MAKALAH AUDIT MANAJEMEN “Audit Produksi dan Operasi”
Disusun oleh : 1. Paramitha Lestari
(C30116316)
2. Putryanthi
(C30116318)
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Non Reguler Universitas Tadulako 2018
0
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, nikmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Audit Produksi dan Operasi” dengan baik. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Audit Manajemen. Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Palu, 18 Maret 2019
Penulis
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... 0 KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1 DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 3 A. Latar Belakang ........................................................................................................ 3 B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 5 2.1 Pengertian Audit Produksi dan Operasi……………………………………….. 2.2 Prinsip-Prinsip Umum…………………………………………………………. 2.3 Tujuan Audit Produksi dan Operasi…………………………………………… 2.4 Manfaat Audit Produksi dan Operasi………………………………………….. 2.5
Tahap-Tahap Audit…………………………………………………………….
2.6 Ruang Lingkup Audit………………………………………………………….. BAB III PENUTUP ........................................................................................................... A. Kesimpulan ............................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Adanya tekanan yang sama kuat terhadap bisnis manufaktur saat ini, menuntut
perusahaan sebagai perusahaan manufaktur untuk lebih cerdas dalam menjalankan operasinya. Perubahan permintaan pasar menuntut perusahaan untuk beroperasi lebih efisien, fleksibel, dan menempatkan produk tepat waktu di pasar tanpa mengabaikan standar kualitas sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Pemahaman terhadap kondisi ini dan komitmen untuk memuaskan pelanggan, mendorong perusahaan merancang proses produksi dan operasinya sedemikian rupa sehingga produk yang dihasilkan mampu memenuhi pelanggan dalam kualitas, kuantitas dan waktu yang tepat. Industri sebagai suatu sistem, mengintegrasikan empat hal penting dalam keunggulan bersaing perusahaan yang meliputi: riset pasar, desain produk,proses produksi danpemasaran produk. Perbaikan kinerja bisnis modern mencakup keseluruhan sistem industri mulai dari pemesanan material sampai dengan distribusi produk kepada konsumen, pelayanan, purnajual, dan desain ulang produk. Fungsi produksi dan operasi yang mentransformasikan input menjadi output bertanggungjawab untuk menghasilkan produk dalam kuantitas dan kualitas yang telah ditentukan. Kebijakan produksi dan operasi, kapasitas produksi (sumberdaya dan fasilitas), jadwal produksi, inovasi, dan peningkatan berkelanjutan harus dikonsentrasikan untuk memenuhi kepuasan pelanggan, agar perusahaan memiliki keunggulan dalam intensitas persaingan yang sangat ketat ini. Fungsi produksi yang efektif dan efisien merupakan salah satu kunci keberhasilan sebuah perusahaan karena dapat memberikan sejumlah keuntungan atau laba yang lebih besar bagi perusahaan. Laba perusahaan menjadi kunci utama atau sebagai indikator bahwa perusahaan dapat dikatakan baik dan mampu mempertahankan kelangsungan perusahaan tersebut. Peningkatan laba perusahaan akan bergantung pada sejauh mana sumber daya digunakan secara 3
efektif, efesien dan ekonomis. Perusahaan memerlukan pengevaluasian dan penilaian terhadap efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan. Dengan demikian diperlukan sebuah audit manajemen untuk melakukan hal tersebut. Dengan menyadari pentingnya audit manajemen dilakukan dalam sebuah perusahaan maka banyak perusahaan yang melakukan audit manajemen. Audit ini dilakukan tidak hanya terbatas pada unit produksi tetapi juga berlaku untuk keseluruhan proses produksi. Untuk mengidentifikasi dan mengetahui kekurangan, kelemahan, dan tindakan apa yang sebaiknya dilakukan atas temuan dari proses produksi yang dilaksanakan, maka diperlukan audit manajemen. Audit manajemen bertujuan untuk mengidentifikasi kegiatan, program, dan aktivitas yang masih memerlukan perbaikan, sehingga dengan rekomendasi yang diberikan nantinya akan dicapai perbaikan atas pengelolaan berbagai program dan aktivitas pada perusahaan tersebut.Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis akan membuat makalah dengan judul “AUDIT PRODUKSI DAN OPERASI”. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan permasalahan
sebagai berikut : 1.
Apa pengertian audit produksi dan operasi?
2.
Bagaimana prinsip-prinsip umum yang memberikan panduan pada pelaksanaan audit
produksi dan operasi? 3.
Apa tujuan yang ingin dicapai melalui pelaksanaan audit produksi dan operasi?
4.
Apa manfaat dari audit produksi dan operasi?
5.
Bagaimana tahap-tahap audit produksi dan operasi?
6.
Apa saja ruang lingkup dari audit produksi dan operasi?
4
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Audit Produksi dan Operasi Audit produksi dan operasi merupakan suatu bentuk audit yang dilaksanakan perusahaan
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas kegiatan dibidang produksi dan operasi. Selain itu, produksi juga berfungsi untuk mengukur seberapa baik manajemen menjalankan fungsi perencanaan, organisasi, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan produksi dan seberapa efektifkah manajemen dalam membuat keputusan yang tepat untuk mencapai tujuan produksi yang telah ditetapkan. Audit produksi melakukan penilaian secara komprehensif terhadap keseluruhan fungsi produksi dan operasi untuk menentukan apakah fungsi ini telah berjalan dengan memuaskan (ekonomis, efektif, dan efisien). Beberapa alasan yang mendasari perlunya dilakukan audit produksi, antara lain: 1.
Proses produksi dan operasi harus berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
2.
Kekurangan/kelemahan yang terjadi harus ditemukan sehingga segera dapat diperbaiki.
3.
Konsistensi berjalannya proses harus diungkapkan.
4.
Pendekatan proaktif haras menjadi dasar dalam peningkatan proses.
5.
Berjalannya tindakan korektif harus mendapat dorongan dan dukungan dari berbagai pihak
yang terkait. 2.2
Prinsip-Prinsip Umum Beberapa prinsip umum yang memberikan panduan terhadap pelaksanaan audit ini, dapat
menjadikan pedoman oleh auditor dalam menjalankan tugas profesinya. Prinsip- prinsip itu antara lain :
5
1.
