Lp Toksik.docx

  • Uploaded by: syahrul basith
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Toksik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,702
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keracunan merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh bahan organik ataupun bahan anorganik yang masuk ke dalam tubuh sehingga menyebabkan tidak normalnya mekanisme di dalam tubuh. Akibat-akibat dari keracunan dapat menurunkan kesadaran bahkan pada kasus-kasus tertentu dapat menyebabkan kematian, jika cara penanganan yang salah. Keracunan seperti yang diketahui masyarakat luas, hanya menyerang bagian saluran pencernaan saja. Namun sebenarnya keracunan dapat menyerang saluran pernafasan juga. Misalnya keracunan akibat menghirup gas beracun yang dapat menyebabkan kepala pusing, dan mual. Pada banyak kasus yang ada akibat keracunan sebagai “first stander” dapat melakukan pertolongan pertama bagi setiap orang yang mengalami atau menjadi korban keracunan. Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol; dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi. Keracunan alkohol adalah konsekuensi serius – dan terkadang bisa bersifat mematikan – yang bisa ditimbulkan oleh konsumsi alkohol dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat. Minum terlalu banyak dan terlalu cepat dapat mempengaruhi pernapasan, detak jantung, suhu tubuh dan refleks muntah dan berpotensi menyebabkan koma dan kematian. Keracunan alkohol juga dapat terjadi ketika orang dewasa atau anak-anak baik secara sengaja atau tidak sengaja meminum produk rumah tangga yang mengandung alkohol. Seseorang yang keracunan alkohol memerlukan pertolongan medis segera. Jika Anda mencurigai seseorang mengalami keracunan alkohol, segera cari pertolongan medis darurat.

BAB II PEMBAHASAN

A.

Pengertian Alkohol

Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol; dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol.

Alkohol adalah derivat dari hidroksi yang mempunyai ikatan langsung maupun rantai cabang dari alifatik hidrokarbon. Bentuk rantai alkohol yang sering ditemukan adalah yang mengandung tiga gugus hidroksil dengan ikatan satu gugus hidroksi dalam satu rantai karbon. Gugus

fungsional alkohol

adalah

gugus

hidroksil

yang

terikat

pada

karbon hibridisasi sp3. Rumus kimia umum alkohol adalah CnH2n+1OH’.

Alkohol dapat dikelompokkan menjadi alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier, tergantung dari berapa banyak atom karbon lain yang berikatan dengan atom karbon yang juga mengikat gugus hidroksil. Alkohol primer mempunyai rumus umum RCH2OH; alkohol sekunder rumus umumnya RR’CHOH; dan alkohol tersier rumus umumnya RR’R”COH, dimana R, R’, dan R” melambangkan gugus alkil. Metanol, etanol dan n-propil alkohol adalah contoh alkohol primer; isopropil alkohol adalah contoh alkohol sekunder. Penggunaan awalan sek– (atau s-) dan tert– (atau t-), biasanya ditulis dalam huruf miring, dapat digunakan sebelum nama gugus alkil untuk membedakan alkohol sekunder dan alkohol tersier dari alkohol primer. Contohnya, isopropil alkohol juga dapat disebut sek-propil alkohol, dan alkohol tersier (CH3)3COH, atau 2-metil-2-propanol juga dapat disebut dengan tert-butil alkohol atau tertbutanol.

Jenis alkohol lainnya ialah alkohol yang mengandung lebih dari satu gugus hidroksi dalam satu atom karbon. Jenis alkohol yang kedua inilah yang bersifat toksik yaitu ethanol (ethyl alkohol), methanol (methyl alkohol) dan isipropanol (isoprophyl alkohol). Pada umumnya semakin panjang rantai karbon maka semakin tinggi daya toksisitasnya. Tetapi ada kekecualian dalam teori ini ialah methanol lebih toksik daripada ethanol.

B. Penyebab Alkohol adalah istilah umum untuk etanol, yang merupakan jenis alkohol khusus yang dihasilkan oleh fermentasi banyak bahan makanan. Jenis alkohol lain yang umumnya tersedia seperti metanol (umumnya bahan pembersih kaca), alkohol isopropil (alkohol gosok), dan etilena glikol (larutan antibeku mobil) sangat beracun ketika ditelan, bahkan dalam jumlah kecil.

