Makalah-defisit-perawatan-diri.docx

  • Uploaded by: farida
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah-defisit-perawatan-diri.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,841
  • Pages: 19
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)

MAKALAH Makalah ini disusun untuk Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Di susun oleh : 1.

ENWAR USTI SUMADI

G2A218108

2.

FARIDA ADI RAHAYU

G2A218107

3.

HARINI

G2A218106

4.

HENNY KARTIKASARI G2A218105

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG TAHUN AJARAN 2018/2019 SEMESTER GENAP

1

BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara mandiri. Pada pasien gangguan jiwa yang dirawat dalam keluarga sering mengalami ketidakpedulian merawat diri yang menyebabkan pasien dikucilkan dalam keluarga maupun masyarakat. Materi ini akan membahas cara-cara merawat pasien dengan kurang perawatan diri (tidak peduli terhadap perawatan diri) agar pasien dan keluarga mempunyai kemampuan merawat pasien di rumah. Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004). kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).

B.

RUMUSAN MASALAH 1.

Pasien tidak mampu dan tidak mengetahui menangani kebersihan diri?

2.

kurang pengetahauan perawatan diri saat dirumah maupun dirumah sakit?

C.

TUJUAN 1.

Agar kita perawat mampu menetahui cara penanganan pasien yang kurang perawatan diri.

2.

Bagaimana cara mengatasi pasien yang kurang perawatan diri baik di rumah maupun rumah sakit

2

BAB II PEMBAHASAN A.

PENGERTIAN Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004). Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).

B.

JENIS–JENIS PERAWATAN DIRI 1.

Kebersihan diri Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihanKurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.

2.

Berdandan atau berhias Kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai, tidak menyisir rambut, atau mencukur kumis. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias. Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

3

3.

Makan Mengalami kesukaran dalam mengambil, ketidakmampuan membawa makanan dari piring ke mulut, dan makan hanya beberapa suap makanan dari piring.Kurang perawatan diri : Makan. Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.

4.

Toileting Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan defekasi atau berkemih tanpa bantuan Kurang perawatan diri : Toileting. Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ).

C.

ETIOLOGI Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut: 1.

Kelelahan fisik

2.

Penurunan kesadaran

Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah : 1.

Faktor prediposisi a.

Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.

b.

Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

c.

Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa maka kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

4

d.

Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

2.

Faktor presipitasi Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah: 1.

Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

2.

Praktik Sosial Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

3.

Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4.

Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

5.

Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

6.

Kebiasaan seseorang

5

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain. 7.

Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene: 1.

Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

2.

Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

D. TANDA DAN GEJALA Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah: 1.

2.

3.

Fisik 

Badan bau, pakaian kotor.



Rambut dan kulit kotor.



Kuku panjang dan kotor.



Gigi kotor disertai mulut bau.



penampilan tidak rapi.

Psikologis 

Malas, tidak ada inisiatif.



Menarik diri, isolasi diri.



Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

Sosial 

Interaksi kurang.

6



Kegiatan kurang.



Tidak mampu berperilaku sesuai norma.



Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

Mekanisme Koping.

E.

1.

Regresi

2.

Penyangkalan.

3.

Isolasi diri, menarik diri.

4.

Rentang Respon Kognitif

POHON MASALAH Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

isolasi sosial

menarik diri

Defisit perawatan diri : mandi, toileting, makan, berhias.

Harga diri Rendah

F.

PROSES KEPERAWATAN 1.

PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi kepada klien dan keluarga ( pelaku rawat). Tanda dan gejala deficit perawatan diri yang dapat di temukan dengan wawancara melalui pertanyaan sebagai berikut : a.

Bagaimana kebersihan diri klien ?

b.

Apakah klien bisa mandi, mencuci rambut, mengosok gigi, dan mengunting kuku ?

c.

Bagaimana penampilan pasien ?

7

d.

Apakah klien menyisir rambut, berdandan, bercukur (untuk lakilaki)?

e.

Apakah pakaian klien rapi dan sensual ?

f.

Apakah klien menggunakan alat mandi / kebersihan diri ?

g.

Bagaimana makan dan minum klien ?

h.

Apakah klien menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum ?

i.

Bagaimana BAB dan BAK klien ?

j.

Apakah Klien membersihkan diri dari tempat BAB dan BAKsetelah BAB dan BAK ?

k.

Apakah klien mengetahui cara perawatan diri ?

Untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah kurang perawatan diri maka tanda dan gejala dapat diperoleh melalui observasi pada pasien yaitu sebagai berikut Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah : 1)

Gangguan kebersihan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor.

2)

Ketidakmampuan berhias/berdandan ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, serta pada pasien wanita tidak berdandan.

3)

Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.

4)

Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri ditandai dengan BAB atau BAK tidak pada tempatnya, serta tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK.

Data subyektif : a.

Pasien merasa lemah.

b.

Malas untuk beraktivitas.

c.

Merasa tidak berdaya.

8

Data obyektif :

2.

a.

Rambut kotor, acak – acakan.

b.

Badan dan pakaian kotor dan bau.

c.

Mulut dan gigi bau.

d.

Kulit kusam dan kotor.

e.

Kuku panjang dan tidak terawat.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN Berdasarkan tanda dan gejala yang di peroleh dari hasil pengkajian maka dirumuskan diagnosis keperawatan Defisit perawatan diri

3.

RENCANA INTERVENSI a.

Tindakan Keperawatan Untuk individu (pasien) 1.

Tujuan : a.

Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.

b.

Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik.

2.

c.

Pasien mampu melakukan makan dengan baik.

d.

Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri.

Tindakan keperawatan a.

Identifikasi aspek perawatan diri yang masih dapat dilakukan klien.

b.

Latih satu aspek perawatan diri pada satu waktu. Misalnya cara makan, memeotong kuku.

c.

Berikan penjelasan sederhana dan kongkret misal melatih makan, ambil nasidari piring, masukkan ke mulut.

d.

Berikan pujianatas keberhasilan yang dapat dicapai klien.

9

e.

Latih aspek perawatan diri lainnya apabila satu aspek perawatan diri telah di kuasai dengan baik.

f.

Anjurkan klien untuk mandiri namunapabila tidak mampuberikan bantuan.

b.

Tindakan Keperawatan Pada Keluarga 1.

Tujuan Keluarga mampu merawat anggota keluarga

yang

mengalami masalah kurang perawatan diri. 2.

Tindakan keperawatan Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri yang baik, maka Anda harus melakukan tindakan kepada keluarga agar keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien dalam perawatan dirinya meningkat. Tindakan yang dapat Anda lakukan antara lain sebagai berikut. a)

Mendiskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.

b)

Menjelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma.

c)

Diskusikan

dengan

keluarga

tentang

fasilitas

kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien. d)

Latih keluarga cara merawat dan membimbing kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, BAB dan BAK klien.

e)

Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung perawatan diri klien.

f)

Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke fasilitas kesehatan.

g)

Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.

10

4.

EVALUASI a.

Evaluasi untuk klien Klien mampu : 1.

Mandi, mencuci rambut, menggosok gigi dan menggunting kuku dengan benar dan bersih.

b.

2.

Mengganti pakaian dengan pakaian bersih

3.

Membereskan pakaian kotor

4.

Berdandan dengan benar

5.

Mengambil makanan dan minuman dengan rapi

6.

Menggunakan alat makan dan minum dengan benar

7.

BAB dan BAK pada tempatnya

8.

BAB dan BAK dengan bersih

Evaluasi untuk keluarga : 1.

Mengenal masalah yang dirasakan dalam merwat klien (pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya deficit perawatan diri.

2.

Menyediakan fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh klien.

3.

Merawat dan membimbing klien dalam merawat diri: kebersihan diri, berdandan (wanita), bercukur (pria), makan dan minum, BABA dan BAK.

4.

Follow up ke puskesmas, mengenal tanda kambuh dan rujukan.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

11

A.

Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji 1.

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri. Data subyektif a.

Klien mengatakan saya tidak mampu mandi, tidak bisa melakukan apa-apa,

Data obyektif a.

Klien terlihat lebih kurang memperhatikan kebersihan, halitosis, badan bau, kulit kotor.

2.

Isolasi Sosial Data subyektif a.

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apaapa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

Data obyektif a.

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan

3.

Defisit Perawatan Diri Data subyektif a.

Pasien merasa lemah

b.

Malas untuk beraktivitas

c.

Merasa tidak berdaya.

Data obyektif a.

Rambut kotor, acak – acakan

b.

Badan dan pakaian kotor dan bau

c.

Mulut dan gigi bau.

d.

Kulit kusam dan kotor

e.

Kuku panjang dan tidak terawat

12

B.

C.

Diagnosa Keperawatan 1.

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

2.

Isolasi Sosial

3.

Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK

Fokus Intervensi 1.

