Makalah Sejarah dan Pemikiran Akuntansi Syariah
Disusun Oleh : 1. Muhammad Fathia Akmal
(17212045)
2. Puspita Dewi Syafitri
(17212052)
3. Raden Agungg Suryo P
(17212074)
Kata Pengantar Assalamu’alaikum wr.wb Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Akuntansi Syariah dengan judul “Sejarah dan Pemikiran Akuntansi Syariah. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen Akutansi Syariah kami Ibu Tatik yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih. Sleman, 08 April 2019
Perkembangan Awal Akuntansi Pada awalnya merupakan ilmu pasti, yaitu bagian dari ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah hukum alam dan perhitungan yang bersifat memiliki kebenaran absolut. Akuntansi adalah bagian dari ilmu pasti yang perkembangannya bersifat akumulatif, setiap penemuan metode baru akuntansi akan memperkaya ilmu akuntansi tersebut. Akuntansi pada awalnya adalah buah pikir dari seorang ahli matematika seperti Luca Paciolli dan Musa Alkhawarizmy. Akuntansi dalam Islam merupakan alat (tool) untuk melaksanakan perintah Allah untuk melakukan pencatatan dalam melakukan transaksi usaha, Islam memandang akuntansi tidak hanya sekadar ilmu yang bebas nilai untuk melakukan pencatatan dan pelaporan saja, tetapi juga sebagai alat untuk menjalankan nilai-nilai Islam (Islamic Values) sesuai ketentuan syariah. Sejarah Akuntansi Akuntansi merupakan salah satu profesi tertua di dunia, dari sejak zaman prasejarah, keluarga memiliki perhitungan tersendiri untuk mencatat makanan dan pakaian yang harus mereka persiapkan dan mereka gunakan pada saat musim dingin. Ketika masyarakat mulai mengenal adanya “perdagangan” maka pada saat yang sama mereka telah mengenal konsep nilai (value) dan mulai mengenal sistem moneter. Bukti tentang pencatatan (bookkeeping) tersebut dapat ditemukan mulai dari kerajaan Babilonia (4500 SM), Firaun mesir dan kode-kode hammurabi (2250 SM), sebagaimana ditemukan adanya kepingan pencatatan akuntansi di Ebla, Syiria utara. Walaupun akuntansi telah dimulai dari zaman pra sejarah, saat ini kita hanya mengenal Luca Paciolli sebagai bapak akuntansi modern, Paciolli adalah seorang ilmuan dan pengajar dibeberapa universitas Tuscany-Italia, merupakan orang yang dianggap menemukan persamaan akuntansi untuk pertama kali pada tahun 1494 dengan bukunya: Summa de Arithmatica Geometria et Propotionalita (A Review of Arithmetic, Geometry and Proportions).
Menurut sejarahnya, kita mengetahui bahwa sistem pembukuan double entry muncul di italia pada abad ke-13. Itulah catatan paling tua yang kita miliki mengenai sistem “Double Entry” sejak akhir abad ke-13 itu. Dalam buku “Accounting Theory” yang ditulis oleh Hendriksen menjelaskan : “...the introduction of arabic numerical greatly facilitated the growth of accounting.” ( penemuan angka arab sangat membantu perkembangan akuntansi). Kutipan ini menandai anggapan bahwa sumbangan arab terhadap perkembangan disiplin akuntansi sangat besar. Kesamaan atau kemiripan yang disusun oleh Luca Paciolli dengan pemikir muslim adalah Tahun
Luca Paciolli
Islam
In the Nama of God
Bismillah (Dengan Nama Allah)
Client
Mawla
Cheque
Sakk
Separate Sheet
Waraka Khidma
Closing Book
Yutbak
622 M
Journal
Jaridah
750 M
Receivable-Subsidiary Ledger
Al Awraj
750 M
General Journal
Daftar Al Yawmiah
750 M
Journal Voucher