Yang terjadi pada fungsi otak akibat alkohol adalah alkohol meningkatkan efek dari neurotransmitter alami tubuh termasuk GABA (asam butirat gamma amino). Neurotransmiter adalah zat yang secara kimia menghubungkan sinyal dari satu saraf ke saraf berikutnya yang memungkinkan sinyal mengalir di sepanjang jalur saraf. Neurotransmitter penghambat (GABA) mengurangi aliran sinyal ini di otak. Hal ini menjelaskan bagaimana alkohol menekan aktivitas mental dan fisik seseorang.

Seorang pria dapat dikatakan keracunan alkohol bila mengonsumsi lima atau lebih minuman beralkohol dalam waktu dua jam. Sedangkan untuk seorang wanita dapat dikatakan keracunan alkohol jika mengonsumsi setidaknya empat minuman dalam waktu dua jam. Satu minuman didefinisikan sebagai:

355 mililiter bir biasa (sekitar 5 persen alkohol) 237 – 266 mililiter minuman keras malt (sekitar 7 persen alkohol) 148 mililiter anggur (sekitar 12 persen alkohol) 44 mililiter dari minuman keras 80 (sekitar 40 persen alkohol). Minuman campuran mungkin mengandung lebih dari satu porsi alkohol dan membutuhkan waktu lebih lama untuk di metabolisme di hepar (hati).

C. Faktor Risiko Sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko intoksikasi alkohol adalah:

a) Tinggi dan berat badan b) Kondisi kesehatan secara keseluruhan c) Penggabungan alkohol dengan obat lain d) Persentase alkohol dalam minuman e) Tingkat dan jumlah konsumsi alkohol f) Tingkat toleransi seseorang terhadap alkohol.

D. Gejala Tanda dan gejala intoksikasi alkohol termasuk:

a) Kebingungan b) Muntah c) Kejang d) Pernapasan lambat (<8 napas per menit) e) Pernapasan tidak teratur (jarak antaranapas satu dengan yang lain lebih dari 10 detik) f) Kulit berwarna biru atau kulit pucat g) Suhu tubuh rendah (hipotermia) h) Tidak sadar dan tidak bisa dibangunkan. Tindakan/pertolongan medis tidak perlu menunggu semua tanda atau gejala di atas terjadi. Seseorang yang tidak sadar atau tidak dapat terbangun akibat keracunan alkohol, berisiko untuk mengalami kematian.

E. Diagnosis Dokter akan menilai seseorang yang dicurigai keracunan alkohol melalui beberapa pertanyaan medis dan memberikan perawatan yang sesuai. Teman atau keluarga yang mendampingi orang yang mabuk (atau orang yang dicurigai mabuk) ke rumah sakit dapat

memberikan informasi yang sangat penting mengenai kejadian baru-baru ini serta riwayat medis masa lalu.

Penilaian kondisi medis pada orang yang mabuk bisa sangat rumit, dokter perlu menilai status penyakit medis kronis orang tersebut ditambah efek dari penyakit akut dan cedera. Diagnosis dan pemeriksaan lebih lanjut seperti tes darah diperlukan untuk mendukung diagnosis ataupun menyingkirkan kondisi lain yang gejalanya mirip keracunan alkohol.

Jika terjadi upaya bunuh diri, elektrokardiogram dan pemeriksaan toksikologi dasar, termasuk pengukuran konsentrasi salisilat dan asetaminofen, menjadi penting. Selain itu, jika konsumsi alkohol beracun dicurigai, tingkat etanol serum dan elektrolit dasar, termasuk tingkat bikarbonat serum sangat penting. Dalam situasi seperti ini, kadar serum alkohol sangat membantu memilih terapi yang tepat.

