AGAMA ISLAM Dosen Pengampu : Drs. Ramli, M.A.
Disusun oleh : Kelompok 2 Ilmi Rafarni Gea
NIM. 7161220014
Ismarani Pane
NIM. 7161220025
Nita Pratiwi
NIM. 7161220024
Nurul Prhatiwi
NIM. 7161220026
Sella Rinanda
NIM. 7161220036
Ahmad Fahmi S. Bintang
NIM. 7161220002
Harry Priatna Siddiq
NIM. 7163220068
AKUNTANSI 2016 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya kepada penulis sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kapada Bapak Drs. Ramli, M.A. yang telah memberikan tugas kepada penulis dan bimbingan untuk menyelesaikan makalah dan mini riset ini Dalam penulisan makalah ini, tentunya tidak terlepas pula dari dukungan pihak-pihak yang bersangkutan dalam menjalankan makalah serta mini riset ini. Untuk pihak-pihak yang lainnya penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih. Namun dibalik semua isi laporan ini penulis juga sangat menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan yang tertuang didalammnya. Untuk itu penulis terlebih dahulu meminta maaf atas kesalahan tersebut, dan penulis juga sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi terciptanya sebuah laporan yang baik untuk kedepannya.
Medan,
i
Maret 2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1 1.1
Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2
Batasan Masalah .......................................................................................................... 2
1.3
Tujuan.......................................................................................................................... 2
1.4
Manfaat........................................................................................................................ 2
BAB II : PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3 2.1
Ringkasan Materi Manusia Dalam Konsepsi Islam .................................................... 3
A. Eksistensi Manusia ...................................................................................................... 3 B. Dimensi-Dimensi Kemanusiaan .................................................................................. 4 2.2
Ringkasan Materi Manusia Sebagai Khalifah Allah Di Bumi .................................... 6
A. Martabat Manusia ........................................................................................................ 6 B. Tanggung Jawab Manusia ........................................................................................... 8 BAB III : MINI RISET ............................................................................................................ 10 3.1
Masalah yang Diangkat ............................................................................................. 10
3.2
Sumber Data .............................................................................................................. 11
3.3
Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................ 11
3.4
Hasil Wawancara....................................................................................................... 11
3.5
Solusi yang ditawarkan ............................................................................................. 12
BAB IV : PENUTUP ............................................................................................................... 14 4.1
Kesimpulan................................................................................................................ 14
4.2
Saran .......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16 LAMPIRAN ............................................................................................................................. 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Manusia hakikatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Dalam pandangan Islam, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini. Dalam hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam. Banyak ayat Al-Quran yang mnjelaskan mengenai hakikat manusia sebagai khalifah di bumi diantaranya tercantum di dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 30 yang artinya : “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Dari ayat tersebut dapat dilihat bahwa manusia diangkat oleh Allah sebagai khalifah yang mana manusia sebagai makhluk paling istemawa di antara makhluk lainya dikaruniai akal budi dan perasaan hati, sehingga dari waktu ke waktu senantiasa mampu menciptakan kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang. Namun nyatanya dengan melihat pada realitas pengalaman sejarah umat manusia dari masa ke masa tidak sedikit golongan manusia yang suka berperang, saling membunuh, serta merusak lingkungan. Mengutip dari artikel Nahdatul Ulama (www.nu.or.id) mengenai “Meneguhkan Kembali Peran Manusia Selaku Khalifah di Muka Bumi” pada kamis, 28 Juli 2016 mengatakan bahwa, didaulatnya manusia menjadi khalifah tidak melulu dibekali oleh kemampuan intlektual semata, tapi agar benar-benar mampu mengemban tanggung jawab kepemimpinannya di dunia ini. Kesanggupan manusia untuk menerima tugas atau amanah sebagai khalifah Allah di bumi mengandung resiko dan akibat yang luas. Sebab manusia secara fitrah membawa potensi baik dan potensi buruk.