Ash Shahad
Abad 8 M
Collectible Debt
Arra’ej Menal Mal
Uncollectible Debt
Munkaser Menal Mal
Doubfull, difficult, complicated debt
Al Mutaakhher wal Mutahyyer
Auditing
Hisab
Chart of Account
Sabh Al asha
Telah disebutkan diawal bab ini bahwa akuntansi sebagai bagian dari ilmu sosial, memungkinkan terjadinya pengulangan diberbagai masyarakat, sehingga keterlibatan akuntansi syariah dalam perkembangan akuntansi konvensional ataupun sebaliknya masih diperdebatkan sampai saat ini. Perkembangan Akuntansi Syariah Zaman Awal Perkembangan Islam
Pendeklarasian negara Islam di Madinah (tahun 622 M) atau bertepatan dengan tahun 1 H), sehingga seluruh kegiatan kenegaraan dilakukan bersama-sama dan gotong royong dikalangan para Muslimin. Telah menjadi tradisi bahwa bangsa Arab melakukan 2 kali perjalanan kafilah perdagangan yaitu musim dingin dengan tujuan perdagangan ke Yaman dan musim panas menuju ke Syam (sekarang Syiria, Lebanon, Jordania, Palestina, dan Israel)perdagangan tersebut akhirnya berkembang hingga sampai ke eropa terutama setelah penaklukan mekkah. Dalam perkembangan selanjutnya, ketika ada kewajiban zakat dan ‘ushr (pajak pertanian dari muslim), dan perluasan wilayah sehingga dikenal adanya jizyah (pajak perlindungan dari nonmuslim) dan kharaj (pajak penghasilan dari nonmuslim), maka Rasulullah mendirikan Baitul Maal pada awal abad ke-7 konsep ini cukup maju pada zaman tersebut dimana seluruh penerimaan dikumpulkan secara terpisah dengan pemimpin negara dan baru akan dikeluarkan untuk kepentingan negara. Walaupun disebutkan pengelolaan baitul maal masih sederhana, tetapi Nabi telah menunjuk petugas qadi, ditambah para sekretaris dan pencatat administrasi pemerintah. Mereka ini berjumlah 42 orang dan dibagi dalam empat bagian yaitu : sekretaris pernyataan, sekretaris hubungan dan pencatatan tanah, sekretaris perjanjian dan sekretaris peperangan. Zaman Empat Khaliafah Pada pemerintahan Abu Bakar, pengelolaan Baitul Maal masih sangat sederhana dimana penerimaan dan pengeluaran dilakukan secara seimbang hampir tidak pernah ada sisa. Perubahan sistem administrasi yang cukup signifikan dilakukan diera kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab dengan memperkenalkan istilah Diwan oleh Sa’ad bin Abi Waqqas (636M), diwan dapat diartikan sebagai tempat dimana pelaksana duduk, bekerja dan dimana akuntansi dicatat dan disimpan. Diwan berfungsi untuk mengurusi pembayaran gaji. Hal ini kembali menunjukkan bahwa akuntansi berkembang dari suatu lokasi ke lokasi lain sebagai akibat dari hubungan masyarakat. Selain itu, baitul maal sudah tidak terpusat lagi dimadinah tetapi juga didaerah taklukan Islam. Diwan yang dibentuk oleh Umar memiliki 14 departemen dan 17 kelompok, dimana pembagian departemen tersebut menunjukkan adanya pembagian tugas dalam sistem keuangan dan pelaporan keuangan yang baik. Pada masa itu istilah pembukuan dikenal dengan Jarridah atau menjadi istilah journal dalam bahasa inggris yang berarti berita. Di Venice istilah ini dikenal dengan sebutan Zournal.
Fungsi akuntansi telah dilakukan oleh berbagai pihak dalam Islam seperti : Al-Amil, Mubashor, Al-Katib, namun yang paling terkenal adalah Al-Katib yang menunjukkan orang yang bertanggung jawab untuk menuliskan dan mencatat informasi baik keuangan maupun non-keuangan.
