Makalah Etika Dan Profesi.docx

  • Uploaded by: Anggy Permatasari
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Etika Dan Profesi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,852
  • Pages: 19
BAB III ETIKA ERJA, PROFESI DAN PROFESIONAL

A.

PENDAHULUAN Memiliki karakter yang kuat dalam menjalankan sebuah profesi sesuai

dengan ilmu dan iman serta ketaqwaan. Menjadi seorang profesional yang mampu menempatkan dirinya ditengah masyarakat industri. Mengerti profesi yang harus diterapkan dan terus dikembangkan nantinya dan mampu menerapkan dan menjalankan kode etik perusahaan di tempat kerjanya serta memiliki karakter yang kuat dalam menjalankan profesinya sesuai dengan ilmu dan iman serta ketaqwaannya. Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau keterampilan dan pelakunya. Biasanya sebutan “profesi” selalu dikaitkan dengan pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang, akan tetapi tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi karena profesi menuntut keahlian para pemangkunya. Hal ini mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan tetapi memerlukan suatu persiapan melalui pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan khusus umtuk itu. Pekerjaan tidak sama tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam adalah sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memiliki mekanisme serta aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan,sedangkan kebalikannya,pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan dimasyarakat, karena hampir semua orang menganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama. Profesi adalah suatu pekerjaan yang melaksanakan tugasnya memerlukan atau menunut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian yang diperoleh dari lembaga pendidikan khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggung jawabkan. Seseorang yang menekuni suatu profesi tertentu disebut profesional,sedangkan profesional sendiri mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam

mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya. Berikut ini merupakan ciri-ciri dari profesi, yaitu : keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoritis. Seorang profesional harus memiliki pengetahuan teoritis dan keterampilan mengenai bidang teknik yang ditekuni dan bisa diterapkan dalam pelaksaannya atau prakteknya dalam kehidupan sehari-hari. Bidang teknik,arsitek,kedokteran,dokter gigi, farmasi adalah contoh dari beberapa profesi; profesi-profesi tersebut adalah pekerjaanpekerjaan yang bergengsi dimasyarakat kita. Etika profesi merupakan sikap hidup untuk memberikan pelayanan profesional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai bentuk pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas dan kewajiban terhadap masyarakat. Ciri-ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi yaitu : adanya pengetahuan khusus,adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi, adanya pengabdian, meletakkan kepentingan pribadi dibawah kepentingan masyarakat, memiliki izin khusus untuk melaksanakan atau menjalankan suatu profesi. Kode etik profesi adalah system norma,nilai dan aturan profesional tertulis yang tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi seorang profesional. Tujuan kode etik adalah agar seorang profesional dibidangnya memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Dengan adanya kode etik maka perbuatan yang tidak profesional akan terlindungi. Kaum profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang berada diatas rata-rata. Disatu pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat, teatapi dilain pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang baik dalam rangka kepentingan masyarakat. Nilai-nilai etika itu tidak haya milik satu atau dua orang atau segolongan orang saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat, pada suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika tersebut, suatu kelompok diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur kehidupan mereka bersama. Kelompok masyarakat profesional sering menjadi pusat perhatian karena adanya tata yang mengatur, dan sorotan masyarakat akan semakin tajam manakala perilaku-perilaku sebagian para anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilainilai pergaulan yang telah disepakati bersama atau yang tertuang dalam kode etik profesi, sehingga terjadi kemerosotan etika pada masyarakat profesi tersebut.

Pokok Bahasan : 1. Pengertian Profesi 2. Etika Kerja 3. Etika Profesi 4. Etika dan Profesi Teknik Kimia 5. Profesional

4.

Etika Profesi di Bidang Teknik Kimia Etika dalam bidang Teknik Kimia yaitu merupakan suatu prinsip-prinsip atau

aturan perilaku didalam bidang Teknik Kimia yang bertujuan untuk mencapai nilai dan norma moral yang terkandung didalamnya. Sedangkan profesi dalam profesi dalam bidang Teknik Kimia dapat diartikan sebagai pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi. Sebuah profesi akan dapat dipercaya di dunia industri ketika kesadaran diri kita yang kuat menjunjung tinggi nilai etika profesi kita di dunia industri maupun disekitar kita. Jadi dapat di katakan etika profesi yaitu batasan-batasan untuk mengatur atau membimbing prilaku kita sebagai manusia secara normatif. Kita harus mengetahui apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Karena semuanya itu sangat berpengaruh lagi kita sebagai mahasiswa Teknik Kimia yang seharusnya mempunyai etika yang bermoral baik. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan sosial). Di Indonesia dalam hal kode etik telah diatur termasuk kode etik sebagai seorang insinyur yang disebut kode etik insinyur Indonesia dalam “catur karya sapta dharma insinyur Indonesia”. Dalam kode etik insinyur terdapat prinsip-prinsip dasar yaitu :  Mengutamakan keluhuran budi.  Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya

