A. DEFINISI Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
B.
EPIDEMOLOGI/ INSIDEN KASUS
Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri. Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada semua tingkatan umur, yang beresiko tinggi terjadi gangguan mobilisasi adalah pada orang yang lanjut usia, post cedera dan post trauma.
C.
ETIOLOGI / PENYEBAB
·
Kelainan Postur
·
Gangguan Perkembangan Otot
·
Kerusakan Sistem Saraf Pusat
·
Trauma Langsung pada Sistem Mukuloskeletal dan neuromuscular
·
Kekakuan Otot
·
Tirah baring dan imobilitas
·
Kelemahan secara umum
·
Gaya hidup yang kurang gerak
·
Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan
D. FAKTOR PREDISPOSISI ·
Pengobatan
·
Terapi pembatasan gerak
·
Kurang pengetahuan tentang manfaat pergerakan fisik
·
IMT diatas 75% sesuai dengan usia
·
Kerusakan sensori persepsi
·
Nyeri, tidak nyaman
·
Intolerensi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina
·
Depresi mood dan cemas
·
Keengganan untuk memulai gerak
·
Gaya hidup menetap, tidak fit
·
Malnutrisi umum dan spesifik
·
Kehilangan integrasi struktur tulang
·
Keterbatasan lingkungan fisik dan sosial
·
Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
· Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat disesuaikan dengan umur.
E.
PATOFISIOLOGI terjadinya PENYAKIT
·
Kaki tidak mampu menopang berat badan
·
Perlu bantuan kursi roda untuk berpindah tempat
·
Tangan belum mampu untuk melakukan pekerjaannya secara mandiri
·
Tidak mampu melakukan kegiatan secara mandiri
Intoleransi aktivitas merupakan suatu diagnosa yang lebih mentikberatkan respon tubuh yang tidak mampu untuk bergerak terlalu banyak karena tubuh tidak mampu memproduksi energi yang cukup. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa, untuk bergerak, kita membutuhkan sejumlah energi. Pembentukan energi dilakukan di sel, tepatnya di mitokondria melalui beberapa proses tertantu. Untuk membentuk energi, tubuh memerlukan nutrisi dan CO2. Pada kondisi tertentu, dimana suplai nutrisi dan O2 tidak sampai ke sel, tubuh akhirnya tidak dapat memproduksi energy yang banyak. Jadi, apapun penyakit yang membuat terhambatnya/terputusnya suplai nutrisi dan O2 ke sel, dapat mengakibatkan respon tubuh berupa intoleransi aktifitas. Kita dapat melihat perbedaan orang sehat dengan yang mengalami intoleransi aktivitas adalah ketika mereka melakukan suatu gerakan. Bagi orang normal, berjalan dua tiga meter tidak merasa lelah, akan tetapi bagi pasien yang mengalami intoleransi, bergerak atau berjalan sedikit saja nafasnya sudah terengahengah. Sudah kelelahan. Karena tubuhnya tidak mampu memproduksi energi yang cukup untuk bergerak. Jadi, apapun penyakit yang membuat terhambatnya/terputusnya suplai nutrisi dan O2 ke sel, dengan kata lain mengganggu pembentukan energi dalam tubuh, dapat menimbulkan respon tubuh berupa intoleransi aktifitas.
F.
GEJALA KLINIS
” Tidak mampu bergerak secara mandiri” Dampak fisiologis dari intoleransi aktivitas Efek Hasil Penurunan konsumsi oksigen maksimum Penurunan fungsi ventrikel kiri Penurunan volume sekuncup
Perlambatan fungsi usus Pengurangan miksi Gangguan tidur Intoleransi ortostatik Peningkatan denyut jantung, sinkop Penurunan kapasitas kebugaran Konstipasi Penurunan evakuasi kandung kemih Bermimpi pada siang hari, halusinasi
G. PEMERIKSAAN FISIK a.
Tingkat Kesadaran
b.
Postur / bentuk tubuh
·
Skoliosis
·
Kiposis
·
Lordosis
·
Cara Berjalan
c.
