Lp Janin Letak Rendah.docx

  • Uploaded by: Novia Wiyanti
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Janin Letak Rendah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,687
  • Pages: 10
LAPORAN PENDAHULUAN “PLASENTA LETAK RENDAH”

Disusun oleh: Novia Wiyanti 201810420311041

PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2018

A. Pengertian Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen bawah uterus, baik posterios maupun anterior, sehingga perkembangan plasenta yang sempurna menutupi os serviks. (Varney, 2007) Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawaj uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak di bagian astas uterus. (Prawirohardjo, 2007) B. Etiologi Menurut Prawirohardjo (2007) Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan – keadaan yang endometriumnya kirang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini biasa ditemukan pada: 1. Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek. 2. Mioma uteri. 3. Kuretasi yang berulang. 4. Umur lanjut. 5. Bekas seksio sesarea. 6. Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain. Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari 20 batang sehari). Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas atau mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutup ostium uteri internum. Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang rendah

dekat ostiumuteri internum. Plasenta previa juga dapat terjadi plasenta yang besar dari luas, seperti pada eritroblastis, diabetes mellitus, atau kehamilan multiple. C. Klasifikasi Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu. Disebut plasenta previa totalis apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta. Plasenta parsialis apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta, dan plasenta previa marginalis apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan. Plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus, akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir, disebut plasenta letak rendah. Pinggir plasenta berada kira – kira 3 atau 4 cm di atas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir. Karena klasifikasi ini tidak didasari pada keadaan anatomik melainkan fisiologik, maka klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Umpamanya, plasenta previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa parsialis pada pembukaan 8 cm. Tentu saja observasi ini akan terjadi dengan penanganan yang baik. (Prawirohardjo. 2007) D. Tanda dan gejala Tanda utama plasenta previa adalah pendarahan pervaginam yang terjadi tiba – tiba dan tanpa disertai nyeri. Hal ini terjadi selama trimester ketiga dan kemungkinan disertai atau dipicu oleh iritabilitas uterus. Seorang wanita yang sedang bersalin, tetapi mengalami pendarahan pervaginam tanpa nyeri pada trimester ketiga,harus dicurigai mengalami plasenta previa. Malpresentasi (sungsang, letak lintang, kepala tidak menancap) adalah kondisi yang umum ditemukan karena janin terhalang masuk ke segmen bawah rahim. (Varney, 2007)

Gejala yang lainnya adalah : 1. Gejala yang terpenting ialah pendarahan tanpa nyeri. Pasien mungkin berdarah sewaktu tidur dan sama sekali tidak terbangun. Baru waktu ia bangun, ia merasa bahwa kainnya basah. Biasanya pendarahan pada plasenta previa baru timbul setelah bulan ketujuh. Hal ini di sebabkan oleh : a. Pendarahan sebelum bulan ke tujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari abortus. b. Perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakan antara plasenta dan dinding rahim. Keterangannya sebagai berikut: Setelah bulan ke-4 terjadi regangan pada dinding rahim karena isi rahim lebih cepat tumbuhnya dari rahim sendiri. akibatnya istmus uteri tertarik menjadi bagian dinding korpus uteri yang disebut segmen bawah rahim. Pada plasenta previa, tidak mungkin terjadi tanpa pergeseran antara plasenta dan dinding rahim. Saat perdarahan bergantung pada kekuatan insersi plasenta dan kekuatan tarikan pada istmus uteri. Jadi, dalam kehamilan tidak perlu ada his untuk menimbulkan perdarahan, tetapi sudah jelas dalam persalinan his pembukaan menyebabkan perdarahan karena bagian plasenta di atas atau dekat ostium akan terlepas dari dasarnya. Perdarahan pada plasenta previa terjadi karena terlepasnya plasenta dari dasarnya. Perdarahan pada plasenta previa bersifat berulang – ulang karena setelah terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding rahim. Oleh karena itu, regangan dinding rahim dan tarikan pada serviks berkurang, tetapi dengan majunya kehamilan regangan bertambah lagi dan menimbulkan perdarahan baru. 2. Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul. 3. Ukuran panjang rahim berkurang maka pada plsenta previa lebih sering disertai kelainan letak jika perdarahan disebabkan oleh plasenta previa lateral dan marginal serta

robekannya marginal, sedangkan plasenta letak rendah, robekannya beberapa sentimeter dari tepi plasenta. 4. Perdarahan berulang. 5. Warna perdarahan merah segar 6. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah 7. Timbulnya perlahan-lahan. 8. Waktu terjadinya saat hamil 9. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi 10. Denyut jantung janin ada 11. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina 12. Presentasi mungkin abnormal (Sarwono. 2007)