1
Salah satu resiko akan lalai nya manusia mengemban amanah sebagai khalifah Allah adalah berita pembunuhan siswi SMA 11 Medan1 serta marak nya aksi illegal logging2. Oleh karena itu disini akan dibahas mengenai “Manusia Dalam Konsep Islam” serta “Manusia Sebagai Khalifah Allah Di Bumi” berdasarkan kasus yang akan di bahas.
1.2 Batasan Masalah Agar penulisan makalah ini tidak menyimpang dan mengambang dari tujuan yang semula direncanakan maka batasan yang ditetapkan penulis adalah 1. Makalah ini hanya memaparkan secara teoritis mengenai konsep manusia dalam islam dan sebagai khalifah di bumi. 2. Kasus yang diangkat dalam sub bab “Mini Riset” pembunuha yang terjadi pada Jumat (19/1/2018), terjadi di Jalan Satria, Pasar X Tembung dan kasus illegal logging
1.3 Tujuan 1. Untuk menyelesaikan tugas Agama Islam mengenai konsep manusia dalam Islam 2. Untuk mengetahui materi manusia sebagai khalifah di bumi.
1.4 Manfaat 1. Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam penyusunan makalah khususnya yang berkaitan dengan konsep manusia dalam Islam serta manusia sebagai khalifah Allah di bumi 2. Sebagai bahan bacaan yang bermanfaat bagi dan sebagai acuan bagi penulisan selanjutnya agar dapat terus dikembangkan.
1
http://medan.tribunnews.com/2018/01/21/perampok-panik-karena-anggi-teriak-pelaku-hujamkan-pisau-keperut 2
https://daerah.sindonews.com/read/1047939/174/marak-aksi-illegal-logging-di-bukit-bengkirai-1443161480
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ringkasan Materi Manusia Dalam Konsepsi Islam A. Eksistensi Manusia 1. Pengertian manusia Manusia secara bahasa disebut insan yang dalam bahasa arabnya, berasal dari kata nasiya yang berarti lupa dan jika dilihat dari kata dasar al-uns yang berarti jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya 3. Manusia sebagai subjek mengalami keberadaanya yang berpikir tentang dirinya sendiri (objek) dan alam ciptaan tuhan (kafie 1989)4. Dan manusia sebagai makhluk tuhan yang multi dimensi dan kompleks. Sejak peradaban umat manusia ditulis, ia selalu dijadikan objek yang tidak pernah habis untuk ditelaah. Pengarang Man the Unkwnown mengakui bahwa pengetahuan tentang menusia belum mencapai kemajuan yang belum lagi mencapai kemajuan seperti yang telah dicapai dalam bidang kajian lainnya5. Dalam islam, dideskripsikan bahwa Allah menciptakan adam berdasarkan kehendak dan kekuasaan-Nya tanpa melalui proses bilogis sebagaimana lazimnya manusia-manusia keturunannya. Yakni keterlibatan ayah dan ibu sebagai sebab natural terlahirnya manusia. Penjelasan tentang penciptaan manusia tersebut diawali dari firman Allah kepada para malaikat bahwa dia akan menjadikan manusia dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam dan diberi bentuk menjadi tubuh yang sempurna. Selanjutnya Allah meniupkan ruhNya ke dalam diri Adam (al-Hijr; 28-29) maka jadilah adam manusia pertama yang ada di alam jagat ini. Allah SWT berfirman:
3
Azizah Hanum OK, Diktat Filsafat Pendidikan Islam (Medan : Sekolah Tinggi Agama Islam Alhikmah), h. 26. 4 Syariffuddin, Filsafat Ilmu, (Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2008), h. 1. 5 M. Quraish Shihab, Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1999), h. 227
3
Artinya: Dan (ingatlah), ketika tuhanmu berfirman kepada para malaika: “sesungguhnya aku akan menciptakan seseorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.
