Lp Gastritis Vv.docx

  • Uploaded by: Ar. Megawahyuni
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Gastritis Vv.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,333
  • Pages: 17
Departemen Keperawatan Gawat Darurat

BAB I KONSEP MEDIS A. Defenisi Gastitis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus, atau lokal yang di sebabkan oleh bakteri atau obatobatan. Gastritis juga merupakan inflamasi dari mukosa lambung. Gambaran klinis yang ditemukan berupa dispepsia atau indigesti (Mansjoer, 2010). Gastritis adalah peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Erosi karena perlukaan hanya pada bagian mukosa. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung dan submukosa lambung yang bersifat secara akut, kronis, difus atau lokal akibat infeksi dari bakteri, obat-obatan dan bahan iritan lain, sehingga menyebabkan kerusakan-kerusakan atau perlukaan yang menyebabkan erosi pada lapisan-lapisan tersebut dengan gambaran klinis yang ditemukan berupa dispepsia atau indigesti. Gastritis diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Gastritis Akut Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya adalah: a. Gastritis akut erosive, disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung). b. Gastritis akut hemoragic, disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambung dalan berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontunuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut.

Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar

1

Departemen Keperawatan Gawat Darurat 2. Gastritis Kronis Gastritis kronis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronik diklasifikasikan dengan tiga perbedaan sebagai berikut : a. Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan ; edema , serta perdarahan dan erosi mukosa. b. Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh lapisan mukosa pada perkembanganya dihubungkan dengan ulkus dan kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel chief. c. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodulnodul pada mukosa lambung yang bersifat iregular, tipis, dan hemoragik. B. Etiologi Penyebab dari gastritis antara lain : 1. Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid / OAINS (indometasin, ibuprofen, dan asam salisilat), sulfonamide, steroid, kokain, agen kemoterapi (mitomisin,

5-fluora-2-deoxyuriine),

salisilat,

dan

digitalis

bersifat

mengiritasi mukosa lambung. 2. Minuman beralkohol ; seperti : whisky,vodka, dan gin. 3. Infeksi bakteri ; seperti H. pylor (paling sering), H. heilmanii, streptococci, staphylococci, proteus spesies, clostridium spesies, E. coli, tuberculosis, dan secondary syphilis. 4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus 5. Infeksi jamur ; candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycosis. 6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks usus lambung.

Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar

2

Departemen Keperawatan Gawat Darurat 7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan . makanan berbumbu dan minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen iritasi mukosa lambung. 8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu ( komponen penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa lambungsehingga menimbulkan respon peradangan mukosa. 9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke lambung. 10. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan mekanisme pertahanan umtuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung. C. Patofisiologi 1. Gastritis Akut Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obatobatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang mengalami strees akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus), yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) didalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilitasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat enzim yang memproduksi asam klorida atau HCl, terutama daerah fundus.Vasodilitasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa pengelupasan. Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar

3

Departemen Keperawatan Gawat Darurat Pengelupasan sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi memicu timbulnya pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan(Price dan Wilson, 2011). 2. Gastritis Kronis Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory (H. pylory) Gastritis Kronis dapat diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B, tipe A ( sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus

dari

lambung.

Tipe

B

(kadang

disebut

sebagai

gastritis)

mempengaruhi antrum dan pylorus (ujung bawah lambung dekat duodenum) ini dihubungkan dengan bakteri Pylory. Faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan atau obat-obatan dan alkohol, merokok, atau refluks isi usus kedalam lambung (Smeltzer dan Bare, 2012). D. Manifestasi Klinik Gambaran klinis pada gastritis yaitu: 1. Gastritis Akut, gambaran klinis meliputi: a. Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan hemoragi. b. Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual, dan anoreksia. disertai muntah dan cegukan. c. Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik. d. Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus. e. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu mungkin akan hilang selama 2 sampai 3 hari. (Smeltzer, 2012) Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar

4

Departemen Keperawatan Gawat Darurat

2. Gastritis Kronis Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi vitamin B12 . pada gastritis tipe B, pasien mengeluh anoreksia ( nafsu makan menurun ), nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam di mulut, atau mual dan muntah. (Smeltzer dan Bare, 2012) E. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan dignostik gastritis meliputi: 1. Radiology: sinar x gastrointestinal bagian atas 2. Endoskopy : gastroscopy ditemukan muksa yang hiperemik 3. Laboratorium: mengetahui kadar asam hidroklorida 4.

