TUGAS PENGANTAR GEOGRAFI Bentuk Gemorfologi Suatu Daerah Mempengaruhi Pola Fisik Keruangan Serta Pentingnya Peran Geomorfologi Dalam Pembangunan Kota (Studi Kasus : Kota Pekanbaru)
Disusun oleh : M. Alfarisi Handifa
21110118130085
Dosen Pembimbing : Nurhadi Bashit, ST., M.Eng
PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2019
PEMBAHASAN A. Bentuk Geomorfologi Suatu Daerah Mempengaruhi Pola Fisik Keruangan dan Pentingnya Peran Geomorfologi dalam Pembangunan Kota Geomorfologi merupakan studi yang mempelajari bentuk lahan dan proses yang mempengaruhinya serta menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuk lahan dan prosesproses itu dalam susunan keruangan. Para ahli geomorfologi mencoba untuk memahami kenapa sebuah bentang alam terlihat seperti itu, untuk memahami sejarah dan dinamika bentang alam, dan memprediksikan perubahan pada masa depan dengan menggunakan kombinasi pengamatan lapangan, percobaan dan modeling. Geomorfologi selalu berkaitan dengan bentuk sebuah lahan dan bentuk geomorfologi merupakan bentang permukaan lahan yang mempunyai relief khas karena pengaruh kuat dari struktur kulit bumi dan akibat dari proses alam yang bekerja pada batuan di dalam ruang dan waktu tertentu. Pola keruangan merupakan pengaturan dan pemanfaatan ruang atau lahan untuk keperluan tertentu sehingga tidak terjadi pemanfaatan yang tumpeng tindih. Secara umum ruang atau lahan dikota dimanfaatkan untuk perkantoran, perumahan, pusat perbelanjaan, pusat pemerintahan, dan lain-lain . karena perbedaan karakteristik masing-masing daerah. Kondisi geomorfologi suatu wilayah tertentu sangat mempengaruhi pola fisik keruangan. Karena menimbulkan gejala-gejala atau fenomena geografis berdasarkan penyebarannya dalam ruang. seperti persebaran penduduk, kegiatan perekonomian, bencana alam dan masih banyak lagi gejala-gejala yang terjadi pada suatu ruang. Ketika kita mengetahui kondisi geomorfologi suatu wilayah, kita bisa merencanakan sebuah konsep pembangunan daerah tersebut yaitu penyebaran penggunaan lahan yang telah ada dan penyebaran ruang yang akan digunakan. Contoh pemanfaatan ilmu geomorfologi dalam perencanaan suatu pembangunan perumahan pada suatu wilayah agar seminim mungkin mengalami resiko geomorfologikal. Dalam hal ini geomorfologi berperan memilih dan menentukan suatu wilayah yang tepat untuk
dijadikan sebagai lahan permukiman. Hal tersebut dapat ditentukan dengan mempelajari terlebih dahulu bagaimana morfologi suatu wilayah tersebut, termasuk bentukanlahan apa, hasil proses geomorfologi apa, apa proses geomorfologi intensif yang bekerja, dan apa batuan penyusun bentuklahan tersebut. Dengan mengetahui beberapa unsur tersebut kita dapat menganalisis dan meyimpulkan apakah suata wilayah sesuai untuk dibangun suatu permukiman, bahkan kita juga dapat mencari suatu pencegahan atau solusi terhadap resiko geomorfologi yang mungkin terjadi pada permukiman yang sudah dibangun pada lokasi yang kurang tepat. Contohnya suatu perencanaan proyek pembangunan kompleks perumahan kecil pada lokasi datar seluas 3 hektar, setelah diteliti ternyata lokasi tersebut merupakan bentuklahan dataran banjir, yang terbentuk akibat proses fluvial, dengan material penyusun lahan berupa tanah alluvial akibat pengendapan material yang terangkut oleh aliran sungai yang sebagian besar tersusun oleh pasir dan lempung. Setelah dianalisis meskipun lokasi tersebut datar namun lokasi tersebut kurang tepat apabila direncanakan untuk pembangunan kompleks perumahan, karena