2. Fungsi dan kedudukan Manusia Fungsi dan kedudukan manusia di dunia ini adalah sebagai khalifah di bumi. Tujuan penciptaan menusia di atas dunia adalah untuk beribadah. Sedangkan tujuan hidup manusia di dunia ini adalah untuk mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat. Manusia di atas bumi ini adalah sebagai khalifah, yang diciptakan oleh Allah dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu adalah untuk mencapai kesenangan di dunia dan di akhirat6. Penobatan manusia sebagai khalifah diatas bumi merupakan suatu kehormatan sekaligus kepercayaan terbesar dari Allah yang tiada tara.
B. Dimensi-Dimensi Kemanusiaan
Ada beberapa istilah yang terkait dengan dimensi manusia yang ditelaah dari perspektif. Dimensi-dimensi tersebut saling berhubungan secara fungsional dan substansial dalam diri manusia itu sendiri. Hal yang terpenting dari sejumlah dimensi itu adalah al-jasad, al-ruh, al-‘aql dan al-nafs. 1) Al-jasad dalam bahasa Indonesia disebut tubuh, badan atau jasad merupakan dimensi yang dapat dijelaskan secara saintifik, karena terdiri dari unsur-unsur material yang dapat disaksikan oleh panca indera. Asal-usul kejadian manusia menurut ajaran Islam berbeda dengan pendapat para ahli filsafat dan antrpologi, terutama Darwin dan pengikut teori evolusinya. Manusia yang hidup di mana pun di belahan dunia berasal dari satu keturunan, yaitu Adam as. Dari anak-cucu Adam lah manusia berkembang biak dan bertebaran ke seluruh pelosok bumi. Dalam hal ini Allah berfirman :
ق ِم نْ َه ا زَ ْو َج َه ا َو ب َ ث ِم نْ هُ َم ا َ َ اح د َ ة َو َخ ل ِ اس اات ق ُو َر ب ك ُ مُ يال ِذ َخ ل َ ق َ ك ُ ْم ْْ ِم ن ن َ فْ س َو ُ الن أ َي ُّ َه ا
6
Ibit Azizah Hanum OK, h. 28.
4
ْ او ات ق ُو ّللا َ يال ِذ ت َسَ ا َء ل ُو َن ب ِ ِه َو ام ۚ إ ِ ن ّللا َ كَ ا َن عَ ل َ يْ ك ُ ْم َر ق ِ ي ب ًا َ ۚ كَ ث ِ ي ًر ا َو ن ِ سَ ا ًء َ اْل َ ْر َح ِر َج ا ًل Artinya : (Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seseorang diri, dan dari, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembangkan biakan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (an-Nisa’:1) Dari ayat ini bahwa manusia yang beraneka ragam warna kulit, bahasa, dan budaya itu merupakan satu keturunan. Oleh sebab itu, seluruh manusia pada dasarnya merupakan saudara biologis yang disebut ikhwah basyariyyah. Karena mereka bersaudara maka mereka diperintahkan untuk memelihara kasih saying di antara sesamanya. Tali persaudaraan itu akan semakin kokoh apabila persaudaraan itu diikat dengan ikatan yang kuat, yaitu ikatan islam untuk sama-sama beribadah dan mematuhi syariat penciptanya.
2) Al-ruh adalah sesuatu yang gaib yang mengandung kehidupan, sumber petunjuk bagi jiwa, dan sumber kesadaran akal pikiran. Ia merupakan salah satu tanda keagungan terbesar dalam kehidupan manusia. Dan sesungguhnya ruh itu merupakan urusan Allah bukan kajian manusia, sebab ilmu dan kapasitas akal tidak akan mampu memahami dan menjelaskannya dengan baik dan memuaskan. 3) Al-‘aql adalah potensi yang dapat menghasilkan berbagai ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kesejahteraan menusia dan menentukan dalam usah manusia mencari jalan yang benar, memberikan kepuasan dalam memecahkan persoalan hidup7. 4) Al-nafs. Pengertian nafsu sulit untuk dirumuskan karena memiliki pembagian yang beragam dan memiliki cirri-ciri, serta kecenderungan-kecenderungan yang berbedabeda. Al-Ghazali menyebutkan nafsu sebagai dorongan dua kekuatan yang mempunyai ciri berlawanan, pertama sebagai dorongan ghodlob (menjauh) dan dorongan syahwat (mendekat).
