USAHA PENGEMBANGAN BAHASA DALAM RANGKA PEMARTABATAN BAHASA
MAKALAH
Oleh Trisa Triandesa dan Farida Rendrayani Duta Bahasa Jawa Barat 2009
USAHA PENGEMBANGAN BAHASA DALAM RANGKA PEMARTABATAN BAHASA Trisa Triandesa dan Farida Rendrayani Duta Bahasa Jawa Barat 2009 Abstrak Proses globalisasi, yang identik dengan istilah perkembangan zaman, berpengaruh terhadap posisi dan kondisi bahasa kita.Agar posisi dan kondisi bahasa kita tetap mantap, pengembangan bahasa – dalam hal ini pengembangan bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan sastra - perlu dilakukan dalam rangka pemartabatan bahasa. Upaya pengembangan bahasa dapat dilakukan melalui pengembangan istilah dan kamus, pemertahanan bahasa daerah, dan pemberian ruang gerak pada sastra. Hal ini merupakan tanggung jawab seluruh instrumen masyarakat, baik itu masyarakat awam, ahli bahasa, lembaga kebahasaan maupun pemerintah. Dengan pengembangan bahasa, kekacauan berbahasa yang sering terjadi dapat dihindari. Dengan demikian, kemantapan posisi dan kondisi bahasa kita terjaga. Kata kunci: pemartabatan bahasa, pengembangan istilah, pimentos sastra, pelestarian bahasa. 1. Pendahuluan Proses globalisasi merupakan sesuatu yang tak terhindarkan serta menyebabkan budaya di seluruh dunia menjadi sama dan sebangun. Gaya hidup, cara bertutur, pakaian, makanan, rumah, kendaraan, musik, tontonan, dan lain-lain dalam kehidupan sehari-hari di seluruh pelosok dunia menjadi serupa saja. Hal ini berpengaruh pada kondisi bahasa saat ini karena pada faktanya bahasa dan teknologi merupakan dua unsur budaya yang tidak pernah berhenti berkembang. Kondisi kebahasaan yang dimaksud juga tidak terlepas dari adanya pengaruh keterbukaan, otonomi daerah dan peran bahasa dalam kehidupan sehari-hari (bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing). Pengaruh globalisasi tersebut dapat memberi dampak positif dan negatif terhadap suatu bahasa. Dampak positif yang ditimbulkan dapat berupa perkembangan
suatu bahasa sedangkan dampak negatifnya dapat berupa pergeseran posisi bahasa. Perkembangan yang terjadi pada bahasa suatu negara menunjukkan adanya keterlibatan negara tersebut dalam perkembangan dunia. Namun, keterlibatan suatu negara dalam kancah internasional (global) pun dapat menekan penggunaan bahasa nasional akibat adanya bahasa asing. Hal serupa juga terjadi pada bahasa Indonesia yang juga memiliki bahasa daerah dan kesusasteraan. Kondisi kebahasaan seperti itu membuat bahasa kita perlu mengalami proses pemartabatan terkait dengan sejarah bangsa Indonesia sebagai bangsa yang terjajah dan inferior. Dengan demikian, bangsa kita tidak akan menjadi bangsa yang tuna-harga-diri. Pemartabatan bahasa adalah peningkatan harkat dan derajat bahasa. Salah satu cara pemartabatan bahasa dapat dilakukan melalui pengembangan bahasa yang bertujuan untuk memajukan bahasa dan sastra dalam rangka memajukan bangsa. Adanya fenomena mengenai terdesaknya bahasa daerah oleh bahasa Indonesia, dan bahasa Indonesia oleh bahasa asing merupakan pemicu dilakukannya pemartabatan bahasa, khususnya melalui pengembangan bahasa.