EGD (Esofagagastriduodenoskopi): tes diagnostik kunci untuk perdarahan gastritis, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat ulkus jaringan atau cidera

5. Pemeriksaan Histopatologi: tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah melewati mukosa muskularis. 6. Analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklorik dan pembentukan asam noktura 7. Feses: tes feses akan positifH. PyloryKreatinin : biasanya tidak meningkat bila perfusi ginjal di pertahankan. 8. Amonia: dapat meningkat apabila disfungsi hati berat menganggu metabolisme dan eksresi urea atau transfusi darah lengkap dan jumlah besar diberikan. 9. Natrium: dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap simpanan cairan tubuh.

Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar

5

Departemen Keperawatan Gawat Darurat 10. Kalium: dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat atau muntah atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat terjadi setelah trasfusi darah. 11. Amilase serum: meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga gastritis. F. Komplikasi Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada gastritis adalah: 1. Perdarahan saluran cerna bagian atas 2. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbs vitamain B12 G. Penatalaksanaan 1. Pengobatan pada gastritis meliputi: a. Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung b. Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejalagejala mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat. c. Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung. d. Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang menyebabkan iritasi. e. Pembedahan:

untuk

mengangkat

gangrene

dan

perforasi,

Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi pilorus. 2. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi: Gastritis akut Diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi danjurkan. Bila gejala menetap, cairan Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar

6

Departemen Keperawatan Gawat Darurat perlu

diberikan

secara

parenteral.

Bila

perdarahan

terjadi,

maka

penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. a. Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum ( missal : alumunium hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka encer b. Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena bahaya perforasi. Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida, serta cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene atau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau reseksi lambungmungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istiratahat, mengurangi stress dan memulai farmakoterapi. H. Pilory data diatasi dengan antibiotic ( seperti tetrasiklin atau amoksisilin ) dan garam bismu ( pepto bismo ). Pasien dengan gastritis A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap factor instrinsik. 3. Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi: a. Tirah baring b. Mengurangi stress c. Diet Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral pada interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding, agar-agar dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah 12 – 24 jam dan kemudian makanan-makanan berikutnya ditambahkan secara Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar

7

Departemen Keperawatan Gawat Darurat bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang kronis biasanya berespon terhadap diet sehingga harus menghindari makanan yang berbumbu banyak atau berminyak.

BAB II KOSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Identitas diri klien a. Pasien (diisi lengkap) : Nama, Tempat/Tgl. Lahir, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Status Perkawinan, Agama, Suku Bangsa, Pendidikan, Pekerjaan, Lama bekerja, Tgl Masuk RS. b. Penanggung Jawab (diisi lengkap) : Sumber informasi, Keluarga terdekat yang dapat dihubungi, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat. 1. Riwayat Kesehatan a. Keluhan utama, biasanya ditemukan rasa nyeri pada ulu hati dimana nyeri muncul secara tiba-tiba. b. Riwayat penyakit sekarang, yaitu tanda dan gejala yang menyertai keluhan utama. c. Riwayat penyakit dahulu, yaitu apakah klien pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya atau penyakit yang menyebabkan bertambah parahnya gastritis. d. Riwayat penyakit keluarga, yaitu apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama. 2. Pengkajian perkebutuhan dasar manusia a. Pola Pemeliharaan Kesehatan

Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar

8

Departemen Keperawatan Gawat Darurat Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi terhadap arti kesehatan dan penatalaksanaan kesehatan, kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan. b. Pola Nurtisi –Metabolik Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah, makanan kesukaan. c. Pola Eliminasi Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan Kulit. Kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri, disuri dll), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi, Karakteristik urin dan feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih dll. d. Pola Latihan-Aktivitas Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi. Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh dan kesehatan berhubungan satu sama lain, Range Of Motion (ROM), riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama dan kedalaman nafas, bunyi nafas riwayat penyakit paru. e. Pola Kognitif Perseptual Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif.Pola persepsi sensori meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif didalamnya mengandung kemampuan daya ingat klien terhadap persitiwa yang telah lama terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan orientasi klien terhadap waktu, tempat, dan nama (orang, atau benda yang lain).Tingkat pendidikan, persepsi nyeri dan penanganan nyeri, kemampuan untuk mengikuti, menilai nyeri skala 0-10, pemakaian alat bantu dengar, melihat, kehilangan bagian tubuh atau fungsinya, tingkat kesadaran, Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar

9

Departemen Keperawatan Gawat Darurat orientasi pasien, adakah gangguan penglihatan, pendengaran, persepsi sensori (nyeri), penciuman dan lain-lain.