Perumusan al-Ghazali mengenai macam-macam nafs diatas, ini bersumberkan pada ayat-ayat al-Qur’an, yaitu Sbb: 7
Muhaimin, Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung: Trigenda Karya, 1993), h. 42.
5
Nafs Muthmainnah QS. Al-Fajr : 27-28
: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati
yang puas lagi diridhai-Nya.” Nafs merasa tenang karena menjalankan perintah Allah SWT dan mampu mengalahkan
syahwatnya,
maka
ini
dinamakan nafs
muthmainnah (jiwa
yang
tentram/tenang).
Nafs al-lawwamah QS. Al-Qiyamah : 2 : “Dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri)” Jika nafs tidak bisa tenang secara sempurna tetapi terus berusaha untuk memerangi syahwatnya, maka itu dinamakan dengan nafs al-lawwamah, karena selalu mencela pemiliknya ketika kendor semangat ibadahnya kepada Allah SWT. Atau bisa dipahami bahwa nafs al-lawwamah ini adalah nafs yang masih labil, gelisah, terkadang melakukan kebaikan dan terkadang masih melakukan kejahatan, akan tetapi ia selalu sesal diri.
Nafs al-ammarah QS. Yusuf : 53
:
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena
Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” Jika nafs tidak lagi melakukan perlawanan bahkan selalu mengikuti syahwatnya dan bujukan setan, maka itu dinamakan dengan nafs al-amarah bi al-su’. Allah SWT berfirman menceritakan tentang istri pembesar Mesir dalam kisah Yusuf as.8
2.2 Ringkasan Materi Manusia Sebagai Khalifah Allah Di Bumi A. Martabat Manusia A. Tujuan Penciptaan Manusia
8
Sa’ad Hawwa, Pendidikan Spiritual, (Yogyakarta : Mitra Pustaka : 2006), cet. 1, hlm. 30-31
6
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dan manusia merupakan katurunan Adam, ia diciptakan berdasarkan kehendak dan kekuasaan-Nya tanpa melalui proses biologis sebagaimana lazimnya manusia-manusia keturunannya. Tujuan utama penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah di dalam surah az-Zariyat 56:
Artinya: Dari ayat ini jelaslah bahwa tujuan paling utama Allah menciptakan manusia adalah agar mereka menyembah, mengabdi atau beribadah kepada-Nya. Maksudnya adalah manusia diciptakan agar taat, tunduk dan patuh pada perintah Allah SWT., dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh-Nya. Hakikat ihsan menurut istilah mengandung arti bahwa dalam menyemba Allah seseorang harus berseungguh-sungguh, serius, penuh keikhlasan dan tawaduk. Dalam hatinya harus tumbuh keyakinan bahwa Allah seakan-akan berada dihadapannya dan melihat-Nya. Dengan kata lain, dia harus merasa bahwa selamanya hadir dan menyaksikan segala perbuatannya. Karena itu ia tidak akan melaksanakan maksiat kepada-Nya. Ikhlas kata ikhlas berasal dari bahasa Arab yang berbunyi akhlasa yang memiliki arti bersih, lurus dan suci. Sedangkan menurut pendapat Abu Qasim al-Qusyairi mengatkan bahwa iklas adalah suatu perbuatan semata mata hanya untuk Allah di dalam beribadah kepadanya disertai niat. Ia melakukan hanya dengan ketaatannya tersebut karena ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT bukan karena lain-Nya, seperti perilaku yang dibuat-buat untuk tujuan makhluk atau berusaha mendapatkan penghargaan, kasih saying, pujian dari manusia, atau hal-hal lain selain dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT9.