Diagnosa keperawatan: penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri. a.

Tujuan Umum. Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri.

b.

Tujuan Khusus.

TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat. Kriteria evaluasi Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat: a.

Wajah cerah, tersenyum.

b.

Mau berkenalan.

c.

Ada kontak mata.

d.

Menerima kehadiran perawat.

e.

Bersedia menceritakan perasaannya.

Intervensi a.

Berikan salam setiap berinteraksi.

b.

Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.

c.

Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.

d.

Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.

e.

Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.

f.

Buat kontrak interaksi yang jelas.

g.

Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.

h.

Penuhi kebutuhandasar klien.

13

TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri. Tindakan keperawatan untuk pasien kurang perawatan diri juga ditujukan untuk keluarga sehingga keluarga mampu mengarahkan pasien dalam melakukan perawatan diri. a.

Tindakan keperawatan untuk pasien. 1.

2.

Tujuan. a)

Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri

b)

Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik

c)

Pasien mampu melakukan makan dengan baik

d)

Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

Tindakan keperawatan Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri Saudara dapat melakukan tanapan tindakan yang meliputi: a)

Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.

b)

Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri

c)

Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri

d)

Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

Kriteria evaluasi Klien dapat menyebutkan kebersihan diri pada waktu 2 kali pertemuan, mampu menyebutkan kembali kebersihan untuk kesehatan seperti mencegah penyakit dan klien dapat meningkatkan cara merawat diri. Intervensi a.

Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.

b.

Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.

c.

Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.

14

d.

Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.

e.

Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri.

f.

Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri.

g.

Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.

TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat. Kriteria evaluasi. Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi pakai sabun dan disiram pakai air sampai bersih, mengganti pakaian bersih sehari-hari dan merapikan penampilan. Intervensi : a.

Motivasi klien untuk mandi.

b.

Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.

c.

Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.

d.

Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.

e.

Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.

f.

Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.

TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri. Kriteria evaluasi

15

Setelah satu minggu klien dapat melakukan perawatan kebersihan diri secara rutin dan teratur tanpa anjuran, seperti mandi pagi dan sore, ganti baju setiap hari, penampilan bersih dan rapi. Intervensi Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal. TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri. Kriteria evaluasi Klien selalu tampak bersih dan rapi. Intervensi Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.

TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri. Kriteria evaluasi Keluarga selalu mengingatkan hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan diri, keluarga menyiapkan sarana untuk membantu klien dalam menjaga kebersihan diri, dan keluarga membantu dan membimbing klien dalam menjaga kebersihan diri. Intervensi a.

Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan

b.

diri.

Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.

c.

Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah dialami di RS.

d.

Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien.

e.

Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.

16

f.

Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri.

g.

Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lainlain.

BAB IV PENUTUP

17

A.

Kesimpulan Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri. Dan dengan dibuat nya makalah ini mahasiswa/i dapat memahami perawatan diri pada lansia,serta dapat digunakan sebagai bahan bacaan.

B.

Saran. Dengan dibuat nya makalah ini diharapkan mahasiswa/i dapat mengaplikasikan ilmu perawatan diri pada lansia yang kurang memahami dalam mengatasi kerbesihan diri.

DAFTAR PUSTAKA

18

1.

Fortinas, K. M (2004). PsychiatricMental Health Nursing (3 ed), St. Louis Mosby

2.

Herman, T. H (2012), NANDA International DiagnosisDefinition &Classification, 2012-2014, (Ed,), Oxford : Wiley-Blackwell.

3.

Keliat, B. A, dkk (2011) Keperawatan Kesehatan JiwaKomunitas CMHN (basic Course), EGC : Jakarta

4.

Stuart, G.W. & Dundeen. M.T (2005). Principles and practice of psychiatric nursing. (8th edition). Philadelphia: Elseiver Mosby

5.

Stuart, G.W. (2013). Principles and practice of psychiatric nursing. (10th edition). Philadelphia: Elseiver Mosby

6.

Townsend, M.C. (2011).Nursing diagnosisin psychiatric nursing: care plans and psycotropicmedication, (8th ed.) Philadelphia: F.A.Davis Company

7.

Townsend, M.C. (2009). Psychiatric mental health nursing : consepts of care in evidence-based practice . (6th ed.) Philadelphia: F.A.Davis Company

8.

Videbeck, shella L(2011), Psychiatric mental health nursing(illustrations byCathy J. Miller), _5th ed, Lippicott William & Wilkins

19

More Documents from "farida"