Makalah Agama Bagaimana Membangun Paradigma Qur'ani.docx

  • Uploaded by: Yuke milen
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Agama Bagaimana Membangun Paradigma Qur'ani.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,504
  • Pages: 14
MAKALAH AGAMA “BAGAIMANA MEMBANGUN PARADIGMA QUR’ANI”

DISUSUN OLEH: YUKE MILEN (F1B118008)

FISIKA FAKULTAS METEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAM ALAM UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2018

i

Kata pengantar Dengan menyebut nama allah yang maha pengasih lagi maha penyayang ,puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT,yang telah melimpahkan rahmat,hidayah,dan inayah-Nya sehingga dapat merampungkan penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan judul”Bagaimana Membangun paradigma qur’ani” Makalah ini di susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kaitan meraih kebahagiaan serta keselamatan hakiki,yang di sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi ,referensi dan berita . Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa universitas haluoleo.saya sadar makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna .untuk itu, kepada dosen dan teman-teman ,saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang aka datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Terimakasih

Kendari 20 november 2018

ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..............................................................................................................................i DAFTAR ISI...........................................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang....................................................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................. 1.3 Tujuan Makalah...................................................................................................................... BAB II PEMBAHASAN 2.1 menelusuri konsep dan karakteristik paradigma qur’ani untuk menghadapi kehidupan modern !.............................................................................................................................. 2.2 Menanyakan alasan,”mengapa paradigma qur’ani sangat penting bagi kehidupan modern?.............................................................................................................................. 2.3 Menggali sumber historis ,filosofis ,sosiologis ,dan pedagogis tentang paradigma qur’ani untuk kehidupan modern!................................................................................................... 2.4 Membangun argument tentang paradigma qur’ani sebagai satu-satunya model untuk menghadapi kehidupan modern!........................................................................................... BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan............................................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Al-Quran merupakan sumber utama ajaran Islam. Ia adalah satu-satunya kitab suci yang masih asli. Isi ajarannya lengkap dan sempurna. Inti ajaran Al-Quran adalah pedoman hidup bagi manusia dalam upaya meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. AlQuran mengarahkan para pembacanya untuk berjalan di atas shirāthal mustaqīm (Jalan Lurus Allah Swt.) dan mengakhiri tugas kehidupan secara ḫusnul khātimah. Oleh karena itu, manusia dituntut untuk menjadikan Al-Quran tempat berkonsultasi, lalu menjadikannya sebagai suluh kehidupan. “Kata Al-Quran itu sendiri bermakna “bacaan”, “kuliah” atau wacana”. Sejak awal kehadirannya, kitab ini dimaksudkan untuk dibaca dan diperdengarkan dalam bahasa aslinya, dengan khidmat dan hormat, baik dari pembaca maupun pendengarnya. Kekuatan dan daya tarik Al-Quran di antaranya dimunculkan oleh irama dan retorikanya, juga oleh sajak dan maknanya, yang tidak bisa dialihkan ke dalam terjemahan semua bahasa pun. Panjang Al-Quran adalah empat per lima panjang Perjanjian Baru yang berbahasa Arab. Dalam kedudukannya sebagai kitab suci umat Islam, Al-Quran memainkan peran penting lainnya, di antaranya sebagai pilar Islam dan otoritas tertinggi dalam persoalan-persoalan spiritual dan etika. Di bidang teologi, hukum, dan ilmu pengetahuan, menurut umat Islam, Al-Quran merupakan sumber ajaran yang mempunyai aspek-aspek yang berbeda-beda. Dalam hal ini Al-Quran menjadi buku ilmiah, buku bacaan untuk memperoleh pendidikan yang liberal. Di sekolah seperti AlAzhar, universitas terbesar di dunia, kitab ini masih menjadi landasan bagi seluruh kurikulum. Dari sisi bahasa dan sastra, pengaruh Al-Quran terbukti pada kenyataan bahwa pelbagai dialek orang-orang yang berbahasa Arab tidak terpecah ke dalam bahasa-bahasa yang berbeda, seperti yang terjadi pada bahasa-bahasa pecahan dari bahasa Romawi. Meskipun kini orang Irak mungkin mendapati sedikit kesulitan untuk memahami secara sempurna percakapan orang Maroko, namun ia bisa dengan mudah memahami tulisan mereka, karena baik di Irak maupun di Maroko, juga di Suriah, Arab, dan Mesir, semuanya mengikuti model dan gaya bahasa AlQuran. Pada masa Nabi Muhammad, tidak ada karya prosa Arab yang kualitasnya sangat baik. Karenanya, Al-Quran menjadi karya terbaik yang pertama, dan sejak saat itu Al-Quran terus menjadi model penciptaan berbagai karya prosa. Bahasa AlQuran bersajak dan retoris, tetapi tidak puitis. Prosa sajaknya menjadi standar yang berusaha ditiru oleh hampir setiap penulis Arab konservatif hingga dewasa ini”

