Lp Bayi Preterm.docx

  • Uploaded by: arnia suardi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Bayi Preterm.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,410
  • Pages: 17
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI PRETERM

OLEH :

DWI RACHMAT K. 70300112044 KEP A KEPERAWATAN MATERNITAS

PRODI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2013

1

LAPORAN PENDAHULUAN BAYI PRETERM

I. KONSEP DASAR MEDIK A. Pengertian Definisi bayi pre-term dan berat rendah berdasarkan atas keputusan yang dicapai dalam Kongres Kedokteran Perinatologi Eropa Kedua (1970), yang menyatakan : Bayi lahir hidup, dilahirkan sebelum 37 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir dianggap mempunyai masa gestasi yang diperpendek dan disebut sebagai premature atau pre-term. Bayi dengan berat 2500 gram atau kurang saat lahir dianggap mengalami masa gestasi yang diperpendek, maupun pertumbuhan intrauterus kurang dari yang diharapkan, atau keduanya. Keadaan ini disebut sebagai bayi dengan berat lahir rendah. Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa partus premature adalah pengeluaran buah kehamilan 28-37 minggu atau bayi dengan berat badan 1000-2499 gram. Pada bayi premature, makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan, makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. B. Insiden Kelahiran bayi prematur kadang tidak terhindarkan. Di Indonesia saja ada sekitar 400 ribu bayi dilahirkan prematur setiap tahunnya dari jumlah kelahiran 4,4 juta bayi. Menyelamatkan bayi prematur sangat penting, karena dari 400 ribu bayi yang lahir prematur tersebut, 30 persen atau sekitar 120 ribu bayi meninggal di usia dini. Indonesia sendiri harus bisa menekan angka kematian bayi sebagai upaya mendukung pencapaian Millenium Development Goals (MDGs).

2

Tapi dengan melihat tingginya angka bayi prematur justru berpotensi menambah angka kematian bayi dan tidak maksimalnya kualitas hidup. Badan kesehatan dunia atau WHO menyatakan setiap 2 detik di dunia seorang bayi lahir dengan keadaan berat badan rendah (low birth weight). Di Indonesia, data WHO dan DHS (USAID) menunjukkan bahwa pada tahun 1991, angka kelahiran bayi dengan berat badan rendah adalah 2,6 persen. Angka ini terus meningkat dan pada 2007 mencapai 5,5 persen. Ini menunjukkan terdapat peningkatan angka kelahiran bayi dengan berat badan rendah sebanyak lebih dari dua kali lipat.

C. Etiologi Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm (prematur) adalah : 1. Faktor ibu : a. gizi saat hamil yang kurang b. umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun c. jarak hamil/bersalin terlalu dekat d. penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok) e. faktor bekerja yang terlalu berat 2. Faktor kehamilan a. hamil dengan hidramnion b. hamil ganda c. perdarahan antepartum d. komplikasi hami : pre-eklampsia/eklampsia, KPD 3. Faktor janin a. cacat bawaan b. infeksi dalam rahim 4. Keadaan sosial ekonomi yang rendah

3

5. Faktor kebiasaan 6. Faktor yang masih belum diketahui D. Manifestasi Klinik Tampak luar dan tingkah laku bayi prematur tergantung dari tuanya umur kehamilan. Karakteristik untuk bayi prematur berat lahir < 2500 gr, panjang badan < 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm, umur kehamilan < 37 minggu. Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis-transparan, lanugo banyak, lemah subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus, tangisnya lemah dan jarang, bernafas tidak teratur-sering timbul apnea, jika hal ini sering terjadi dengan tiap serangan lebih dari 20 detik maka kemungkinan timbulnya kerusakan otak yang permanen lebih besar.

E. Patofisiologi Kelahiran prematur yang biasa terjadi disebabkan oleh berbagai faktor yaitu faktor dari ibu sendiri misalnya karena gizi yang kurang, umur ibu, jarak kehamilan ataupun persalinan. Faktor kehamilan seperti adanya hamil ganda, perdarahan antepartum. Faktor janin misalnya karena adanya infeksi dalam rahim. Selain itu juga disebabkan oleh adanya keadaan sosial ekonomi yang rendah, faktor kebiasaan dan faktor yang belum diketahui. Oleh karena pada prematur, umur bayi belum cukup (normal) sehingga perkembangan organ-organ tubuh juga tidak sempurna. Pusat pengaturan napas bayi belum sempurna dan otot pernapasan juga lemah. Kelemahan juga terjadi pada organ pencernaan yaitu motilitas usus berkurang, dan refleks menelan dan mengisap masih lemah. Pembentukan antibody dalam tubuh bayi belum sempurna sehingga berisiko terjadinya infeksi. Selain organ-organ diatas, kelainan juga dijumpai pada hepar dan organ ginjal bayi.

