LEUKIMIA LIMPOBLASTIK AKUT
A. KONSEP MEDIS 1. DEFINISI Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah. Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal. Leukemia adalah poliferasi sel lekosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan anemia, trombisitopeni dan diakhiri dengan kematian. Leukemia adalah penyakit neoplasmik yang ditandai oleh poliferasi abnormal dari sel-sel hematopoietic Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. 2. ETIOLOGI Walaupun sebagian besar penderita leukemia faktor-faktor penyebabnya tidak dapat diidentifikasi, tetapi ada beberapa faktor yang terbukti dapat menyebabkan leukemia. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah: a.
Faktor genetik Insiden leukemia akut pada anak-anak penderita sindrom Down adalah 20 kali lipat lebih banyak dari pada normal. Dari data ini, ditambah kenyataan bahwa saudara kandung penderita leukemia mempuyai resiko lebih tinggi untuk menderita sindrom Down, dapat diambil kesimpulan pula bahwa kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut. Dugaan ini diperkuat lagi oleh data bahwa penderita leukemia garanulositik kronik dengan kromosom Philadelphia translokasi kromosom 21, biasanya meninggal setelah memasuki fase leukemia akut.
b.
Faktor lingkungan Faktor-faktor lingkungan berupa kontak dengan radiasi ionisasi desertai manifestasi leukemia yang timbul bertahun-tahun kemudian. Zat-zat kimia (misalnya, benzen, arsen, klorampenikol, fenilbutazon, dan agen antineoplastik) dikaitkan dengan frekuensi yang meningkat, khususnya agen-agen akil. Leukemia juga meningkat pada penderita yang diobati baik dengan radiasi atau kemoterapi.
c.
Virus Ada beberapa hasil penelitian yang menyebutkan bahwa virus sebagai penyebab leukemia antaralain: enzyme reverse transcriptase ditenukan dalam darah penderita leukemia. Seperti diketahui, ensim ini ditemukan didalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe – C, yaitu jenis virus RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang.
3. KLASIFIKASI Leukemia dapat diklasifikasikan atas dasar : a. Perjalanan alamiah penyakit : akut dan kronis Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila tidak diobati segera, maka penderita dapat meninggal dalam hitungan minggu hingga hari. Sedangkan leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun bahkan ada yang mencapai 5 tahun. b. Tipe sel predominan yang terlibat : limfoid dan myeloid Kemudian, penyakit diklasifikasikan dengan jenis sel yang ditemukan pada sediaan darah tepi. - Ketika leukemia mempengaruhi limfosit atau sel limfoid, maka disebut leukemia limfositik. - Ketika leukemia mempengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil, maka disebut leukemia mielositik. c. Jumlah leukosit dalam darah · Leukemia leukemik, bila jumlah leukosit di dalam darah lebih dari normal, terdapat sel-sel abnormal. · Leukemia subleukemik, bila jumlah leukosit di dalam darah kurang dari normal, terdapat sel-sel abnormal. d. Prevalensi empat tipe utama . Leukemia Mielogenus Akut (LMA) LMA mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena. Insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi. Leukemia Mielogenus Krinis (LMK) LMK juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namu lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK jarang menyerang individu dibawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi dengan tanda dan gejala yang lebih ringan. Pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar. Leukemia Limfositik Kronis (LLK) LLK merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 – 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala. Penyakit baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit. Leukemia Limfositik Akut (LLA) LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun. LLA jarang terjadi. Limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal. 3. PATOFISIOLOGI Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah normal. Terdapat dua mis-konsepsi yang harus diluruskan mengenai leukemia, yaitu: a. Leukemia merupakan overproduksi dari sel darah putih, tetapi sering ditemukan pada leukemia akut bahwa jumlah leukosit rendah. Hal ini diakibatkan karena produksi yang dihasilkan adalah sel yang immatur.