untuk

kepentingan

kesejahteraan umat manusia.  Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat,sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.  Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional keinsinyuran. Dengan kata lain orientasi utama profesi adalah untuk kepentingan masyrakat dengan menggunakan keahlian yang dimiliki. Akan tetapi tanpa disertai suatu kesadaarn diri yang tinggi,profesi dapat dengan mudahnya disalahgunakan oleh seseorang seperti pada penyalahgunaan profesi seseorang dibidang komputer

misalnya pada kasus kejahatan komputer yang berhasil mengcopy program komersial untuk diperjualbelikan lagi tanpa ijin dari hak pencipta atas program yang dikomersikan ini. Sehingga perlu pemahaman atas etika profesi dengan memahami kode etik profesi. Maka dari itu banyak orang yang mempunyai profesi tetapi tidak tahu maupun tidak sadar bahwa ada kode etik tertentu dalam profesi yang mereka miliki, dan mereka tidak lagi bertujuan untuk menolong kepentingan masyarakat, tapi sebaliknya masyarakat merasa dirugikan oleh orang yang menyalahgunakan profesi. Maka kesadaran itu penting dan lebih penting lagi kesadaran itu timbul dari diri kita masing-masing yang sebentar lagi akan menjadi pelaksana profesi dibidang komputer disetiap tempat kita bekerja, dan selalu memahami dengan baik atas Etika Profesi yang membangun dan bukan untuk merugikan orang lain. 

Tugas Sarjana Teknik Kimia pada Industri Teknik Kimia Industri proses merupakan pemakai terbanyak dari sarjana Teknik Kimia.

Tugas seorang insinyur/sarjana Teknik Kimia yang bergerak dibidang ini antara lain : 

Penelitian Proses



Pengembangan Proses



Rekayasa Proses



Analisa Ekonomi



Rekayasa Proyek dan Konstruksi



Operasional Pabrik

a)

Penelitian Proses Penelitian proses adalah penelitian awal, skala bangku (bench scale) yang

dilakukan di laboratorium yang bertujuan untuk meneliti kelayakan suatu proses baru dari segi teknis dan ekonomis, pengumpulan data-data yang diperlukan untuk membuat pabrik skala pilot dan untuk pembuatan simulasi proses dengan komputer. Jadi penelitian proses adalah satu langkah lebih maju dari penelitian eksplorasi dasar yang biasanya dilakukan oleh ahli kimia murni. Tahap dari studi ini adalah sebagai berikut : 

Penelitian Proses



Rekayasa Proses Awal



Evaluasi Proses Awal Studi ini dimulai dari penelitian awal laboratorium dan disertai perhitungan-

perhitungan teknik ekonomis, dimana data-data teknik yang diperlukan diperoleh dari penelitian-penelitian yang terpisah satu dengan yang lainnya, baik diunit proses maupun di unit-unit operasionalnya, dan dibantu pula dengan data-data sekunder dari literatur. Karena itu hasil dari penelitian proses perlu dievaluasi dengan cara membuat pabrik skala pilot untuk mengembangkan proses. b)

Pengembangan Proses Tahap-tahap dalam pengerjaan pengembangan proses adalah sebagai berikut:



Pengembangan Proses



Rekayasa final



Evaluasi Proses Final Program pengembangan proses yang baik seharusnya sudah bisa memberikan

kepastian baik dari segi teknis-operasional maupun ekonomis, karena dengan pengembangan proses ini akan didapatkan data-data kondisi operasi yang lengkap serta kebutuhan jenis dan ukuran peralatan-peralatan pembantu dan peralatan kontrolnya. Perhitungan perancangan perlatan- peralatan proses yang diperlukan dilanjutkan dengan evaluasi ekonomi. Untuk mendapatkan data-data teknis-operasional yang akurat, perlu dibuat pabrik berskala pilot, yang ukurannya sudah terskala dengan teliti. Dengan datadata dari pabrik berskala pilot inidiadakan reevaluasi perhitungan-perhitungan teknik dan ekonomis yang merupakan evaluasi proses final. Hasil dari pengembangan proses ini juga belum bisa memberikan kepastian tentang seberapa besar keuntungan yang akan didapat bila hasil dari pengembangan proses ini diterapkan ke skala pabrik. c)