secara geomorfologi lokasi tersebut merupakan dataran banjir yang pada musim hujan akan tergenang oleh luapan air sungai, sehingga apabila lokasi tersebut tetap dibangun suatu kompleks perumahan maka pada saat musim hujan dipastikan kompleks perumahan akan tergenang air, selain itu pembangunan perumahan di sekitar aliran sungai dapat merusak keseimbangan DAS akibat adanya perubahan proses yang dilakukan oleh manusia di dekat DAS (Daerah Aliran Sungai) tersebut. Melalui hasil, analisis lokasi tersebut lebih tepat dijadikan sebagai lahan pertanian, karena sifat tanahnya yang subur yang berupa hasil pengendapan material hulu "gunung”. Hasil analisis tersebut juga dapat dijadikan dasar untuk memecahkan permasalahan banjir pada perumahan yang telah terlanjur didirikan di daerah dataran banjir, yaitu dengan merancang rumah bertingkat ataupun dengan pembangunan tanggul yang kokoh untuk menghindari luapan air sungai pada saat musim hujan "resiko geomorfologi”. B. Peran Geomorfologi dalam Pembangunan Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru terletak antara 101̊14` - 101̊34` Bujur Timur dan 0̊25` - 0̊45 Lintang Utara. Dengan ketinggian dari permukaan laut berkisar 5 – 50 meter. Permukaan wilayah bagian utara landai dan bergelombang dengan ketinggian berkisar antara 5 – 11 meter. Bedasarkan
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1987 Tanggal 7 September 1987 Daerah Kota Pekanbaru diperluas dari ±62,96 Km² menjadi ±446,50 Km², terdiri dari 8 Kecamatan dan 45 Kelurahan/Desa. Kota Pekanbaru pada umumnya beriklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 32.4–33.8ºC dan suhu minimum berkisar antara 23.0- 24.2ºC. Kota Pekanbaru memiliki kisaran curah hujan antara 66.3–392.4 mm per tahun dengan curah hujan dan hari hujan tertinggi pada bulan November. Kelembaban rata–rata Kota Pekanbaru berkisar antara 68-83% (BPS Kota Pekanbaru 2014) dengan keadaan musim berkisar: 1. Musim hujan jatuh pada bulan Januari s/d April dan September s/d Desember. 2. Musim kemarau jatuh pada bulan Mei s/d Agustus. Kota Pekanbaru ini tidak akan ditemukan pada peta di era kolonial. Kota yang sekarang berpenduduk lebih dari satu juta jiwa serta berpenampilan sebagaimana layaknya kota metropolitan ini, baru muncul sejak maraknya pertambangan minyak di tahun 1960-an. Kebetulan kawasan Riau dianugerahi Tuhan dengan kekayaan alam yang banyak mengandung minyak. Meski minyak mulai redup sejak era tahun 2000-an, Pekanbaru tetap gemerlap berkat kelapa sawit yang menjadi lokomotif baru perekonomian Riau. Secara kapasitas, Pekanbaru masih punya space yang memadai untuk perluasan. Lagi pula kota ini kontur tanahnya datar dan relatif gampang untuk ditata. Pekanbaru bukan termasuk daerah yang rawan bencana gempa bumi. Juga bukan rawan bencana tsunami, karena kotanya jauh dari pantai. Namun Pekanbaru dibelah oleh Sungai Siak yang lumayan lebar, sehingga kapal pun bisa berlabuh. Kota pekanbaru saat ini tengah mengalami perkembangan pesat dalam berbagai hal terutama dalam pembangunan yang mana pembangunan di kota ini menuai pujian dari Para walikota se-Sumatera yang hadir di Kota Pekanbaru untuk mengikuti kegiatan Muskomwil I ini mengangumi keberhasilan pembangunan yang semakin pesat dan berkembang di Kota Pekanbaru. Hal ini telah dibuktikan saat ini banyak pembangunan infrastrukrur jalan, pembangunan perkantoran. Kemudian menyediakan layanan berbasis IT seperti keberadaan Command Center. serta peningkatan kesejahteran ekonomi di tengah masyarakat.