4

1.2 Rumusan Masalah    

Apa itu arti paradigma ? Mengapa paradigma qur’ani sangat penting bagi kehidupan modern? Bagaimana cara Menggali sumber historis ,filosofis ,sosiologis ,dan pedagogis tentang paradigma qur’ani untuk kehidupan modern? Apakah membangun argument tentang paradigma qur’ani sebagai satusatunya model untuk menghadapi kehidupan modern?

1.3. Tujuan makalah   



5

Untuk mengetahui apa itu arti paradigma qur’ani! Agara dapat mengetahui bahwasannya paradigma qur’ani sangatlah penting bagi kehidupan modern! Untuk mengetahui cara apa saja yang dapat di lakukan untuk menggali sumber historis ,filosofis ,sosiologis ,dan pedagogis tentang paradigma qur’ani untuk kehidupan modern! Untuk mengetahui argument tentang paradigma qur’ani!

BAB II PEMBAHASAN

2.1

menelusuri konsep dan karakteristik paradigma qur’ani untuk menghadapi kehidupan modern. Secara etimologis kata paradigma dari bahasa Yunani yang asal katanya adalah para dan digma. Para mengandung arti “di samping”, “di sebelah”, dan “keadaan lingkungan”. Digma berarti “sudut pandang”, “teladan‟, “arketif dan ideal‟. Dapat dikatakan bahwa paradigma adalah cara pandang, cara berpikir, cara berpikir tentang suatu realitas. Adapun secara terminologis paradigma adalah cara berpikir berdasarkan pandangan yang menyeluruh dan konseptual terhadap suatu realitas atau suatu permasalahan dengan menggunakan teori-teori ilmiah yang sudah baku, eksperimen, dan metode keilmuan yang bisa dipercaya. Dengan demikian, paradigma Qurani adalah cara pandang dan cara berpikir tentang suatu realitas atau suatu permasalahan berdasarkan Al-Quran. Berikutnya, Mengapa Al-Quran dijadikan paradigma? Semua orang menyatakan bahwa ada suatu keyakinan dalam hati orangorang beriman, AlQuran mengandung gagasan yang sempurna mengenai kehidupan; Al-Quran mengandung suatu gagasan murni yang bersifat metahistoris. Menurut Kuntowijoyo (2008), Al-Quran sesungguhnya menyediakan kemungkinan yang sangat besar untuk dijadikan cara berpikir. Pengembangan eksperimen-eksperimen ilmu pengetahuan berdasarkan paradigma Al-Quran jelas akan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan umat manusia. Kegiatan itu mungkin bahkan tentu saja akan menjadi rambahan baru bagi munculnya ilmu-ilmu pengetahuan alternatif. Premis-premis normatif Al-Quran dapat dirumuskan menjadi teori-teori yang empiris dan rasional. Struktur transendental Al-Quran adalah sebuah ide normatif filosofis yang dapat dirumuskan menjadi paradigma teoretis. Paradigma Qurani akan memberikan kerangka bagi pertumbuhan ilmu pengetahuan empiris dan ilmu pengetahuan rasional yang orisinal, dalam arti sesuai dengan kebutuhan pragmatis masyarakat Islam yaitu untuk mengaktualisasikan misinya sebagai khalifah di muka bumi.