Tujuan utama audit adalah untuk menentukan apakah proses produksi dan operasi yang
berjalan sudah sesuai dengan kriteria (peraturan, kebijakan, tujuan, rencana, standar)yang telah ditetapkan untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan konsisten dengan standar kualitas yang ditetapkan serta mengidentifikasi wilayah (bagian) yang masih memerlukan perbaikan. 2.
Auditor harus secara objektif dan sistematis mengumpulkan dan menganalisis data yang
cukup,
dan
relevan
sebagai
dasar
penilaian
terhadap
ketaatan
perusahaan
dalam
menerapkan kriteriayang ditetapkan. 3.
Auditor harus mengklarifikasi ketidaksuaian yang terjadi antara aktivitas produksi dan
operasi dengan kebutuhan kriteria(standar) yang telah ditetapkan dan membuat rekomendasi untuk peningkatan. Disamping itu, auditor harus mendiskusikan beberapa langkah perbaikan sebagai solusi atas kekurangan yang masih terjadi dan merupakan tanggung jawab perusahaan untuk menentukan langkah yang paling tepat untuk memperbaiki ketidak sesuaian tersebut. 2.3
Tujuan Audit Produksi dan Operasi Tujuan yang ingin dicapai melalui pelaksanaan audit produksi dan operasional adalah
untuk mengetahui: 1.
Apakah produksi yang dihasilkan telah mencerminkan kebutuhan pelanggan (pasar).
2.
Apakah strategi serta rencana produksi dan operasi sudah secara cermat menghubungkan
antara kebutuhan untuk memuaskan penggan dengan ketersediaan sumber daya serta fasilitas yang dimiliki perusahaan. 3.
Apakah strategi, rencan produksi dan operasi telah mempertimbangkan kelemahan-
kelemahan internal, ancaman lingkungan eksternal serta peluang yang dimilki perusahaan. 4.
Apakah proses transformasi telah berjalan secara efektif dan efisien.
5.
Apakah penempatan fasilitas produksi dan operasi telah mendukung berjalannya proses
secara ekonomisasi, efektif fan efisien.
6
6.
Apakah pemeliharaan dan perbaikan fasilitas produksi dan operasi telah berjalan sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam mendukung dihasilkannya prosuk yang sesuai dengan kuantitas, kualitas dan waktu yang telah ditetapkan. 7.
Apakah setiap bagian yang terlibat dalam proses produksi dan operasi telah melaksanakan
aktivitasnya sesuai dengan ketentuan serta aturan yang telah ditetapkan perusahaan. 2.4
Manfaat Audit Produksi dan Operasi Audit fungsi produksi dan operasi dapat membantu manajemen dalam menilai bagaimana
fungsi ini berjalan dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan. Secara rinci audit ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.
Dapat memberikan gambaran kepada pihak yang berkepentingan tentang ketaatan dan
kemampuan fungsi produksi dan operasi dalam menerapkan kebijakan serta strategi yang telah ditetapkan. 2.
Dapat memberikan informasi tentang usaha-usaha perbaikan proses produksi dan operasi
yang telah dilakukan perusahaan serta hambatan-hambatan yang dihadapinya. 3.
Dapat menentukan area permasalahan yang masih dihadapi dalam mencapai tujuan
produksi dan operasi serta tujuan perusahaan secara keseluruhan. 4.
Dapat menilai kekuatan dan kelemahan strategi produksi dan operasi sertakebutuhan
perbaikannya dalam meningkatkan kontribusi fungsi ini terhadap pencapaian tujuan perusahaan. 2.5
Tahap-Tahap Audit Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam audit manajemen. Secara garis besar
dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu : 1.
Audit Pendahuluan Audit
pendahuluan diawali
dengan perkenalan antara pihak auditor dengan
organisasi auditee. Pertemuan ini bertujuan untuk mengonfirmasiscope audit, mendiskusikan rencara audit dan penggalian informasi umum tentang organisasi auditee, objek yang diaudit,
7
mengenal lebih lanjut kondisi perusahaan dan prosedur yang diterapkan pada prises produksi dan operasi. Pada tahap ini auditor melakukan overview terhadap perusahaan secara umum, produk yang dihasilkan, proses produksi dan operasi yang dihasilkan, melakukan peninjauan terhadap produksi, layout pabrik, sistem computer yang digunakan dalam upaya menunjang keberhasilan fungsi ini dalam mencapai tujuan. Setelah melakukan tahap ini auditor dapat memperkirakan kelemahan-kelemahan
yang
mungkin
terjadi
pada
fungsi
produksi
dan
operasi
perusahaan auditee. Hasil pengamatan pada tahapan audit ini dirumuskan ke dalam bentuk tujuan audit sementara (tentative audit objective). Setelah melakukan tahap audit ini, auditor dapat memperkirakan (menduga) kelemahankelemahan yang mungkin terjadi pada fungsi produksi dan operasi perusahaan auditee. Hasil pengamatan pada tahap audit ini dirumuskan dala bentuk tujuan audit sementara (tentative audite objective). 2.
Review dan pengujian pengendalian manajemen Auditor melakukan review dan pengujian terhadap beberapa perubahan yang tejadi pada
struktur perusahaan, sistem manajemen kulatias, fasilitas yang digunakan dan/atau personalia kunci dalam perusahaan, sejak hasil audit terakhir. Berdasarkan data yang diperoleh pada tahap audit pendahuluan, auditor melakukan penilaian terhadap tujuan utama fungsi produksi dan operasi serta variabel-variabel yang mempengaruhinya. Variabel-variabel ini meliputi berbagai kebijakan dan peraturan yang telah ditetapkan untuk setiap program/aktivitas, praktik yang sehat, dokumentasi yang memadai dan ketersediaan sumber daya yang dibutuhkan dalam menunjang usaha pencapaian tujuan tersebut. Pada tahap ini auditor juga mengindentifikasi dan mengklasifikasikan penyimpangan dan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi yang mengakibatkan terhambatnya pencapaian tujuan audit produksi dan operasi.Review terhadap hasil audit terdahulu juga dilakukan untuk menentukan berbagai tindakan korektif yang harus diambil. Berdasar review dan pengujian yang dilakukan pada tahap ini auditor mendapatkan keyakinan tentang dapat diperolehnya data yang cukup dan kompeten serta tidak terhambatnya 8
akses untuk melakukan pengamatan yang lebih dalam terhadap tujuan audit sementara yang telah ditetapkan pada tahapan audit sebelumnya. Dengan menghubungkan permasalahan yang dirumuskan dalam bentuk tujuan audit sementara dan ketersediaan data serta akses untuk mendapatkannya, auditor dapat menetapkan tujuan audit yang sesungguhnya (definitive audit objective ). 3.