2. Posisi dan Ranah Bahasa Bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing memiliki posisi yang berbeda dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Setiap bahasa harus berada pada ranah pemakaiannya masing-masing, tidak boleh mencampuri ranah bahasa lain. Artinya, penggunaan tiap bahasa ini harus proporsional, sesuai dengan ranah pemakaiannya. Ungkapan ”bahasa daerah itu pasti, bahasa Indonesia itu wajib, dan bahasa asing itu perlu” merefleksikan posisi masing-masing bahasa. Makna dari ungkapan ”bahasa daerah itu pasti” menunjukkan posisi bahasa daerah sebagai cerminan jati diri komunitas daerah. Bahasa yang hidup dalam lingkungan sekitar kita ini memiliki ranah penggunaan di dalam ranah rumah tangga atau di lingkungan sekitar, yang hampir seluruh masyarakatnya, menuturkan bahasa daerah tersebut. Ungkapan ”bahasa Indonesia itu wajib” bermakna posisi bahasa Indonesia dalam kehidupan mayarakat Indonesia adalah sebagai bahasa persatuan dengan
perannya sebagai pemersatu bangsa Indonesia yang multietnis dan multibudaya serta multibahasa. Bahasa Indonesia secara mutlak wajib dijunjung oleh seluruh warga negara Indonesia terkait dengan isi Sumpah Pemuda 1928 dan perannya yang fungsional dalam komunikasi antaretnis bangsa. Hal inilah yang membuat ranah penggunaan bahasa Indonesia lebih luas daripada bahasa daerah dan bahasa asing. Selain itu, tidak dapat dimungkiri bahwa kehidupan kita dipengaruhi budaya asing. Oleh sebab itu, ungkapan ”bahasa asing itu perlu” bermakna
bahasa asing
sebagai bahasa penunjang dan alat dalam perluasan akses global, perannya adalah sebagai sarana penguasaan iptek, pergaulan antarbangsa; juga sebagai media promosi ke dunia internasional dan diplomasi luar negara. 3. Kondisi Bahasa Kita dan Pengembangan Bahasa Slang-isme dan gejala kebahasaan seperti, alih kode (code switching)1, campur kode (code mixing)2, dan interferensi 3, yang menjadi kajian sosiolinguistik, merupakan produk nyata globalisasi. Campur kata dan bahasa dalam seni bertutur ataupun menulis menjadi tak terelakkan ketika penetrasi budaya asing tidak disikapi dengan kemantapan budaya sendiri. Alhasil, posisi bahasa nasional dan daerah pun tergeser secara signifikan. Dalam menghadapi problematika bahasa akibat pengaruh globalisasi ini, pengembangan terhadap bahasa perlu dilakukan. Dengan melakukan pengembangan, suatu bahasa tidak akan rigid, tetapi akan terus bersesuaian dengan kemajuan zaman. Seiring dengan hal itu, kemajuan suatu negara pun dapat dicapai, yang secara otomatis mempengaruhi martabat bangsa. Pengembangan bahasa di Indonesia dibagi ke dalam tiga pengembangan bahasa secara spesifik yaitu, pengembangan bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan sastra. Pengembangan bahasa daerah lebih diarahkan kepada pemertahanan di lingkungan keluarga karena yang bertanggung jawab secara langsung dan aktif dalam pemertahanan dan kelestarian bahasa daerah adalah keluarga meskipun tetap perlu 1 Alih kode (code switching) : peristiwa pergantian bahasa yang terjadi pada pemakaian bahasa, situasi, dan ragam bahasa.
2 Campur kode (code mixing) : fenomena pencampuran bahasa kedua ke dalam bahasa pertama, pencampuran bahasa asing ke dalam struktur bahasa ibu.