Sedangkan
untuk
khusus
akuntan
dikenal
juga
dengan
nama
Muhasabah/Muhtasib yang menunjukkan orang yang bertanggung jawab dalam melakukan perhitungan. Mustahib memiliki kekuasaan luas, termasuk pengawasan harta, kepentingan sosial, pelaksanaan ibadah pribadi, dan pemeriksaan transaksi bisnis. Akram khan memberikan 3 kewajiban mustahib, yaitu : 1.
Pelaksanaan hak Allah termasuk kegiatan ibadah
2.
Pelaksanaan hak-hak masyarakat seperti prilaku dipasar, kebenaran timbangan dan kejujuran bisnis
3.
Pelaksanaan yang berkaitan dengan keduanya seperti menjaga kebersihan jalan, lampu jalan, bangunan yang menggangu masyarakat dan sebagainya.
Disisi lain, ada juga fungsi mustahib dalam bidang pelayanan umum (public services) misalnya: pemeriksaan kesehatan, suplai air, memastikan orang miskin mendapat tunjangan, bangunan yang mau roboh, memeriksa kelayakan pembangunan rumah, ketidaknyamanan dan keamanan berlalu lintas, jalan untuk pejalan kaki, menjaga keamanan dan kebersihan pasar. Dari berbagai fungsi shahib al shurta dan mustahib ini dapat disimpulkan bahwa fungsi utamanya adalah untuk mencegah pelanggaran terhadap hukum baik hukum sipill maupun hukum agama. Jadi dapat disimpulkan bahwa akuntansi Islam adalah menyangkut semua praktik kehidupan yang lebih luas tidak hanya menyangkut praktik praktik ekonomi dan bisnis sebagaimana dalam sistem kapitalis. Akuntansi Islam sebenarnya lebih luas dari hanya perhitungan angka, informasi keuangan atau pertanggung jawaban. Dia menyangkut semua penegak hukum sehingga tidak ada pelanggaran hukum baik hukum sipil atau hukum yang berkaitan dengan ibadah. Kalau ini yang kita anggap sebagai unsur utamanya akuntansi, maka lebih compatible dengan sistem akuntansi Ilahiyah dan akuntansi Amal yang kita kenal dalam Al-Quran atau lebih dekat dengan auditor dalam bahasa akuntansi kontemporer. Sekilas Prosedur dan Istilah yang Digunakan
Kontribusi besar yang diberikan oleh Al-Khawarizmy adalah membuat sistem akuntansi dan pencatatan dalam negara Islam dan membaginya dalam beberapa jenis daftar. Beliau juga bersama dengan penjelasan dari Al-Mazendarany menjelaskan tentang sistem akuntansi termasuk tujuan serta praktik yang terjadi. Tujuan sistem akuntansi adalah memastikan akuntabilitas, mendukung proses pengambilan keputusan serta mempermudah proses evaluasi atau program yang telah selesai. Tujuan ini tidak hanya berlaku dipemerintahan tetapi juga pada perusahaan. Orientasi sistem akuntansi ini adalah melaporkan kegiatan yang menghasilkan laba/rugi atau surplus/defisit, dan menyelesaikan seluruh kebutuhan dari negara, namun perhitungan dari sistem akuntansi ini masih memasukkan transaksi yang bersifat moneter dan nonmeoneter. Ada tujuh hal khusus dalam sistem akuntansi yang dijalankan oleh negara Islam sebagaimana dijelaskan oleh Al-Khawarizmy dan Al-Mazendarany (Zaid, 2004), yaitu: 1.
Sistem akuntansi untuk kebutuhan hidup, sistem ini dibawah koordinasi seorang manejer.
2.
Sistem akuntansi untuk konstruksi merupakan sistem akuntansi untuk proyek pembangunan yang dilakukan pemerintah. Pada sistem ini mengatur pencatatan (baik dalam bentuk material maupun pengeluaran pada pihak lain), pengendalian dan akuntabilitas untuk masing-masing proyek serta berdasarkan anggaran (budget). Sistem ini dibawah tanggung jawab seorang koordinator proyek.
3.