Audit Lanjutan (Terinci) Auditor melakukan audit yang lebih dalam dan pengembangan temuan terhadap fasilitas,
prosedur, catatan-catatan yang berkaitan dengan produksi dan operasi. Konfirmasi kepada pihak perusahaan selama audit dilakukan untuk mendapatkan penjelasan dari pejabat yang berwenang tentang adanya hal-hal yang merpuakan kelemahan yang ditemukan auditor. Di samping itu, analisis terhadap hubungan kapabilitas tersebut di dalam perusahaan sangat penting dalam proses audit. Untuk mendapatkan informasi yang lengkap, relevan dan dapata dipercaya, auditor menggunakan daftar pertanyaan yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berweang dan berkompeten berkaitan dengan masalah yang diaudit. Dalam wawancara yang dilakukan, auditor harus menyoroti keseluruhan dari ketidaksesuaian yang ditemukan dan menilai tindakantindakan korektif yang telah dilakukan. 4.
Pelaporan Hasil dari keseleruhan tahapan audit sebelumnya yang telah diringkaskan dalam kertas
kerja audit (KKA), merupakan dasar dalam membuat kesimpulan audit dan rumusan rekomendasi yang akan diberikan auditor sebagai alternatif solusi atas kekurangan-kekurangan yang masih ditemukan. Pelaporan menyangkut hasil audit kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil audit tersebut. Laporan audit disajikan dengan format : I.
Informasi latar belakang
Menyajikan gambaran umum fungsi produksi dan operasi dari perusahaan yang diaudit, tujuan dan strategi pencapaiannya serta ketersediaan sumber daya yang mendukung keberhasilan implementasi strategi tersebut.
9
II.
Kesimpulan Audit dan Ringkasan Temuan Audit
Menyajikan kesimpulan atas hasil audit yang telah dilakukan auditor dan ringkasan temuan audit sebagai pendukung kesimpulan yang dibuat. III.
Rumusan Rekomendasi
Menyajikan rekomendasi yang diajukan auditor sebagai alternative solusi atas kekurangan yang masih terjadi. IV.
Ruang Lingkup Audit
Ruang lingkup audit menjelaskan tetang cakupan (luas) audit yang dilakukan sesuai dengan penugasan yang diterima dengan pemberi tugas audit 5.
Tindak Lanjut Rekomendasi yang disajikan auditor dalam laporannya merupakan alternatife perbaikan
yang ditawarkan untuk meningkatkan berbagai kelemahan yang masih terjadi pada perusahaan. Tindak lajut yang dilakukan merupakan bentuk komitmen manajemen untuk menjadikan organisasinya menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.1 2.6 Ruang Lingkup Audit Ruang lingkup audit produksi dan operasi meliputi keseluruhan dari program/aktivitas yang dikelola pada fungsi ini, yang merupakan bagian dari wewenang dan tanggungjawab untuk mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Secara keseluruhan ruang lingkup audit produksi dan operasi meliputi: 2.6.1Rencana Produksi dan Operasi Rencana ini menghubungkan kebutuhan pasar atas produk yang dipersyaratkan, aktivitas pengembangan dan rekayasa, kapasitas produksi, rencana persediaan, keuangan, ketersidaan SDM, bahan baku, dan tingkat imbal hasil investasi yang dipersyaratkan investor. Melalui hasil survei pasar dan umpan balik yang diterima dari pelanggan, dapat diidentifikasi peluang-peluang yang mungkin untuk dikembangkan, yang merupakan selisih 10
(kesenjangan) antara kebutuhan pasar dengan kemampuan industri untuk memenuhinya. Menghubungkan peluang-peluang ini dengan kondisi internal perusahaan, rencana induk produksi dan operasi mencerminkan berbagai usaha yang akan dilakukan untuk memuaskan kebutuhan pasar dengan mengoptimalkan penggunaan sumber dayanya. Rencana ini akan menjadi pedoman produksi dan oprasi dalam periode tertentu. Menjadikan rencana produksi utama sebagai pedoman operasi dalam menunjang startegi pencapaian tujuan perusahaan, beberapa pertanyaan mendasar yang harus dijawab oleh manajer operasi dalam merumuskan rencana produksi tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tesebut meliputi : 1.
Apakah persediaan akan digunakan untuk menyerap perubahan permintaan selama periode
permintaan. 2.
Apakah perubahan-perubahan yang terjadi dalam volume produksi dan operasi akan
diakomodasi dengan cara mengubah jumlah tenaga kerja. 3.
Apakah perusahaan akan menggunakan tenaga paruh waktu, atau waktu lembur jika terjadi
lonjakan permintaan yang melebihi kemampuan kapasitas yang tersedia untuk mengerjakannya dan bagaimana perusahaan mengelola kapasitas menganggur jika terjaadi penurunan permintaan. 4.
Apakah perusahaan akan menggunakan subkontaktor dalam mengantisipasi permintaan yang
berfluktuasi, sehingga kestabilan tingkat SDM dapat dipertahankan. 5.
Apakah perusahaan memutuskan untuk mengubah harga atau faktor-faktor yang lain, untuk
memengaruhi permintaan. Kondisi internal mencerminkan kekuatan dan kelemahan yang terjadi pada perusahaan, yang akan memengaruhi strategi dalam mengelola peluang-peluang dan pencapaian tujuan perusahaan. Rencana induk harus mencerminkan optimalisasi penggunaan sumber daya perusahaan dan mencegah semaksimal mungkin terjadinya kapasitas menganggur. Oleh karena itu, penyusunan rencana induk harus didasarkan pada ketersediaan kapasitas dan rencana penggunaannya, peluang dan ancaman yang dihadapi dan usaha-usaha untuk melaukan perbaikan dan berkelanjutan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Suatu rencana induk memuat tentang :
11
1.
Jadwal induk produksi
2.
Penilaian atas penggunaan kapasitas produksi
3.
Tingkat persediaan
4.