E. Patofisiologi Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran SBR dan pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarikan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal (Kapita Selekta Kedokteran, 2005) F. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Ultasonografi ( USG ). Pemeriksaan ini dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi palsenta terhadap ostium. Bila tidak dijumpai plasenta previa, lakukan pemeriksaan inspekulo

untuk melihat sumber perdarahan lain ( serviks, fornik, atau dinding vagina ) dan tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya dan tidak menimbulkan rasa nyeri. b. Pemeriksaan darah : Hemoglobin dan hematokrit c. Pemeriksaan inspekulo, adanya darah dari ostium uteri eksernum d. Transvaginal Ultrasonografi dengan keakuratan dapat mencapai 100 % identifikasi plasenta previa e. Transabdominal ultrasonografi dengan keakuratan berkisar 95 % f. MRI dapat digunakan untuk membantu identifikasi plasenta akreta, inkreta, dan plasenta perkreta (Prawiroharjo,2006)

G. Diagnosa a. Anamnesis. Pedarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa rasa nyeri, tanpa alasan terutama pada multigravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat di nilai dari anamnesa, melainkan dari pemeriksaan hematokrit. b. Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan luar, Inspeksi. c. Perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit, darah beku dan sebagainya. Kalau telah berdarah banyak maka ibu kelihatan anemis Palpasi d. Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah e. Sering dijupai kesalahan letak janin f. Bagian terbawah janin belum turun , apabila letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak di atas pintu atas panggul g. Terdapat bantalan pada segmen bawah rahim terutama pada ibu yang kurus.

H. Penatalaksanaan 1. Perawatan konservatif berupa : Istirahat, Memberikan hematinik dan spasmolitik untuk mengatasi anemia, Memberikan antibiotik bila ada indikasi, Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit 2. Pemantauan tanda – tanda vital 3. Terapi, Pengobatan plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu : a. Ekspektatif: Dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar banginya kecil sekali. Syarat terapi ini : keadaan ibu dan anak masih baik ( Hb- nya normal ), perdarahan tidak banyak, kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit, Belum ada tanda – tanda inpartu (Ladewig, 2006) Pada terapi ini, pasien dirawat di rumah sakit sampai berat anak ± 2500 gram atau kehamilan sudah sampai 37 minggu. Selama terapi dilakukan pemeriksaan USG untuk menentukan letak plasenta.Pemberian antibiotic mengingat kemungkinan terjadi infeksi yang besar akibat perdarahandan tindaka – tidakan intrauterine serta diberikan Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin. b. Terminasi : Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa maut, misalnya : kehamilan cukup bulan, perdarahan banyak,parturien, dan anak mati. Dengan cara : 

Seksio sesarea Prinsip

utama

dalam

melakukan

seksio

sesarea

adalah

untuk

menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan. Tujuan seksio sesarea : -

Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga serviks

uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri. -

Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin dilahirkan pervaginam Persiapan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu dan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan masuk-keluar.



Melahirkan pervaginam Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : -

Amniotomi dan akselerasi Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/marginalis dengan pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah, akselerasi dengan infus oksitosin.

-

Versi Braxton Hicks Tujuan melakukan versi Baxton Hicks ialah mengadakan tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup. (Ladewig, 2006)



Traksi dengan Cunam Willet

Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan plasenta dan seringkali menyebabkan pendarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikejakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan tidak aktif (Ladewig, 2006) I. Komplikasi Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena perdarahan, plasentitis, endometritis pascasalin. Pada Janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti asfiksia berat. Pada Plasenta akreta plasenta implantasi dan kuat pada dinding uterin, yang menyebabkan sulitnya plasenta terlepas secara spontan plasenta saat melahirkan. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan hebat dan perlu operasi histerektomi. Keadaan ini jarang, tetapi sangat khas mempengaruhi wanita dengan plasenta previa atau wanita dengan sesar sebelumnya atau operasi uterus lainnya. 

Bahaya untuk ibu pada plasenta previa, yaitu : syok hipovolemik, infeksi – sepsis, emboli udara ( jarang ), kelainan koagulopati sampai syok, kematian



Bahaya untuk anak, yaitu : Hipoksia, Anemi, Gawat janin

Daftar Pustaka FKUI. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius Ladewig, Patricia W. 2006. Buku Saku Asuhan Ibu & Bayi BAru Lahir,Ed.5. Jakarta :EGC Prawiroharjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBP – SP Prawiroharjo, Sarwono. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :YBP – SP Prawiroharjo,Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP Stright, Barbara R. 2005. Keperawatan Ibu – Bayi Baru Lahir edisi 5. Jakarta : EGC Varney,Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed.4 Vol.1. Jakarta : EGC

Related Documents

Letak
June 2020 16
Letak Geografis
December 2019 32
Letak 40
October 2019 23
Letak Afano
October 2019 22
Letak Geografis
June 2020 13

More Documents from "Rezki Arham AR"