LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS
A. Definisi Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup di luar kandungan (Nugroho, 2010). Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada sebelum usia 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu dianggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak waktu lahir makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Amru Sofian, 2012).
B. Klasifikasi 1. Abortus Spontan Adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas (usia kehamilan 22 minggu). melalui beberapa tahapan : a. Abortus imminens (kehamilan dapat berlanjut) b. Abortus insipiens (kehamilan tidak akan berlanjut dan akan berkembang menjadi abortus inkomplit atau abortus komplit). c. Abortus inkomplit (sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan) d. Abortus komplit (seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan). 2. Abortus provokatus (induced abortion) terjadi karena disengaja dilakukan dengan memakai obat-obatan maupun alat. abortus ini terbagi lagi menjadi : a. Abortus medisinalis Yaitu tindakan yang dilakukan sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
1
b. Abortus kriminalis Adalah abortus yang terjadi oleh tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
C. Etiologi Faktor yang menyebabkan kematian fetus yaitu faktor ovum itu sendiri, faktor ibu, dan faktor bapak (Amru Sofian, 2012). 1. Kelainan ovum a. Ovum patologis b. Kelainan letak embrio c. Plasenta yang abnormal 2. Kelainan genitalia ibu d. Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dll) e. Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata f. Tidak sempurna nya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen, endometritis, mioma submukosa. g. Uterus terlalu cepat terenggang (kehamilan ganda, mola). h. Distorsio uterus, misalnya krena terdorong oleh tumor pelvis. 3. Gangguan plsenta a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat berfungsi. b. Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada penderita diabetes mellitus c. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga menimbulkan keguguran. 4. Penyakit ibu a. Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid, pielitis, rubeola dan demam malta. b. Keracunan Pb, nikotin, gas racun dan alkohol
2
c. Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat dan anemia gravis. d. Malnutrisi,a vitaminosis, dan gangguan metabolisme hipotiroid, kekurangan vitamin A, C, E dan diabetes milletus. 5. Antagonis rhesus Darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga menjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus. 6. Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis. 7. Perangsangan terhadap ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi seperti sangat terkejut, obat uterotonika, ketakutan laparatomi dll. 8. Penyakit bapak seperti usia lanjut dan penyakit kronis.
D. Tanda dan Gejala 1.
Abortus imminens Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Gejala abortus imminens antara lalin : a. Perdarahan pervagina pada paruh pertama kehamilan. Perdarahan biasanya terjadi beberapa jam sampai beberapa hari. Kadangkadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu. b. Nyeri dan kram perut disertai perasaan tertekan pada pinggul.
2.
Abortus insipiens Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Gejala abortus insipiens adalah: a.
Rasa mules lebih sering dan kuat
b.
Perdarahan lebih banyak dari abortus imminens.
c.
Nyeri karena kontraksi rahim kuat yang dapat menyebabkan pembukaan.
3
3.
Abortus inkomplit Abortus inkomplit merupakan pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Gejala abortus inkomplit adalah: a. Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan berlangsung terus. b. Servik sering tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap corpus allienum, maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan kontraksi.
4.
Abortus komplit Pada jenis abortus ini, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan sehingga rahim kosong.
5.
Missed abortion Dimana janin yang telah mati masih berada didalam rahim sebelum usia 20 minggu tetapi hasil konsepsi masih bertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih.
E. Patofisiologi Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan <8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. pada kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna menyebabkan banyak pendarahan. pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. pendarahan tidak begitu banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.
4
Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur, Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. ada kalanya amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blightes ovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion).
F. Patway Fisiologi organ terganggu Abortus (mati janin)
Penyakit ibu/bapak Gang. Plasenta
Abortus spontan 1. 2. 3. 4. 5.
Abortus provokatus
Ab. imminens Ab. insipiens Ab. inkomplit Ab. komplit Missed abortion
1. Ab. Medisinalis 2. Ab. Kriminalis Intoleransi aktivitas
Nyeri abdomen
Kuretase
Post anastesi Penurunan syaraf oblongata
Kurang pengetahuan
Ansietas
Jaringan terputus/terbuka
Nyeri
Resiko infeksi
Invasi bakteri
Gangguan pemenuhan ADL Pendarahan
Kekurangan volume cairan Resiko Infeksi
5
Resiko syok
G. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan : 1.
Inspeksi vulva : Pendarahan pervaginam, ada atu tidaknya jaringan hasil konsepsi, tercium atau tidak bau dari vulva.
