LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP KELUARGA A. Pengertian Keluarga Keluarga adalah dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan ikatan perkawinan dan memiliki kedekatan emosi yang masing-masing mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (Susanto, 2012).
Keluarga adalah kumpulan dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan setiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).
Menurut WHO (1969) keluarga merupakan anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah , adopsi atau perkawinan (Setiadi, 2008). Sedangkan menurut Depkes RI ( 1988) keluarga adalah inti terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2008).
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah inti terkecil dalam masyarakat terdiri dari dua orang atau lebih yang hidup bersama di bawah suatu atap dengan ikatan perkawianan, darah atau adopsi yang memiliki kedekatan emosi dan saling ketergantungan.
B. Struktur Keluarga Menurut Setiadi (2008), Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari : 1. Patrilineal Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah. 2. Matrilineal Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. 3. Matrilokal Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri. 4. Patrilokal Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami 5. Keluarga kawin Hubungan sepasang suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara menjadi bagian keluaga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
C. Fungsi Keluarga Fungsi keluarga menurut Friedman (1998), yaitu: 1. Fungsi afektif Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan kepribadian anggota keluarga. 2. Fungsi sosialisasi Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya anak. 3. Fungsi perawatan kesehatan Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga. 4. Fungsi ekonomi Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya keluarga. 5. Fungsi biologis Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya. 6. Fungsi psikologis Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga. 7. Fungsi pendidikan Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
D. Tipe Keluarga Menurut Allender dan Spradley (2001), tipe keluarga terdiri dari: 1. Keluarga tradisional a. Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak kandung atau anak angkat. b. Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman, dan bibi. c. Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak
d. Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian. e. Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang dewasa saja f. Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut. 2. Keluarga non tradisional a. Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah. b. Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah. c. Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu rumah tangga
E. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985 dan Friedman 1998, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu : 1. Tahap I
: Keluarga Pemula
Keluarga
pemula
merujuk
pada
pasangan
menikah/tahap
pernikahan.
Tugas
perkembangan keluarga saat ini adalah membangun perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan keluarga berencana. 2. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30 bulan) Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan. 3. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun) Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak. 4. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun) Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.
5. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun) Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah. 6. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah) Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan tugas perkembangan keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru
yang
didapat
dari
hasil
pernikahan
anak-anaknya,
melanjutkan
untuk
memperbaharui dan menyelesaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami dan istri. 7. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan) Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas perkembangannya adalah menyediakan lingkungan yang sehat, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh hubungna perkawinan yang kokoh. 8. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun terutama berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan
perkawinan,
menyesuaikan
diri
terhadap
kehilangan
pasangan
dan
mempertahankan ikatan keluarga antara genera
F. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan Menurut Setiadi (2008), Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi : 1. Mengenal
masalah
kesehatan
keluarga.
Orang
tua
perlu
mengenal keadaan
kesehatan dan perubahan -perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil
apapun
yang
dialami
anggota
keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian orang tua atau keluarga. 2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai
dengan
keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat
agar masalah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan teratasi. 3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Seringkali
keluarga
telah
mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui keluarga sendiri. Anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu mendapatkan tindak lanjut atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga. 4. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga. 5. Mempertahankan hubungan timbal-balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan kesehatan yang ada).
G. Teori Asuhan Keperawatan Keluarga 1. Pengkajian Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman (1988), meliputi 7 komponen pengkajian yaitu : a.
Data Umum 1) Identitas kepala keluarga 2) Komposisi anggota keluarga 3) Genogram 4) Tipe keluarga 5) Suku bangsa 6) Agama 7) Status sosial ekonomi keluarga
b. Aktifitas rekreasi keluarga 1) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga 2) Tahap perkembangan keluarga saat ini 3) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi 4) Riwayat keluarga inti 5) Riwayat keluarga sebelumnya
c.
Lingkungan 1) Karakteristik rumah 2) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal 3) Mobilitas geografis keluarga 4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat 5) System pendukung keluarga
d. Struktur keluarga 1) Pola komunikasi keluarga 2) Struktur kekuatan keluarga 3) Struktur peran (formal dan informal) 4) Nilai dan norma keluarga e.
Fungsi keluarga 1) Fungsi afektif 2) Fungsi sosialisasi 3) Fungsi perawatan kesehatan
f.
Stress dan koping keluarga 1) Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga 2) Respon keluarga terhadap stress 3) Strategi koping yang digunakan 4) Strategi adaptasi yang disfungsional
g. Pemeriksaan fisik 1) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan 2) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga 3) Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata, mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, system genetalia 4) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik h. Harapan keluarga 1) Terhadap masalah kesehatan keluarga 2) Terhadap petugas kesehatan yang ada
Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan saat pengkajian menurut Supraji (2004) yaitu: a.
Membina hubungan baik Dalam membina hubungan yang baik, hal yang perlu dilakukan antara lain, perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah tamah, menjelaskan tujuan kunjungan, meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di keluarga, menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan, menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang ada di keluarga.
b. Pengkajian awal Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan yang dilakukan. c.