F. Penanganan Penanganan intoksikasi alkohol biasanya melibatkan perawatan suportif sementara tubuh dengan sendirinya menyingkirkan alkohol. Penanganan umum yang biasanya dilakukan:

Observasi tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, laju pernapasan, suhu tubuh) dengan cermat Mencegah masalah pernapasan atau tersedak Terapi oksigen Cairan diberikan melalui pembuluh darah (intravena) untuk mencegah dehidrasi Pemberian glukosa (dextrose) untuk membantu mencegah komplikasi serius keracunan alcohol Vitamin B (asam folat, piridoksin, tiamin) dapat membantu pada beberapa kasus untuk mengurangi dampak beracun dari metabolit alkohol. Orang dewasa dan anak-anak yang tidak sengaja mengonsumsi metanol atau alkohol isopropil mungkin memerlukan hemodialisis (cuci darah) untuk mempercepat penghapusan alkohol dari aliran darah.

G. Komplikasi Komplikasi yang parah dapat terjadi akibat intoksikasi alkohol, termasuk:

-

Alkohol dapat menyebabkan muntah. Seseorang dengan penurunan kesadaran berisiko muntah tersedak

-

Henti napas. Secara tidak sengaja menghirup muntahan ke paru-paru dapat menyebabkan gangguan pernapasan yang berbahaya atau fatal (sesak napas).

-

Dehidrasi berat. Muntah dapat menyebabkan dehidrasi berat, yang menyebabkan tekanan darah sangat rendah dan detak jantung cepat.

-

Tingkat gula darah seseorang mungkin turun cukup rendah untuk menyebabkan kejang.

-

Suhu tubuh seseorang mungkin turun sangat rendah sehingga menyebabkan serangan jantung.

-

Detak jantung tak teratur. Keracunan alkohol dapat menyebabkan jantung berdetak tidak teratur atau bahkan berhenti.

-

Kerusakan otak. Minum berat dapat menyebabkan kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki.

Setiap masalah di atas dapat menyebabkan kematian.

H. Efek-efek metabolik ·

Hipoglikemia bisa terjadi akibat intoksikasi alkohol akut, penyakit hati alkoholik

dan penyakit pankreas. Lebih lazim pada anak dan remaja. Malnutrisi bisa menjadi sebab lainnya. ·

Ketoasidosis bisa terjadi setelah pesta alkohol yang disusul muntah-muntah dan

puasa. Kadar alkohol darah mungkin tidak meninggi ketika itu. ·

Alkalosis metabolik bisa terlihat setelah muntah berkepanjangan.

a. Kejang I. II.

Kejang alkoholik tersering dijumpai 7-48 jam setelah penghentian minum. Khas tonik-klonik dengan penurunan kesadaran. Serangan biasa terjadi berulang selama beberapa hari.

III.

Hipokalemia dan hipomagnesemia merupakan predisposisi untuk kejang.

IV.

Kejang biasa berhenti sendiri tetapi bisa fatal jika disertai trauma atau kehilangan kesadaran menetap.

V.

Sebab-sebab lain dari kejang harus disingkirkan (misal hipoglikemia, perdarahan otak, tumor, abses).

b. Malnutrisi Banyak gejala penyalahgunaan alkohol disebabkan oleh kurangnya asupan kalori dan kehilangan napsu makan. Komplikasi yang lazim terdapat: a) Anemia: makrositosis: efek toksik langsung dari alkohol, megaloblastik, defisiensi folat, defisiensi besi, perdarahan saluran cerna atas. b) Toksisitas sumsum tulang: neutropenia: toksisitas sumsum tulang, defisiensi folat, trombositopenia bisa mempersulit defisiensi faktor pembekuan. c) Degenerasi serebelum: disebabkan toksisitas dan defisiensi tiamin. d) Ambliopia: (penglihatan kabur): defisiensi tiamin dan B12. e) Ensefalopati Wernicke dan psikosis Korsakoff : defisiensi tiamin. f) Neuropati perifer : defisiensi vitamin B kompleks. g) Imunodefisiensi: dengan meningkatnya prevalensi infeksi pernapasan (termasuk tbc). Neutropenia dan kondisi perumahan dan sanitasi lingkungan yang jelek akan memperburuk keadaan. ·

Penyakit kulit: psoriasis, ekzema, rosacea, infeksi jamur dan akne lebih lazim pada

peminum berat.

c. Trauma a. Alkohol memperlambat waktu reaksi, mengurangi ko-ordinasi dan kesimbangan dan mempengaruhi kecekatan. Ini bisa menyebabkan kecelakaan dan trauma mayor. b. Risiko kecelakaan lalu lintas meningkat sejalan dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah. Cedera lebih serius pada kecelakaan lalu lintas yang terkait dengan alkohol. c. 30% pejalan kaki yang terbunuh dalam kecelakaan lalu lintas pada siang hari memiliki kadar alkohol yang bisa diukur dalam darah mereka. Angka ini meningkat menjadi 70% pada malam hari. d. 26-54% kecelakaan di rumah dan tempat rekreasi berkaitan dengan alkohol. Ini menyangkut kekerasan dalam keluarga dan penyiksaan anak.