4

F. Penatalaksanaan 1. Kala Pertama persalinan Dapat didukung dan dipantau sesering pada ibu bersalin lainnya. Jika tidak ada komplikasi medis, tanpa vital dan kontraksi harus dipantau seperti persalinan normal. Ibu harus diperbolehkan makan dan minum, berjalanjalan. Asuhan pada Kala Pertama : a. Tetap bergerak dan tegak. Ini akan membantu penetapan posisi janin optimal (penting untuk mendorong kemajuan normal dan desensus yang aman bagi bayi kecil). Berbaring dengan posisi telentang harus dihindari karena meningkatkan abnormalitas DJJ. b. Makan dan minum, tidak ada kontraindikasi. c. Antasida dan penghambat ion hydrogen regular (misalnya ranitidin, simetidin) memberikan manfaat bila diperlukan anestesi darurat. d. Kenyamanan dan penghilang nyeri. Bentuk paling aman penghilang nyeri adalah asuhan, pendukung satu-versus-satu, terus menerus bidan/perawat dalam persalinan karena terbukti dapat mengurangi intervensi dan memperbaiki hasil maternal maupun janin. 2. Kala Kedua Persalinan Bersiaplah untuk melahirkan bayi ke lingkungan hangat, relaks dengan kehadiran orang yang diperlukan, dan persiapan peralatan resusitasi. Berikan bayi langsung kepada ibu untuk kontak kulit-ke-kulit sambil mengkaji kondisi bayi.

5

a. Dilatasi penuh, hindari pemeriksaan vagina untuk menegakkan diagnosis yang sudah jelas. b. Hindari pembatasan waktu yang kaku. Batas waktu jangan diberikan pada durasi kala kedua karena tidak ada hubungannya antara waktu dan hasil neonatal yang buruk. c. Mengejan non-aktif sangat vital untuk menghindari gangguan janin, nilai Apgar rendah. Yakinkan ibu bahwa ia sudah berusaha dengan baik saat mengejan dengan iramanya sendiri. d. Tidak ada manfaatnya melakukan episiotomi dan/atau forseps untuk melindungi kepala bayi preterm yang sedang dilahirkan. Forseps hanya dibenarkan pada kasus gangguan janin yang terdiagnosis. Episiotomi hanya memiliki dua indikasi, pertama untuk gangguan janin akut dan kadang untuk perineum yang kaku. Karena kecilnya kepala bayi preterm, maka perineum yang kaku bukan suatu masalah. e. Vakum tidak dianjurkan pada kelahiran sebelum gestasi 34 minggu karena lunaknya tengkorak bayi.

Asuhan pada Kala kedua : a. Kontak kulit ke kulit dan menunda klem tali pusat harus dipertimbangkan sebagai cara aman memberikan asuhan optimal pada bayi preterm risiko rendah. Langsung berikan bayi ke pelukan ibunya.

6

b. Bila dokter pediatric fleksibel, dan bayi memerlukan pengisapan dan oksiegn, bisa merupakan bonus bila dapat dilakukan dengan tali pusat masih belum diklem dan dalam pelukan ibu. c. Untuk resusitasi yang lebih intensif, bayi perlu dibawa ke resuscitaire yang telah dihangatkan. 3. Kala Ketiga Persalinan Penundaan pengkleman tali pusat sangat penting untuk bayi preterm. Namun, banyak staf tidak menyadari bahwa upaya resusitasi sederhana masih dapat dilaksanakan dengan bayi tetap terhubung dengan tali pusat. o Bahkan

pada

penatalaksanaan

aktif,

penundaan

pengkleman

berhubungan dengan banyak keuntungan termasuh 50% peningkatan volume sel darah merah, yang mengurangi durasi ketergantungan oksigen, dan mengurangi kebutuhan transfusi sel darah merah akibat anemia pada bayi preterm. o Transfusi via tali pusat “lebih cepat” bila bayi digendong di bawah uterus selama 30-60 detik, yang mungkin penting pada bayi distress atau hipovolemik. Penatalaksanaan untuk bayi Preterm : 1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh arena

7

itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam incubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi preamturitas dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang beisi air panas, sehingga suhu badannya dapat dipertahankan. 2. Makanan bayi prematur Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/KgBB dan kalori 110 kal/KgBB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan mengisap cairan lambung. Refleks mengisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 50–60 cc /KgBB/hari. 3. Menghindari infeksi Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi

8

persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik. 4. Perawatan inkubator 5. Pemberian oksigen pada bayi prematur

G. Pemeriksaan Penunjang 1. 2. 3. 4. 5.

Rontgen dada, untuk melihat kematangan paru-paru. Analisa gas Kadar gula darah Kadar kalsium darah Kadar bilirubin.

