Lp Sol Inna.docx

  • Uploaded by: Inna Nur Fitri Dahliyanti
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Sol Inna.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,456
  • Pages: 14
Space Occupying Lesion (SOL) A. Definisi Space Occupying Lesion (SOL) adalah adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Timbulnya lesi pada otak dapat disebabkan tumor pada intracranial sehingga ada desakan ruang baik jinak atau ganas yang mengenai otak, meningen dan tengkorak (Smeltzer & Bare, 2013).

B. Etiologi Gejala yang terjadi sesuai dengan gangguan daerah otak yang terkena. Diantaranya : 1.

Tumor lobus frontal Menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosional dan tingkah laku dan disintegrasi perilaku mental.

2.

Tumor cerebellum (atur sikap badan / aktifitas otak dan keseimbangan) Menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan / berjalan yang sempoyongan dengan kencenderungan jatuh), otot tidak terkoordinasi, dan nigtatius (gerakan mata berirama tidak sengaja).

3.

Tumor korteks motorik Menimbulkan manifestasi gerakan seperti epilepsy, kejang jarksonian dimana kejang terletak pada satu sisi.

4.

Tumor lobus Intracranial Menyebabkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan, terutama pada pasien lansia. Tipe tumor yang paling sering adalah meningioma, glioblastana (tumor otak yang sangat maligna) dan metastase serebral dari bagian luar

5.

Tumor sudut cerebelopointin Menyebabkan tinitus dan vertigo, perkembangan saraf-saraf yanga mengarah terjadinya tuli (gangguan fungsi saraf cranial ke VIII

atau

vestibulochorlearis), kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah (berhubungan dengan cranial ke V atau trigemirus), terjadi kelemahan atau paralisis (keterbatasan saraf cranial ke VII / facialis), dan pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada abnormalitas pada fungsi motorik (aktivitas otot, sikap badan dan keseimbangan).

C. Patofisiologi Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagis. Gangguan vocal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan dapat diakibatkan oleh gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompersi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Peningkatan intracranial dapat diakibatakan oleh beberapa factor diantaranya bertambahnya masa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan

sirkulasi

serebrospinal.

Pertumbuhan

tumor

akan

menyebabkan

bertambahnya massa karena tumor akan mengambilkan ruang yang relative dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan odem dalam jaringan otak. Mekanisme disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak semuanya menimbulkan kenaikan volume inntrakranial. Peningkatan intracranial akan membahayakan jiwa bila terjadi secara cepat. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif. Mekanisme kompensasi bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan cerebrospinal, kandungan cairan intra sel dan

mengurangi

sel-sel

parenkim.

Kenaikan

tekanan

yang

tidak

diobati

mengakibatkan herniasi. Herniasi timbul bila girus medalis lobus temporalis bergeser ke interior melalui insisuratentorial oleh massa dalam hemister otak. Herniasi menekan ensefalon menyebabkan kehilangan kesadaran dan menekan saraf ketiga (Brunner & Suddart, 2001). Pathway Halaman selanjutnya

Idiopatik

Tumor otak/ SOL

Penekanan jaringan otak

Invasi jaringan otak

Nekrosis jar. otak

Kerusakan jar. Neuron ( Nyeri ) Kejang

Bertambahnya massa

Gangguan Suplai darah

Gangguan Neurologis fokal

Gangguan Fungsi otak Disorientasi

Defisit neurologis

Resiko Cidera

Hipoksia jaringan

Obstruksi vena di otak

Gg. Perfusi jaringan

Oedema

Peningkatan TIK

Perubanah proses pikir

Cemas (Brunner & Suddart, 2001).

Penyerapan cairan otak

Bradikardi progresif, hipertensi sitemik, gang. pernafasan Ancaman kematian Gg. Rasa nyaman