b. Sel immatur tersebut tidak menyerang dan menghancurkan sel darah normal atau jaringan vaskuler. Destruksi seluler diakibatkan proses infiltrasi dan sebagai bagian dari konsekuensi kompetisi untuk mendapatkan elemen makanan metabolik. 4. MANIFESTASI KLINIS a. Anemia Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak yang menderita leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas. b. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal. c. Perdarahan Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan. d. Penurunan kesadaran Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang sampai koma. e. Penurunan nafsu makan f. Kelemahan dan kelelahan fisik Gejala yang khas berupa pucat (dapat terjadi mendadak), panas, dan perdarahan disertai splenomegali dan kadang-kadang hepatomegali serta limfadenopati. Perdarahan dapat didiagnosa ekimosis, petekia, epistaksis, perdarahan gusi, dsb. Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalahartikan sebagai penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat infiltrasi sel leukemia pada alat tubuh seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura, kejang pada leukemia serebral. 5. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK a. Hitung darah lerngkap complete blood cel ( CBC ). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3 saat di diagnosis memiliki prognosis paling baik : jumlah leukosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur. b. Fungsi lumbal untuk mengkaji kterlibatan susunan saraf pusat c. Aspirasi sum-sum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis. d. Pemindaian tulang atau survey kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang e. Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk infiltrat leukemik f. Jumlah trombosit menenjukkan kapasitas pembekuan
6. PENATALAKSANAAN MEDIS Protocol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang diberikan pada klien. Proses induksi remisi pada klien trdiri dari tiga fase : induksi, konsolidasi dan rumatan. Selama fase indujsi ( kira-kira 3 sampai 6 minggu ) klien menerima berbagai agens kemoterapeutik untuk menimbulkan remisi. Periode intensif diperpanjang 2 sampai 3 minggu selama fase konsolidasi untuk memberantas keterlibatan system saraf pusat dan organ vital lain. Terapi rumaan diberi selama beberapa tahun setelah diagnosis untuk memperpanjang remisi. Bebrapa obat dipakai untuk leukemia kepada klien adalah prednisone ( antiinflamasi ), vinkristin ( antineoplastik ), asparaginase ( menurunkan kadar asparagin ( asam amino untuk pertumbuhan tumor ), metotreksas ( antimetabolit ), merkaptopurin, sitarabin ( menginduksi remisi pada pasien dengan leukemia granulositik akut ), alopurino, siklofosfamid ( anti tumor kuat ), dan daunorubisin (meghambat pembelahan sel selama pengobatan leukemia akut ). 1. . Protokol Pengobatan Leukemia Limfoblatik Akut (LLA) INDUKSI Protokol Nasional Prancis LALA’ 87 Syarat : belum mendapatkan pengobatan sebelumnya, usia 60 tahun Prednison : 60 mg/m²/oral (hari 1 s/d 22, tapp.of 22 s/d 28) Vinkristin : 1,5 mg/ m²/IV, ( hari 1,8,15,22), dosis total tidak boleh lebih dari 2,5 mg/1x. Cyclophosphanamide : 600 mg/ m²/IV, (hr 1,8) Daunorubicin : 50 mg/ m²/IV, (hr 1,2,3) Profilaksis CNS : Methotrexante: 12 mg/total/intratekal, (hr 1 atau 3,8,15,22,125,150) 2. Protokol pengobatan leukemia mieloblastik akut (LMA) 1.CHA (tidak termasuk Lam tipe M-3,FAB/progranulostik akut) INDUKSI : CCNU : 70 mg/ m²/oral, (hr 1) Adriamycin : 35 mg/ m²/IV (hr 1,2,3 = 3 hari) ARA-C : 100 mg/ m²/IV-continous, (hr 1s/d 10 = 10 hari) 2.LAM-VIII INDUKSI : = LAM IV modified 3.LAM-IV modified INDUKSI : Daunorubicin : 45 mg/ m²/IV, (hr 1,2,3) Cystosine arabinoside : 200 mg/ m²/IV-continous drip, (hr 1s/d 7) MAINTENANCE : kapsul 3. Protokol pengobatan leukemia granulosit kronik (LGK) 1 INDUKSI : bila leukosit 50.000/ml → myleran 6 mg/hr s/d leukosit 5 – 15.000 mg, kemudian istirahat 3 minggu, selanjutnya teruskan dengan “maintenance” 2 Maintenance : Myleran 15.000 : 15-25.000 : 2 mg/hari (7 hari) 25-35.000 : 4 mg/hari (7 hari) 35.000 : 6 mg/hari (7 hari) 3 Pengobatan dengan Hydroxpurea (HYDREA) 500 mg (menurut AZL) Dosis : 15-25 mg/kg BB dalam 2 jam dosis peroral
4 Pengobatan dengan Hydroxpurea (HYDREA) menurut “anjuran pembuat obat” BB (kg)
Terapi INTERMITEN (80 mg/kg BB, setiap 3 hari sebagai dosis tunggal)
10 15 10 10 10 10 10 10 10 10 100
1 ½ kapsul 2 kapsul 3 kapsul 5 kapsul 6 kapsul 8 kapsul 10 kapsul 11 kapsul 13 kapsul 14 kapsul 16 kapsul
Terapi CONTINUOUS (20-30 mg/kg BB, setiap hari dosis tunggal) ½ kapsul 1 kapsul 1 kapsul 2 kapsul 2 kapsul 3 kapsul 3 kapsul 4 kapsul 4 kapsul 5 kapsul 6 kapsul
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN Aktivitas Gejala Tanda Sirkulasi Gejala Tanda
: kelemahan, malaise : ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas biasanya. : kelelahan otot, peningkatan kebutuhan tidur, samnolen. : palpitasi : Takikardi, murmur jantung Kulit, membran mukosa pucat Defisit saraf cranial/tanda perdarahan serebral
Eliminasi Gejala
: Diare : nyeri tekan perianal, nyeri. Darah merah terang pada tissu, feses hitam Darah pada urine, penurunan haluaran urine Integritas Ego Gejala : perasaan tak berdaya/tak ada harapan Tanda : depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah terangsang. Perubahan alam perasaan, kacau Makanan/cairan Gejala : kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah Perubahan rasa/penyimpangan rasa Penurunan berat badan Tanda : distensi abdominal, penurunan bunyi usus Splenomegali, hepatomegali, ikterik Stomatitis, ulkus mulut Hipertrofi gusi Neurosensori Gejala : kurang/penurunan koordinasi Perubahan alam perasaan, kacau, disorentasi kurang konsentrasi Pusing : kebas, kesemutan, parestesia Tanda : otot mudah terangsang, aktivitas kejang Nyeri/keamanan Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang/sendi : nyeri tekan sternal, kram otot Tanda : perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, fokus pada diri sendiri Pernafasan Gejala : nafas pendek dengan kerja minimal Tanda : dispneu, takipneu Batuk Gemericik, ronchi Penurunan bunyi nafas