Tanda-tanda orang ikhlas
Menyembunyikan amalan perbuatan kebajikan, oang yang ikhlas dalam beramal akan menyembunyikan amal kebajikanya dari pada menampkannya kepada orang lain. Karena mereka lebih suka amal kebajikannya hanya Allah saja yang mengetahuinya dari pada diketahui dan menjadi pembicaraan diantara sesama,
Tidak mengharapkan pujian. Seseorang yang melakukan perbuatan secara ikhlas maka orang tersebut tidak akan mengharapkan pujian dari orang lain. Melainkan hanya mencari ridlo Allah swt karena itulah mereka tidak peduli terhadap penilaian
9
An-Nawawi, at-Tibyan fi Adab Hamlah al-Quran (Beirut: Dar al-Kutub Al-Ilmiyah, tt.), h. 14.
7
atau tanggapan dari orang lain kepada dirinya selama apa yang dilakukannya adalah baik dan benar dalam pandangan Allah. B. Tanggung Jawab Manusia 1. Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah Sebagai hamba, tugas utama manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada Sang Khaliq : menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Tujuan utama manusia adalah menjadikan dirinya dan masyarakat tetap berada di dalam tujuan hidupnya. Tanggung jawab untuk mengajak manusia kepada tauhid. Dan tanggung jawab secara literal islam yaitu:
Istislam ( menyerahkan diri )
Al-khudu (tunduk)
Al-inqiyad (patuh) Hubungan manusia dengan Allah SWT bagaikan hubungan seorang hamba (budak)
dengan tuannya. Si hamba harus senantiasa patuh, tunduk, dan taat atas segala perintah tuannya. Demikianlah, karena posisinya sebagai ‘abid, kewajiban manusia di bumi ini adalah beribadah kepada Allah dengan ikhlas sepenuh hati .
2. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah Manusia
diserahi
tugas
hidup
yang
merupakan
amanat
dan
harus
dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengolaan dan pemeliharaan alam. Manusia selaku khalifah di muka bumi mempunyai tugas dan kewajiban mengelola dan memakmurkan alam semesta sesuai dengan aturan dan ketentuan Allah, menegakkan kebenaran dan keadilan, serta melakukan amar ma’ruf nahyi mungkar. Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta menyalahgunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya. Firman Allah SWT : “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: Sesungguhnya Aku jadikan di bumi seorang Khalifah. Berkata Malaikat: Adakah Engkau hendak jadikan di muka bumi ini orang yang melakukan kerusakan dan menumpahkan darah, sedangkan kami sentiasa
8
bertasbih dan bertaqdis dengan memuji Engkau? Jawab Allah: Aku lebih mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.” (Al-Baqarah:30) Di kalangan makhluk ciptaan Allah, manusia telah dipilih oleh Allah melaksanakan tanggung jawab tersebut. Ini sudah tentu kerana manusia merupakan makhluk yang paling istimewa. Firman Allah SWT : “Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggung jawab amanah (Kami) kepada langit dan bumi serta gunung-ganang (untuk memikulnya), maka mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat menyempurnakannya (kerana tidak ada pada mereka persediaan untuk memikulnya); dan (pada ketika itu) manusia (dengan persediaan yang ada padanya) sanggup memikulnya. (Ingatlah) sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka pula membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan.” (AlAhzab: 72)
9
BAB III
MINI RISET
3.1 Masalah yang Diangkat Masalah yang kami angkat adalah kasus pembunuhan siswi SMA 11 Anggi yang terjadi di Jalan Satria, Pasar X Tembung, Gang Buntu IV, Kecamatan Percut Seituan, Kabupaten Deliserdang, bikin gempar, Jumat (19/1/2018). Dan maraknya illegal logging.