Hidrosefalus

Gangguan mobilitas fisik

Bicara terganggu, afasia

Hernialis ulkus

Gangguan komunikasi verbal

Menisefalon tekanan

Mual, muntah, pandangan kabur, penurunan fungsi pendengaran, nyeri kepala

Penurunan kesadaran

D. Manifestasi klinis 1. Peningkatan TIK (sakit kepala, muntah dan papiledema) 2. Gejala terlokalisasi ( spesifik sesuai dengan dareh otak yang terkena): a) Tumor korteks motorik Gerakan seperti kejang kejang yang terletak pada satu sisi tubuh ( kejang jacksonian ) b) Tumor lobus oksipital hemianopsia homonimus kontralateral (hilang penglihatan pada setengah lapang pandang, pada sisi yang berlawanan dengan tumor) dan halusinasi penglihatan. c) Tumor serebelum Pusing, gaya berjalan sempoyongan dengan kecenderungan jatuh kesisi yang lesi, otot otot tidak terkoordinasi dan nistagmus ( gerakan mata berirama dan tidak disengaja ) d) Tumor lobus frontal Gangguan kepribadian, perubahan status emosional dan tingkah laku, disintegrasi perilaku mental, dan kurang merawat diri e) Tumor sudut serebelopontin ; tinitus dan kelihatan vertigo, tuli (gangguan saraf kedelapan), kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf kelima), kelemahan atau paralisis (saraf kranial keketujuh), abnormalitas fungsi motorik. f)

Tumor intrakranial bisa menimbulkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan bicara dan gangguan gaya berjalan terutam pada lansia ( Brunner & Sudarth, 2003).

E. Komplikasi Komplikasi yang terjadi: - Kehilangan memory - Paralisis - Kehilangan / kerusakan verbal / berbicara - Kehilangan / kerusakan sensasi khusus - Mental confusion

Peningkatan TIK yang disebabkan edema cerebral / perdarahan adalah komplikasi mayor pembedahan intrakranial, dengan manifestasi klinik : -

Perubahan visual dan verbal

-

Perubahan kesadaran (level of conciousnes/LOC) berhubungan dengan sakit kepala

-

Perubahan pupil

-

Kelemahan otot / paralysis

-

Perubahan pernafasan

F. Penatalaksanaan medis 1. Pendekatan pembedahan (craniotomy) Dilakukan untuk mengobati meningioma, astrositoma kistik pada serebelum, kista koloid pada ventrikel ke-3, tumor kongenital seperti demoid dan beberapa granuloma. Untuk klien dengan glioma maligna, pengangkatan tumor secara menyeluruh dan pengobatan tidak mungkin, tetapi dapat melakukan tindakan yang mencakup pengurangan TIK. Mengangkat jaringan nefrotik dan mengangkat bagian besar dari tumor yang secara teori meninggalkan sedikit sel yang tertinggal atau menjadi resisten terhadap radiasi atau kemoterapi. 2. Pendekatan kemoterapy Terapi radiasi merupakan dasar pada pengobatan beberapa tumor otak, juga menurunkan timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap transplantasi sumsum tulang autologi intravens digunakan pada beberapa klien yang akan menerima kemoterapi atau terapi radiasi karena keadaan ini penting sekali untuk menolong klien terhadap adanya keracunan sumsum tulang sebagai akibat dosis tinggi radiasi. Kemoterapi digunakan pada jenis tumor otak tertentu saja. Hal ini bisa digunakan pada klien : a) Segera setelah pembedahan/tumor reduction kombinasi dengan terapi radiasi b) Setelah tumor recurance c) Setelah lengkap tindakan radiasi 3. Pendekatan stereotaktik Stereotaktik merupakan elektroda dan kanula dimasukkan hingga titik tertentu di dalam otak dengan tujuan melakukan pengamatan fisiologis atau untuk menghancurkan jaringan pada penyakit seperti paralisis agitans, multiple sklerosis & epilepsy. Pemeriksaan untuk mengetahui lokasi tumor dengan sinar X, CT,

sedangkan untuk menghasilkan dosis tinggi pada radiasi tumor sambil meminimalkan pengaruh pada jaringan otak di sekitarnya dilakukan pemeriksaan Radiosotop (III) dengan cara ditempelkan langsung ke dalam tumor. G. Pemeriksaan penunjang 1.

CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor, dan meluasnya edema serebral sekunder serta memberi informasi tentang sistem vaskuler.

2.

MRI : Membantu dalam mendeteksijejas yang kecil dan tumor didalam batang otak dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang menggunakan CT Scan

3.

Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberi dasar pengobatan seta informasi prognosi.

4.

Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor

5.

Elektroensefalografi (EEG) : Mendeteksi gelombang otak abnormal

H. Asuhan keperawatan A) Pengkajian Primer 1. Airway Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan : a) Chin lift / jaw trust b) Suction / hisap c) Guedel airway d) Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral. 2. Breathing Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi, whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada. 3. Circulation Tekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, dan sianosis pada tahap lanjut.