f. Pola Istirahat-Tidur Menggambarkan Pola Tidur, istirahat dan persepasi tentang energi. Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh letih. g. Pola Konsep Diri-persepsi Diri Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan. Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ide diri sendiri. Manusia sebagai system terbuka dimana

keseluruhan

bagian

manusia

akan

berinteraksi

dengan

lingkungannya. Disamping sebagai system terbuka, manuasia juga sebagai mahkluk bio-psiko-sosio-kultural spriritual dan dalam pandangan secara holistik.Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri., dampak sakit terhadap diri, kontak mata, isyarat non verbal, ekspresi wajah, merasa tak berdaya, gugup atau relaks. h. Pola Peran dan Hubungan Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien.Pekerjaan, tempat tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku yang passive/agresif terhadap orang lain, masalah keuangan dll. i. Pola Reproduksi/Seksual Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid,

Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar

10

Departemen Keperawatan Gawat Darurat pemeriksaan mamae sendiri, riwayat penyakit hubungan seksual, pemeriksaan genital. j. Pola mekanisme koping Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan penggunaan systempendukung. Penggunaan obat untuk menangani stress, interaksi dengan orang terdekat, menangis, kontak mata, metode koping yang biasa digunakan, efek penyakit terhadap tingkat stress. k. Pola Keyakinan Dan Spiritual Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk spiritual.Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya.Agama, kegiatan keagamaan dan budaya,berbagi denga orang lain,bukti melaksanakan nilai dan kepercayaan, mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama selama sakit. B. Diagnosa Keperawatan 1.

Nyeri akut berhubungan dengan agen injury (biologi, kimia, fisik dan psikologis)

2.

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.

3.

Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan melalui rute normal (perdarahan, mual, muntah, anoreksia)

4.

Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi proses pengobatan

5.

Intolerensi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, tirah baring dan imobilitas, gaya hidup kurang gerak.

Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar

11

Departemen Keperawatan Gawat Darurat C.

Intervensi Keperawatan

Rencana Keperawatan No

Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil

1

Nyeri akut berhubungan dengan agen injury (biologi, kimia, fisik dan psikologis)

Intervensi

NOC NIC a. Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara b. pain control, komprehensif termasuk lokasi, c. comfort level karakteristik, durasi, frekuensi dan Setelah dilakukan tindakan keperawatan kualitas nyeri. selama …. Pasien tidak mengalami R : mengetahui tingkat neyri yang nyeri, dengan kriteria hasil: dirasakan pasien 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu 2. Observasi reaksi nonverbal dari penyebab nyeri, mampu ketidaknyamanan menggunakan tehnik R : reaksi nonverval dapat menunjukkan nonfarmakologi untuk tingkat nyeri yang dirasakan pasien mengurangi nyeri, mencari 3. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: bantuan) napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres 2. Melaporkan bahwa nyeri hangat/ dingin berkurang dengan menggunakan R : teknik non-farmakologi dapat manajemen nyeri membantu pasien untuk mengurangi nyeri 3. Mampu mengenali nyeri (skala, yang dirasakan intensitas, frekuensi dan tanda 4. Kolaborasi pemberian obat analgetik nyeri) R : pemberian analgetik dapat 4. Menyatakan rasa nyaman setelah mengurangi nyeri nyeri berkurang 5. Berikan informasi tentang nyeri seperti

Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar

12

Departemen Keperawatan Gawat Darurat 5.

2

3

Tanda vital dalam rentang normal

penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur R : menambah pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit yang dialami

Ketidakseimbangan NOC NIC nutrisi: kurang dari Nutritional Status : 1. Kaji kemampuan pasien untuk kebutuhan tubuh - Food and Fluid Intake mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan berhubungan dengan mual, Setelah dilakukan tindakan keperawatan R : mengetahui kemampuan pasien dalam muntah, anoreksia. selama………..pasien menunjukkan : memenuhi nutrisinya a. Adanya peningkatan berat badan 2. Pantau BB klien sesuai dengan tujuan R : Mengetahui status nutrisi klien b. Berat badan ideal sesuai dengan 3. Ajarkan pasien bagaimana membuat tinggi badan catatan jadwal makanan harian. c. Mampu mengidentifikasi R : membantu klien untuk makan tepat kebutuhan nutrisi waktu d. Tidak ada tanda tanda malnutrisi 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan komsumsi Fe dan vitamin R : Meningkatkan status nutrisi klien 5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. R : menentukan jenis makanan untuk memperbaiki status nutrisi klien Resiko kekurangan volume NOC : NIC cairan berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Mengumpulkan dan menganlisis data dengan kehilangan selama…… kekurangan volume cairan pasien untuk mengatur keseimbangan berlebihan melalui rute dapat dicegah dengan dibuktikan oleh cairan

Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar

13

Departemen Keperawatan Gawat Darurat normal (perdarahan, mual, keseimbangan cairan, keseimbangan muntah, anoreksia) elektrolit dan asam basa, hidrasi, dan status nutrisi: asupan makanan dan cairan.

