Lp Gastritis Epi Gerontik.docx

  • Uploaded by: Evi Aja
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Gastritis Epi Gerontik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,090
  • Pages: 12
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS A. Definisi Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada epigastrium, mual dan muntah (Suratun, 2010). Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut (Hirlan, 2009). Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastra yaitu berarti perut atau lambung dan berarti inflamasi atau peradangan, Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemua itu mengakibatkan peradangan pada lambung (Herdman, 2014). Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat menyimpulkan bahwa gastritis merupakan peradangan yang terjadi pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut maupun kronis. B. Etiologi Menurut jenisnya gastritis dibagi menjadi 2 : 1. Gastritis Akut Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya adalah gastritis akut erosif disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung) sedangkan gastritis akut hemoragic disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan pada mukosa lambung yang menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut (Muttaqin, 2011).

2. Gastritis Kronis Gastritis kronis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun (Muttaqin, 2011). Gastritis kronis dibedakan menjadi 3 yaitu sebagai berikut : a. Gastritis superfisial dengan gejala kemerahan, edema, dan erosi mukosa. b. Gastritis atrofik yaitu peradangan terjadi diseluruh lapisan mukosa pada perkembanganya dihubungkan dengan ulkus dan kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel chief. c. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-nodul pada mukosa lambung yang bersifat iregular, tipis, danhemoragik . C. Etiologi Menurut (Bararah, T dan Jauhar, 2013) penyebab dari gastritis adalah sebagai berikut: 1. Infeksi Bakteri. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri Helocobakter Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya di mengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. Pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. Pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjarkelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak.

2. Stres Akut. Stress Fisik akibat penyakit berat atau trauma ( cedera ) yang terjadi tiba – tiba, pembedahan besar, infeksi berat, cideranya sendiri mungkin tidak mengenai lambung seperti terjadi pada luka bakar yang luas atau cedera yang menyebabkan perdarahan hebat. 3. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer. 4. Penyakit Crohn. Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohn’s disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala-gejala gastritis. 5. Penggunaan Alkohol secara berlebihan. Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mucosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun dalam kondisi normal. 6. Kelainan autoimmune. Terjadi karena kelainan Autoimmune, Autoimmune Atropic Gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel – sel yang sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar –kelenjar penghasil asam lambung dan mengganggu produksi faktor intrinsik (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B12) kekurangan

vitamin B12 akhirnya, dapat mengakibatkan Pernicious Anemia, sebuah kondisi yang serius bila tidak segera dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune Atropic Gastritis terutama terjadi pada orang tua. 7. Penyakit Bile Refluk Bile ( empedu ) adalah cairan yang membantu mencerna lemak – lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju keusus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot Sphincter yang berbentuk seperti cincin (Pyloric Valve) akan mencegah empedu mengalir balik kedalam lambung. Tetapi jika katub ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk kedalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan Gastritis. 8. Radiasi dan Kemoterapi Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi yang akan memberikan efek peradangan pada dinding lambung dan selanjutnya dapat berkembang menjadi Gastritis dan Peptic Ulcer, ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar – kelenjar penghasil asam lambung. 9. Faktor-faktor lain Gastritis sering juga dikaitkan dengan kondisi kesehatan lainnya seperti HIV / AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal. D. Patofisologi Menurut (Bararah, T dan Jauhar, 2013) patofisiologi dari gastritis berdasarkan dari jenisnya dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Gastritis Akut Pada orang yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam

lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah perdarahan. 2. Gastritis Kronik Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna makanan, lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan.

E. Pathway

F. Tanda dan Gejala Menurut (Suratun dan Lusianah , 2010) tanda dan gejala dari penyakit gastritis adalah : 1. Gastritis akut Gejala gastritis akut sangat bervariasi , mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. a. Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukosa lambung. b. Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung sehingga terjadi peningkatan asam lambung yang mengakibatkan mual hingga muntah. c. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. 2. Gastritis kronis a. Nyeri ulu hati b. Nausea c. Perasaan penuh, anoreksia d. Distress epigastrik yang tidak nyata e. Cepat kenyang G. Pemeriksaan Penunjang Menurut (Dermawan,dan Rahayuningsih 2009) pemeriksaan penunjang pada pasien dengan gastritis meliputi : 1. Pemeriksaan Darah Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam darah. Hasil test yang positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa Anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat Gastritis.

2. Pemeriksaan Pernafasan Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. Pylori atau tidak. 3. Pemeriksaan Feses Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukan adanya perdarahan pada lambung. 4. Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas Dengan test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dengan sinar-X. Test ini dilakukan dengan cara memesukan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk kedalam Esopagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani test ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsi) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa kelaboratorium untuk diperiksa. Test ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika selesai test ini, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat test ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop. 5. Ronsen Saluran Cerna Bagian Atas Test ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya pasien akan diminta menelan cairan Barium terlebih dahulu sebelum dilakukan Ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dironsen.

H. Penatalaksanaan Gastritis Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta obat-obatan, namun secara spesifik dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Gastritis Akut a. Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi. b. Jika gejala-gejala menetap, diperlukan cairan IV. c. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida, antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor). d. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer atau cuka yang di encerkan. e. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi. f. Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat. g. Penghambat asam, ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi. 2. Gastritis Kronis a. Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi. b. Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk

meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. Pylori. c. H. phylory diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi H.Phylory. d. Terapi terhadap H. Pylori. Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik (Rona, dkk, 2011). I. Komplikasi Menurut (Dermawan, dan Rahayunngsih 2010) komplikasi gastritis dibagi menjadi dua yaitu komplokasi pada gastritis akut dan gastritis kronik. 1. Gastristis akut komplikasinya adalah a. Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematemesis dan melena. Komplikasi ini dapat berakhir syok hemoragik. 2. Gastritis kronis komplikasinya adalah a. Perdarahan saluran cerna bagian atas b. Ulkus peptikum c. Perforasi dan d. Anemia karena gangguan absorbsi vitamain B12

Daftar Pustaka Bararah, T dan Jauhar, M. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat Profesional. Jakarta : Prestasi Pustakaraya Dermawan, D & Rahyuningsih, T. 2010. Keperawatan Medikal Bedah (Sistem Pencernaan). Yogyakarta: Goysen Publishing. Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions & Classification, 2015–2017. 10nd ed. Oxford: Wiley Blackwell. Hirlan. 2009. Gastritis Dalam Ilmu Penyakit Jilid I Edisi V. Jakarta : Interna Publishing. Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika. Rona, dkk. 2010 . Hubungan Pola Makan dengan Timbulnya Gastritis pada Pasien di Universitas Muhammadiyah Malang Medical Center ( UMC ). Malang Suratun, Lusianah. 2010. Asuhan keperawatan Klien Dengan Gangguan sistem Gastrointestinal. Jakarta : Trans Info Media

Related Documents

Gastritis Lp
June 2020 0
Lp Gastritis Vv.docx
November 2019 7
Epi
November 2019 24
Gastritis
April 2020 29
Gastritis
May 2020 21

More Documents from ""