Perencanaan keseimbangan lintas produksi
2.6.1.1 Jadwal Induk Produksi Jadwal produksi utama membuat spekulasi tentang apa yang akan dibuat dan kapan akan dibuat, sesuai dengan rencana produksi. Rencana ini mencakup input yang akan diproses seperti permintaan konsumen, kemampuan teknis, ketersediaan SDM, fluktuasi persediaan, kinerja pemasok, dan berbagaipertimbangan lainnya. Jadwal produksi ini mendiskripsikan berapa jumlah produksi yang harus dilakukan untuk setiap kelompok barang. Kapan produk tersebut harus sudah siap untuk diserahkan kepada konsumen, sumber daya apa saja yang harus tersedia untuk menghasilkan produk sesuai dengan rencana operasi perusahaan dalam memenuhi spesifikasi pelanggan. Jadwal produksi yang akurat dapat memininumkan biaya persediaan dan penyetelan (set up) mesin karena jadwal ini telah menghubungkan antara kebutuhan konsumen dengan jadwal pengiriman, penerimaan bahan baku dan pengelolaan kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan. Disamping itu, jadwal produksi yang akurat juga dapat meminimumkan kerja lembur (over time), waktu sumber daya yang menganggur (idle time resources) dan penentuan tingkat persediaan yang optimal. Hal ini dicapai karena keseluruhan aktivitas produksi mulai dari kebutuhan bahan baku, penggunaan dan pemeliharaan fasilitas produksi sampai dengan pelepasan prosuk ke pasar telah dituangkan dalam jadwal produksi yang terintegrasi dengan jadwal pada fungsi-fungsi lain. 2.6.1.2 Penilaian atas Penggunaan Kapasitas Produksi Perusahaan harus memiliki kebijakan dan strategi yang tepat berkaitan dengan besaran kapasitas yang harus dimiliki. Perusahaan juga harus memiliki dasar dan metode yang tepat dalam meramalkan kebutuhan kapasitasnya dimasa depan. Pengelolaan kelebihan dan penentuan sumber lain jika terjadi kekurangan dalam memenuhi kebutuhan operasi harus dituangkan dalam 12
suatu pedoman tertulis sehingga pengambilan keputusan berkaitan dengan kapasitas tidak bias dengan tujuan produksi dan operasi yang telah ditetapkan. Pertimbangan kapasitas ini harus mendasari terjadinya praktik optimalisasi terhadap penggunaan kapasitas produksi. Jika berdasarkan rencana penjualan ternyata rencana produksi lebih daripada kemampuan kapasitas yang dimiliki, memungkinkan perusahaan untuk menerima pesanan produksi dengan harga dibawah tingkat laba normal untuk memaksimalkan penggunaan kapasitas. Karena pada kondisi ini biaya tetap untuk kapasitas yang menganggur yang menjadi dasar perhitungan harga pokok produk ada dalam posisi nihil (nol). Rencana induk produksi harus meminimalkan terjadinya kapasitas menggangur, untuk menjadikan operasi berjalan secara efektif dan efisien. 2.6.1.3 Tingkat Persediaan Secara umum persediaan pada industri manufaktur terdiri atas persediaan bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, dan persediaan perlengkapan (supplies). Kebijakan tentang persediaan bahan baku harus memerhatikan hubungan permintaan atas persediaan tetsebut, apakah termasuk dalam kelompok permintaan independen atau permintaan dependen. Hal ini penting sekali karena akan berpengaruh kepada metode permintaan atas persediaan tersebut dalam mendukung efektivitas dan efisiensi, proses produksi dan operasi. 2.6.1.4 Perencanaan Keseimbangan Lintas Produksi Keseimbangan lintas produksi atau disebut juga keseimbangan ini produksi (production line balancing) bertujuan untuk memperoleh suatu arus produksi yang lancar guna memperoleh optimalisasi pengguna fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan yang tinggi melalui penyeimbangan waktu kerja antarstasiun kerja (work station). Elemen-elemen tugas dalam suatu aktivitas produksi dikelompokkan sedemikian rupa diantara stasiun kerja, sehingga diperoleh keseimbangan dalam penggunaan sumber daya produksi. Dengan demikian, tujuan produksi tercapai dengan ekonomis, efektif, dan efisien. Melalui perencanaan keseimbangan lintas produksi yang tepat dapat diperoleh suatu keseimbangan beban (loading) antara operator dan mesin (fasilitas produksi lainnya) dalam aktivitas produksi, sehingga kemacetan (bottleneck) dalam lini produksi dapat dihindari.
13
Secara teknis dalam menyusun keseimbangan lini ini, terdapat dua faktor penting yang harus diketahui lebih dahulu yaitu jumlah waktu seluruh tugas dan waktu elemen tugas terpanjang agar waktu siklus minimum diketahui. Berdasarkan waktu siklus ini, kapasitas keluaran (output) dapat dihitung dengan membagi waktu operasi (operating time) dengan siklus waktu (cicle time). Pemilihan waktu yang lebih pendek dapat menghasilkan kapasitas keluaran yang lebih besar, tetapi membutuhkan jumlah stasiun kerja yang lebih besar. Dalam praktiknya, pengelompokan penugasan dalam mencapai keseimbangan lintas produksi dapat dilakukan dengan metode coba-coba (trial and error). Metode ini lebih sederhana sehingga mudah untuk diterapkan untuk kasus-kasus dengan jumlah elemen tugas yang tidak banyak. Metode pengelompokan penugasan yang lain adalah metode heuristik, yang memberikan hasil lebih akurat pada kasus jumlah elemen penugasan yang sangat banyak. Metode ini mengelompokan penugasan dalam mencapai keseimbangan lintas produksi yang optimal dengan prosedur sebagai berikut: 1.
Menetapkan tugas yang dapat dipilih sebagai tugas awal (tidak ada tugas lain yang
mendahuluinya atau tugas yang mendahuluinya sudah selesai dikerjakan). 2.
Menetapkan tugas yang cocok dengan waktu yang tersedia.
3.
Menetapkan penugasan pada suatu stasiun kerja sampai maksimal.
4.
Melanjutkan kestasiun kerja berikutnya dengan mengulangi prosedur diatas sampai semua
penugasan selesai. Beberapa kriteria yang digunakan untuk mengaudit rencana induk pada suatu perusahaan manufaktur disajikan pada tabel 1. Tabel 1 Kriteria dan Pengukuran Variabel Rencana Induk Produksi dan Opersai No Variabel
Kriteria
Pengukuran
1.
