PRILAKU ABORSI PADA WANITA USIA SUBUR
Tugas : Bahasa Indonesia
Disusun Oleh : NAMA
: PANDE MADE SRI RAHAYU
NIM
: 07110207
KELAS
: C / A4.4
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RESPATI YOGYAKARTA 2008/2009
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Diera globalisasi sekarang ini, perubahan begitu cepat terjadinya sehingga kadang kala kita sendiri belum siap untuk menyikapi perubahan tersebut. Perubahan tersebut terjadi karena perkembangan teknologi dalam berbagai bidang
kian canggihnya dan kian cepatnya sehingga mau tidak mau kita juga
terkena imbasnya. Dalam segala bidang, manusia terus menerus mengalami perubahan karena ilmu pengetahuan terus menerus berkembang sehingga cakrawala berpikir kita kian hari kian maju. Namun sebaliknya, imbas dari perkembangan jaman itu sendiri tidak hanya bergerak kearah positif, tetapi juga menawarkan sisi negatifnya kepada umat manusia karena sebenarnya perkembangan teknologi tersebut seperti pedang
bermata
dua. Hanya tinggal kita yang diberi akal oleh Tuhan Yang
Maha Kuasa ini memilih, mau kearah yang benar atau salah demi mewujudkan keinginan kita. Dalam tulisan ini penulis ingin membahas tentang prilaku aborsi pada wanita usia subur, dimana kita tahu bahwa wanita usia subur (WUS) terdiri dari remaja, dan wanita dewasa baik yang menikah maupun belum menikah. Berbicara mengenai aborsi akan menimbulkan berbagai tanggapan dan penilaian yang berbeda-beda pada masing-masing individu karena adanya perbedaan pengetahuan dari diri mereka sehingga sikap yang ditimbulkannya pun berbeda. Sarwono (1989) menyatakan mempertahankan kegadisan merupakan hal yang paling utama sebelum pernikahan karena kegadisan pada wanita sering dilambangkan sebagai “mahkota” atau “tanda kesucian” atau “tanda kesetiaan” pada suami. Hilangnya kegadisan bisa menimbulkan depresi pada wanita yang bersangkutan. Terlebih lagi bila menimbulkan kehamilan. Hasil studi membuktikan bahwa angka kejadian aborsi pada wanita dewasa yang menikah lebih besar dari pada angka kejadian aborsi pada wanita yang belum menikah termasuk remaja. Penelitian terbaru yang dilakukan
2
delapan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dengan bantuan dari Asia Pacific Resource and Research for Women (Arrow) terhadap 50 perempuan didaerah kumuh di Jakarta dan sekitarnya ternyata aborsi dilakukan juga oleh istri. Fakta ini sangat memprihatinkan karena selain kita sebagai pemberi pelayanan mengalami pertolongan
dilema
etik,
kita
juga
tidak
dapat
memberikan
karena terbentur dengan hukum maupun norma-norma yang ada.
Akibatnya banyak terjadi aborsi ilegal di dukun paraji sehingga dapat menimbulkan tingkat morbiditas maupun mortalitas yang tinggi pada wanita. Penulis akan lebih mengupas tentang aborsi yang dilakukan dikalangan siswa dan mahasiswa. Menurut hemat penulis perubahan paradigma yang berakibat terjadinya melalui
proses
perubahan
perilaku
itu
hanya
dapat
di
lakukan
belajar mengajar, baik informal yang dapat berlangsung
dilingkungannya maupun disekolah. Jadi jika kita telah memasukan nilai-nilai moral dalam hal ini aborsi itu adalah tidak benar, maka untuk kemudian hari individu tersebut tidak akan melakukan perbuatan tersebut sekalipun dia sudah menikah dan mengalami masalah yang menurut pemikirannya aborsi adalah jalan keluarnya.
B. PERMASALAHAN 1) Untuk mengetahui lebih mendalam faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya aborsi pada wanita usia subur. 2) Bagaimana wanita dan masyarakat mengantisipasi/mencegah faktor tersebut.
C. TUJUAN Untuk memperoleh gambaran tentang tingkat partisipasi wanita dan masyarakat terhadap pencegahan tindakan aborsi.