Pengkajian lanjutan (tahap kedua) Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data y6ang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal. Disini perawat perlu mengungkapkan keadaan keluarga hingga penyebab dari masalah kesehatan yang penting dan paling dasar.
2
Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan menggambarkan respons manuasia. Dimana keadaan sehat atau perubahan pola interaksi potensial/actual dari individu atau kelompok dimana perawat dapat menyusun intervensi-intervensi definitive untuk mempertahankan status kesehatan atau untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2000). Untuk menegakkan diagnosa dilakukan 2 hal, yaitu: a.
Anallisa data Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan dengan standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.
b. Perumusan diagnosa keperawatan Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi: 1)
Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga.
2) Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan objektif. 3)
Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung atau tidak yang emndukung masalah dan penyebab.
Dalam penyusunan masalah kesehatan dalam perawatan keluarga mengacu pada tipologi diagnosis keperawatan keluarga yang dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu: 1) Diagnosa sehat/Wellness/potensial Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat digunakan. Perumusan diagnosa potensial ini hanya terdiri dari komponen Problem (P) saja dan sign /symptom (S) tanpa etiologi (E). 2) Diagnosa ancaman/risiko
Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa ini dapat menjadi masalah actual bila tidak segera ditanggulangi. Perumusan diagnosa risiko ini terdiri dari komponen problem (P), etiologi (E), sign/symptom (S). 3) Diagnosa nyata/actual/gangguan Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh keluarga dan memerlukn bantuan dengan cepat. Perumusan diagnosa actual terdiri dari problem (P), etiologi (E), dan sign/symptom (S). Perumusan problem (P) merupakan respons terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga. Dalam Friedman (!998) diagnosa-diagnosa keperawatan pilihan NANDA yang cocok untuk praktek keperawatan keluarga seperti tabel dibawah ini: Kategori Diagnosa NANDA Persepsi kesehatan-pola manajemen kesehatan Kognitif-pola latihan Peran-pola persepsi
Diagnosa Keperawatan Manajemen kesehatan yang dapat di ubah Perilaku mencari sehat Kerusakan penatalaksanaan lingkungan rumah Kurang pengetahuan Konflik keputusan Peran-pola hubungan Berduka antisipasi Berduka disfungsional Konflik peran orang tua isolasi social Perubahan dalam proses keluarga Perubahan penampilan peran Risiko perubahan dalam menjadi orang tua Perubahan menjadi orang tua Risiko terhadap kekerasan Koping pola – pola toleransi Koping keluarga potensial terhadap pertumbuhan terhadap stress Koping keluarga tidak efektif : menurun Koping keluarga tidak efektif : kecacatan
3.
Perencanaa Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi. Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan (Supraji, 2004). a.
Skala prioritas Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor tinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa criteria sebagai berikut : 1) Sifat masalah (actual, risiko, potensial) 2) Kemungkinan masalah dapat diubah 3) Potensi masalah untuk dicegah 4) Menonjolnya masalah
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan telah dari satu proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglay (1978) dalam Effendy (1998). Kriteria Sifat masalah
Bobot 1
Kemungkinan masalah untuk dipecahkan
2
Potensi masalah untuk dicegah
1
Menonjolnya masalah
1
Skor Aktual =3 Risiko =2 Potensial =1 Mudah =2 Sebagian =1 Tidak dapat = 0 Tinggi =3 Cukup =2 Rendah =1 Segera diatasi = 2 Tidak segera diatasi = 1 Tidak dirasakan adanya masalah = 0
Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :
Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat
Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikaitkan dengan bobot
Jumlahkan skor untuk semua criteria
Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5)
b. Rencana Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan. Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan tersier (Padila, 2012). Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di keluarga. Sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga. Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi nantinya adalah sebagai berikut : 1) Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai masalah 2) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum diketahui dan meluruskan mengenai intervensi/interpretasi yang salah. 3) Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang faktorfaktor penyebab, tanda dan gejala, cara menangani, cara perawatan, cara mendapatkan pelayanan kesehatan dan pentingnya pengobatan secara teratur. 4) Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk kesehatan. 5) Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang telah diketahui dan apa yang telah dilaksanakan.
4.
Pelaksanaan Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu : a.
Sumber daya keluarga
b. Tingkat pendidikan keluarga c.
Adat istiadat yang berlaku
d. Respon dan penerimaan keluarga e.
Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.
5. Evaluasi Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kerangka kerja valuasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai criteria evaluasi bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai (Friedman,1998) Evaluasi disusun mnggunakan SOAP dimana : S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan. O : Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang obyektif. A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif. P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis (Suprajitno,2004)
DAFTAR PUSTAKA
Allender, JA & Spradley, B. W. (2001). Community as Partner, Theory and Practice Nursing. Philadelpia : Lippincott Carpenitti, L. J. 2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta :EGC Friedman, M. M. (1988). Keperawatan Keluarga:Teori dan Praktek Edisi 3. Jakarta : EGC. Harmoko. (2012 ). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Padila.(2012). Buku Ajar KeperawatanKeluarga. Yogyakarta: NuhaMedika. Setiadi.(2008). Konsep& Proses KeperawatanKeluarga.Yogyakarta :GrahaIlmu. Supraji, (2004).Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC Susanto,T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori Pada Praktik Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.