Rekayasa Proses Untuk memastikan berapa ongkos produksi yan diperlukan apabila hasil

pengembangan proses diterapkan pada skala pabrik perlu adanya rekayasa proses, dimana perhitungan yang diperoleh dari pengembangan proses diulang, neraca massa dan energi serta ukuran alat dihitung lagi untuk kapasitas pabrik yang

diinginkan (scale up), kemudian evaluasi ekonomi dilakukan lagi tetapi dengan menggunakan data yang berlaku saat ini. Misalnya perlu dihitung biaya di unit evaporasi : perlu diketahui berapa harga per kilogram upa pemanas pada saat itu, berapa biaya proses pendinginan air dengan peralatan pendingin air dengan peralatan pendingin yan tersedia di pasar waktu itu, berapa harga evaporator, pompa dan sistem vacuum, pipa-pipa, isolasi, sistem kontrol, tenaga kerja, bahan baku, bahan pembantu dan lainnya pada waktu itu. Itu semua adalah contoh komponen yang harus dihitung untuk kepastian berapa nantinya ongkos produksi di unit evaporasi yang dibutuhkan. d)

Analisa Ekonomi Perusahaan didirikan dengan tujuan utama mencari keuntungan, karena itu

faktor ekonomi memegang peranan penting. Seorang insinyur teknik kimia di industri proses harus berfikir dengan orientasi ekonomi, bagaimana caranya agar perusahaan mendapat keuntungan sebesar mungkin tanpa meninggalkan kode etik. Karena itu hasil perhitungan dari insinyur rekayasa proses perlu faktor eksternal di dalam perhitungan ekonomi. Beberapa faktor eksternal yang perlu dimasukkan antara lain harga dan kualitas bahan baku dan bahan pembantu, harga produk sejenis dipasaran beserta perbandingan kualitasnya, bunga bank, berapa besar depresiasi alat, ongkos transportasi dan lainnya selengkap mungkin untuk bisa menghitung dan menyajikan berbagai kemungkinan yang nantinya bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, untuk memperoleh proses yang bisa menghasilkan keuntungan terbesar bagi perusahaan. e)

Rekayasa Proyek dan Konstruksi Setelah diputuskan untuk disetujui, suatu rancangan pabrik perlu dipelajari

oleh para insinyur Teknik Kimia yang bekerja di bidang rekayasa proyek dan konstruksi. Insinyur tersebut harus meneliti setiap bagian rancangan. Mungkin juga harus mengubah lagi tipe peralatan, jenis material yan paling cocok dan ekonomis pada proyek. Menentukan bentuk bangunan yan diperlukan, penempatan peralatan dan bangunan (lay out alat dan bangunan) agar operasi dan pengontrolan pabrik bisa dengan mudah dilakukan serta eknomis, kemudian dibuatkan gambar konstruksinya dengan bantuan insinyur sipil dan arsitek serta sekaligus

mengestimasi ongkos bangunannya. Kemudian dia harus membuat jadwal pembelian peralatan dan material proses serta utilitasnya, menjadwalkan pembangunan gudang peralatan yang ada pada saat konstruksi sangat diperlukan untuk mengamankan peralatan yang sudah dibeli, menjadwalkan pembangunan gedung untuk pabriknya sendiri. f)

Operasi Pabrik Pabrik selesai dibuat dan siap dijalankan, tapi apakah bisa langsung

beroperasi secara mulus, operator duduk dan mencatat data di ruang kontrol (di belakang meja saja), supervisor setiap malam pulas tidur di rumah. Hal yang terjadi jauh dari pekerjaan enak tersebut, tetapi bisa sangat menarik karena penuh dengan hal-hal baru dan kadang-kadang tak terduga, bahkan kadang perlu diadakan perubahan peralatan di sana-sini. Seorang insinyur Teknik Kimia yang bekerja sebagai operator pabrik, pada saat trial run (uji jalannya pabrik baru) mungkin harus bekerja 24 jam sehari selama berhari-hari sampai beberapa minggu, hingga tidak timbul masalah-masalah baru, sambil melatih anak buahnya semua (yang bekerja 3 shift). Setelah anak buahnya sudah tahu dan lancar mengerjakan apa yang harus dilakukan secara rutin, dan mengetahui tindakan-tindakan apa yang harus diambil bila terjadi suatu masalah, mulai saat itu sang insinyur bisa sedikit santai, banyak duduk di belakang meja mengamati dan mempelajari data-data operasi yang dilaporkan anak buahnya. Dengan data-data operasi harian, insinyur Teknik Kimia harus bisa mengevaluasi kinerja alat dan proses dan mengambil keputusankeputusan seperti mengubah kondisi operasi: suhu, tekanan, konsentrasi komponen dan

sebagainya.