3 Interferensi (interference) : perubahan sistem suatu bahasa akibat adanya pengaruh bahasa lain.
dukungan dari pemerintah dan pihak swasta. Selain untuk pemertahanan, bahasa daerah dapat memperkaya bahasa Indonesia, begitu pula sebaliknya. Pengembangan bahasa daerah dapat juga dilakukan melalui penumbuhan majalah ataupun karya sastra berbahasa daerah. Penggalian kata, istilah dan ungkapan harus dilakukan sebelum pengembangan dilakukan. Pengembangan bahasa Indonesia diarahkan kepada pengembangan istilah dan kamus berbagai bidang ilmu (glosarium), sesuai dengan perkembangan iptek. Bahasa Indonesia perlu terus dikembangkan dan tidak boleh dibiarkan tertinggal. Hingga saat ini, bahasa Indonesia telah mendapat sumbangan kata dari bahasa daerah untuk memperkaya bahasa Indonesia. Dari 20.000 lema baru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sekarang, 1.900 lema di antaranya berasal dari bahasa Sunda. Pengembangan bahasa juga berkaitan dengan perkembangan dalam dunia kesusastraan. Sastra sebagai media pengungkap pemikiran tentang masyarakat baru Indonesia mengalami pengembangan yang mengembirakan. Agar sastra dapat tumbuh dan dieresis oleh kalangan muda, perlu diperbanyak lomba-lomba kesastraan dan pementasan sastra. Dengan adanya lomba-lomba kesastraan dan pementasan sastra tersebut, diharapkan muncul gairah baru di kalangan muda untuk mengakrabi, menggauli, dan mengapresiasi sastra dengan baik. Pada dasarnya, melalui pengembangan bahasa, kita dapat memelihara, melestarikan, dan memajukan bahasa serta mencegah terjadinya kepunahan bahasa. Ketika kita melakukan pengembangan bahasa daerah, pada saat yang bersamaan kita telah memelihara, melestarikan, dan melindungi bahasa tersebut dari kepunahan. Hal ini sejalan dengan rekomendasi UNESCO pada tahun 1999 mengenai pemeliharaan bahasa-bahasa ibu di dunia. Di tingkat Provinsi Jawa Barat, Pengeluaran SK Gubernur Jawa Barat No. 434/ SK. 614/dis-pk /1999 tentang pembakuan aksara Sunda dan masuknya aksara Sunda dalam sistem aksara unicode merupakan bagian dari upaya pemeliharaan bahasa ibu dan contoh konkret pengembangan bahasa daerah. Pengembangan bahasa Indonesia dan bahasa daerah semakin jelas dan terarah setelah keluarnya Undang-Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Dalam undang-undang itu jelas diatur penggunaan, pengembangan, dan pelindungan bahasa Indonesia dan daerah. Dengan kondisi kebahasaan yang telah kami paparkan tersebut maka semakin jelas
pentingnya pemartabatan bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa Indonesia. Salah satu cara yang dapat diupayakan adalah melalui pengembangan bahasa, yang dilakukan agar tercapai suatu kondisi di mana masyarakat bertutur dengan baik dan benar. Dengan pemartabatan bahasa, kekacauan berbahasa yang sering terjadi, misalnya akibat alih kode, campur kode, dan interferensi, dapat dihindari. 4. Penutup Pengembangan bahasa penting dilakukan terkait sifat bahasa yang dinamis dan fleksibel mengikuti kebutuhan dari masyarakat pengguna bahasanya. Sesuai dengan peribahasa yang berbunyi ”belajar ke yang pintar, berguru ke yang pandai” yang mengandung makna kita dapat belajar dari siapapun dan dari bahasa apapun untuk kemajuan dan perkembangan bahasa. Pengembangan bahasa, yang merupakan bagian dari pemartabatan bahasa, dapat dilakukan melalui pengembangan bahasa Indonesia melalui pengembangan istilah dan kamus, pengembangan bahasa daerah di lingkungan keluarga, dan pengembangan
sastra
melalui
penyelenggaraan
lomba-lomba
dan
pementasan
kesastraan. Pengembangan ini menjadi tugas bersama bagi masyarakat awam dan lembaga
atau
instansi-instansi
terkait
seperti
lembaga
kebahasaan
ataupun
pemerintah, khususnya pemda dalam kaitannya pelestarian dan pengembangan bahasa daerah. Daftar Pustaka Rais, Sigit. Batasan Alih Kode. Dikutip dari http://newspaper.pikiranrakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=75605, 17 Mei 2009 Undang-Undang No.24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.