2.2 Menanyakan Alasan, “Mengapa Paradigma Qurani sangat Penting bagi Kehidupan Modern”? Al-Quran bagi umat Islam adalah sumber primer dalam segala segi kehidupan. Al-Quran adalah sumber ajaran teologi, hukum, mistisisme, pemikiran, pembaharuan, pendidikan, akhlak dan aspekaspek lainnya. Tolok ukur benar / salah, baik / buruk, dan indah / jelek adalah Al-Quran. Jika mencari sumber lain dalam menentukan benar / salah, baik / buruk, dan indah / jelek, maka seseorang diangap tidak konsisten dalam berislam, suatu sikap hipokrit yang dalam pandangan Al-Quran termasuk sikap tidak terpuji. Untuk apa Al-Quran diturunkan? Apa tujuan Al-Quran diturunkan? Yusuf alQardhawi menjelaskan bahwa tujuan diturunkan Al-Quran paling tidak ada tujuh macam, yaitu: 1) meluruskan akidah manusia, 2) meneguhkan kemuliaan manusia dan 6

hak-hak asasi manusia, 3) mengarahkan manusia untuk beribadah secara baik dan benar kepada Allah, 4) mengajak manusia untuk menyucikan rohani, 5) membangun rumah tangga yang sakinah dan menempatkan posisi terhormat bagi perempuan, 6) membangun umat menjadi saksi atas kemanusiaan, dan ke 7) mengajak manusia agar saling menolong. Sebagian dari tujuan di atas dijelaskan dalam uraian sebagai berikut. 1. Meluruskan Akidah Manusia Secara rinci menjaga akidah itu mencakup aspek-aspek sebagai berikut. a. Menegakkan Pokok-Pokok Tauhid Menegakkan tiang-tiang tauhid sebagai landasan beragama sangat penting eksistensinya sebab bersikap sebaliknya yaitu syirik merupakan sikap yang sangat tercela, bahkan hukum Islam memandang syirik sebagai suatu tindak pidana (jarīmah) yang sangat terlarang. Mengapa syirik termasuk dosa besar? Sebab dalam syirik ada kezaliman terhadap kebenaran, dan penyimpangan terhadap kebenaran hakiki, serta ada pelecehan terhadap martabat kemanusiaan yang mengagungkan dunia atau tunduk kepada sesama makhluk. Itulah sebabnya Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni sikap syirik dan Allah akan mengampuni dosa selain itu bagi siapa saja yang Allah kehendaki.” (QS An-Nisa`/4: 48). “Sesungguhnya sikap syirik adalah kezaliman yang sangat besar.” (QS Luqman/31: 13). “Jauhilah perbuatan keji yaitu menyembah berhala, dan jauhi pula berkata palsu,dengan penuh penyerahan kepada Allah dan tidak bersikap syirik kepada-Nya. Barang siapa melakukan syirik kepada Allah, maka seakanakan ia terjun dari langit lalu disambar burung, atau diombang-ambing angin ke tempat yang tidak menentu.” (QS Al-Hajj/22: 30-31). Al-Quran mengajak manusia beribadah hanya kepada Allah sementara syirik cenderung kepada kebatilan dan khurafat. Al-Quran menginformasikan kepada kita bahwa Nabi Muhammad bahkan semua para nabi mengajak kaumnya untuk beribadah hanya kepada Allah. Allah berfirman, “Beribadahlah kepada Allah, tidak ada bagi kamu satu Tuhan pun selain Allah”. (QS Al-A‟araf/7: 59, 65, 73, 85) (QS Hud/11: 50, 61, 84). b. Mensahihkan Akidah tentang Kenabian dan Kerasulan Meluruskan akidah atau dapat dikatakan membenarkan akidah itu mencakup aspek-aspek sebagai berikut. 1) .Menjelaskan keperluan manusia terhadap kenabian dan kerasulan. 2) .Menjelaskan tugas-tugas para rasul khususnya dalam hal kabar gembira dan pemberi peringatan. 3) .Menghilangkan keraguan dari persepsi masyarakat silam tentang penampilan para rasul. 4) .Menjelaskan akibat bagi orang-orang yang membenarkan para rasul dan akibat bagi orang-orang yang mendustakan para rasul.