3
BAB II ISI
A. KONSEP DASAR Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur. Sebelum kita membahas lebih lanjut kasus aborsi ini, ada baiknya penulis sedikit memaparkan teori tentang aborsi itu sendiri. Aborsi adalah pengeluaran buah kehamilan secara sengaja sebelum janin viable ( < 22 minggu atau berat janit < 500 gram) bukan semata untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dalam keadaan darurat tapi juga bisa karena sang ibu tidak menghendaki kehamilan itu. Aborsi ada dua macam yaitu : Aborsi provokatus medisinalis karena alasan kesehatan ibu hamil tersebut tidak dapat melanjutkan kehamilannya. Misalnya sakit jantung, karena jika kehamilannya dilanjutkan terjadi penambahan beban kerja jantung sehingga sangat
berbahaya bagi
jiwanya.
Dalam
hal
ini
keselamatan ibu yang diutamakan. Penyakit lain yaitu tuberkulosis paru
berat,
asma,
diabetes melitus, gagal ginjal, hipertensi, penyakit
hati menahun (JNPK-KR, 1999). Tentunya untuk melaksanakan tindakan inipun harus ada inform choice dan inform consent terlebih dahulu. Aborsi
provokatus
kriminalis
seperti
contoh
kasus
diatas,
tindakan pengosongan rahim dari buah kehamilan yang dilakukan dengan
sengaja bukan karena alasan medis, tetapi alasan lain biasanya
karena hamil diluar nikah, menikah
karena
gagal
atau
terjadi
pada
pasangan
yang
kontrasepsi maupun karena tidak mengingini
kehamilannya.
4
Dalam ilmu kedokteran, istilah-istilah ini digunakan untuk membedakan aborsi : Spontaneous abortion : gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan atau sebab-sebab alami. Induced abortion atau procured abortion : pengguguran kandungan yang disengaja. Termasuk di dalamnya adalah: o
Therapeutic abortion : pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, terkadang dilakukan sesudah pemerkosaan.
o
Eugenic abortion : pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat.
o
Elective abortion : pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain. Dalam bahasa sehari-hari, istilah "keguguran" biasanya digunakan untuk
spontaneous abortion, sementara "aborsi" digunakan untuk induced abortion. Jenis abortus menurut terjadinya : a) Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan) Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Abortus insipiens : Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
5
b) Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai umur 28 minggu, atau berat
badan bayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
B. FENOMENA DI LAPANGAN Pada akhir tahun 2007 kalangan civitas akademi kebidanan di Indonesia khususnya dan profesi bidan di Indonesia pada umumnya digegerkan dengan berita yang kematian
salah
ditayangkah
oleh
MetroTV.
Berita
tersebut
adalah
satu mahasiswa Akademi Kebidanan swasta di Jakarta yang
beberapa bulan lagi akan lulus. Kematian tersebut tidak wajar dan tidak seharusnya terjadi karena penyebab kematian
tersebut
adalah
aborsi
yang
disengaja atau dalam istilah medis disebut abortus profokatus kriminalis. Ironisnya penyebab kematian seperti ini seharusnya tidak boleh terjadi karena calon bidan sudah seharusnya memahami apa itu aborsi dan sikap seperti apa yang yang harus dimiliki oleh seorang bidan jika menghadapi klien yang akan melakukan aborsi. Sebenarnya penolakan terhadap janin yang dikandungnya sudah terjadi kekerasan terhadap janin atau dapat penulis sebutkan sebagai “Fetal Abuse”. Begitu pula jika terjadi penolakan terhadap jenis kelamin anak pada suku-suku tertentu di Indonesia, karena sebenarnya hubungan psikologis antara janin dengan
ibunya
sudah
terjadi sejak awal kehamilan. Sekarang ini kekerasan
semakin marak kita dengar dimana-mana dan dalam hal apapun. Misalnya kekerasan rumah tangga (Domestic Abuse), kekerasan kekerasan
dalam
bidang
teknologi
anak
(Child
Abuse),
informasi (Computer abuse) dan lain
sebagainya. Jadi bisa dibayangkan dan dicerna bahwa jika seorang gadis atau wanita muda itu hamil tanpa dikehendakinya, baik terjadi pada pasangan yang sudah menikah maupun yang belum menikah, maka alhasil janin yang 6