Bahkan

kalau

perlu

harus

membongkar

dan

memperbaiki/membersihkan peralatan-peralatan yang dinilai sudah tidak ekonomis lagi kinerjanya. Semua itu dilakukan agar operasi pabrik berjalan pada kondisi optimal dan ongkos produksi yang minimal. Namun demikian, sebetulnya masih ada tugas lain yang membutuhkan pemikiran mendalam, kadang-kadang perhitungan rumit yaitu selalu berusaha agar pabrik yang ditanganinya berjalan mulus dan efisien, mungkin dengan cara menambah

peralatan

atau

mengubah

kondisikondisi

operasi

ataupun

mengefisienkan anak buahnya. Dengan selalu berupaya agar lebih baik dan efisien

ini justru pengalamannya akan bertambah, bisa dimanfaatkan untuk menangani perancangan pabrik baru yang sejenis, yang pasti lebih efisien dibandingkan yang lama yang telah dia ketahui kelemahan-kelemahannya, sehingga bisa diperbaiki pada pabrik yang baru. Dengan melihat tugas yang berat tersebut, seorang mahasiswa calon insinyur Teknik Kimia haruslah menyadari, bahwa masa kuliah adalah masa pembekalan dirinya sendiri dengan ilmu keteknikan dan pengalaman dalam bidang yang lain, pengalaman ini sering menjadi bekal utama untuk sukses berkarya setelah lulus. Oleh karena itu pengalaman yang dapat membentuk pribadi perlu dikembangkan misalnya, kepemimpinan dan hubungan antar manusia. Kode Etik Insinyur Teknik Kimia dari AIChE Angggota dari American Institute of Chemical Engineers (AIChE) harus menjunjung tinggi integritas, kehormatan dan martabat dari profesi insinyur dengan berlaku jujur, netral/tidak berat sebelah, dan melayani baik majikannya, pelanggannya maupun publik, dengan setia; dengan selalu berjuang untuk meningkatkan kompetensi dan prestis dari profesi insinyur; dan menggunakan pengetahuan dan keahliannya untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Untuk mencapai tujuan ini, anggota harus: 

Mementingkan keamanan, kesehatan dan kesejahteraan dari publik dan melindungi lingkungan sebagai bentuk dari tanggung jawab profesional.



Secara

formal,

menasehati

majikan

atau

pelanggannya

(dan

mempertimbangkan penyingkapan yang lebih jauh lagi) jika mereka merasa bahwa konsekuensi dari tanggung jawab mereka akan mempengaruhi kesehatan atau keamanan masa kini dan juga mendatang dari kolega mereka atau publik. 

Menerima

tanggung

jawab

dari

tindakan

mereka,

mencari

dan

memperhatikan tinjauan kritis kerja mereka dan menawarkan kritik objektif dari kerja sesama profesional. 

Mempublikasi pandangan atau memberikan informasi dengan objektif dan jujur.



Berperilaku ,dalam lingkup professional, untuk tiap majikan atau pelanggan

sebagai agen setia dan menghindari konflik kepentingan serta tidak pernah melanggar kode kerahasiaan. 

Memperlakukan semua kolega dengan sama rata dan hormat serta menyadari kontribusi dan kemampuan unik mereka.



Melakukan pelayanan professional hanya pada daerah kompetensi mereka. Membangun reputasi professional sebagai hasil dari pelayanan mereka.



Melanjutkan perkembangan profesional sepanjang karir mereka dan menyediakan peluang untuk perkembangan professional dari mereka yang dibawah pengawasannya.



Tidak pernah mentolerasi penganiayaan.



Memperlakukan diri mereka sendiri secara adil, bermartabat dan dengan hormat.



Kasus Pelanggaran dan Solusi Salah satu kasus pelanggaran kode etik profesi adalah pada kasus di Maputo,

Mozambik yang dilakukan oleh Mozal – salah satu perusahaan aluminium smelter terbersar di dunia, yang merupakan anak perusahaan dari BHP Billiton. Sejak 17 November 2010 sampai dengan minimum 29 Maret 2011, pabrik ini akan melepaskan limbah gas tanpa filter dengan menggunakan cerobong setinggi 62 meter. Hal ini harus dilakukan karena perusahaan harus merenovasi sistem FTCnya (Fume Treatment Centre) yang berfungsi sebagai filter polutan, kondisinya sudah terkorosi dan rentan rubuh. Proses renovasi diperkirakan memakan waktu 6 bulan. Salah satu kandungan utama dalam limbah gas yang tidak difilter adalah gas HF (hidrogen fluorida) yang dapat menyebabkan iritasi parah pada kulit, mata dan saluran pernapasan dan juga dapat meningkatkan resiko kanker paru-paru. Pelepasan ini telah mendapatkan izin dari departemen/kementrian lingkungan Mozambik dengan alasan untuk menghindari bencana lingkungan dan kemanusiaan akibat rubuhnya pabrik. Pengawasan dari Mozal menyatakan bahwa bahkan tanpa filter pun konsentrasi polutan jauh di bawah ambang batar, dan penyelidikan dari perusahaan Swiss SGS – perusahaan terbesar di dunia yang memiliki spesialisasi dalam inspeksi, verifikasi dan sertifikasi, menyatakan bahwa konsentrasi polutan tetap didalam ambang batas WHO dan kementrian lingkungan hidup Mozambik,