10
3.2 Sumber Data Pengumpulan data yang cukup merupakan bahan yang penting sebagai dasar untuk membahas suatu pokok bahasan. Sumber data yang akan digunakan dalam penulisan ini adalah data primer dan data sekunder. Data Primer, menurut Umar (2003 : 56), “Data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan oleh peneliti sebagai obyek penulisan”. Data primer yang digunakan berupa hasil wawancara dengan Ibu Nurhayati, S.Pd, Ibu Halimahtus Sa’diah, dan Bapak Ibnu Jarot. Sedangkan data sekunder yaitu data yang perolehannya tidak dilakukan sendiri oleh peneliti tetapi diperoleh dari pihak lain. Dalam hal ini peneliti mengambil dari literaturliteratur yang ada di buku, serta jurnal yang ada hubungannya dengan pembahasan penelitian.
3.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara serta observasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat di mengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara serta observasi. Sedangkan subjek peneliti dengan menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel secara bertujuan, sehingga memenuhi kepentingan peneliti.
3.4 Hasil Wawancara
Menurut Ibu Nurhayati S.Pd Berdasarkan hasil mini riset dan wawancara yang kami peroleh dari Ibu Nurhayati,
S.Pd bahwa manusia di zaman sekarang ini masih marak – maraknya terjadi pembunuhan, terutama terjadi pada kalangan remaja (muda – mudi). Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, antara lain : − Tingkat emosional manusia yang lebih tinggi dari pada tingkat nurani manusia itu sendiri. Manusia lebih mendahulukan emosi dan kemauannya sendiri dan tidak mengikuti hati nurani mereka. − Kemudian ditambah lagi karena kurangnya iman seseorang tersebut, kurang mendekatkan diri kepada Allah SWT. − Dan faktor lainnya seperti daerah lingkungan sekitar yang tidak baik atau pergaulan manusia yang salah bergaul. Menurut Ibu Nurhayati, S.Pd peristiwa pembunuhan seperti di zaman sekarang ini sangatlah membahayai jiwa – jiwa masyarakat sekitar, terlebih lagi beliau ini menyatakan 11
kasus ini sering terjadi pada seorang guru yang banyak dibunuh oleh siswanya sendiri. Ibu Nurhayati, S.Pd yang berprofesi sebagai guru juga takut terhadap kasus pembunuhan yang sedang merajalela di akhir – akhir tahun ini. Menurut beliau solusi dalam mengatasi masalah ini hanyalah dengan memperbanyak iman dan mendekatkan diri kepada Allah. SWT. Terutama lebih memperketat ilmu agama anak – anak usia dini agar meminimalisir kasus ini sehingga kasus ini tidak menjadi berkelanjutan ke masa yang akan datang.
Menurut Ibu Halimahtus Sa’diah Sedangkan menurut ibu Halimahtus Sa’diah kelalian manusia dalam mengemban
amanah karena Karena manusia lebih cenderung kepada ketamakan atau berkuasa yaitu sifat manusia ingin menguasai bumi ini dan tidak pernah puas. Dan solusi yang dapat disarankan oleh ibu Halimah adalah manusia memerlukan agama dan manusia harus menyadari bahwa dirinya sendiri tak bisa dipertahankan apabila diambil jiwa oleh mahakuasa.
Menurut Bapak Ibnu Jarot Menurut bapak Ibnu manusia mempunyai dua sifat yang terdapat didalam QS Asy-
Syams ayat 8 yang artinya “Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaan” tentu hal ini balik kepada setiap diri manusia, jika mereka mengambil jalan untuk membunuh atau merusak lingkungan hal ini disebabkan sifat buruk yang dimotori oleh setan diikutinya. Jadi setiap orang berpotensi untuk berbuat baik, buruk masuk surga atau neraka. Solusi yang dapat diambil adalah dengan bertaubat dan mengaji.