Kota Pekanbaru dan kota lainnya di kawasan Riau juga semakin menarik untuk dikunjungi, terutama bagi yang punya minat pada wisata budaya, dan juga wisata belanja karena banyaknya barang-barang eks Singapura dan Malaysia yang membanjiri Riau. Secara umum Kota Pekanbaru memiliki ketinggian 5–50 m di atas permukaan laut. Sebagian wilayah terdiri dari dataran rendah yang datar (0–2%) dan sebagian kecil bergelombang (2–40%). Kawasan pusat kota memiliki ketinggian rata-rata antara 10-20 m di atas permukaan laut. Kondisi topografis Kota Pekanbaru yang dominan datar merupakan potensi yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan kegiatan perekonomian. Adanya pusat perbelanjaan yaitu Pasar Bawah dan taman rekreasi Alam Mayang merupakan tujuan wisata yang menarik bagi pengunjung yang berasal dari luar kota dan juga masyarakat Kota Pekanbaru. Secara geologi, Kota Pekanbaru terdiri dari endapan Alluvium muda yang terbentuk akibat pengangkutan dan pengendapan sisa-sisa bahan induk oleh aliran Sungai Siak yang mengalir dari Barat hingga Timur wilayah Pekanbaru. Sebagian besar wilayah Kota Pekanbaru termasuk formasi minas dengan karakteristik diantaranya memiliki kandungan mineral lempung Kaolinit yang mempunyai sifat porositas tanah rendah, dapat menahan senyawa aluminium sehingga tanah bersifat asam dan korosif terhadap material logam. Kondisi ini menyebabkan jenis tanah di Kota Pekanbaru bervariasi antara lain Alluvial dan Organosol pada daerah pinggiran kota. Kondisi ini seringkali menyebabkan darerah kota pekanbaru terjadi kebakaran hutan dan banjir namun hal ini masih bisa dikendalikan dengan berbagai langkah perbaikan..
TOPOGRAFI Kota Pekanbaru hasil pengolahan data satelit dan penyesuaian di Google Earth.
Untuk permasalahan banjir tersebut sebenarnya juga disebabkan beberapa faktor factor lain, yaitu: 1. Secara fisik alami jenis tanah di Kota Pekanbaru adalah jenistanah sendimentasi yang mempunyai daya resapan air rendah. 2. Geomorfologi dataran Pekanbaru yang merupakan delta hasil endapan tanah alluvial yang sangat rata dan pada beberapa lokasi menyulitkan aliran air secara gravitasi. 3. Kurangnya pemeliharaan drainaseyang ada oleh dinas terkait maupun rendahnya kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga kondisi drainase dilingkungannya. 4. Perkembangan kota yang mulai terjadi menyebabkan perubahan fungsi tata guna lahan dari daerah tak terbangun (tanah kosong) menjadi daerah terbangun (menjadi bangunan gedung, perumahan, jalan dan fasilitas fisik lainnya), sehingga daerah resapan air permukaan dan daerah tampungan air sementara semakin berkurang. 5. Meningkatnya pembangunan infrastruktur perkotaan tidak diimbangi dengan pembangunan saluran pembuang (drainase) yang sesuai dengan standar teknis yang telah ditentukan. 