Penilaian pra bedah terhadap pecandu alkohol d.Anamnesis a. Perkirakan jumlah alkohol yang diminum b. Tanyakan tentang penurunan berat badan dan riwayat perdarahan saluran cerna. c. Tanyakan tentang kecelakaan dan infeksi yang berulang. d. Kehilangan status sosial bisa penting

E Pemeriksaan fisik Ini mungkin tidak banyak membantu pada kasus lanjut, namun cari: a. Fetor b. Spider nevi, ikterus, memar c. Malnutrisi d. Tremor, neuropati perifer, psikosis, ensefalopati, konvulsi e. Hipertensi, gagal jantung, aritmia.

G. Pemeriksaan penunjang a. Hematologi: MCV meningkat, defisiensi besi, depresi sumsum tulang, defek pembekuan. b. Kadar alkohol darah mungkin penting. 80 mg/dl merupakan batas legal yang diizinkan untuk mengendarai mobil di Inggris; 200 mg/dl menyebabkan intoksikasi berat; dan >500 mg/dl sering fatal. c. Glukosa. d. Elektrolit: hipokalemia lazim dijumpai. e. Trigliserida sering meninggi. f. Enzim hati: g-GT dan aminotransferase meninggi. g. Albumin: petunjuk malnutrisi. h. Koagulasi mungkin abnormal karena defisiensi faktor pembekuan. i. EKG: defek konduksi, gelombang T terbelah, perubahan ST (serupa dengan intoksikasi digoksin), aritmia (biasanya fibrilasi atrium). j. Ekokardiogram jika ada kecurigaan kardiomiopati:ventrikel kiri dilatasi, fraksi ejeksi berkurang, fungsi ventrikel kiri menurun. k. X-foto toraks mungkin memperlihatkan pneumonia aspirasi, tbc dan kanker paru

H. PATOFISIOLOGI Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin juga terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak. Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan memperberat syok,asidemia,dan hipoksia.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Asuhan Keperawatan Pada Klien Keracunan a. Pengkajian. Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan status jantung, status kesadaran. Riwayat kesadaran: riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya. b. Intervensi Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup, mencegah penyerapan dan penawar racun ( antidotum ) yang meliputi sirkulasi: 1) Airway, breathing, circulating, eliminasi untuk menghambat absorbsi melalui pencernaan dengan cara kumbah lambung, emesis, atau katarsis. 2) Berikan anti dotum sesuai anjuran dokter minimal 2 x 24 jam. Perawatan suportif meliputi: 1) Mempertahankan agar pasien tidak sampai demam atau mengigil,monitor perubahanperubahan fisik seperti perubahan nadi yang cepat,distress pernafasan, sianosis, diaphoresis, dan tanda-tanda lain kolaps pembuluh darah dan kemungkinan fatal atau kematian. 2) Monitor vital sign setiap 15 menit untuk beberapa jam dan laporkan perubahan segera kepada dokter. 3) Catat tanda-tanda seperti muntah, mual, dan nyeri abdomen serta monitor semua muntah akan adanya darah. Observasi feses dan urine serta pertahankan cairan intravenous sesuai anjuran dokter. 4) Jika pernafasan depresi, berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator mungkin bisa diperlukan. 5) Jika keracunan sebagai usaha untuk membunuh diri maka lakukan safety precautions. Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis. Pertimbangkan juga masalah kelainan kepribadian, reaksi depresi, psikosis neurosis, mental retardasi dan lain-lain.

B. DIAGNOSIS YANG MUNGKIN MUNCUL 1. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan distress pernapasan 2. Resiko kekurangan cairan tubuh. 3. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat 4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah 5. Perubahan perfusi berhubungan dengan efek toksik pada miokard 6. Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan depresi mekanisme suhu tubuh 7. Cemas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping individu.