3.5 Solusi yang ditawarkan Mengacu pada surah Al-Baqarah ayat 30 bahwasannya manusia diamanahkan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah dibumi yang bertugas untuk menjaga, mengatur serta memanfaatkan segala apa yang ada di bumi. Namun tidak semua manusia yang dapat memegang amanah untuk melaksanakannya sesuai dengan pemberian-Nya. Sebab secara fitrah manusia dapat membawa potensi yang baik atau buruk. Potensi buruk ini yang memunginkan manusia lalai akan amanah serta tugas yang dibebankan kepada mereka. Kelalaian manusia dalam mengemban amanah dari pencipta-Nya sudah ada dari zaman nabi Adam diawali dengan peristiwa Habil dan Qabil yang didasari rasa iri dan dengki. Sifat iri, dengki, serta tidak pernah bersyukur merupakan sifat yang fitrah dari 12
manusia. Allah telah meberikan kebebasan kepada setiap manusia untuk memilih jalan nya sesuai dengan QS Asy-Syams ayat 9 dan 10 yang artinya “Sungguh beruntung orang yang menyucikannya. Dan sunnguh rugi orang yang mengotorinya”. Jadi solusi terbaik dari setiap permasalahan terletak pada diri setaip orang dalam memilih jalan yang ingin diambil. Contoh kasus diatas merupakan dua dari sekian banyak kasus yang ada di bumi. solusi yang dapat kami tawarkan adalah : 1. Mengintrospeksi dan menyadarkan diri sendiri akan eksistensi atau tujuan diciptakan manusia ke Bumi. Seperti yang diketahui banyak manusia yang lalai atau berbauat kesalahan karena mereka tidak sadar atau lupa akan tujuan dirinya dilahirkan di bumi ini. 2. Mengadakan penanaman akhlak sejak dini agar moral kedepannya lebih baik serta menyertakan niat karena Allah disetiap aktifitas yang dilakukan. Dengan mengingat Allah tentunya kita sebagai manusia akan berfikir ulang untuk melakukan kejahatan yang mana dapat merugikan diri sendiri atau orang lain. 3. Lebih ditegakkan lagi undang undang , seperti halnya di kehidupan terdahulu di masa peradaban islam misalnya bagi seseorang yang mencuri / merampok dikenakan hukuman berupa tangannya dipotong, dan lainnya. Untuk menumbuhkan efek jera bagi pelaku kejahatan. 4. Seringkali kasus pembunuhan dan kerusakan lingkungan didasari oleh faktor ekonomi. Padahal dalam Al-Quran surah At-Taubah ayat 28 telah dijelaskan mengenai rezeki manusia yang artinya : “.... Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” dari ayat ini dapat dilihat bahwa manusia harus lebih bertawakal dan tidak lupa selalu berikhtiar.
13
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Setelah pengkajian mengenai Manusia dalam Konsepsi Islam yang telah penulis paparkan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Manusia adalah makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat. 2. Manusia dikatakan makhluk monodualisme karena manusia terdiri atas: raga dan jiwa, individu dan sosial, pribadi dan makhluk Tuhan. 3. Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan tauhid dan tunduk kepada-Nya dengan taat dan berlepas diri dari perbuatan syirik dan pelakunya. 4. Manusia dalam pandangan Islam terdiri atas dua unsur, yakni jasmani dan rohani. Jasmani manusia bersifat materi yang berasal dari unsur-unsur saripati tanah. Sedangkan roh manusia merupakan substansi immateri berupa ruh. Ruh yang bersifat immateri itu ada dua daya, yaitu daya pikir (akal) yang bersifat di otak, serta daya rasa (kalbu). Keduanya merupakan substansi dari roh manusia. 5. Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam. 6. Manusia hakikatnya adalah makhluk biologis, psikolsogi dan sosial yang memiliki dua predikat statusnya dihadapan Allah sebagai Hamba Allah dan fungsinya didunia sebagai khalifah Allah, mengantur alam dan mengelolanya untuk mencapai kesejahteraan kehidupan manusia itu sendiri dalam masyarakat dengan tetap tunduk dan patuh kepada sunnatullah. Rasa agama dan perilaku keagamaan (agama dan kehidupan beragama) merupakan pembawaan dari kehidupan manusia, atau dengan istilah lain merupakan “fitrah” manusia. Manusia tidak akan pernah lepas dari agama karena dalam diri manusia ada fitrah. Fitrah keagamaan yang ada dalam diri manusia inilah yang melatarbelakangi perlunya manusia pada agama. Faktor lain yang melatarbelakangi manusia memerlukan agama adalah karena di samping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan, dan Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar.