2.

3.

4.

5.

4

Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau menghadapi proses pengobatan

NOC - Kontrol kecemasan - Koping Setelah dilakukan asuhan selama …… kecemasan klien teratasi dgn kriteria hasil: 1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas 2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk

Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar

14

R : mengetahui aupan cairan klien Pantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan cairan. R : Mengetahui jumlah cairan yang mungkin hilang pada klien Berikan dan pantau cairan dan obat intravena R : menjaga volume cairan tetap seimbang. Meningkatkan keseimbangan elektrolit dan mencegah komplikasi akibat kadar elektrolit tidan normal R : mencegah terjadinya kekurangan volume cairan Ubah posisi klien trendelemburg atau tinggikan tungkai klien jika terjadi hipotensi R : membantu memulihkan klien.

NIC Anxiety Reduction (penurunan kecemasan) 1. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan R : mengidentifikasi penyebab cemas klien 2. Gunakan pendekatan yang menenangkan R : memberikan rasa nyaman kepada pasien 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang

Departemen Keperawatan Gawat Darurat mengontol cemas 3. Vital sign dalam batas normal 4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

4. 5.

6.

7.

5

Intolerensi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, tirah baring dan imobilitas, gaya hidup kurang gerak.

dirasakan selama prosedur R : agar klien dapat mengerti dan memahami prosedur yang akan dilaksanakan Dengarkan klien dengan penuh perhatian R : Membantu mengurangi cemas klien Instruksikan kepada pasien untuk menggunakan teknik relaksasi R : dapat mengurangi kecemasan pasien Libatkan keluarga untuk mendampingi pasien R : support dari keluarga dapat mengurangi kecemasan pasien Kolaborasi pemberian obat anti cemas R : pemberian obat cemas dapat menurunkan kecemasan pasien

NOC: NIC Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji tingkat kemampuan klien dalam selama …. pasien menunjukkan beraktivitas pengetahuan tentang proses penyakit R : mengetahui tingkat kemampuan klien dengan kriteria hasil: dalam melakukan aktivitas 1. Menunjukkan toleransi aktivitas, 2. Observasi TTV yang dibuktikan oleh indikator R : membantu memantau tingkat sebagai berikut (seebutkan 1-5: kelemahan klien gangguan eksterm, berat, sedang, 3. Libatkan keluarga dalam membantu ringan atau tidak mengalami aktivitas sehari-hari gangguan) R : membantu klien memenuhi 2. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik kebutuhannya

Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar

15

Departemen Keperawatan Gawat Darurat yang dibutuhkan dengan peningkatan normal denyut jantung, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah serta memantau pola dalam batas normal 3. Menampilkan kehidupan aktivitas sehari-hari (AKS) dengan beberapa bantuan (misalnya, eliminasi dengan bantuan ambulasi)

Ar. Megawahyuni, S.Kep. (70900118036) Profesi Ners Angkatan XIV UIN Alauddin Makassar

16

4. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien R : membantu klien memenuhi kebutuhannya 5. Meningkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yangt dapat ditoleransi R : membantu klien memenuhi kebutuhan secara mandiri

DAFTAR PUSTAKA Bilotta, Kimberly A.J. 2011. Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawatan. Jakarta : EGC. Bulechek, Gloria M, et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC), Sith Edition. USA: Elsevier Brunner & Suddarth, 2012. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 3. Jakarta : EGC. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC. Junadi, P. 2012. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke III. FKUI: Jakarta. Mansjoer, Arif. Dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta : Media Aesculapius. Nasar, I Made. 2010. Buku Ajar Patologi II (Khusus). Jakarta: CV. Sagung Seto. PPNI (2017). Standar Diagnosis Kepertawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi I, Cetakan III. Jakarta: DPP PPNI. PPNI. 2018. Standar Intervensi Kepertawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi I, Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI. Price & Wilson, 2010, Pathofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,. Jakarta: Penerbit EGC Staf Pengajar Patologi Anatomi FKUI, 2013, Patologi. Jakarta. Wilkinson, Judith M and Nancy R Ahern. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawtan: Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

17

Related Documents

Gastritis Lp
June 2020 0
Lp Gastritis Vv.docx
November 2019 7
Gastritis
April 2020 29
Gastritis
May 2020 21
Gastritis
June 2020 19

More Documents from "api-19916399"

Lp Febris.docx
November 2019 7
Lp Gastritis Vv.docx
November 2019 7
Lp Ckd.docx
November 2019 13
Proposal.docx
December 2019 23