2.
Inspekulo : Pendarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau dari ostium.
3.
Vaginal toucher : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
H. Pemeriksaan Penunjang 1. 2. 3.
Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.
I. Penatalaksaan 1.
Abortus imminens a.
Lakukan tirah baring total
b.
Jangan melakukan aktivitas berlebih atau berhubungan seksual
c.
jika pendarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal dan lakukan penilaian kembali jika pendarahan terjadi lagi.
2.
Abortus insipen a.
Jika usia kehamilan <16 minggu lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manual. jika evaluasi tidak dapat berikan ergometrin 0,2 mg intramuskular (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu).
6
b.
Jika usia kehamilan > 16 minggu tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa hasil konsepsi. jika perlu berikan infus 20 tpm oksitosin dalam 500 ml cairan intravena.
3.
Abortus inkomplit a.
Jika pendarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan <16 minggu evaluasi dapat di lakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan konsepsi.
b.
Jika pendarahan banyak dan usia kemailan <16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan aspirasi vakum manual.
c.
Jika kehamilan >16 minggu berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml (RL) dengan 40 tpm sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
4.
Abortus komplit a.
Tidak perlu evaluasi lagi
b.
observasi untuk melihat adanya pendarahan
c.
Apabila adanya anemia sedang berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari selama 2 minggu. Jika anemia berat lakukan transfusi darah.
J. Komplikasi Komplikasi yang mungkin timbul (Budiyanto dkk, 2017) : 1.
Pendarahan akibat luka jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diatesa hemorgik. Pendarahan dapat terjadi pasca tindakan, dapat pula timbul lama setelah tindakan.
2.
Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Dengan adanya gangguan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus.
7
3.
Syok Komplikasi ini dapat mengakibatkan kematian mendadak. Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat.
4.
Infeksi Dapat terjadi infeksi kandungan yang bisa menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian.
K. Analisa Data No 1.
2.
3.
4.
5.
Data Data : a. Kelemahan b. TD menurun c. Nadi menurun d. Membran mukosa kering e. Penurunan turgor kulit Data : a. Melaporkan secara verbal adanya kelemahan atau kelelahan b. Respon abnormal TD dan nadi c. Penurunan kekuatan otot d. Adanya dispneu e. ADLs dibantu Data : a. Melaporkan secara verbal b. Posisi antalgik c. Gerakan melindungi d. Tingkah laku berhati-hati e. Gangguan tidur Data : a. Pertahanan tubuh primer tidak adekuat b. Pertahanan tubuh sekunder tidak adekuat Data : a. Kurangnya informasi dan misinformasi b. Suara usus hiperaktif c. Diare d. Kurang berminat terhadap makanan
8
Etiologi Pendarahan
Masalah Kekurangan volume cairan
Kelemahan, penurunan sirkulasi
Intoleransi aktivitas
Kerusakan jaringan intra uteri
Nyeri akut
Kondisi vulva lembab
Resiko infeksi
Kurangnya pengetahuan
Ansietas
6.
Data : a. Hipotensi b. Hipoksemia c. Hipoksia d. Infeksi e. Sepsis
Pendarahan pervaginam
Resiko syok
L. Diagnosa Keperawatan 1.
Kekurangan volume cairan bd pendarahan
2.
Intoleransi aktivitas bd kelemahan, penurunan sirkulasi
3.
Nyeri akut bd kerusakan jaringan intra uteri
4.
Resiko infeksi bd Kondisi vulva lembab
5.
Ansietas bd kurangnya pengetahuan
6.
Resiko syok bd pendarahan perveginam
M. Nursing Care Planning (NCP) No
Diagnosa
NOC
NIC
Keperawatan 1.
Kekurangan
Setelah dilakukan tindakan
1. Pertahankan catatan
volume cairan bd
keperawatan ...x24 jam
pendarahan
diharapkan keseimbangan cairan
2. Monitor status hidrasi
terpenuhi.