dikandungnya telah mengalami kekerasan. Misalnya percobaan
pengguguran
termasuk induksi haid (padahal sudah terlambat haid yang dengan hasil peruksa urine sudah terdeteksi adanya hormone kehamilan/HCG). Bisa juga pada kasus aborsi yang tidak berhasil, kehamilan tetap berlangsung, maka janin yang dikandung dapat mengalami kelainan
bawaan atau mental
dan psikologis
karena penolakan ibunya tersebut. Kepribadian bias labil, dan atribut psikologis lainnya. Statistik menunjukan bahwa kurang dari 75% dari jumlah pelacur adalah wanita-wanita muda dibawah umur 30 tahun. Pada umumnya mereka memasuki dunia pelacuran pada usia yang masih sangat dini sekitar 13-24 tahun. Menurut Kartini Kartono dalam bukunya “Psikologi Sosial” (2007), tindak imoril yang dilakukan oleh gadis-gadis muda tersebut antara lain disebabkan oleh : Kurang terkendalinya rem-rem psikis Melemahnya system pengontrolan diri Belum atau kurangnya pembentukan karakter pada usia prapubertas, dan usia puber adolesens Pertama kali imoralitas dilakukan dirumah oleh orang tua atau salah seksual
seorang anggota abnormal
keluarga
tersebut
mempromosikan tingkah
laku
kepada anak-anak puber dan adolesens. Jika penghayatan
langsung dari perbuatan seksual yang kasar, dibarengi dengan cumbu rayu dari laki-laki dewasa, akan mudah meruntuhkan pertahanan moral pada gadis
belia
ini.
Perbuatan
ini
akan mengakibatkan timbulnya seksualitas
yang terlalu dini yaitu seksualitas yang terlalu cepat matang sebelum usia kematangan psikis yang semestinya. Sebagai akibatnya ialah dengan kemunculan nafsu-nafsu seks yang luar biasa, namun anak gadis itu sendiri belum memiliki kemajuan dan keseimbangan psikis sehingga tindak-tindak imorilnya berlangsung secara liar dan tidak terkendali lagi. Pada awalnya para anak gadis menyalurkan dorongan-dorongan seksualnya dengan jalan berfantasi, menghayalkan gambaran diri sendiri melakukan
relasi seksual yang meyala-nyala. Lambat laun dorongan-dorongan
7
seks itu jadi semakin memuncak, karena macam-macam rangsangan dari luar misalnya membaca buku-buku atau menonton film porno. Kemudia dengan coba-coba
melakukan
relasi
seksual dengn
kakaknya, pamannya yang
didorong oleh rasa ingin tahu (curiosity) hanya untuk bermain saja. Lama kelamaan menjadi sungguhan dan menjadi habit forming. Perbuatan seks pada anak-anak puber itu pada umumnya disebabkan oleh disharmoni dalam kehidupan psikisnya, yang ditandai dengan : a) Bertumpuknya konflik-konflik batin b) Kurangnya rem-rem terhadap nafsu-nafsu hewani c) Kurang berfungsinya kemauan dan hati nurani d) Kurang tajamnya intelek untuk mengendalikan nafsu seksual yang bergelora.
Penulis berpendapat bahwa ada baiknya tiap-tiap institusi pendidikan mempunyai tenaga konselor yang professional misalnya seorang psikolog, sehingga para siswa atau mahasiswa yang mengalami masalah mempunyai tempat untuk berkonsultasi, mencurahkan segala permasalahannya dan mungkin akan ada tindakan rujukan jika perlu sehingga masalah mereka dapat terpecahkan. Dari hasil studi yang dilakukan, otak manusia seperti busa, yang mana kian hari dengan bertambahnya usia daya serapnya semakin berkurang. Jadi semakin tua daya kemampuan mengingat kita semakin berkurang. Bagaikan komputer yang perlu di Up Grade, otak manusia
juga
perlu
perawatan
semacam itu sehingga kemampuan penyerapannya terus menerus terangsang, sel-sel
otak
tetap
dilatih
agar
tetap berfungsi untuk mengingat maupun
menganalisa. Misalnya belajar dengan metoda mind map dan lain sebagainya. Jika dari permulaan kehidupan ajaran tentang nilai-nilai yang luhur selain pengetahuan dan ketrampilan yang yang berguna dalam kehidupannya kita tanamkan, tentu nilai-nilai moral yang penting ini dapat memenuhi otaknya. Namun jika
terlambat diberikan,
akan sulit
untuk menyimpannya
karena
kepenuhan memori, atau karena sulit merubah paradigma yang terbentuk tanpa kita kehendaki dari lingkungan sekitarnya.