Tepat kuantitas
rasio hasil produksi dengan
Jumlah Produksi Induk
kebutuhan
14
Tepat mutu (kuantitas)
standar kualitas
Tepat waktu
jadwal pelepasan barang kepasar
2.
Optimalisasi
rasio
Penggunaan kapasitas penuh
Sumber Daya
rencana
produksi
dengan kapasitas tersedia rasio
pengguna
kapasitas
dengan kapasitas tersedia Maksimum utilisasi 3.
Tingkat Persediaan
Persediaan
minimum Rasio jumlah persediaan
(zero) 4.
Keseimbangan produksi
lintas Tidak
akhir dengan hasil produksi ada
kemacetan Rencana
proses produksi
operasi
pemeliharaan mesin produksi
Keseimbangan
beban Raiso
operator
mesin mesin produksi
dengan
dan
operator
dengan
produksi
2.6.2 Produktivitas dan Peningkatan Nilai Tambah Transformasi yang mengubah input menjadi output selalu diikuti dengan peningkatan nilai tambah. Nilai tambah meliputi seluruh usaha dalam meningkatkan manfaat yang diperoleh baik oleh perusahaan maupun pelanggan. Penerapan teknologi mutakhir, metode produksi inovatif dapat meningkatkan efisiensi proses. Peningkatan daya guna produk dapat memberikan manfaat yang lebih besar kepada pelanggan yang menggunakan produk tersebut. Faktor terpenting dalam usaha peningkatan nilai tambah adalah adanya komitmen untuk beroperasi secara efisien pada semua tingkatan dalam perusahaan. Komitmen ini akan menyatukan usaha dari berbagai komponen dalam perusahaan untuk hanya melibatkan aktivitas bernilai tambah dalam operasinya. Dengan demikian aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (nonvalue 15
added activity) harus dieliminasi semaksimal mungkin. Pada kondisi ini, seluruh sumber daya (kapasitas) yang digunakan, memberikan nilai tambah kepada perusahaan dan pelanggan, yang berarti operasional perusahaan telah secara maksimal mampu menekan berbagai pemborosan yang terjadi. Lean production, suatu metode produksi ramping, yang dikembangkan oleh produsen yang mengunakan fokus berulang dalam rancangan prosesnya mampu secara signifikan memberi keuntungan bagi perusahaan yang menerapkannya. Metode produksi ini menekankan kesempurnaaan proses yang berjalan dengan mengeliminasi celah-celah kesalahan yang masih terbuka.untuk menunjang kesuksesannya, metode ini mensyaratkan adanya proses belajar, kreativitas, kerja kelompok yang berkelanjutan komitmen bersama untuk melakukan perbaikan terus-menerus serta pemanfaatan penuh kemampuan semua pihak. Keunggulan lean production, didukung oleh kebijakan dan praktik produksi yang secara maksimal mengoptimalkan pengguna sember daya perusahaan untuk meningkatkan keunggulan bersaingnya, kebijakan dan praktik tersebut meliputi : 1.
Penghapusan persediaan Produsen dengan lean production memfokuskan produksi dan operasinya pada
penurunan (penghapusan) persediaan. Metode ini menggunakan just In Time dalam menurunkan persediaan dan pemborosan yang disebabkan oleh persediaan tersebut. Mereka menurunkan waktu pemborosan dan biaya, dalam meningkatkan efisiensi proses operasinya. 2.
Zeno Defect
Metode produksi ini membangun suatu sistem produksi dan operasi yang dapat membantu karyawan memproduksi unit yang sempurna untuk setiap kalinya. Persiapan proses produksi dilakukan dengan lebih matang untuk mencegah terjadinya kegagalan dalam menghasilkan produk sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan. 3.
Meminimalkan kebutuhan tempat (Areal) Upaya meminimalkan jarak tempuh unit produk dapat mengurangi kebutuhan tempat
(areal) dalam proses produksi. Penataan fasilitas poduksi yang terintegrasi dengan gudang 16
penyimpanaan bahan baku dan produk jadi, dapat menghemat kebutuhan tempat tanpa mengganggu jalannya proses produksi 4.
Kemitraan dengan Pemasok Melibatkan pemasok kedalam rencana keberhasilan perusahaan merupakan model yang
banyak dikembangkan dalam praktik produksi modern saat ini. Dengan membangun hubungan yang erat (kemitraan) dengan pemasok dan menjelaskan rencana dan standar kebutuhan bahan kapadanya, pemasok menjadi memahami dengan baik kebutuhan perusahaan. Dan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan perusahaan terhadap pasokan bahan baku baik dalam kualitas, kuantitas, dan waktu pasokan tersebut dibutuhkan harus sudah tersedia diperusahaan. 5.
Meminimalkan Aktivitas yang tidak Menambah Nilai Melalui suatu analisis aktivitas dan komitmen untuk melakukan perbaikan secara terus-
menerus, perusahaan yang menerapkan metode ini, meminimalkan aktivitas-aktivitas yang tidak berguna (tidak menambah nilai) baik bagi pelanggan maupun bagi perubahan. 6.
Pengembangan Angkatan kerja Dengan secara terus-menerus memperbaiki desain pekerjaan, pelatihan, partisipasi,
komitmen karyawan dan pemberdayaan kelompok-kelompok kerja, metode ini secara konsisten mengembangkan angkatan kerja. 7.
Menciptakan Tantangan dalam Bekerja Mengidentifikasi tujuh sumber pemborosan yang mengakibatkan operasi perusahaan
tidak efisien, meliputi: a.
Produksi yang lebih besar dari kebutuhan (penumpukan persediaa)
b.
Waktu tunggu dan/atau waktu menganggur
c.
Penanganan material yang terlalu sering
d.
Persediaa (bahan baku dan/atau barang jadi)
e.
Pergerakan peralatan dan operatornya yang tidak menambah nilai bagi produk. 17
f.
Proses produksi yang tidak penting (tidak dibutuhkan)
g.