tetapi pernah pada suatu kali pengukuran berada jauh di ambang batas. Organisasi lingkungan hidup dan industri sekitar menyayangkan tidak adanya transparasi yang jelas dari pihak perusahaan. Sebenarnya sudah ada kasus serupa di Afrika Selatan pada salah satu pabrik sejenis yang dimiliki oh BHP Biliton – perusahaan induk dari Mozal, dan prosedur perbaikan hanya memakan waktu 72 jam dan ada peringatan terhadap penduduk sekitar yang rentan terhadap polusi untuk tetap berada di rumah. Pada kasus ini dapat dilihat bahwa perusahaan telah melanggar kode etik yang pertama yaitu mementingkan keamanan, kesehatan dan kesejahteraan dari publik dan melindungi lingkungan sebagai bentuk dari tanggung jawab profesional. Walaupun emisi tidak melampaui ambang batas, tetapi sebagian \dari zat yang diemisikan (HF) merupakan zat karsinogenik yang bahkan pada konsentrasi sekecil apapun dapat meningkatkan resiko penduduk sekitar terkena kanker yang mematikan, dan dalam hal inilah perusahaan telah melanggar kode etik dengan tidak melakukan perawatan berkala/pencegahan atau tindakan penanggulangan sebelum kondisi sistem FTC berada pada tingkat yang membahayakan sehingga membuat publik menghadapi resiko kesehatan, dll. Bila kita tinjau ulang kasus diatas, dapat dilihat bahwa pengoperasian tanpa filter dapat terjadi karena ada izin dari pemerintah sekitar yang menganggap bahwa resiko pencemaran sementara lebih dapat ditolerir dibandingkan resiko bencana besar yang mungkin terjadi akibat rubuhnya pabrik. Pertimbangan seperti ini dapat muncul sebagai akibat dari lemahnya peraturan terkait perawatan sistem dan sistem pengolahan limbah yang baik sebagai syarat operasi suatu pabrik. Menurut kami, solusi yang tepat agar kasus seperti diatas tidak terulang adalah adanya pengawasan yang ketat dari pemerintah terhadap kondisi sistem pengolahan limbah suatu pabrik, maupun adanya syarat perawatan sistem dan sistem pengolahan limbah yang memadai sebagai bagian dalam kelayakan suatu operasi pabrik yang krusial dalam mendapatkan izin operasi, sehingga pihak perusahaan tidak dapat menjadikan alasan keadaan sistem yang sudah sangat kritis dan rawan rubuh sebagai alasan untuk melakukan polusi.

5.

Profesional Profesional berasal dari kata profesi yang mempunyai makna menunjuk pada

suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan pada pekerjaan itu. Sedangkan kata profesional menunjuk pada dua hal yakni orangnya dan penampilan atau kinerja orang tersebut dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Dari kata profrsional kemudian terbentuklah istilah profesionalisme yang memiliki makna menunjuk pada derajat atau tingkat penampilan seseorang sebagai orang yang profesional dalam melaksanakan profesi yang ditekuninya. Seorang profesional adalah pribadi yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari. Sedangkan Glickman dalam Ibrahim (2003) menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara profesional bilamana orang tersebut memiliki kemampuan (ability) dan motivasi (motivation). Dalam Kamus Besar Indonesia, profesionalisme mempunyai makna; mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau yang profesional. Profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional. Artinya sebuah term yang menjelaskan bahwa setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seseorang yang mempunyai keahlian dalam bidangnya atau profesinya. Menurut Supriadi, penggunaan istilah profesionalisme menunjuk pada derajat penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai suatu profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang dan rendah. Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya. Dalam Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia, karangan J.S. Badudu (2003), definisi profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau ciri orang yang profesional. Sementara kata profesional sendiri berarti (1) bersifat profesi (2) memiliki keahlian dan keterampilan karena pendidikan dan latihan, (3) beroleh bayaran karena keahliannya itu. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme memiliki dua kriteria pokok, yaitu keahlian dan pendapatan (bayaran). Kedua hal itu merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan. Artinya seseorang dapat dikatakan memiliki profesionalisme manakala memiliki dua hal pokok tersebut,