Sistem akuntansi untuk pertanian merupakan sistem yang berbasis non-moneter. Sistem ini lebih memfokuskan diri untuk mencatat dan mengelola persediaan pertanian dalam bentuk fisik dikarenakan didorong oleh kewajiban dalam zakat pertanian.
4.
Sistem akuntansi gudang merupakan sistem untuk mencatat pembelian barang negara. Sistem ini bukan hanya mencatat sistem barang masuk dan keluar saja tetapi juga dalam nilai uang, sehingga akan ada pemisahan tugas antara orang yang memegang barang dan yang mencatat sehingga hal ini menunjukkan sistem pengendalian intern telah ada.
5.
Sistem akuntansi mata uang, sistem ini telah dilakukan oleh negara Islam sebelum abad ke-14 M. Sistem ini memberikan hak kepada pengelolanya untuk mengubah emas dan perak yang diterima pengelola menjadi koin sekaligus mendistribusikannya. Dengan fungsi tersebut, dapat dikatakan sistem pembendaharaan negara sudah berjalan. Sistem akuntansi ini djalankan dengan tiga journal khusus, yaitu untuk mencatat persediaan (inventory), pendapatan (revenue) dan beban (expense).
6.
Sistem akuntansi peternakan merupakan sistem untuk mencatat seluruh binatang ternak. Pencatatan dilakukan untuk mencatat keluar dan masuknya ternak berdasarkan pengelompokan binatang serta nilai uang.
7.
Sistem akuntansi perbendaharaan merupakan sistem untuk mencatat penerimaan dan pengeluaran harian negara baik dalam nilai uang maupun barang.
Pencatatan dalam negara Islam telah memiliki prosedur yang wajib diikuti, serta pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan atas aktivitas dan menemukan surplus dan defisit atas pencatatan yang tidak seimbang. Jika ditemukan kesalahan maka orang yang bertanggung jawab harus menggantinya. Hal ini merupakan salah satu pengendalian intern (internal control), penerapan prosedur audit (audit procedure), serta akuntansi berbasis pertanggung jawaban (responsibility accounting). Prosedur yang harus dilakukan adalah : 1.
Transaksi harus dicatat setelah terjadi.
2.
Transaksi harus dikelompokkan menurut jenisnya (nature).
3.
Penerimaan akan dicatat disebelah kanan dan pengeluaran dicatat disebelah kiri. Sumbersumber penerimaan harus dicatat dan dijelaskan
4.
Pembayaran harus dicatat dan diberikan penjelasan yang memadai disisi kiri halaman.
5.
Pencatatan transaksi harus dicacat dengan sangat hati-hati.
6.
Tidak diberikan jarak penulisan disisi sebelah kiri, dan harus diberi garis penutup (attarkeen).
7.
Koreksi atas transaksi yang telah dicatat tidak boleh dengan cara menghapus atau menulis ulang. Jika Al kateb melakukan kesalahan maka harus mengganti.
8.
Jika akun telah ditutup, maka akan diberi tanda akan hal tersebut.
9.
Seluruh transaksi yang dicatat dibuku journal (Al Jaridah) akan dipindahkan pada buku khusus berdasarkan pengelompokan transaksi.
10. Orang yang melakukan pencatatan untuk pengelompokan berbeda dengan orang yang melakukan pencatatan harian. 11. Saldo (disebut al haseel) diperoleh dari selisih. 12. Laporan harus disusun setiap bulan dan setiap tahun. Laporan harus cukup detail dan memuat informasi yang penting. 13. Pada setiap akhir tahun, laporan yang disampaikan oleh al kateb harus menjelaskan seluruh informasi secara detail barang dan dana yang berada dibawah wewenangnya. 14. Laporan tahunan yang disusun al kateb akan diperiksa dan dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan akan disimpan di Diwan pusat.
Dihubungkan dengan prosedur tersebut, terdapat beberapa istilah sebagai berikut : 1.