7

c. Meneguhkan Keimanan terhadap Akhirat dan Keyakinan Akan Adanya Balasan yang Akan Diterima di Akhirat Informasi yang diangkat dalam Al-Quran baik dalam ayat madaniyyah maupun makkiyyah bahwa iman terhadap akhirat dan segala sesuatu yang ada di akhirat berupa hisab, surga, dan neraka adalah bagian dari tujuan diturunkannya AlQuran. Al-Quran telah menetapkan beberapa gaya dalam upaya meneguhkan akidah ini dan mensahihkan akidah ini. 1) Menegakkan argumen-argumen akan terjadinya “pembangkitan” dengan menjelaskan kekuasaan Allah mengembalikan makhluk sebagaimana semula. Dialah yang memulai penciptaan kemudian Ia mengembalikannya sebagaimana semula dan Ia mudah untuk melakukannya. (QS Ar-Rum/30: 27). 2) Mengingatkan manusia akan penciptaan benda-benda yang amat besar sangatlah mudah bagi Allah, apalagi menghidupkan kembali manusia yang sudah mati, tentunya sesuatu yang amat mudah bagi Allah. Tidakkah mereka berpikir sesungguhnya Allah, Dialah yang menciptakan langit dan bumi, dan tidaklah sulit bagi-Nya menghidupkan yang sudah mati, ingatlah sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. (QS Al-Ahqaf/46: 33). 3) Menjelaskan hikmah adanya pembalasan di akhirat sehingga jelas ketidaksamaan orang yang berbuat baik dan yang berbuat buruk, termasuk balasan bagi orang baik dan orang jahat. Dengan demikian, tampaklah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan kesia-siaan. 4) Menjelaskan balasan yang ditunggu oleh orang-orang mukmin yang baik yaitu pahala dan keridaan, dan balasan yang disediakan bagi orang-orang kafir yaitu siksa dan kerugian. Itulah sebabnya Al-Quran sering menceritakan kiamat dan segala kedahsyatannya. Al-Quran juga menginformasikan catatan amal yang memuat segala kegiatan manusia baik yang bernilai maupun yang tidak bernilai (jelek), timbangan, hisab, surga dengan segala kenikmatannya, neraka dengan segala penderitaannya dan kesinambungan kehidupan manusia secara jasmani dan rohani di akhirat. 5) Menggugurkan mitologi yang dimunculkan musyrikīn bahwa Tuhan-Tuhan mereka dapat memberi syafaat pada hari Kiamat kelak, begitu juga dugaan ahli kitab bahwa orang-orang suci mereka dapat memberi syafaat. Inilah yang dibatalkan oleh Islam bahwa sesungguhnya tidak ada syafaat tanpa izin Allah, tidak ada syafaat kecuali bagi orang beriman, dan manusia tidak akan mendapatkan kecuali amalnya sendiri, dan tidak akan pernah menanggung dosa orang lain.