4. Disability Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS. Adapun cara yang cukup jelas dan cepat adalah Awake

:A

Respon bicara

:V

Respon nyeri

:P

Tidak ada respon

:U

5. Eksposure Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang, maka imobilisasi inline harus dikerjakan. B) Pengkajian Sekunder 1. Identitas klien : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal masuk rumha sakit dan askes. 2. Keluhan utama : nyeri kepala disertai penurunan kesadaran. 3. Riwayat penyakit sekarang : demam, anoreksi dan malaise peninggian tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal. 4. Riwayat penyakit dahulu : pernah, atau tidak menderita infeksi telinga (otitis media, mastoiditis) atau infeksi paru – paru (bronkiektaksis, abses paru, empiema), jantung (endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit). 5. Aktivitas / istirahat Gejala : malaise Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter. 6. Sirkulasi Gejala : adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis Tanda : -

TD meningkat

-

N : menurun (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada vasomotor).

7. Eliminasi Gejala : Tanda : adanya inkonteninsia dan atau retensi.

8. Nutrisi Gejala : kehilangan nafsu makan, disfagia (pada periode akut) Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering. 9. Hygiene Gejala : Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan, perawatan diri (pada periode akut). 10. Neurosensori Gejala : sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan penglihatan. Tanda : penurunan status mental dan kesadaran. Kehilangan memori, sulit dalam keputusan, afasia, mata : pupil unisokor (peningkatan TIK), nistagmus, kejang umum lokal. 11. Nyeri / kenyamanan Gejala : sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan, leher / pungung kaku. Tanda : tampak terus terjaga, menangis / mengeluh. 12. Pernapasan Gejala : adanya riwayat infeksi sinus atau paru Tanda : peningkatan kerja pernapasan (episode awal). Perubahan mental (letargi sampai koma) dan gelisah C) Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungn dengan kurangnya darah ke jaringan otak 2. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK, agen pencedera fisik, kompresi saraf oleh SOL 3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran akibat tekanan pada serebelum (otak kecil) 4. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi sensoris, transmisi dan atau integrasi (trauma atau defisit neurologis) 5. Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan TIK, konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan, (anoreksia,

iritasi,

penyimpangan

rasa

mual).

D) Perencanaan No 1.

Diagnosa Keperawatan Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungn dengan kurangnya darah ke jaringan otak

Tujuan Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam diharapkan perfusi jaringan kembali normal dengan kriteria hasil : - TTV normal - Kesadaran klien kembali seperti sebelum sakit - Gelisah hilang - Ingatanya kembali seperti sebelum sakit

Perencanaan Intervensi a) Memantau status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya seperti GCS

b) Memantau frekuensi dan irama jantung

c) Memantau suhu juga atur suhu lingkungan sesuai kebutuhan. Batasi penggunaan selimut dan lakukan kompres hangat jika terjadi demam d) Memantau masukan dan pengeluaran, catat karakteristik urin, tugor kulit dan keadaan membrane mukosa e) Mengunakan selimut

Rasional a) Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan potensi TIK adalah sangat berguna dalam menentukan lokasi, penyebaran, luas,dan perkembangan dari kerusakan b) Perubahan pada frekuensi dan disritmia dapat terjadi yang mencerminkan trauma atau tekanan batang otak tentang ada tidaknya penyakit c) Demam biasanya berhubungan dengan proses inflamasi tetapi mungkin merupakan komplikasi dari kerusakan pada hipotalamus d) Hipertermi meningkatkan kehilangan air dan meningkatkan resiko dehidrasi, terutama jika tingkat kesadaran menurun

2.

Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK, agen pencedera fisik, kompresi saraf oleh SOL

Setelah

dilakukan

perawatan selama 3x24

hipotermia f) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti steroid, klorpomasin, asetaminofen

e) Membantu dalam mengontrol peningkatan suhu f) Dapat menurunkan permebilitas kapiler untuk membatasi pembentukan edema, mengatasi menggigil yang dapat meningkatkan TIK, menurunkan metabolism seluler/ menurunkan konsumsi oksigen

a) Memberikan lingkungan yang tenang

a) Menurunkan reaksi terhadap stimulus dari luar dan meningkatkan istirahat b) Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri c) Meningkatkan vasokontriksi, penumpukan resepsi sensori yang akan menurunkan nyeri d) Menurun kaniritasi meningeal dan resultan ketidaknyamanan lebih lanjut

jam nyeri hilang dengan kriteria hasil : - Nyeri hilang - Klien tenang - Tidak terjadi mual muntah - Klien dapat beristirahat dengan tenang

b) Meningkatkan tirah baring, bantu perawatan diri klien c) Meletakkan kantung es pada kepala dan diatas mata

d) Mendukung klien untuk menemukan posisi yang nyaman

e) Memberikan ROM aktif/pasif

f) Mengunakan pelembab yang agak hangat pada nyeri leher/punggung yang tidak ada demam g) Kolaborasi pemberian obat analgetik seperti asetaminofen, kodein sesuai indikasi

3.