6. Belum adanya suatu perencanaan drainase yang komprehensif yang dapat dijadikan dasar pembangunan saluran drainase dan bangunan-bangunan pendukung lainnya di kota Pekanbaru. Permasalahan penataan drainase di Wilayah kota pekanbaru pada umumnya tidak terlepas dari system pengelolaan drainase. Akumidasi sampah dan sedimentasi serta perubahan fimgsi latum dari dari hutan menjadi kawasan permukiman dan industri menyebabkankapasitas saluran drainase yang ada tidak dapat lagi menampung lagi limpasan air hujan dan buangan kegiatan rumah tangga. Permasalahan tersebut pada hakekatnya berakar pada aspek teknis yang tidak memadai, organisasi/lembaga yang lemah, finansial yang tidak cukup dan kewenangnya peran serta masyarakat dalam penataan drainase. Jika dilihat dari struktur geologi, Pekanbaru sendiri terbentuk oleh struktur lipatan antiklin. Lipatan antiklin memiliki arti sebagai lipatan melengkung ke atas. Lipatan ini memiliki dua sayap atau bagian terendah, terletak di Sungai Siak pada bagian utara atau tengah kota ini dan
sayap terendah lainnya adalah Sungai Kampar Kiri di bagian selatannya (sungai ini lebih tepatnya sudah masuk daerah Kabupaten Kampar). Struktur geologi lipatan antiklin ini memberi pengertian bahwa kota ini secara logis geologisnya merupakan kota dengan topografi tinggi. Artinya, seharusnya kota ini jika terdapat air, air tersebut bisa mengalir ke daerah lebih rendah, daerah tersebut bukan berada di Pekanbaru. Terlebih Kota Pekanbaru terletak pada ketinggian 5-50 meter di atas permukaan laut. Artinya, Kota Bertuah berada di daerah bebas dari pengaruh pasang surut air laut. Ini turut serta didukung letak geografis Pekanbaru berada jauh dari laut. Pengukuran terperinci dari ketinggian daratan kota dengan menggunakan data satelit, menunjukkan daerah terendah berada pada ketinggian minus 2 meter di bawah permukaan laut. Lokasi terendah ini berada di Sungai Siak yang membelah Pekanbaru di Senapelan dan Rumbai. Sementara, untuk daerah tertinggi di Pekanbaru berada pada ketinggian 73 meter, terletak di Tenayan Raya dan Muara Fajar. Kondisi geografis ini turut serta menunjukkan Pekanbaru berada di kawasan tinggi. Sementara untuk morfologi kota, memperlihatkan Pekanbaru cenderung sedikit berbukit dan landai serta menuju ke titik terendah di aliran-aliran sungai terdapat di kota berjuluk Kota Bertuah. Melihat pembahasan tentang kondisi geologi, geografi dan morfologi Pekanbaru, semestinya air tertampung di kota ini bisa segera teratasi dengan mengalirkannya melalui saluran-saluran/drainase dirancang sesuai dengan bentuk kota. Saat ini, kita memang sudah melihat adanya upaya-upaya peningkatan sistem drainase sudah dilakukan Pemko Pekanbaru selama beberapa tahun belakangan. Tinggal perlu ditingkatkan dan dioptimalkan saja dengan menyesuaikan dengan kondisi alam kota. Simulasi rekayasa teknik menunjukkan, Pekanbaru (harusnya) hanya akan terendam jika curah hujan turun berada di atas 5 meter dengan interval kenaikan air sebanyak 1 meter. Simulasi ini menunjukkan, Pekanbaru akan tenggelam jika curah hujan rata-rata lebih dari 500 mm.