8

2. Meneguhkan Kemuliaan Manusia dan Hak-Hak Manusia a. Meneguhkan Kemuliaan Manusia Al-Quran menguatkan bahwa manusia adalah makhluk mulia. Allah menciptakan Adam dengan kedua tangan-Nya sendiri. Ia meniupkan roh-Nya kepada Adam, dan Allah menjadikan Adam sebagai khalifah dan keturunan Adam berperan sebagai pengganti Adam dalam kekhilafahan. Allah berfirman, “Dan Kami telah memuliakan keturunan Adam dan Kami bawa mereka (untuk menguasai) daratan dan lautan, dan Kami rezekikan kepada mereka yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka atas kebanyakan sebagian yang telah Kami ciptakan.” (QS Al-Isra/17: 30). b. Menetapkan Hak-Hak Manusia Dalam upaya menguatkan kemuliaan manusia, pada empat belas abad silam, Al-Quran telah menetapkan hak-hak asasi manusia sebagaimana yang menjadi “nyanyian” kelompok yang menamakan diri pejuang hak asasi manusia sekarang ini. Allah menciptakan manusia bebas berekspresi untuk berpikir dan berpendapat. Allah berfirman,“Katakanlah, Perhatikanlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi”.(QS Yunus/10: 101). c. Meneguhkan Hak-Hak Duafa (Orang-Orang Lemah secara Ekonomi). Al-Quran menetapkan hak-hak manusia secara umum dan Al-Quran secara khusus mengangkat hak-hak orang lemah agar tidak teraniaya (terzalimi) oleh orang-orang kuat atau tidak diabaikan oleh para penegak hukum. 2.3 Menggali Sumber Historis, Filosofis, Psikologis, Sosiologis, dan Pedagogis tentang Paradigma Qurani untuk Kehidupan Modern Untuk menggali sumber historis, filosofis, psikologis, sosiologis, dan paedagogis tentang paradigma Qurani yang membawa kemajuan dan kemodernan pada zaman silam, Anda dapat mempelajari caracara untuk mencapai kemajuan pada zaman keemasan Islam dan mempelajari peran Al-Quran dalam mewujudkan kemajuan itu. Dalam sejarah peradaban Islam ada suatu masa yang disebut masa keemasan Islam. Disebut masa keemasan Islam karena umat Islam berada dalam puncak kemajuan dalam pelbagai aspek kehidupannya: ideologi, politik, sosial budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, pertahanan dan keamanan. Karena kemajuan itu pula, maka dunia Islam menjadi pusat peradaban, dan dunia Islam menjadi super-power dalam ekonomi dan politik. Ekspansi dakwah Islam semakin meluas dan diterima oleh belahan seluruh dunia ketika Islam datang. Kekuasaan politik semakin luas yang implikasinya kemakmuran ekonomi juga semakin terbuka tambah subur dan tentu lebih merata. Kalau Anda kaji secara mendalam faktor-faktor yang menyebabkan umat Islam bisa maju pada saat itu dan dalam waktu yang amat lama (lebih dari lima abad.), maka jawabannya tentu saja karena umat Islam menjadikan Al-Quran sebagai paradigma kehidupan. Al-Quran pada saat itu bukan hanya dijadikan sebagai sumber ajaran tetapi juga menjadi paradigma dalam pengembangan Iptek, pengembangan budaya, bahkan Al-Quran 9