yaitu keahlian (kompetensi) yang layak sesuai bidang tugasnya dan pendapatan yang layak sesuai kebutuhan hidupnya. Hal itu berlaku pula untuk profesionalisme guru Profesionalisme berasal dan kata profesional yang mempunyai makna yaitu berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (KBBI, 1994). Sedangkan profesionalisme adalah tingkah laku, keahlian atau kualitas dan seseorang yang professional (Longman, 1987). Konsep profesionalisme, seperti dalam penelitian yang dikembangkan oleh Hall, kata tersebut banyak digunakan peneltiti untuk melihat bagaimana para profesional memandang profesinya, yang tercermin dari sikap dan perilaku mereka. Konsep profesionalisme dalam penelitian Sumardi dijelaskan bahwa ia memiliki lima muatan atau prinsip, yaitu : 1) Afiliasi komunitas (community affilition) yaitu menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal atau kelompokkelompok kolega informal sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesi. 2) Kebutuhan untuk mandiri (autonomy demand) merupakan suatu pendangan bahwa seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, mereka yang bukan anggota profesi). Setiap adanya campur tangan (intervensi) yang datang dari luar, dianggap sebagai hambatan terhadap kemandirian secara profesional. Banyak yang menginginkan pekerjaan yang memberikan hak-hak istimewa untuk membuat keputusan dan bekerja tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian dapat berasal dari kebebasan melakukan apa yang terbaik menurut yang bersangkutan dalam situasi khusus. 3) Keyakinan terhadap peraturan sendiri/profesi (belief self regulation) dimaksud bahwa yang paling berwenang dalam menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan “orang luar” yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka. 4) Dedikasi pada profesi (dedication) dicerminkan dari dedikasi profesional dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan tetap untuk melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik dipandang

berkurang. Sikap ini merupakan ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan ruhani dan setelah itu baru materi. 5) Kewajiban sosial (social obligation) merupakan pandangan tentang pentingnya profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut. Kelima pengertian di atas merupakan kreteria yang digunakan untuk mengukur derajat sikap profesional seseorang. Berdasarkan defenisi tersebut maka profesionalisme adalah konsepsi yang mengacu pada sikap seseorang atau bahkan bisa kelompok, yang berhasil memenuhi unsur-unsur tersebut secara sempurna. Profeisonal adalah :  Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilan  Meluangkan seluruh waktunya unuk pekerjaan atau kegiatan itu.  Hidup dari situ  Bangga akan pekerjaannya. Profesional itu adalah seseorang yang memiliki 3 hal pokok dalam dirinya,Skill,Knowledge,dan Attitude!  Skill disini berarti adalah seseorang itu benar-benar ahli di bidangnya.  Knowledge, tak hanya ahli di bidangnya..tapi ia juga menguasai, minimal tahu dan berwawasan tentang ilmu2 lain yang berhubungan dengan bidangnya.  Dan yang terakhir Attitude, bukan hanya pintar dan cerdas…tapi dia juga punya etika yang diterapkan dalam bidangnya. Berikut ini adalah beberapa syarat yang harus dipenuhi ketika seseorang bisa dianggap sebagi orang yang Profesional. 1. Ahli di bidangnya (mampu menghasilkan karya dan kerja yang baik) 2. Selalu Up-to-date (terkait dengan bidangnya, pengetahuan selalu terbarukan) 3. Bisa dilakukan dengan Meng-aktualisasi diri 4. Sosialisasi (berkumpul dengan komunitas di bidang terkait)