C. RENCANA KEPERAWATAN 1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek toksik pada mioakard Tujuan : Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat Intervensi : a. Kaji adanya perubahan tanda-tanda vital. Rasional : Data tersebut berguna dalam menentukan perubahan perfusi b. Kaji daerah ekstremitas dingin,lembab,dan sianosis Rasional : Ekstremitas yang dingin,sianosis menunjukan penurunan perfusi jaringan c. Berikan kenyamanan dan istirahat Rasional :

Kenyamanan fisik memperbaiki kesejahteraan pasien istirahat mengurangi

komsumsi oksigen d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antidotum Rasional : Obat antidot (penawar) dapat mengakumulasi penumpukan racun.

2. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan depresi pernapasan Tujuan : Mempertahankan pola napas tetap efektif Intervensi : a. Observasi tanda-tanda vital. Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien dalam menentukan tindakan selanjutnya b. Berikan O2 sesuai anjuran dokter

Rasional : Terapi oksigen meningkatkan suplai oksigen ke jantung c. Jika pernafasan depresi ,berikan oksigen(ventilator) dan lakukan suction. Rasional : Ventilator bisa membantu memperbaiki depresi jalan napas d. Berikan kenyamanan dan istirahat pada pasien dengan memberikan asuhan keperawatan individual Rasional : Kenyamanan fisik akan memperbaiki kesejahteraan pasien dan mengurangi kecemasan,istirahat mengurangi komsumsi oksigen miokard

3. Penurunan kesadaran berhubungan dengan depresi sistem saraf pusat Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan dapat mempertahankan tingkat kesadaran klien (komposmentis) Intervensi : a. Monitor vital sign tiap 15 menit Rasional : bila ada perubahan yang bermakna merupakan indikasi penurunan kesadaran b. Catat tingkat kesadaran pasien Rasional : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak. c. Kaji adanya tanda-tanda distress pernapasan,nadi cepat,sianosis dan kolapsnya pembuluh darah Rasional : Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung dan paru. d. Monitor adanya perubahan tingkat kesadaran Rasioanal : Tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup, meliputi resusitasi : Airway, breathing, sirkulasi e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti dotum Rasional : Anti dotum (penawar racun) dapat membantu mengakumulasi penumpukan racun

4. Cemas berhubungan dengan koping yang tidak efektif Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan berkurang Intervensi : a. Kaji tingkat kecemasan pasien

Rasional : Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa b. Jelaskan mekanisme pengobatan Rasional : Pengetahuan terhadap mekanisme pengobatan diharapkan dapat mengurangi kecemasan pasien c. Tingkatkan mekanisme koping yang efektif Rasional : Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki efektif d. Jika keracunan sebagai usaha untuk bunuh diri maka lakukan safety precautions. Rasional : Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis dapat membantu proses pengobatan

BAB IV KESIMPULAN Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara sistem organ vital, menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.

DAFTAR PUSTAKA

Noer Syaifoellah,2006,Ilmu Penyakit Dalam,FKUI,Jakarta Mansjoer

Arif,2009,

Kapita

Selekta

Kedokteran

Edisi

3

jilid

Aesculapius,FKUI,Jakarta Suzanne C. Brenda G.2011,Keperawatan Medikal Bedah,EGC,Jakarta Bunner and Suddarth.2010. Keperawatan Medikal Bedah, vol 3. EGC. Jakarta Sartono. 2012. Racun dan Keracunan. Widya Merdeka. Jakarta. Widodo, Djoko. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai Pustaka. Jakarta Dongoes, Marillyn. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

1

Media

Related Documents

Lp
August 2019 105
Lp
November 2019 101
Lp
May 2020 74
Lp
October 2019 102
Lp
October 2019 96
Lp Pneumoia.docx
December 2019 0

More Documents from "imam masrukin"

Lp Toksik.docx
June 2020 0
Marketing_mix_project.pdf
December 2019 0
Lk Ppok.docx.doc
November 2019 48
Bab I,v.pdf
June 2020 25
Ilmu Dari Sudut Islam
June 2020 20