H. Pencegahan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Tirah baring Obat-obat khusus untuk mengurangi kontraksi rahim Suntikan steroid untuk pematangan paru janin Pemeriksaan klinik Tidak beraktifitas berlebih Menjaga emosi ANC memantau perkembangan ibu dan bayi

I. Komplikasi 1. Asfiksia Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera menangis secara spontan dan teratur stelah lahir(Aminullah,2006, hal 709). 2. Hipotermia Hipotermia adalah peristiwa kehilangan panas yang terjadi bila suhu tubuh bayi turun di bawah suhu normal bayi baru lahir berkisar

9

36,5oC - 37oC (suhu aksila).Gejala hipotermia apabila suhu < 36 oC atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.Hipotermia menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah,

yang mengakibatkan

terjadinya metabolik anerobik, meningkatkan kebutuhan oksigen, mengakibatkan

hipoksemia

dapat

berlanjut

dengan

kematian

(Prawirohardjo, 2006, hal 373). c. Infeksi Bayi prematur mudah sekali diserang infeksi.Ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatifbelum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik(Budjang, 2006, hal 780).

d. Prognosis Prognosis bayi prematur tergantung dari berat ringannya. Masalah perinatal misalnya masa gestasi (makin muda gestasi/ makin rendah berat bayi makin tinggi angka kematian), asfiksia/iskemia otak, sindrom gangguan pernapasan, perdarahan intraventrikuler, infeksi, gangguan metabolik (asidosis hipoglikemia, hiperbilirubinia). Prognosis juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua, dan perawatan pada masa kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinia, hipoglikemia)(Budjang, 2006, hal 783).

10

II. Konsep Keperawatan A. Pengkajian 1. Riwayat Keperawata Untuk pengkajian pada pasien hepatits data-data yang di perroleh tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati. Adapun faktor-faktor utama yang perlu dikaji pada pasien hepatitis : 

Aktvitas / istirahat Gejala



: Kelemahan, kelelahan, malaise umum.

Sirkulasi Tandanya :

Bradikardi (hiperbilirubinemia berat), ikterik pada sklera, kulit dan membran mukosa.



Eliminasi Gejala

: Urine gelap Diare/konstipasi; warna tanah liat Adanya/berulangnya haemodialisa.



Makanan/cairan Gejalanya : Hilangnya napsu makan (anoreksia), penurunan berat badan atau peningkatan (edema), mual/muntah. Tanda



Neorosensori Tanda



: Asites

: Peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.

Nyeri/kenyamanan Gejalanya : Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, mialgia, artralgia, sakit kepala, gatal (pruritus) Tanda



: Otot tegang, gelisah.

Pernapasan Gejalanya : Tidak minat atau enggan merokok (perokok)



Keamanan Gejalanya : Adanya transfusi darah/produk darah Tanda

: Demam

11

Urtikaria, lesi makulo papular, eritema tak beraturan, eksaserbasi jerawat, angioma jaringan, eritema palma, ginekomastia (kadang ada pada hapatitis alkoholik), splenomegali, pembesaran nodus servikal posterior. 

Seksualitas Gejalanya : Pola hidup/prilaku meningkat resiko terpajan (contoh homo seksual aktif, biseksual pada wanita.

2. Pemeriksaan Fisik Keperawatan a. Vital sign 1) Tekanan darah 2) Suhu tubuh 3) Respirasi 4) Denyut nadi b. Sistem persistem 1) Sistem pernafasan 2) Sistem kardiovaskuler 3) Sistem pencernaan 4) Sistem indera 5) Sistem persarafan 6) Sistem muskuloskeletal 7) Sistem integumen 8) Sistem endokrin 9) Sistem perkemihan 10) Sistem reproduksi 11) Sistem Imun 3. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan 4. Test Diagnostik