8
Untuk itu para ibu juga berperan sebagai pelukis besar dalam kehidupan anaknya. Pengaruh besar didikan para orang tua terutama ibu, membentuk kepribadian anaknya. Aliran cultural personality mengajarkan bahwa bila kita ingin mengubah pola kehidupan bersama, maka kita harus mengubah pula cara kita mendidik anak-anak. Prinsip utama cultural personality yaitu pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh pada personaliti seseorang. Jadi sebenarnya pendidikan seksual harus dimulai pertama kali dalam keluarga. Didukung oleh
polesan pendidikan seks di sekolah, yang mana menegaskan mana yang
boleh dan tidak boleh dilakukan akan lebih mengena bagi anak-anak. Asumsi lain yang dapat penulis paparkan adalah dengan adanya kemajuan jaman, manusia yang dilahirkan pun berbeda dari jaman yang sebelumnya. Seperti generasi kita mempunyai paradigm yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Bisa saja kecenderungan melakukan tindakan asusila yang menyebabkan aborsi dimana dimulai dengan tindakan asusila sebelumnya dengan seks bebaspun ditunjang oleh faktor ini. Misalnya sebuah teori yang sempat penulis baca tentang anak-anak dengan atribut psikologis yang baru pada jaman ini. Generasi ini disebut ” The Indigo Child”. Anak-anak ini sekalipin umurnya masih kecil, tetapi wawasan dan kebijaksanaannya seperti orang dewasa mereka mampu berpikir dan menganalisa
seperti
orang
dewasa. Kadang mereka seperti pengacau
sistem, atau tidak menunjukan prestasi akademik yang cemerlang, namun mereka sebenarnya bukan anak-anak yang bodoh. Scor IQ-sangat tinggi. Jadi jika mereka diberi kesempatan sepeti orang dewasa, mereka akan menjadi
sangat
cerdas
dalam berbagai bidang. Tetapi mereka tidak mau didikte termasuk dalam hal pengambilan keputusan untuk menentukan apa jadinya mereka nanti.
Jadi
kitapun harus memberikan respek, perhatian dan bersikap seperti kita berhadapan dengan orang dewasa. Menghargai kejujuran salah satunya. Karena jikalau kita sekalipun berbohong atau menutupi sesuatu hal terhadap mereka, mereka akan kehilangan respek dan menganggap orang dewasa tidak memiliki integritas. Akhirnya mereka akan mencari kebenaran sendiri dan akan mencoba-coba sendiri.
9
C. FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
TERJADINYA
ABORSI a) Abortus Provokatus Medisinalis Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion). Mola Hidatidosa atau hidramnion akut. Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis. Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti kanker payudara. Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi. Telah berulang kali mengalami operasi caesar. Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif, toksemia gravidarum yang berat. Penyakit-penyakit
metabolik,
misalnya
diabetes
yang
tidak
terkontrol yang disertai komplikasi vaskuler, hipertiroid, dan lainlain. Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat. Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum. Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus dikonsultasikan dengan psikiater.
10
b) Abortus Provokatus Kriminalis Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki.
Ada
beberapa
alasan
wanita
tidak
menginginkan
kehamilannya: Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil. Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak lagi. Kehamilan di luar nikah. Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga). Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan kehamilan yang tidak diinginkan. c) Pelaku Abortus Provokatus Kriminalis
Pelaku Abortus Provokatus Kriminalis biasanya adalah: 1)
Wanita bersangkutan.
