Qur’an dan diterapkan pada semua strata dan jenjang serta jenis pendidikan. Asumsi dasarnya adalah bahwa nilai moral Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah memiliki sifat yang unggul kompetitif secara universal. Dengan demikian produk-produk hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan senantiasa bernilai positif serta mendatangkan kemanfaatan bagi kehidupan manusia.11

E.Kesimpulan dan Penutup Modernisasi dalam pendidikan Islam merupakan kebutuhan mendesak untuk menyongsong masa depan pendidikan yang lebih baik asalkan tidak bergeser dari 10 H.M. Arifin, kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umun), Bumi Aksara, Jakarta 1996 hal 48. 11 Drs. Mansur Isnna, MA, Diskursus Pendidikan Islam. Pengantar Prof. H. Anas Sudiono dan Prof. Dr. H. Muh. Zuhri, MA, Global Pustaka Utama, Yogyakarta 2001 hal 50

8

bingkai akidah dan syariat. Ilmu pengetahuan dan teknologi akan selalu membawa nilai ambivalen dalam kehidupan manusia, karena IPTEK itu pada dasarnya bebas dari nilai, oleh karena itu perlu diislamkan adalah pemerannya bukan iptek nya. IPTEK harus berorientasi pada hubungan tiga arah, yaitu: berorientasi ke arah Tuhan pencipta alam semesta, berorientasi ke arah hubungan dengan sesama manusia, berorientasi ke arah bagaimana pola hubungan manusia dengan alam sekitar dan dirinya sendiri harus dikembangkan. Semoga makalah yang singkat ini dapat menambah wawasan khazanah ilmu pengetahuan, sumbangsih pemikiran selalu kami harapkan untuk semuanya.

DAFTAR PUSTAKA Arifin,Muhamad. kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umun), Bumi Aksara,

9

Jakarta 1996. Isnna, Drs. Mansur, MA, Diskursus Pendidikan Islam. Pengantar Prof. H. Anas Sudiono dan Prof. Dr. H. Muh. Zuhri, MA, Global Pustaka Utama, Yogyakarta 2001. Badjerei, Hussen, Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Pengembangan, Gema Insani Press, Jakarta, 1993. Gendron, Bernard, Teknology and the Human Condition, St. Martin’s Press, New York.1977. Kartono, Kartini, Tinjauan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional, Pradnya Paramita, Yogyakarta, 1997. Khaldun, Ibnu, Muqoddimah, karya terjemahan Ahmadi Thoha, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1986. Langgulung, Hasan, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, AlMa’arif, Bandung, 1995. The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, Liberty, Yogyakarta.1997. Zuharini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam. Bumi Asksara, Bandung Cet. II, 1995.

10

Related Documents

Makalah Filsafat Ilmu
June 2020 44
Filsafat Ilmu
June 2020 47
Filsafat Ilmu
June 2020 51
Filsafat Ilmu
July 2020 66