Pengolahan kembali produk cacat
2.6.3 Pengendalian Produksi dan Operasi Pengendalian produksi dan operasi menyangkut pengamatan atas hubungan antara proses yang berjalan dengan standar (kriteria) operasi yang telah ditetapkan. Pengamatan ini bertujuan untuk memandu proses agar tidak keluar dari standar operasi pencapaian tujuan perusahaan, agar keseimbangan antara sumber-sumber daya yang tersedia denganpermintaan total dapat dipertahankan. Dalam praktik manajemen modern seluruh lapisan manajemen dan karyawan bertanggung jawab secara proporsional terhadap berjalannya operasi secara efektif dan efisien serta dihasilkannya produk yang memenuhi standar kualitas, kuantitas, ketepatan waktu dan dengan pengorbanan yang minimal. Tujuan utama dari pengendalian produksi dan operasi meliputi tiga hal penting dalam keunggulan bersaing perusahaan, yaitu meliputi: 1.
Maksimumkan Tingkat Pelayanan Pengendalian harus menjamin bahwa pelayanan telah diberikan secara tepat. Beberapa
elemen yang harus mendapat perhatian khusus adalah: kualitas produk, ketersediaan produk (jika diinginkan), harga yang kompetitif, penyediaan untuk stock pengaman dan penyerahan yang tepat waktu. Proses harus memahami bahwa pelanggan yang harus dilayani dengan tepat bukan saja pelanggan eksternal tetapi yang telah kalah pentingnya adalah pelanggan internal. 2.
Minimumkan Investasi pada Persediaan Pengendalian harus mampu memandu seluruh aktivitas (utama dan pendukung)
manufaktur ke dalam suatu proses yang terintegrasi, sehingga proses berjalan sesuai dengan rencana dan jadwal yang telah ditentukan. Aktivitas pemesanan dan penerimaan bahan harus terintegrasi dengan jadwal produksi demikian juga jadwal produksi harus terintegrasi dengan rencana (jadwal) penyerahan kepada pelanggan. Semua hubungan ini harus berjalan seperti halnya hubungan pelanggan pemasok, dimana setiap pemasok harus memuaskan pelanggannya.
18
Pengendalian yang baik akan mencapai arus produksi yang mulus (smooth production flow) dengan persediaan yang minimumkan dan waktu tunggu yang pendek.
3.
Efisiensi produksi dan Operasi Untuk memperoleh harga yang kompetitif, pengendalian harus meminimumkan biaya-
biaya yang terjadi dalam produksi dan operasi. Efisiensi produksi dan operasi adalah sesuatu yang mutlak dan harus menjadi budaya kerja pada setiap bagian yang terlibat dalam proses produksi dan operasi. Dalam hal ini pengendalian harus semaksimal mungkin mampu menekan pemborosan (aktivitas tidak bernilai tambah) yang terjadi. Perhatian khusus harus diberikan terhadap supervise pabrik dan tenaga kerja tidak langsung, dukungan dan keterlibatan pekerjaan, kesiapan mesin dan peralatan, fasilitas pendukung yang efektif dan berbagai hal lain yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung. Pengendalian produksi dan operasi meliputi pengendalian terhadap keseluruhan komponen dan tahapan dalam proses produksi mulai dari penanganan bahan baku sampai dengan penanganan penyerahan produk jadi ke gudang. Secara rinci pengendalian tersebut meliputi halhal berikut: 1) Pengendalian Bahan Baku Pengendalian bahan baku bertujuan untuk memastikan bahwa bahan baku yang diolah dalam proses produksi telah sesuai dengan kebutuhan standar kualitas produk yang dihasilkan perusahaan. Pengendalian bahan baku mencakup keseluruhan aktivitas yang berhubungan dengan bahan baku mulai dari pembelian, jadwal penerimaan, penanganan pada saat diterima, penyimpanan sampai dengan bahan baku tersebut digunakan (diolah) dalam proses produksi. Pembelian bahan baku menyangkut pemeliharaan pemasok dan pemesanan bahan tersebut kepada pemasok terpilih. Untuk mendapat kan keyakinan bahwa pemasok mampu memasok bahan baku sesuai dengan kebutuhan, pemasok yang terpilih harus melalui proses vderifikasi. Ntuk mendapatkan keyakinan kelangsungan pasokan, inspeksi secara periodik 19
terhadap sistem kepastian kualitas pemasok harus dilakukan berdasarkan prosedur tertulis yang dimiliki perusahaan. Penerimaan bahan baku harus sesuai dengan kebutuhan proses produksi.Material requirement program (MRP) menjabarkan jadwal produksi ke dalam jadwal penerimaan bahan baku dan mengintegrasikan jadwal tersebut, sehingga kebutuhan bahan baku selalu terpenuhi pada saat proses produksi berjalan dan perusahaan tidak menanggung beban investasi yang besar dalam bentuk persediaan. Penanganan bahan baku merupakan aktivitas sangat penting untuk memastikan bahwa bahan yang diterima dari pemasok telah sesuai dengan kebutuhan standar produk yang telah ditetapkan peusahaan. Aktivtias ini harus didukung dengan peralatan memadai dan prosedur tertulis penanganan yang telah ditentukan.setiap bahan yang diterima harus diberikan kode khusus agar mudah ditelusuri distribusi dan penggunaannya. Inspeksi penanganan bahan baku harus melalui audit fisik barangyang diterima, untuk menentukan kesesuaian bahan dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Perusahaan harus memiliki teknik sampling tertulis untuk pengambilan sampel yang konsisten pada setiap pengujian. Penanganan bahan harus memisahkan bahan yang tidak sesuai dengan spesifikasi untuk menghindari penggunaannya dalam proses produksi. Setelah bahan dinyatakan memenuhi spesifikasi, penanganan berikutnya berkaitan dengan penyimpanan yang memadai sehingga barang tidak mudah rusak atau terkontaminasi bahan-bahan lain. Kebijakan mendapatkan garansi dari pemasok sampai bahan diolah dalam proses produksi, dapat menghindari kerugian yang terjadi sebagai akibat kerusakan bahan sebelum masuk proses produksi. Aktivitas penanganan bahan merupakan salah satu bentuk pencegahan terjadinya kegagalan produk memenuhi spesifikasinya. Aktivitas ini akan semakin berkurang dengan telah terjadinya kemitraan dengan pemasok di mana komitmen pemasok untuk memberikan bahan baku sesuai spesifikasi pelanggan, dituangkan dalam bentuk kontrak jangka panjang. 2) Pengendalian Peralatan dan Fasilitas Produksi Pengendalian peralatan dan fasilitas produksi bertujuan untuk memastikan bahwa semua peralatan dan fasilitas produksi ada dalam keadaan siap untuk melaksanakan proses produksi 20