dihadirkan untuk mengatasi dan menghadapi pelbagai problem kehidupan umat Islam saat itu. Pada zaman keemasan Islam, Al-Quran dijadikan sebagai paradigma dalam segala aspek kehidupan dan Rasulullah saw. menjadi role model (uswatun ḫasanah) dalam mengimplementasikan Al-Quran dalam kehidupan sehari hari. Bagaimana Rasulullah saw. “membumikan” nilai-nilai religius Al-Quran dalam keseharian? Anda dapat menelisik informasi dari Aisyah r.a. Ketika ditanya oleh para sahabat mengenai akhlak Rasulullah saw., Aisyah r.a. menjawab, “Akhlak Rasulullah adalah Al-Quran.” Ini berarti, perilaku Rasulullah adalah aktualisasi Al-Quran sehingga karena komitmen Rasulullah terhadap Al-Quran sampai Al-Quran sendiri meneguhkan tentang kondisi ini. Al-Quran menyatakan “Sesungguhnya engkau Muhammad ada di atas akhlak yang agung” (QS Al-Qalam/68: 4). Para sahabat menjadikan Rasulullah sebagai panutan, figur, dan pemimpin. Setiap perbuatan yang Rasulullah kerjakan, maka mereka pun melaksanakannya dan setiap larangan yang Rasululullah tinggalkan, maka mereka pun meninggalkannya. Para sahabat merupakan generasi terbaik dalam kacamata Islam sebab mereka hidup langsung di bawah bimbingan Rasulullah saw. Rasulullah hadir di tengah-tengah mereka dan Rasulullah hadir di hati mereka. Demikian juga generasi berikutnya, yakni generasi tabiin menjadikan Rasulullah sebagai panutan dan Al-Quran dan hadis sebagai sumber ajaran yang mereka implementasikan dalam keseharian sehingga yang tampak dalam kehidupan adalah generasi Qurani yang membawa rahmat dan berkah bagi alam semesta secara keseluruhan. Keistimewaan generasi ini memang telah digambarkan oleh Rasulullah dalam sabdanya, “Sebaik-baik generasi adalah generasiku lalu generasi berikutnya dan generasi berikutnya” (HR Muslim). Sikap komitmen para sahabat dan generasi berikutnya menjadikan Rasulullah sebagai uswah dalam segala segi kehidupan dan sesungguhnya perilaku mereka sesuai dengan tuntunan Al-Quran itu sendiri. Allah berfirman, “Apa-apa yang Rasulullah datangkan untuk kamu, maka ambillah dan apaapa yang Rasulullah melarangnnya, maka tinggalkanlah” (QS Al-Hasyr/59: 7). Selain masyarakat muslim menjadikan Al-Quran sebagai paradigma dalam berbagai aspek kehidupan, faktor penyebab kemajuan pada zaman keemasan Islam adalah sikap umat Islam yang mencintai dan mementingkan penguasaan Iptek. Tidak mungkin kemajuan dicapai tanpa menguasai Iptek. Sejarah membuktikan para khalifah baik dari Dinasti Umayyah maupun Dinasti Abbasiyah, semisal Khalifah AlMansur, Al-Ma‟mun (813-833), Harun Ar-Rasyid (786-809), mendorong masyarakat untuk menguasai dan mengembangkan Iptek. Al-Mansur telah memerintahkan penerjemahan buku-buku ilmiah dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Demikian juga, Harun Ar-Rasyid melakukan hal yang sama dengan khalifah yang sebelumnya. Harun memerintahkan Yuhana (Yahya Ibn Masawaih (w. 857), seorang dokter istana, untuk menerjemahkan buku-buku kuno mengenai kedokteran. Pada masa itu juga diterjemahkan karya-karya dalam bidang astronomi, seperti Sidhanta, sebuah risalah India yang diterjemahkan oleh Muhammad Ibn Ibrahim Al-Fazari (w. 806). Pada abad berikutnya sekitar pertengahan abad ke-10 muncul dua orang penerjemah yang sangat penting dan produktif yaitu Yahya Ibn „Adi (974) dan Abu Ali Isa Ibnu Ishaq Ibn Zera (w. 1008). Yahya banyak memperbaiki terjemahan dan menulis komentar mengenai karya-karya Aristoteles seperti Categories, Sophist, Poetics, metaphiysics, dan karya Plato seperti Timaesus dan Laws. Yahya juga dikenal sebagai ahli logika 10

dan menerjemahkan The Prolegomena of Ammocius dan sebuah kata pengantar untuk Isagoge-nya Pophyrius (Amsal Bakhtiar, 2004). Sikap penguasa yang mendukung kemajuan Iptek selain diwujudkan dengan membangun pusat-pusat pendidikan tinggi dan riset semisal Bait al-Hikmah di Bagdad, juga para khalifah selalu mengapresiasi setiap ilmuwan yang dapat menuliskan karya ilmiahnya, baik terjemahan ataupun karangan sendiri. Setiap ilmuwan yang berhasil menerjemahkan suatu karya yang berasal dari bahasa asing, maka khalifah menghargai karya itu ditimbang dan diganti dengan emas sesuai dengan berat buku yang ia hasilkan. Ini merupakan suatu apresiasi akademis yang sangat prestisius dan membanggakan. Akibatnya tentu saja semangat keilmuan tumbuh di tengah kehidupan masyarakat dan masyarakat menjadi belajar. Penghargaan terhadap seseorang pada saat itu dilihat dari sisi keimanan dan keilmuannya. Banyak masyarakat memuliakan para ilmuwan dan ulama. Oleh karena itu, ulama dengan ilmu dan akhlaknya menjadi panutan dalam keseharian. Fatwa para ulama bukan hanya ditaati oleh masyarakat tetapi juga oleh para raja. Fatwa sifatnya mengikat karena dianggap produk hukum yang menjadi hukum posisitf dan juga dihormati dan dijunjung tinggi oleh semua lapisan masyarakat. Perkembangan Iptek sangat pesat dengan lahirnya pusat-pusat keilmuan dan penelitian di pelbagai kotakota besar di negara Islam. Mekah, Medinah, Bagdad, Kairo, Damaskus, Samarkand menjadi tempat-tempat favorit untuk belajar para mahasiswa dari pelbagai penjuru dunia. Semarak keilmuan tumbuh di tengah masyarakat, ilmu pun berkembang dan maju sehingga ilmu menjadi hiasan bagi diri setiap orang.