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis f. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukaemia g. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas. h. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan. i. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia. j. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak. 3. RENCANA KEPERAWATAN a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi Intervensi : 1) Pantau suhu dengan teliti Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi 2) Tempatkan anak dalam ruangan khusus Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi 3) Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif 4) Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi 5) Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme 6) Berikan periode istirahat tanpa gangguan Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler 7) Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh 8) Berikan antibiotik sesuai ketentuan Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas Intervensi : 1) Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas seharihari Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan 2) Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan 3) Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi 4) Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
c. Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan Intervensi : 1) Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah ekimosis Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia 2) Cegah ulserasi oral dan rectal Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah 3) Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi Rasional : untuk mencegah perdarahan 4) Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut Rasional : untuk mencegah perdarahan 5) Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan pucat) Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan 6) Hindari obat-obat yang mengandung aspirin Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit 7) Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung Rasional : untuk mencegah perdarahan d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah Tujuan : - Tidak terjadi kekurangan volume cairan - Pasien tidak mengalami mual dan muntah Intervensi : 1) Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi Rasional : untuk mencegah mual dan muntah 2) Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi Rasional : untuk mencegah episode berulang 3) Kaji respon anak terhadap anti emetic Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil 4) Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah 5) Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik 6) Berikan cairan intravena sesuai ketentuan Rasional : untuk mempertahankan hidrasi e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat Intervensi : 1) Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah serta kemoterapi 2) Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan unmtuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal 3) Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang dijual bebas Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi 4) Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan 5) Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat 7) Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB dan pengukuran antropometri kurang dari normal f. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukaemia Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak Intervensi : 1) Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5 Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi 2) Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses vena Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman 3) Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat 4) Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat Rasional : sebagai analgetik tambahan 5) Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri g. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit Intervensi : 1) Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi 2) Ubah posisi dengan sering Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit 3) Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit 4) Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi 5) Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit 6) Dorong masukan kalori protein yang adekuat Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negatif 7) Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan h. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukaemia Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau terapi Intervensi : 1) Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pda anak Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu 2) Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan 3) Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu anak menjalani kehidupan yang normal Rasional : untuk meningkatkan perkembangan anak yang optimal 4) Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan anak sebelum diagnosa dan prospek anak untuk bertahan hidup
Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara realistis 5) Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak tentang hasil tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur 6) Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga i. Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak Tujuan : pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian anak Intervensi : 1) Kaji tahapan berduka terhadap anak dan keluarga Rasional : pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien dan keluarga lebih efektif menghadapi kondisinya 2) Berikan kontak yang konsisten pada keluarga Rasional : untuk menetapkan hubungan saling percaya yang mendorong komunikasi 3) Bantu keluarga merencanakan perawatan anak, terutama pada tahap terminal Rasional : untuk meyakinkan bahwa harapan mereka diimplementasikan 4) Fasilitasi anak untuk mengespresikan perasaannya melalui bermain Rasional : memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami
6. PENYIMPANGAN KDM LEUKIMIA Virus
Genetik
Leukosit Proliferasi tidak teratur / Akumulasi leukosit dalam Sum-sum tulang Meningkatnya leukosit / Sel imatur
Perkembangan sel normal terganggu
Trombosito penia
Terjadi pembentukan sel imatur
Resti terjadi pendarahan
Hetamopoesis terhambat
Anemia
Sel immature menyebar ke daerah lain melalui PD Proliferasi sel matur (sel glikemi) dalam organ hati/limfe
Eritrosit Kelemahan
Intoleransi ktivitasi
Peningkatan tekanan mekanik pada lambung Toksisitas obat kemoterapi
Hematomegali & limfadenopati
Nyeri
Proliferasi sel glikemi di limfe Mual/muntah Limfosit matang diare abnormal
Infiltrasi leukosit abnormal Kekurangan volume cairan Resiko infeksi
DAFTAR PUSTAKA
1.
Bruner Dan Suddarth, 2001, Keperawatan Medical Bedah, Penerbit Buku Kedokeran, Jakarta.
2.
Marilynn DKK, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedoktran, Jakarta.
3.
Corwin J Elizabeth, 2000, Patofiologi, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
4.
A. Aziz Alimul H. 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia” Aplikasi Konsep Dan Proses Keperawatan Buku 2. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
5.
Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/ Bayi: Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien. Edisi 2. EGC: Jakarta.