sesuai dengan ketentuan penggunaannya. Desain dan penempatan peratan yang tepat menjadi faktor utama berjalannya proses produksi secara efektif dan efisien mampu menghasilkan produk tepat sesuai dengan yang telah dijadwalkan. Seluruh peraltan dan fasilitas produksi lainnya harus sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Peralatan ini harus berada pada tempat yang tepat sesuai dengan kebutuhan proses produksi yang efektif dan efisien. Perusahaan harus memiliki suatu prosedur tertulis yang menjadi pedoman penggunaan, pemeliharaan dan perbaikan peraltan dan fasilitas produksi lainnya. Prosedur tersebut secara jelas memuat tentang pedoman setupmesin, pembersihan setelah digunakan dan perbaikan-perbaikan signifikan yang diperlukan untuk mendukung kelancaran proses produksi. Penempatan fasilitas dan peralatan harus sesuai dengan karakteristik dan metode produksi yang diterapkan, sehingga arus material dalam proses produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Di samping itu pengelolaan faslilitas dan peralatan produksi harus didukung oleh pedoman penggunaan dan pemeliharaan.pedoman ini berfungsi untuk melindungi operator dari kecelakaan akibat tidak bisa mengoperasikan peralatan dan melindungi peralatan dari kerusakan karena jadwal pemeliharaan dari perbaikan yang tidak tepat waktu. 3) Pengendalian Transformasi Fungsi transformasi mengolah input menjadi output sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pengendalian transformasi memegang peranan penting untuk memastikan bahwa proses pengolahanini bejalan sesuai dengan kebutuhan proses yang efektif dan efisien. Pada pengendalian ini tugas seorang (tim) pengendali kualitas (quality control) sangat penting untuk memastikan bahwa proses yang berjalan menghasilkan produk yang tepat (kuantitas, kualitas, dan waktu) dengan pengorbanan yang minimum. Untuk mencapai tujuan tersebut, pengendalian ini mencakup pengesahan proses produksi dan pengendalian perubahan atas permintaan, inspeksi sampel dalam proses dan pengendalian laboratorium dari pemprosesan ulang. Setiap proses produksi harus mendapatkan pengesahan dari bagian yang berwenang. Perusahaan harus memiliki prosedur produksi secara tertulis, yang memberikan pedoman tentang hal-hal yang harus dipenuhi sebelum proses produksi dimulai.prosedur ini mencakup tentang kesiapan fasilitas produksi sebelum dioperasikan, pejabat yang berwenang memberikan 21
perstujuan dan pengesahan atas proses yang dijalankan serta ketentuan-ketentuan lain yang mengatur jalannya proses produksi termasuk penanganan jika terjadi kemacetan proses (bottleneck). Untuk memastikan bahwa produk
yang dihasilkan telah mampu memenuhi
spesifikasinya, berbagai pengujian dalam proses produksi dilakukan. Perusahaan harus memiliki prosedur tertulis untuk memonitor apakah proses telah berjalan sesuai dengan ketentuan, sehingga mampu manghasilakan output sesuai dengan yang direncanakan. Prosedur ini mencakup tentang teknik penentuan sampel, memonitor output dan pengesahan produk jadi untuk dimasukkan ke dalam gudang atau langsung diserahkan kepada pelanggan. Penerapan prosedur ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kegagalan produk baik kegagalan internal maupun kegagalan eksternal. Pengerjaan ulang karena kesalahan proses harus menadapatkan pengendalian yang memadai. Perusahaan harus menenkan secara maksimal terjadinya pengerjaan ulang terhadap produk yang gagal memenuhi spesifikasinya karena merupakan salah satu sumber pemborosan dan berakibat pada tidak efisiennya proses yang berjalan. Kalaupun tidak bisa dihindari terjadinya, harus ada prosedur tertulis yang mengesahkan adanya pengerjaan ualang (rework) terhadap produk gagal. Prosedur ini mencakup tentang kriteria produk gagal yang dapat dioalah kembali serta siapa yang memiliki wewenang untuk memutuskan produk gagal diolah kembali atau tidak. 4) Pengendalian kualitas Pengendalian kualitas tidak cukup dipahami sebagai pengendalian proses produksi, yang hanya membebankan tanggung jawab kualitas produk kepada unit kendali kualitas. Dihasilkannya produk yang memenuhi spesifikasi pelanggan sesungguhnya adalah tanggung jawab bersama setiap komponen yang terlibat di dalam perusahaan. Setiap bagian (fungsi) yang terlibat mulai dari persiapan sampai dengan proses operasional perusahaan memiliki tanggung jawab secara proporsional terhadap kualitas produk dan kemampuannya dalam memenuhi harapan pelanggan. Hal ini masuk akal karena keseluruhan fungsi dan tingkatan manajemen ikut berperan (terlibat) dalam proses tersebut baik langsung maupun tidak langsung. Hal ini merupakan bentuk implementasi fokus pelanggan yang menjadi pola pikir dalam pengelolaan 22
perusahaan, di mana seluruh komponen di dalam perusahaan berkomitmen untuk memuaskna pelanggan melalui produk yang ditawarkan. Terbentuknya komitmen bersama dalam menghasilkan produk sesuai dengan harapan pelanggan, melahirkan tanggung jawab secara profesional dalam menghasilkan produk yang memenuhi standar kualitas sesuai dengan persyaratan pelanggan. Pada kondisi ini setiap bagian (fungsi) bekerja sama dengan bagian (fungsi) membentuk suatu rantai nilai, di mana antara fungsi-fungsi yang terlibat dalam keberhasilan perusahaan, terjadi hubungan pemasokpelanggan. Optimalisasi pengelolaan rantai nilai internal (internal value chain) akan mengintegrasikan seluruh sumber daya yang terlibat dalam proses operasi untuk saling mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Sistem biaya kualitas dapat memberikan informasi kepada perusahaan tentang berbagai aktivitas yang terlibat dalam menghasilkan produk sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan perusahaan. Aktivitas tersebut dikelompokan menjadi empat, meliputi: a.
Aktivitas pencegahan (prevention activity), merupakan berbagai aktivitas yang dilakukan
bertujuan untuk mencegah terjadinya kualitas buruk pada produk yang dihasilkan. Peningkatan aktivitas ini diharapkan dapat menurunkan terjadinya kegagalan produk. b.