Paling tidak, ada delapan syarat yang harus dimiliki oleh seseorang jika ingin jadi seorang profesional yaitu : 1. Menguasai pekerjaan Seseorang layak disebut profesional apabila ia tahu betul apa yang harus ia kerjakan. Pengetahuan terhadap pekerjaannya ini harus dapat dibuktikan dengan hasil yang dicapai. Dengan kata lain, seorang profesional tidak hanya pandai memainkan kata-kata secara teoritis, tapi juga harus mampu mempraktekkannya dalam kehidupan nyata. Ia memakai ukuran-ukuran yang jelas, apakah yang dikerjakannya itu berhasil atau tidak. Untuk menilai apakah seseorang menguasai pekerjaannya, dapat dilihat dari tiga hal yang pokok, yaitu bagaimana ia bekerja, bagaimana ia mengatasi persoalan, dan bagaimana ia akan menguasai hasil kerjanya. Seseorang yang menguasai pekerjaan akan tahu betul seluk beluk dan likuliku pekerjaannya. Artinya, apa yang dikerjakannya tidak cuma setengah-setengah, tapi ia memang benar-benar mengerti apa yang ia kerjakan. Dengan begitu, maka seorang profesional akan menjadikan dirinya sebagai problem solver (pemecah persoalan), bukannya jadi trouble maker (pencipta masalah) bagi pekerjaannya. 2. Mempunyai loyalitas Loyalitas bagi seorang profesional memberikan petunjuk bahwa dalam melakukan pekerjaannya, ia bersikap total. Artinya, apapun yang ia kerjakan didasari oleh rasa cinta. Seorang professional memiliki suatu prinsip hidup bahwa apa yang dikerjakannya bukanlah suatu beban, tapi merupakan panggilan hidup. Maka, tak berlebihan bila mereka bekerja sungguh-sungguh. Loyalitas bagi seorang profesional akan memberikan daya dan kekuatan untuk berkembang dan selalu mencari hal-hal yang terbaik bagi pekerjaannya. Bagi seorang profesional, loyalitas ini akan menggerakkan dirinya untuk dapat melakukan apa saja tanpa menunggu perintah. Dengan adanya loyalitas seorang profesional akan selalu berpikir proaktif, yaitu selalu melakukan usaha-usaha antisipasi agar hal-hal yang fatal tidak terjadi. 3. Mempunyai integritas Nilai-nilai kejujuran, kebenaran, dan keadilan harus benar-benar jadi prinsip dasar bagi seorang profesional. Karena dengan integritas yang tingi, seorang

profesional akan mampu membentuk kehidupan moral yang baik. Maka, tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa seorang professional tak cukup hanya cerdas dan pintar, tapi juga sisi mental. Segi mental seorang profesional ini juga akan sekaligus menentukan kualitas hidupnya. Alangkah lucunya bila seseorang mengaku sebagai profesional, tapi dalam kenyataanya ia seorang koruptor atau manipulator Integritas yang dipunyai oleh seorang profesional akan membawa kepada penyadaran diri bahwa dalam melakukan suatu pekerjaan, hati nurani harus tetap menjadi dasar dan arah untuk mewujudkan tujuannya. Karena tanpa mempunyai integritas yang tinggi, maka seorang professional hanya akan terombangambingkan oleh perubahan situasi dan kondisi yang setiap saat bisa terjadi. Di sinilah intregitas seorang profesional diuji, yaitu sejauh mana ia tetap mempunyai prinsip untuk dapat bertahan dalam situasi yang tidak menentu. 4. Mampu bekerja keras Seorang profesional tetaplah manusia biasa yang mempunyai keterbatasan dan kelemahan. Maka, dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai, seorang profesional tidak dapat begitu saja mengandalkan kekuatannya sendiri. Sehebat-hebatnya seorang profesional, pasti tetap membutuhkan kehadiran orang lain untuk mengembangkan hidupnya. Di sinilah seorang professional harus mampu menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Dalam hal ini, tak benar bila jalinan kerja sama hanya ditujukan untuk orang-orang tertentu. Seorang profesional tidak akan pernah memilih-milih dengan siapa ia akan bekerja sama. Seorang profesional akan membuka dirinya lebar-lebar untuk mau menerima siapa saja yang ingin bekerja sama. Maka tak mengherankan bila disebut bahwa seorang profesional siap memberikan dirinya bagi siapa pun tanpa pandang bulu. Untuk dapat mewujudkan hal ini, maka dalam diri seorang profesional harus ada kemauan menganggap sama setiap orang yang ditemuinya, baik di lingkungan pekerjaan, sosial, maupun lingkungan yang lebih luas. Seorang profesional tidak akan merasa canggung atau turun harga diri bila ia harus bekerja sama dengan orang-orang yang mungkin secara status lebih rendah darinya. Seorang profesional akan bangga bila setiap orang yang mengenalnya, baik langsung maupun tidak langsung, memberikan pengakuan bahwa ia memang