2.4. Membangun Argumen tentang Paradigma Qurani sebagai Satu-satunya Model untuk Menghadapi Kehidupan Modern Pendapat yang pernah disampaikan oleh Sakib Arselan dalam bukunya “Limādza ta`akhkharal muslimūna wa taqaddama gairuhum” artinya,”mengapa umat Islam mundur sedangkan non-Islam maju?‟. Penulis buku itu menyimpulkan bahwa umat Islam mundur karena mereka meninggalkan ajarannya, sedangkan non-Islam maju justru karena mereka meningglkan ajarannya. Sejalan dengan pemikiran Arselan tersebut, para pembaharu sepakat bahwa untuk kemajuan Islam, umat Islam harus berkomitmen terhadap ajarannya, mustahil mereka dapat maju kalau mereka meninggalkan ajarannya. Adapun ajaran dimaksud adalah ajaran murni al-Islām sebagaimana yang tercantum dalam AlQuran dan sunah bukan ajaran-ajaran yang bersumber dari budaya selain Al-Quran dan sunah. Tidak sedikit orang berpandangan bahwa untuk maju justru mereka harus meninggalkan ajaran agama mereka sehingga mereka harus mengembangkan budaya sekuler dalam segala segi kehidupan. Sementara bagi umat Islam, untuk maju tidak perlu mengambil sekulerisasi, malah sebaliknya, harus berkomitmen terhadap ajarannya. Mengapa umat Islam untuk dapat maju tidak perlu mengambil jalan sekulerisasi? Jawabannya tentu saja, pertama, karena ajaran Islam yang sumbernya Al-Quran dan hadis bersifat syumul artinya mencakup segala aspek kehidupan. Kedua, ajaran Islam bersifat rasional, artinya sejalan dengan nalar manusia sehingga tidak bertentangan dengan Iptek. Ketiga, ajaran Islam berkarakter tadarruj artinya bertahap dalam wurūd dan implementasinya. Keempat, ajaran Islam bersifat taqlilat-takaalif artinya tidak banyak beban karena beragama itu memang 11