Al- Jaridah merupakan buku untuk mencatat transaksi, dan Al Jaridah perlu di-cap dengan stempel Sultan, Al Jaridah sendiri sudah ada ketika masa Daulah Bani Umayyah dan dikembangkan ketika Daulah Bani Abbasiyah dengan beberapa bentuk jurnal khusus seperti berikut : a. Jaridah Al-Kharaj diguanakan untuk berbagai jenis zakat seperti pendapatan yang berasal dari tanah, tanaman, dan binatang ternak. b. Jaridah Annafakat digunakan untuk mencatat jurnal pengeluaran. c. Jaridah Al-Maal digunakan untuk mencatat jurnal pendanaan yang berasal dari penerimaan dan pengeluaran zakat. d. Jaridah Al-Musadereen digunakan untuk mencatat jurnal pendanaan khusus berupa perolehan dana dari individu yang tidak harus taat dengan hukum islam seperti : non muslim.
2.
Daftar Al Yaumiah (buku harian/dalam bahasa persia ruznamah). Daftar tersebut digunakan sebagai dasar untuk pembuatan Ash-Shahed (journal voucher). Journal voucher merupakan tanggung jawab Al Kateb dan disetujui oleh pimpinan Diwan dan Menteri. Bentuk umum dari Daftar diantaranya adalah sebagai berikut : a. Dafatr Attawjihat : buku yang digunakan untuk mencatat anggaran pembelanjaan. Baik berbentuk Mukarriyah (anggaran operasional) maupun Itlakiyah (anggaran untuk posdikresi dari raja). b. Daftar Attahwilat : buku yang digunakan untuk mencatat keluar masuknya dana antara wilayah dan pusat pemerintahan. Al-Khawarazmy membagi beberapa jenis daftar sebagai berikut : a. Kaman al-Kharadj yang merupakan dasar-dasar survei. b. Al-Awardj menunjukkan daftar utang perindividu beserta daftar pembayaran cicilan. c. Al-Ruznamadj atau buku harian yaitu melakukan pencatatan untuk pembayaran dan penerimaan setiap hari. d. Al-Khatma merupakan laporan pendapatan dan pengeluaran per bulan. e. Al-Khatma Al-Djami’a merupakan laporan tahunan. f. Al-Ta’ridj merupakan tambahan catatan untuk menunjukkan katagori secara keseluruhan. g. Al-Arida merupakan tiga kolom jurnal yang totalnya terdapat dikolom ketiga.
h. Al-bara’a merupakan penerimaan pembayaran dari pembayar pajak. i. Al-Muwafaka wal-djama’a merupakan akuntansi yang komprehensif disajikan oleh ‘amil, apabila hasilnya benar maka akan ditandatangani oleh muwafaka, sedangkan apabila terdapat perbedaan disebut dengan muhasaba. Sedangkan orang yang memperkenalkan istilah daftar kepada tentara adalah Abu Muslim yang pada akhirnya menjadi pedoman dimasa dinasti Abbasiyah. Namun demikian, ada perbedaan dengan sistem regular yang diusulkan oleh Al-Khawarizmy. Pembagian akuntansi untuk kantor militer (Diwab Al-Djaysh), Al-Khawarizmy membagi menjadi : a. Al-Djaria Al-Sawda merupakan daftar nama prajurit, silsilah, asal suku, dan deskripsi fisik yang selalu disiapkan setiap tahun. b. Radj’a merupakan daftar permintaan yang dikeluarkan oleh mu’ti (pimpinan) utuk tentara tertentu di daerah terpencil. c. Al-Radj’a Al-Djami’a merupakan permintaan umum yang dikeluarkan oleh mu’ti untuk akun umum (tama’). d. Al-Sakk, permintaan persediaan untuk akun umum yang menunjukkan pembayaran dengan nomor dan jumlah serta tanda dari pihak yang memiliki otoritas. e. Al-Mud’mara permintaan persediaan yang dikeluarkan selama periode akun umum. f. Al-Istikrar merupakan persediaan setelah dilakukan pembayaran. g. Al-Muwasafa adalah daftar yang menunjukkan lingkungan dan penyebab terjadinya perubahan pada lingkungan. h. Al-Djarida Al-Musadjadjala adalah register yang tersegel. i. Al-Fihrist adalah daftar persediaan yang terdapat pada diwan. j. Al-Dastur copy umum atas beberapa draf.