Sementara saat ini dengan rata-rata curah hujan 269 mm per tahun, mestinya Pekanbaru tidak terjebak dengan banjir. Sebagai saran untuk melarikan air yang terperangkap adalah perlu dilakukan beberapa langkah mendukung. Memang jika dilihat dari segi infrastruktur kota Pekanbaru, terutama drainase, sudah tergolong cukup baik. Saat ini, di kawasan padat permukiman, pasti tersedia saluran larian air atau drainase tersebut. Namun, ketersediaan ini masih perlu ditingkatkan lagi, terutama ketika hujan lebat terjadi, terlebih lagi saat ini, akibat terjadinya perubahan iklim dunia secara global, turut serta memberikan dampak terhadap Pekanbaru. Pertama, tentunya dibangun sistem drainase benar-benar mampu melewatkan air agar tidak tergenang. Saya melihat sistem drainase yang ideal dengan membangun seperti drainase di Jalan Jenderal Sudirman. Drainase dibangun, bisa dibuat multifungsi, misalnya bagian atas drainase terintegrasi menjadi laluan pedestrian atau tempat pejalan kaki.
Gambaran dimensi geomorfologi Kota Pekanbaru menunjukkan kota ini berada di kawasan yang tinggi.
Namun perlu diingat, drainase dibangun hendaknya lebih tinggi dari badan jalan, agar terhindar dari pengguna kendaraan bermotor melewati laluan pedestrian tersebut. Lalu di bagian pemisah laluan pedestrian yang tinggi tersebut, hendaknya dibuat ventilasi bersekat. Tujuannya, air yang terperangkap di jalan bisa masuk ke saluran drainase dan sekat yang ada, bisa menghambat sampah turut serta terbawa ke air. Membangun drainase sebisa mungkin memiliki lebar cukup, namun jika lebar tidak cukup maka dibuatlah lebih dalam. Sistem drainase dibuat hendaklah sesuai dengan arah aliran air tersusun secara alami oleh bentangan geologi dan geomorfologi Pekanbaru. Melihat secara garis besar kota berdasarkan data satelit, sesungguhnya kota ini terbentang dengan sistem yang baik. Kota ini merupakan kota yang tidak berada di bawah permukaan air, sehingga “lebih memudahkan” mengatur larian airnya. Saran saya, aliran air ini dibuat dengan mengacu daerah aliran sungai yang ada dengan begitu tugas pemerintah sebagai pelaksana pembangunan bisa diselesaikan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2018. Wali Kota Se Sumatera Kagumi Pembangunan Kota Pekanbaru Program Pekanbaru
Pantas
Ditiru.
[Internet].
Tersedia
di
http://utusanriau.co/index.php?/det/34473/wali-kota-se-sumatera-kagumi-pembangunankota-pekanbaru-program-pekanbaru-pantas-ditiru/2018-02-06 (diakses tanggal 22 Maret 2019) Rinaldi, Irwan. 2017. Kota Pekanbaru Pantas Untuk Jadi Calon Pengganti Jakarta. [Internet]. Tersedia di https://www.kompasiana.com/irwanrinaldi/599315eeda14f96681082d43/kotapekanbaru-pantas-untuk-jadi-calon-pengganti-jakarta (diakses tanggal 22 Maret 2019) Febriyanto, Zuhdy. 2017. Hujan Sekejap Pekanbaru Jadi Kota Berkuah. Ini Solusi Ditawarkan Pakarnya.
[Internet].
Tersedia
di
http://www.riauonline.co.id/lingkungan/read/2017/05/04/hujan-sekejap-pekanbaru-jadikota-berkuah.-ini-solusi-ditawarkan-pakarnya (diakses tanggal 22 Maret 2019) Kartika, Zahra. 2016. PENGGUNAAN LAHAN PERKOTAAN, KETERATURAN PERMUKIMAN, KONSISTENSI PENGHUNI TERHADAP KEBERADAAN PEKARANGAN (Studi Kasus: Kecamatan Pekanbaru Kota, Sail dan Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru, Riau). Bogor. Institut Pertanian Bogor Karunia, Amanda. 2014. Peran Geomorfologi Terhadap Perencanaan Perumahan dalam hal Penentuan. Di https://dokumen.tips/documents/peran-geomorfologi-terhadap-perencanaanpembangunan-perumahan-dalam-hal-penentuan.html (diakses tanggal 22 Maret 2019)