12

B. Penyimpangan KDM Faktor resiko higiene & sanitasi buruk

Rentan terhadap infeksi virus hepatitis

Invasi virus ke dalam tubuh

Masuk sirkulasi

Masuk dalam aliran vena hepatikus

Virus berkembang biak dalam sel hati

Kerusakan pada hepar

Proses peradangan sel hati

Produksi garam empedu ↓

Kerusakan jaringan hepar

Suasana duadenum menjadi asam

Pelepasan zat proteolitik

Pembatasan aktivitas

Merangsang ujung saraf

Perubahan aktivitas rutin

Terjadi imflamasi sel hati

Mengiritasi duadenum

Impuls iritatif ke otak

Ditransmisikan ke kortex serebri melalui talamus

Gejala GI

Nyeri

Rangsangan M.Oblongata

Mual muntah

Fungsi hepar terganggu

Efek gravitasi pada gerakan feses

Feses menjadi keras

Konstipasi

Gangguan metabolisme KH, Protein dan Lemak

Anoreksia KH tidak dapat simpan Intake kurang Energi yang dihasilkan berkurang

Kelemahan

Defisit perawatan diri

Nutrisi kurang

13

C. Diagnosa keperawatan Berdasarkan hasil pengkajian tersebut, maka di temukan beberapa diagnosa keperawatan pada klien dengan hepetitis yaitu : 1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

D. Intervensi keperawatan 1. Diagnosa :Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar Tujuan : Klien akan mengatakan nyeri berkurang. Kriteria Hasil : a. Klien dapat beradaptasi dengan nyeri. b. Klien berada pada skala nyeri 2-3 pada skala 0-10. c. Tanda vital dalam batas normal : TD : 110/80 mmHg N

: 60 - 100 / menit

P

: 16 - 22 / menit

S

: 36 - 37o C

Intervensi : a.

Kaji keluhan nyeri, lokasi , dan skala nyeri.

b.

Pertahankan tirah baring ketika klien mengalami nyeri abdomen.

c.

Beri posisi yang menyenangkan .

d.

Lakukan massase pada proksimal kuadran hipokondria kanan.

e.

Anjurkan klien napas dalam bila mengalami nyeri.

f.

Beri pakaian yang longgar.

g.

Penatalaksanaan antibiotik: Amoxicillin tab 3x500 mg sehari.

Rasional : a. Merupakan indikator untuk intervensi selanjutnya. b. Mengurangi kebutuhan metabolik dan melindungi hepar. c. Posisi semi fowler dapat mengurangi penekanan pada diapragma terhadap hepar.

14

d. Meningkatkan sirkulasi darah ke jaringan sehingga transportasi lancar. e. Meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan koping dengan memfokuskan kembali perhatian. f. Menurunkan peningkatan tekanan abdomen sehingga mual, muntah tidak ada yang dapat merangsang nyeri. g. Antibiotika akan menghancurkan bakteri sehingga inflamasi teratasi. 2. Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria hasil : a. Peningkatan BB 1 kg dalam satu bulan. b. Nafsu makan meningkat. c. Klien mampu menghabiskan porsi makan yang diberikan. d. Asupan kalori 2280 kal/ hari Intervensi : a. Kaji pola makan klien. Kaji cara penyajian makanan. b. Observasi pemasukan diet/jumlah kalori dan beri makan dalam porsi kecil dan frekwensi sering sesuai selera. c. Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi klien dan keluarga tertama saat klien sakit. d. Beri umpan balik positif saat klien mau berusaha menghabiskan makanannya. Rasional : a. Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan klien. b. Makanan banyak sulit untuk mengatur bila klien anoreksia. Anoreksia juga paling buruk selama siang hari membuat masukan makanan sulit pada sore hari dan menghindari kejenuhan serta rangsang mual muntah.

15

c. Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat. d. Memotivasi dan meningkatkan semangat makan klien.

E. Evaluasi 1. Klien mengalami peningkatan energi dan berpartisipasi dalam aktivitas 2. Klien mengalami perbaikan status nutrisi 3. Klien dapat terpenuhi kebutuhan cairannya

16

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2, EGC, Jakarta.

Corwin, J. Elizabeth, 2001, Buku Saku Pathofisiologi, EGC, Jakarta.

Mansjoer, Arif dkk., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Medica Aesculapius FKUI, Jakarta.

Suyono, Slamet dkk., 2001, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

17

Related Documents

Lp Bayi Preterm.docx
May 2020 18
Bayi
May 2020 50
Bayi
June 2020 40
Sate Bayi
November 2019 43
Bayi Prematur.docx
November 2019 36
Pembuangan Bayi
June 2020 27

More Documents from ""