3.
Beberapa jenis laporan keuangan diantaranya : a. Al Khitmah merupakan laporan yang dibuat setiap akhir bulan yang menunjukkan total penerimaan dan pengeluaran. Walaupun digunakan untuk laporan bulanan pemerintah juga bisa digunakan oleh para pedagang dengan tujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan sebagai dasar perhitungan zakat. b. Al Khitmah Al Jameeah merupakan laporan yang disiapkan oleh Al Khateb tahunan dan diberikan kepada atasannya berisi : pendapatan, beban dan surplus/defisit setiap akhir tahun. Bentuk Al Khitmah Al Jameeah sebagai berikut :
Al Khitmah Al Jameeah Untuk Penerimaan Dan Pengeluaran Selama Periode Muharram S.D Dzulhijjah Tahun ...... H
Disiapkan Oleh
Dibantu Oleh
Diperiksa Oleh
Disetujui Oleh
Sumber Dana Pendapatan pada periode berjalan a.
Pajak dari sejak tanggal .......
xxxx
b.
Pendapatan lain
xxxx
Sub total
xxxx
Ditambah a.
Sisa dari periode yang lalu
xxxx
b.
Penjualan
xxxx
c.
Rekonsiliasi dan denda
xxxx
d.
Pinjaman
xxxx
e.
Pemindahan dana
xxxx
f.
Tagihan yang tidak dapat tertagih
xxxx
Al Fadalakah (Total)
xxxx
Penggunaan dana a.
Transfer ke Diwan lain
xxxx
b.
Pembelian yang dilakukan diwan
xxxx
c.
Beban lain
(xxxx)
Al Haseel (Saldo)
c.
xxxx
Dalam perhitungan dan laporan zakat akan dikelompokkan pada laporan keuangan terbagi dalam 3 kelompok, yaitu : 1. Ar-Raj Minal Mal (yang dapat tertagih) 2. Ar-Munkasir Minal Mal (piutang tidak dapat tertagih) 3. Al Muta’adhir Wal Mutahayyer wal Muta’akkid (piutang yang sulit dan piutang bermasalah sehingga tidak tertagih).
Pada perhitungan zakat, utang diklasifikasi menjadi tiga berdasarkan kemampuan bayar, yaitu: a. Arra’ej Minal Maal (collectible debts) b. Al Munkase Minal Mal (uncollectible debts) c. Al Muta’adher wal Mutahayyer (complicated atau doubful debts).
Hubungan Akuntansi Modern dan Akuntansi Islam Luca Paciolli sebagaimana telah diterangkan pada bagian sebelumnya, adalah seorang ilmuwan sekaligus juga seorang pengajar dibeberapa universitas Italia seperti Venice, Milan, Florence dan Roma. Untuk itu, beliau telah banyak membaca banyak buku termasuk buku yang telah diterjemahkan. Pada tahun 1429 M, angka Arab dilarang untuk digunakan oleh pemerintah Italia. Luca Paciolli selalu tertarik untuk belajar tentang hal tersebut serta belajar dari Alberti seorang ahli matematika yang belajar dari pemikir Arab dan selalu menjadikan karya Pisa sebagai rujukan. Paciolli pergi dan bertemu dengan temannya Onofrio Dini Florence seorang pedagang yang suka bepergian ke Afrika Utara dan Konstatinopel, sehingga diduga paciolli mendapat ide tentang double entry tersebut dari temannya ini. Bahkan Alfred Lieber (1968) mendukung pendapat tersebut bahwa memang ada pengaruh dari pedagang arab pada italia, walaupun arab tidak hanya berarti muslim saja. Penelitian tentang sejarah dan perkembangan akuntansi memang perlu dikaji lebih dalam lagi mengingat masih dipertanyakan bukti-bukti autentik tentang hal tersebut.