14
Setelah pengkajian mengenai Manusia Sebagai Khalifah Allah di Bumi, maka kesimpulannya yaitu, Manusia yang diciptakan Allah di muka bumi ini sebagai khalifah yang harus bisa bertanggung jawab terhadap tugasnya, karena manusia sejak lahir sudah mempunyai potensi-potensi (fitrah), maka dari itu, manusia harus dapat mengaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya dengan baik agar dapat di pertanggungjawabkan, karena manusia sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah di bumi. hendaknya manusia berperilaku yang mencerminkan : 1. Untuk Kesadaran akan tugas hidupnya sebagai pengatur bumi. 2. Untuk Perbuatan yang baik kepada sesama manusia maupun terhadap makhluk yang lain. 3. Untuk Usaha semaksimal mungkin untuk menghindari perbuatan yang dapat menimbulkan kerusakan bagi siapapun. 4. Untuk Usaha utuk mewujudkan islah atau perdamaian di bumi dan menghindari pertikaian yang akan membawa kerusakan. 4.2 Saran Setelah membaca dan mempelajari materi ini, besar harapan penulis agar para pembaca mendapat tambahan pengetahuan mengenai konsep manusia dalam Islam & Manusia sebagai khalifah di bumi dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan seharihari agar dapat menjadi seorang manusia yang bersyukur akan anugerah yang diberikan oleh Alloh SWT. Demikian materi yang dapat kami paparkan tentang hukum syar’i, semoga bermanfa’at bagi pembaca pada umumnya dan pada kami pada khususnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Azizah Hanum OK, Diktat Filsafat Pendidikan Islam, (Medan : Sekolah Tinggi Agama Islam Alhikmah, 2016) Syafaruddin, Filsafat Ilmu Mengembangkan Kreatifitas Dalam Proses Keilmuan, (Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2008) H.Husnel Anwar Matondang, Islam Kaffah, (Medan : Perdana Publishing, 2017)
http://Annisawally0208.blogspot.co.id/2016/06/contoh-makalah-konsep-manusiamenurut.html?m=1 http://www.nu.or.id/post/read/20018/meneguhkan-kembali-peran-manusia-selaku-khalifahdi-muka-bumi https://yodiabdi.blogspot.co.id/2015/12/tanda-tanda-orang-yang-ikhlas.html http://lukmankudus94.blogspot.co.id/2013/11/definisi-aql-nafs-qalb-ruh.html http://www.recudo.com/2017/10/tanggung-jawab-manusia-sebagai-hamba.html https://daerah.sindonews.com/read/1047939/174/marak-aksi-illegal-logging-di-bukitbengkirai-1443161480 http://medan.tribunnews.com/2018/01/21/perampok-panik-karena-anggi-teriak-pelakuhujamkan-pisau-ke-perut
16
LAMPIRAN
Daftar pertanyaan : 1. Manusia sebagai khalifah di bumi yang mana bertugas untuk menjaga lingkungan dan tidak saling menyakiti satu sama lain, lalu mengapa masih banyak manusia yang lalai akan amanah tersebut dan saling menyakiti satu sama lain? 2. Bagaimana tanggapan anda terhadap hal tersebut? 3. Bagaimana cara mengatasi atau mengembalikan eksistensi manusia sebagai khalifah di bumi?
17