mudah, dalam arti untuk melaksanakannya berada dalam batas-batas kemanusiaan bukan malah sebaliknya, tidak ada yang di luar kemampuan manusia untuk melaksanakannya. Allah sendiri menyatakan dalam banyak ayat bahwa yang dikehendaki oleh Allah adalah kemudahan bagi umat manusia bukan kesulitan, menjunjung tinggi kesamaan (egaliter), keadilan, rahmat dan berkah bagi semua. Kelima, ajaran yang diangkat Al-Quran berkarakter i‟jāz artinya bahwa redaksi AlQuran dalam mengungkap pelbagai persoalan, informasi, kisah dan pelajaran selalu dengan gaya bahasa yang singkat, padat, indah, tetapi kaya makna, jelas dan menarik. Agama yang mempunyai prinsip seperti itulah agama masa depan dan agama yang dapat membawa kemajuan. Perlu juga ditambahkan adanya faktor persesuaian antara akal dan wahyu. Kebenaran wahyu adalah absolut. Argumen akal tentang kebenaran wahyu tidak memberikan pengaruh sedikit pun terhadap kebenaran itu. Demikian sebaliknya, argumen akal yang menyatakan ketidakbenaran wahyu tidak lantas membuat wahyu itu menjadi tidak benar. Akan tetapi, apabila akal melakukan penalaran yang valid, maka ia akan sesuai dengan kebenaran wahyu. Kesahihan proses transmisi data autoritatif, menurut Juhaya S Praja, (2002: 77) melahirkan ilmu tafsir dan ilmu hadis yang kemudian berkembang menjadi landasan ilmu-ilmu lainnya termasuk filsafat Islam. Kemajuan yang dicapai dengan keberhasilan pengembangan Iptek tentu akan membawa perubahan yang sangat dahsyat. Revolusi kebudayaan terjadi karena Iptek telah mengantarkan manusia kepada kemajuan yang luar biasa. Kemajuan melahirkan kehidupan modern dan kemodernan menjadi ciri khas masyarakat maju dewasa ini. Bagi umat Islam kemodernan tetap harus dikembangkan di atas paradigma Al-Quran. Kita maju bersama Al-Quran, tidak ada kemajuan tanpa AlQuran. Al-Quran bukan hanya sebagai sumber inspirasi, tetapi ia adalah landasan, pedoman paradigma dan guide dalam mengarahkan kemodernan agar dapat menyejahterakan manusia dunia dan akhirat. Apa arti kemodernan kalau tidak membawa kesejahteraan? Apa arti kemajuan Iptek kalau manusia tidak makrifat kepada Allah? Imam Junaid al-Bagdadi menyatakan, “Meskipun orang tahu segala sesuatu tetapi jika dia tidak mengenal Allah sebagai Tuhannya, maka identik dengan tidak tahu sama sekali”. Junaid ingin menyatakan bahwa landasan Iptek adalah ma‟rifatullāh, dan Al-Quran adalah paradigma untuk pengembangan Iptek. Penguasaan Iptek yang dilandasi ma‟rifatullāh akan membawa kemajuan lahir batin, sejahtera dunia dan kehidupan.

12

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dapat di simpulkan bahwa paradigma adalah cara pandang ,cara berfikir,tentang suatu realitas ,dan cara berfikir tentang suatu realitas ,dan cara berfikir berdasarkan Pndangan yang menyeluruh dan konseptual terhadap suatu realitas atau permasalahan dengan menggunakan teori-teori ilmiah yang sudah baku,eksperimen dengan metode keilmuwan yang bisa di percaya.

13

DAFTAR PUSTAKA

As-Sya‟rani, Abdul Wahhab. Tanpa tahun. Al-Anwaar al-Qudsiyyah fi Ma‟rifat Qawa‟id asSuufiyya., Kairo: Daar Jawaami al-Kalim. Abdul Qadir, al-Jilani Syaikh. Tanpa tahun. Sirr al-Asraar wa Muzhir alAnwaar fima Yahtaju ilaihi al-Abraar. Kairo: Maktabah Um alQur‟an. Al-Gazali. Tanpa tahun. Miizaan al-„Amal. Kairo: Daar al-Nahdah. Al-Gazali. Tanpa tahun. Al-Gazali. Ihya Ulum ad-Diin. Kairo: Daar anNahdah. As-Samarqandi, Ibrahim. 1998. Tanbih al-Gaafiliin. Kairo: Daar al-Manaar. Izutsu, Toshihiko. 2003. Konsep-konsep Etika Religius dalam Al-Quran. AE. Priyono dkk). Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Madjid, Nurcholis. 2008. Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan. Bandung: PT Mizan Pustaka. Muhammad, Nawawi al-Bantani. 2009. Maraaqi al‟Ubudiyyah. Kairo: Daar an-Nasa‟ih. Qardhawi, Yusuf. 2009. al-„Ibadah fi al-Islaam. Kairo: Maktabah Wahbah. Qardhawi, Yusuf. 2009. Kaifa Nat‟amalu ma‟a as-Sunnah an-Nabawiyyah. Kairo: Daar-AsSyuruq. Qardhawi, Yusuf. 2010. Kaifa Nata‟malu ma‟a al-Quran. Kairo: Daar asSyuruq.

14

Related Documents


More Documents from "Prof. DR. H. Imam Suprayogo"