seorang profesional. Hal ini bisa dicapai apabila ia mampu mengembangkan dan meluaskan hubungan kerja sama dengan siapa pun, di mana pun, dan kapan pun. 5. Mempunyai Visi Seorang profesional harus mempunyai visi atau pandangan yang jelas akan masa depan. Karena dengan adanya visi tersebut, maka ia akan memiliki dasar dan landasan yang kuat untuk mengarahkan pikiran, sikap, dan perilakunya. Dengan mempunyai visi yang jelas, maka seorang profesional akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar, karena apa yang dilakukannya sudah dipikirkan masak-masak, sehingga ia sudah mempertimbangkan resiko apa yang akan diterimanya. Tanpa adanya visi yang jelas, seorang profesional bagaikan "macan ompong", dimana secara fisik ia kelihatan tegar, tapi sebenarnya ia tidak mempunyai kekuatan apa-apa untuk melakukan sesuatu, karena tidak mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Dengan adanya visi yang jelas, seorang profesional akan dengan mudah memfokuskan terhadap apa yang ia pikirkan, lakukan, dan ia kerjakan. Visi yang jelas juga memacunya menghasilkan prestasi yang maksimal, sekaligus ukuran yang jelas mengenai keberhasilan dan kegagalan yang ia capai. Jika gagal, ia tidak akan mencari kambing hitam, tapi secara dewasa mengambil alih sebagai tanggung jawab pribadi dan profesinya. 6. Mempunyai kebanggaan Seorang profesional harus mempunyai kebanggaan terhadap profesinya. Apapun profesi atau jabatannya, seorang profesional harus mempunyai penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap profesi tersebut. Karena dengan rasa bangga tersebut, ia akan mempunyai rasa cinta terhadap profesinya. Dengan rasa cintanya, ia akan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap apa yang dilakukannya. Komitmen yang didasari oleh munculnya rasa bangga terhadap profesi dan jabatannya akan menggerakkan seorang profesional untuk mencari dan hal-hal yang lebih baik, dan senantiasa memberikan kontribusi yang besar terhadap apa yang ia lakukan. 7. Mempunyai komitmen Seorang profesional harus memiliki komitmen tinggi untuk tetap menjaga profesionalismenya. Artinya, seorang profesional tidak akan begitu mudah tergoda oleh bujuk rayu yang akan menghancurkan nilai-nilai profesi. Dengan komitmen

yang dimilikinya, seorang akan tetap memegang teguh nilai-nilai profesionalisme yang ia yakini kebenarannya. Seseorang tidak akan mengorbankan idealismenya sebagai seorang profesional hanya disebabkan oleh hasutan harta, pangkat dan jabatan. Bahkan bisa jadi, bagi seorang profesional, lebih baik mengorbankan harta, jabatan, pangkat asalkan nilai-nilai yang ada dalam profesinya tidak hilang. Memang, untuk membentuk komitmen yang tinggi ini dibutuhkan konsistensi dalam mempertahankan nilai-nilai profesionalisme. Tanpa adanya konsistensi atau keajekan, seseorang sulit menjadikan dirinya sebagai profesional, karena hanya akan dimainkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi. 8. Mempunyai Motivasi Dalam situasi dan kondisi apa pun, seorang professional tetap harus bersemangat dalam melakukan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Artinya, seburuk apa pun kondisi dan situasinya, ia harus mampu memotivasi dirinya sendiri untuk tetap dapat mewujudkan hasil yang maksimal. Dapat dikatakan bahwa seorang profesional harus mampu menjadi motivator bagi dirinya sendiri. Dengan menjadi motivator bagi dirinya sendiri, seorang profesional dapat membangkitkan kelesuan-kelesuan yang disebabkan oleh situasi dan kondisi yang ia hadapi. Ia mengerti, kapan dan di saat-saat seperti apa ia harus memberikan motivasi untuk dirinya sendiri. Dengan memiliki motivasi tersebut, seorang professional akan tangguh dan mantap dalam menghadapi segala kesulitan yang dihadapinya. Ia tidak mudah menyerah kalah dan selalu akan menghadapi setiap persoalan dengan optimis. Motivasi membantu seorang profesional mempunyai harapan terhadap setiap waktu yang ia lalui, sehingga dalam dirinya tidak ada ketakutan dan keraguan untuk melangkahkan kakinya. Di bawah ini dikemukakan beberapa ciri profesionalisme :

1. Profesionalisme menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil (perfect result), sehingga kita di tuntut untuk selalu mencari peningkatan mutu.

2. Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan.

3. Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tidak mudah

puas atau putus asa sampai hasil tercapai.

4. Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh “keadaan terpaksa” atau godaan iman seperti harta dan kenikmatan hidup.

5. Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan fikiran dan perbuatan, sehingga terjaga efektivitas kerja yang tinggi.

Tiga Watak Kerja Profesionalisme 1. Kerja seorang profesional itu beritikad untuk merealisasikan kebajikan demi tegaknya kehormatan profesi yang digeluti, dan oleh karenanya tidak terlalu mementingkan atau mengharapkan imbalan upah materil. 2. Kerja seorang profesional itu harus dilandasi oleh kemmahiran teknis yang berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan dan atau pelatihan yang panjang, ekslusif dan berat. 3. Kerja seorang profesional diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral harus menundukkan diri pada sebuah mekanisme kontrol berupa kode etik yang dikembangkan dan disepakati bersama didalam sebuah organisasi profesi.

Related Documents


More Documents from "nindawana"