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran akibat tekanan pada serebelum (otak kecil)

Setelah dilakukan perawatan selama 2 x 24 jam diharapkan klien dapat menunjukkan cara mobilisasi secara optimal. Kriteria hasil : - Klien dapat meningkatkan kekuatan dan fungsi tubuh yang sakit - Mempertahankan integritas kulit dan kandung kemih dan

a) Memeriksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi.

b) Mengkaji derajat mobilitas klien dengan menggunakan skala ketergantungan (0 – 4)

c) Meletakkan pasien pada posisi

e) Membantu merelaksasi ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri

f) Meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan rasa sakit g) Untuk menghilangkan nyeri yang hebat

a) Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional dan mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan. b) Seseorang dalam semua kategori sama – sama mempunyai risiko kecelakaan namun katagori 2 – 4 mempunyai resiko terbesar untuk terjadinya bahaya tsb sehubungan dengan imobilisasi.

fungsi usus.

4.

Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi sensoris, transmisi dan atau integrasi (trauma atau defisit neurologis)

Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan penglihatan klien kembali normal dengan kriteria hasil : Klien dapat melihat dengan jelas

tertentu, ubah posisi klien secara teratur dan buat sedikit perubahan posisi antara waktu

a) Memastikan atau validasi persepsi klien dan berikan umpan balik, orientasikan kembali pasien secara teratur pada lingkungan, dan tindakan yang akan dilakukan terutama jika penglihatannya terganggu b) Membuat jadwal istirahat yang adekuat/periode tidur tanpa ada gangguan

c) Memberikan kesempatan yang lebih banyak untuk berkomunikasi dam melakikan aktivitas

c) Perubahan posisi yang

teratur menyebabkan penyebaran terhadap berat badan dan meningkatkan sirkulasi seluruh bagian tubuh. a) Membantu pasien untuk memisahkan pada realitas dari perubahan persepsi, gangguan fungsi kognitif dan atau penurunan penglihatan dapat menjadi potensi timbulnya disorientasi dan ansietas b) Mengurangi kelelahan, mencegah kejenuhan, memberikan kesempatan untuk tidur REM (ketidakadaan tidur REM ini dapat meningkatkan gangguan persepsi sensori c) Menurunkan fruktasi yang berhubungan dengan perubahan kemampuan /pola respon yang memanjang d) Pendekatan antar disiplin

5.

Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan TIK, konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan, (anoreksia, iritasi, penyimpangan rasa mual)

Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan klien menjadi adekuat dengan kriteria hasil : - Mual muntah hilang - Napsu makan meningkat - BB kembali seperti sebelum sakit

d) Merujuk pada ahli fisioterapi

dapat menciptakan rencana penatalaksanaan berintegrasi yang didasarkan atas kombinasi kemampuan/ ketidakmampuan secara individu yang unik dengan berfokus pada peningkatan evaluasi, dan fungsi fisik, kognitif, dan perseptual

a) Mengkaji kemampuan klien untuk mengunyah, menelan

a) Menentukan pemilihan terhadapjenis makanan sehingga pasien terlindungi dari aspirasi b) Meningkatkan proses pencernaan dan kontraksi pasien terhadap nutrisi yang diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan c) Mengevaluasi keefektifan/ kebutuhan mengubah pemberian nutrisi d) Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan kalori/nutrisi

b) Memberi makanan dalam jumlah kecil dan sering

c) Menimbang berat badan

d) Kolaborasi dengan ahli gizi

LAPORAN PENDAHULUAN Space Occupying Lesion (SOL)

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Program Profesi Ners Stase Kegawatdaruratan dan Kritis

Disusun Oleh: INNA NUR FITRI DAHLIYANTI PK.12.18.023

PROGRAM PROFESI NERS STIKES BHAKTI KENCANA BANDUNG 2019

Related Documents

Lp Sol Inna.docx
May 2020 2
Sol
May 2020 27
Sol
November 2019 38
Sol
April 2020 12
Sol
October 2019 37
Sol
October 2019 38

More Documents from ""

Kelompok 4 Sol.pptx
December 2019 9
Ebp[4].docx
December 2019 15
Cara Tayamum.docx
December 2019 16
Sajak Sunda.docx
December 2019 12