3. Monitor hasil Lab
intake dan output
Kriteria hasil Indikator 1. TD dalam batas normal 2. Nadi teraba jelas 3. Tidak ada hipotensi ortostatik Ket : 1. Keluhan ekstrim 2. Keluhan berat
9
(BUN, HMT, IR
ER
Osmolaritas urin) 4. Monitor masukan cairan dan hitung intake output 5. Kolaborasi pemberian cairan dan makanan
3. Keluhan sedang 4. Keluhan ringan 5. Tidk ada keluhan 2.
Intoleransi aktivitas
Setelah dilakukan tindakan
1. Berikan periode
bd kelemahan,
keperawatan ...x24 jam
istirahat selama
penurunan sirkulasi
diharapkan aktivitas meningkat.
aktivitas
Kriteria hasil Indikator
2. Anjurkan keluarga IR
1. SPO2 dalam
ER
membantu dalam aktivitas
rentan yang
3. Catat perkembangan
diharapkan
kemampuan aktivitas
2. HR dalam batas yang diharapkan 3. TD dalam batas yang diharapkan 4. Upaya pernapasan dalam respon aktivitas 5. Laporan ADL Ket : 1. Keluhan ekstrim 2. Keluhan berat 3. Keluhan sedang 4. Keluhan ringan 5. Tidk ada keluhan
10
4. Monitor intake dan nutrisi 5. Berikan alat bantu nika diperlukan
3.
Nyeri akut bd
Setelah dilakukan tindakan
kerusakan jaringan
keperawatan ...x24 jam
intra uteri
diharapkan nyeri teratasi.
1.
nyeri 2.
Kriteria hasil Indikator
IR
ER
3.
(relaksasi nafas dalam dan distraksi)
2. pernyataan
nyeri 4. luas tubuh yang terpengaruhi 5. frekuensi nyeri Ket : 1. Keluhan ekstrim 2. Keluhan berat 3. Keluhan sedang 4. Keluhan ringan 5. Tidk ada keluhan
11
Lakukan teknik nonformakologi
adanya nyeri
3. Manajemen
observasi verbal dan nonverbal
1. Melaporkan
nyeri
Melakukan pengkajian
4.
Kolaborasi tim medis
4.
Resiko infeksi bd
Setelah dilakukan tindakan
Kondisi vulva
keperawatan ...x24 jam
lembab
diharapkan tidak terjadi infeksi. Indikator
IR
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
ER
2. Batasi pengunjung bila perlu 3. Mencuci tangan
1. Bebas dari tanda dan
sebelum dan sesudah
gejala infeksi
kontak dengan pasien 4. Gunakan sarung tangan
2. Menunjukan
sebagai alat pelindung
kemampuan
5. Pertahankan lingkungan
untuk
aseptik
mencegah timbulnya infeksi Ket : 1. Tdk pernah menunjukan 2. Jarang menunjukan 3. Kadang menunjukan 4. Sering menunjukan 5. Selalu menunjukan 5.
Ansietas bd
Setelah dilakukan tindakan
1. Gunakan pendekatan
kurangnya
keperawatan ...x24 jam
yang menenangkan
pengetahuan
diharapkan pasien tidak
2. Identifikasi kecemasan
mengalami ansietas.
pasien
Kriteria hasil Indikator 1. Mencari informasi
3. Dorong pasien IR
ER
mengungkapkan perasaan 4. Intruksikan pasien
menurunkan
melakukan teknik
cemas
relaksasi
2. Menyingkirka n tanda kecemasan 3. Menggunakan
12
strategi koping efektif Ket : 1. Tdk pernah menunjukan 2. Jarang menunjukan 3. Kadang menunjukan 4. Sering menunjukan 5. Selalu menunjukan 6.
Resiko syok bd
Setelah dilakukan tindakan
1. monitor status sirkulasi,
pendarahan
keperawatan ...x24 jam
warna kulit, denyut
perveginam
diharapkan syok tidak terjadi
nadi, HR.
Kriteria hasil Indikator
2. Monitor status cairan IR
1. Nadi dalam batas yang diharapkan 2. Irama jantung dlam batas normal 3. Nafas dalam batas yang diharapkan Ket : 1. Tdk pernah menunjukan 2. Jarang menunjukan 3. Kadang menunjukan 4. Sering menunjukan 5. Selalu menunjukan
13
ER
input dan output 3. Pelihara kepatenan jalan nafas 4. Monitor hasil Lab 5. Monitor gejala gagal nafas
DAFTAR PUSTAKA
Adisukrisno. 2010. Asuhan Patologi Kebidanan. Trans Info Media. Jakarta Anik Maryunani 2013. Program Perencanaan persalinan Dan Pencegahan Komplikasi. Trans Info Medika. Jakarta Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Edisi Revisi Jilid 1 tahun 2015. Amru, sofian.(2012). Rustam Mochtar sinopsis obstetri : Obstetri operatif obstetri social edisi 3 Jilid 1&2. EGC : Jakarta.
14