Aktivitas penilaian (appraisal activity), merupakan aktivitas yang dilakukan untuk
menentukan apakah produk telah sesuai dengan persyaratan pelanggan. Aktivitas ini memilki sifat yang sama dengan aktivitas pencegahan di mana peningkatan aktivitas ini dapat menurunkan terjadinya produ gagal. c.
Aktivitas kegagalan internal (internal fairule), merupakan aktivitas yang dilakukan sebagai
akibat dari terjadinya kegagalan produk dalm memenuhi spesifikasinya, di mana hal ini telah terdeteksi sebelum produk diserahkan kepada pemesan. d.
Aktivitas kegagalan eksternal (external fairule), merupakan aktivitas yang dilakukan
sebagai akibat dari terjadinya kegagalan produk dalam memenuhi spesifikasinya, di mana hal ini beru terdeteksi setela produk diserahkan kepada pemesan. Tabel 2 menyajikan pengelompokan biaya kualitas sesuai dengan aktivitas yang menyebabkan terjadinya biaya. 23
Tabel 2 Komponen dari Empat Kategori Biaya Kualitas Biaya Pencegahan
Biaya Penilaian
Inspeksi penerimaan
Rekayasa/teknik kualitas
Inspeksi barang dalam proses
Perencanaan kualitas
Inspeksi laboratorium
Perencanaan dan pengembangan alat uji
Pengesahan labboratorium eksternal Penyetelan pengujian Pemeliharaan alat uji Audit kualitas Pemeliharaan peralatan produksi
kualitas Verifikasi dan pemeriksaan desain Pelatihan peningkatan kualitas Pengumpulan data kualitas, analisis dan pelaporan Kendali proses statistik Aktivitas
kontrol
proses
lainnya
untuk
mencegah produk cacat Akuntansi biaya untuk variansi produk Biaya Kegagalan Internal
Biaya Kegagalan Eksternal
Bahan sisa
Garansi produk
Pengejaan ulang
Perbaikan produk rusak
Inspeksi kembali hasil pengerjaan ulang
Layanan pelanggan
Penurunan kualitas produk yang cacat
Barang diretur
Kerugian akibat bahan sisa dari vendor
Penyelidikukan barang cacat
Mesin berhenti sejenak karena produk Penarikan kembali produk yang telah beredar 24
cacat
di pasar
Analisis kegagalan
Tuntutan hukum Pendapatan yang hilang karena beralihnya pelanggan
Berbagai aktivitas dalam menghasilkan produk sesuai dengan kualitas yang telah ditetapkan, harus dirumuskan secara seimbang dalam kebijakan kualitas perusahaan.aktivitas pencegahan dan penilaian yan merupakan aktivitas persiapan untuk mencegah terjadinya kegagalan produk dalam memenuhi spesifikasinya, harus dikelola dengan baik karena pengelolaan yang tepat terhadap aktivitas-aktivitas ini dapat secara signifikan menurunkan aktivitas sebagai akibat produk gagal memenuhi standar kualitas. Laporan biaya kualitas dapat memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan mengelola aktivitas-aktivitas kualitasnya. Oleh karena itu, laporan ini harus secara akurat menyajikan informasi tentang komposisi biaya kualitas. 5) Pengendalian Barang Jadi Merupakan pengendalian yang dilakukan terhadap pengelolaan barang setelah selesai diproduksi. Pengendalian ini bertujuan untuk memastikan bahwa penanganan barang setelah produksi berjalan sesuai dengan prosedur, sehingga tidak terjadi kerusakan barang dalam proses, penyimpanan, atau pendistribusiannya. Untuk memastikan bahwa barang dalam kondisi yang sesuai dengan persyaratan pelanggan pada saat diserahkan, pengendalian ini melakukannya melalui tahapan : a.
Verifikasi penanganan, penyimpanan dan inspeksi Ditujukan untuk memastikan bahwa barang jadi yang diterima dari proses produksi telah
ditangani dengan baik termasuk penyimpanannya. Berkaitan dengan hal ini perusahaan harus memiliki suatu prosedur tertulis menyangkut bagaimana dan siapa yang memeriksa kemasan dari produk yang dihasilkan, penentuan bahwa setiap produk harus mencantumkan tanggal kedaluwarsanya, adanya pemisahan produk antara yang telah diaudit dan belum diaudit oleh 25
bagian pengendalian kualitas dam ketentuan suhu penyimpanan yang tepat sesuai dengan karakteristik produk. b.
Inspeksi, pengujian dan distribusi Menyangkut penanganan produk untuk memastikan bahwa produk yang diserahkan
kepada pelanggan adalah sesuai dengan spesikasinya. Pengendalian ini menyangkut pengujian tentang kesesuaian produk dengan spesifikasinya, pengelolaan persediaan untuk mendapatkan kepastian bahwa produk yang diproduksi pertama didistribusikan terlebih dahulu, prosedur penanganan terhadap produk yang dikembalikan. Berkaitan dengan hal ini, perusahaan harus memiliki prosedur tertulis tentang metode pengambilan sampel dan pengujian, ketentuan pemasangan label kedaluwarsa, pengelolaan persediaan, dan penanganan produk yang dikembalikan pelanggan.
26
BAB III KESIMPULAN
Audit produksi dan operasi adalah melakukan penilaian secara komprehensif terhadap keseluruhan fungsi audit produksi dan operasi untuk menentukan apakah fungsi ini telah berjalan dengan memuaskan (ekonomis, efektif dan efisien). Tujuan utama audit produksi dan operasi adalah untuk menentukan apakah proses produksi dan operasi yang berjalan saat ini sudah sesaui dengan kriteria (peraturan, kebijakan, tujuan, rencana, standar) yang telah ditetapkan untuk memasatikan bahwa produk yang dihasilkan konsisten dengan standar kualitas yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi wilayah (bagian) yang masih memerlukan perbaikan.Tahaptahap audit produksi dan operasimeliputi: Audit pendahuluan, Review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen, Audit lanjutan (terinci), Pelaporan dan Tindak lanjut.Ruang lingkup dari audit produksi dan operasi meliputi rencana produksi dan operasi, produktivitas dan peningkatan nilai tambah, serta pengendalian produksi dan operasi.
27
DAFTAR PUSTAKA
Bayangkara,
IBK.
(2008). Management
Audit:
Audit
Manajemen
Prosedur
dan
Implementasi. Jakarta : Salemba Empat.
28