2)
Dokter atau tenaga medis lain (demi keuntungan atau demi rasa simpati).
3)
Orang lain yang bukan tenaga medis (misalnya dukun).
d) Dampak/Akibat Abortus Provokatus Kriminalis Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus
11
ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu, letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks tidak boleh digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan dengan segera. Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks. Pelekatan pada kavum uteri
Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
12
Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa terdapat bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan transfusi darah dan sesudah itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina. Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi. Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulkan pada pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah, dan diare. Komplikasi yang dapat timbul pada janin : Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan, maka nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar meninggal. Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan besar mengalami cacat fisik.
13
e) Secara garis besar faktor-faktor yang menyebabkan aborsi adalah :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara
lain
:
kelainan
kromoson/genetik,
lingkungan
tempat
menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus. 2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang menahun. 3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma. 4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut
rahim,
kelainan
bentuk
rahim
terutama
rahim
yang
lengkungannya ke belakang (secara umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim.
14
BAB III KESIMPULAN
Aborsi
menjadi
masalah
kontroversial,
tidak
saja
dari
sudut
pandang kesehatan, tetapi juga sudut pandang hukum dan agama. Untuk itu kita perlu menanamkan nilai-nilai luhur tentang. Karena dipaparkan
didepan
bahwa
teori-teori
yang
telah
pembentukan karakter sangat dipengaruhi sejak
manusia itu mengenal kehidupan. Dengan demikian aborsi secara illegal tidak terjadi lagi terutama pada semua wanita usia subur. Suatu peradaban bangsa terletak pada pendidikan didalam negara tersebut. Hanya pendidikan yang dapat merubah peradaban suatu bangsa. Kita semua baik yang berkecimpung didunia pendidikan baik formal maupun informal memikul tanggung jawab tersebut untuk mewujudkan generasi yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehiduan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Secara umum aborsi dibedakan menjadi dua macam yaitu : Aborsi provokatus medisinalis karena alasan kesehatan ibu hamil tersebut tidak dapat melanjutkan kehamilannya. Aborsi
provokatus
kriminalis
seperti
contoh
kasus
diatas,
tindakan pengosongan rahim dari buah kehamilan yang dilakukan dengan
sengaja bukan karena alasan medis, tetapi alasan lain biasanya
karena hamil diluar nikah, menikah
karena
gagal
atau
terjadi
pada
pasangan
yang
kontrasepsi maupun karena tidak mengingini
kehamilannya. Faktor penyebab terjadinya aborsi antara lain : Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan pada plasenta. 15
Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim, kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim. Aborsi pada gadis remaja maupun wanita dewasa dapat dicegah dengan membentuk
persepsi
tentang
aborsi
itu
sendiri
sehingga
mereka
memiliki paradigma tentang aborsi sesuai dengan harapan kita yaitu tindakan yang tidak benar. Tidak hanya paradigma tentang aborsi saja, namun segala macam tindakan yang mengawali terjadinya aborsi. Mengimplementasikan gaya dan metode mengajar yang berbeda terhadap anak dengan kepribadian yang khusus dalam hal ini anak dengan atribut psikologia yang baru paradigma
generasi
baru
yang
sesuai
akan
membantu
membentuk
dengan harapan kita. Dengan
demikian kita membantu membentuk pribadi-pribadi yang tidak hanya cerdas, namun menjunjung tinggi kebenaran dan tunduk kepada yang Maha Kuasa.
16
DAFTAR PUSTAKA
_______________.2009 . Hubungan antara pengetahuan tentang aborsi dengan sikap prolife pada remaja putri. Diakses tanggal 29 januari 2009 jam 20.49 Wib dari http://www.library.ohiou.edu/ Sarwono, Sarlito. 2009. Faktor yang Mendorong Aborsi. Diakses tanggal 29 januari 2009 jam 20.49 Wib dari http://sarlito.hyperphp.com/ articles/social-processes-and-social-issues/aborsi.html Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Tridasa Printer. Wikipedia. 2009. Gugur Kandunga. Diakses tanggal 27 Januari 2009 jam 17.23 wib, dari http://id.wikipedia.org/wiki/aborsi.htm.
17