Ekstermitas
·
Kelemahan
·
Gangguan Sensorik
·
Tonus otot
·
Atropi
·
Tremor
·
Gerakan tak terkendali
·
Kekuataan otot
·
Kemampuan jalan
·
Kemampuan duduk
·
Kemampuan berdiri
·
Nyeri sendi
·
Kekakuan sendi
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK / PENUNJANG ” pemeriksaan kekekuatan otot (neuthopografi)”
I.
PROGNOSIS
Apabila ada perubahan mobilisasi, maka setiap sistem tubuh beresiko terjadi gangguan. Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan serta tingkat imobilisasi yang dialami. Misalnya, perkembangan pengaruh mobilisasi lansia berpenyakit kronik lebih cepat dibandingkan dengan klien yang lebih muda.
J.
THERAPHY (tindakan penanganan)
·
Fisiotheraphy
·
Latihan mobilisasi ringan seperti; miring kanan - miring kiri
K. Penatalaksanaan ·
Penatalaksanaan Umum
1.
Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsug sepanjang kehidupan dan episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidupan, moblilitas dan aktivitas tergantung pada fungsi system musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses episodic pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang dapat tImbul akibat imoblitas atau ketidak aktifan. a. Hambatan terhadap latihan Berbagai hambatan mempengaruhi partisipasi dalam latihan secara teratur. Bahaya-bahaya interpersonal termasuk isolasi social yang terjadi ketika teman-teman dan keluarga telah meninggal, perilaku gaya hidup tertentu (misalnya merokok dan kebiasaan diet yang buruk) depresi gangguan tidur, kurangnya transportasi dan kurangnya dukungan. Hambatan lingkungan termasuk kurangnya tempat yang aman untuk latihan dan kondisi iklim yang tidak mendukung. b.
Pengembangan program latihan
Program latihan yang sukses sangat individual, diseimbangkan, dan mengalami peningkatan. Program tersebut disusun untuk memberikn kesempatan pada klien untuk mengembangkan suatu kebiasaan yang teratur dalam melakukan bentuk aktif dari rekreasi santai yang dapat memberikan efek latihan.Ketika klien telah memiliki evaluasi fisik secara seksama, pengkajian tentang factor-faktor pengganggu berikut ini akan membantu untuk memastikan keterikatan dan meningkatkan pengalaman ·
Aktivitas sat ini dan respon fisiologis denyut nadsi sebelum, selama dan setelah aktivitas diberikan)
·
Kecenderungan alami (predisposisi atau penngkatan kearah latihan khusus)
·
Kesulitan yang dirasakan
·
Tujuan dan pentingnya latihan yang dirasaka
·
Efisiensi latihan untuk dirisendiri (derajat keyakinan bahwa seseorang akan berhasil)
c.
Keamanan
Ketika program latihan spesifik telah diformulasikan dan diterima oleh klien, instruksi tentang latihan yang aman harus dilakukan. Mengajarkan klien untuk mengenali tanda-tanda intoleransi atau latihan yang terlalu keras sama pentingnya dengan memilih aktivitas yang tepat. 2.
Pencegahan Sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat aksaserbasi akut dari imobilitas dapat dkurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan. Keberhasilan intervensi berasal dri suatu pengertian tentang berbagai factor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan penuaan. Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan pencegahan komplikasi. Diagnosis keperawaqtan dihubungkan dengan poencegahan sekunder adalah gangguan mobilitas fisik.
·
Penatalaksanaan Terapeutik
Pengobatan terapeutik ditujukan kearah perawatan penyakit atau kesakitan yang dihasilkan atau yang turut berperan terhadap masalah imobilitis dan penanganan konsekuensi aktual atau potensial dari imobilitas. Contoh-contoh pendekatan terhadap penanganan imobilitas meliputi terapi fisik untuk mempertahankan mobilitas dan kekuatan otot, kompresi pneumatik intermiten dan kekuatan otot, kompresi pneumatik intermiten atau stoking kompresi gradien untuk meningkatkan aliran darah vena dan mencegah tromboembolisme, spirometri insesif untuk hiperinflasi alveoli, dan tirah baring, kecuali untuk eliminasi
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN 1.
Tingkatan aktivitas sehari-hari
a.
Pola Aktifitas sehari-hari
b.
Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik
2.
Tingkat kelelahan
a.
Aktivitas yang membuat lelah
b.
Riwayat sesak nafas
3.
Gangguan pergerakan
a.
Penyebab gangguan pergerakan
b.
Tanda dan gejala
c.
Efek dari gangguan pergerakan
4.
Pemeriksaan fisik
a.
Tingkat kesadaran
b.
Postur bentuk tubuh
c.
Ektermitas
B.
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1.
Intoleran aktifitas
Definisi : kondisi dimana seseorang mengalami penurunan energi fisiologis dan psikologis untuk melakukan aktifitas sehari-sehari Kemungkinan berhubungan dengan : a.
kelemahan umum
b.
bedres yang lama (Imobilisasi)
c.
motivasi yang kurang
d.
pembatsan pergerakan
e.
nyeri
2.
Keletihan
Definisi : kondisi dimana seseorang mengalami perasaan letih yang berlebihan secara terus-menerus dan penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak dapat hilang dengan istirahat Kemungkinan b.d: a.
menurunnya produksi metabolisme
b.
pembatasan diet
c.
anemia
d.
ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit
3.
Gangguan mobilitas fisik
Kondisi dimana pasien tidak mampu melakukan pergerakan secara mandiri Kemungkinan b.d: a.
gangguan persepsi kognitif
b.
Imobilisasi
c.
Ganguan neuromuskuler
d.
Kelemahan
e.
Pasien dengan traksi
4.
Defisit perawatan diri
Definisi : Kondisi dimana pasien tidak dapat melkaukan sebagian atau seluruh aktivitas sehari-hari spt; makan, berpakaian dan mandi, dan lain-lain. Kemungkinan b.d: a.
Gangguan neuromoskuler
b.
Menurunnya kekekuatan otot
c.
Menurunnya kontrol otot dan koordinasi
d.
Kerusakan persepsi kognitif
e.
Depresi
f.
Gangguan fisik
C.
Rencana Tindakan dan Rasional
1.
untuk Dx. Keperawatan Intoleransi aktivitas
intervensi : -
Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas
-
Bantu pasien dalam melakukan aktifitas sendiri
-
Catat tanda vital
-
Kolaborasi dengan dokter
-
Lakukan aktivitas yang adekuat
Rasional : -
Merencanakan intervensi dengan tepat
-
Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri.
-
Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas
2.
untuk DX. Keperawatan Keletihan
Intervensi : -
Monitor keterbatasan aktivitas
-
Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri
-
Catat tanda vital sebelum dan sesuadah aktivitas
-
Kolaborasi dengan dokter dalam latihan aktivitas
-
Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet
-
Berikan pendidikan kesehatan.
Rasional : -
Merencanakan intervensi dengan tepat
-
Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri.
-
Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas
3.
untuk Dx. Keperawatan Gangguan mobilitas fisik
Intervensi : -
Pertahanan body alignment dan posisi yang nyaman
-
Cegah pasien jatuh
-
Lakukan latihan aktif maupun pasif
-
Lakukan fisiotheraphy dada dan postural
-
Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi
Rasional : -
mencengah iritasi dan komplikasi
-
mempertahankan keamanan pasien
-
meningkatkan sirkulasi dan mencengah kontraktur
-
meningkatkan fungsi paru
4.
untuk Dx. Keperawatan Defisit Perawatan diri
Intervensi : -
Lakukan kajian kemampuan pasien dalam perawatan diri terutama ADL
-
Jadwalkan jam kegiatan tertentu untuk ADL
-
Jaga privasi dan keamanan pasien
-
Lakukakn latihan aktif dan pasif
-
Monitor tanda vital, tekanan darah, sebelum dan sesudah ADL
Rasional : - memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan -
Perencanaan yang matang dalam melakukan kegiatan sehari-hari
-
Memberikan keamanan
-
Meningkatkan sirkulasi darah.
D. Evaluasi Evaluasi asuhan keperawatan pada klien yang terganggu kesejajaran tubuh dan mobilisasi berdasarkan kriteria hasil setiap tujuan keperawatan, yaitu : -
klien akan mempertahankan rentang gerak pada sendi ekstermitas atas
-
klien akan mengikuti program latihan teratur 3-4kali sehari dengan perencanaan pulang
-
Klien akan melakukan rentang gerak penuh pada sendi yang sakit
-
Tidak ada kontraktur sendi