Like Father Like Son

  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Like Father Like Son as PDF for free.

More details

  • Words: 2,993
  • Pages: 8
LIKE FATHER, LIKE SON ( Seperti Bapaknya, Begitu Juga Anaknya ) Kisah Hasan dari Malaysia

Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk ! Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita dan menangislah dengan orang yang menangis. menangis. Roma Roma 12:1412:14-15 Aku sangat ingat malam terakhir di kampung halamanku. Saat itu aku berada di Port Dickson, yang berlokasi di jalan Malaka di sebelah barat Malaysia. Port Dickson adalah satu kota yang indah tetapi tahun-tahun belakangan ini menjadi sebuah tempat persinggahan favorit dari para wisatawan. Para pendatang pergi kesana untuk beristirahat dan bersantai setelah untuk menghilangkan rasa penat dari kesibukan kerja untuk menyaksikan matahari terbenam dan pantai dengan pasir putih. Bagiku laut di Port Dickson memiliki arti berbeda yang sangat dalam, inilah kisahku.. Aku hidup dan bertumbuh di daerah pinggiran kota Kuala Lumpur. Aku menikmati hidup yang nyaman dengan makanan yang berkualitas, lebih dari berkecukupan, dan sangat menikmati setiap kenyamanan yang disediakan oleh keluarga. Bagiku kehidupan begitu mudah. Ayahku, Mustafa adalah seorang ayah yang selalu memenuhi semua keperluan keluarganya lebih dari cukup. Dia telah bekerja sangat keras untuk mencapai status kehidupan yang tinggi dan memiliki beberapa perusahaan sendiri. Ayah telah menjadi seorang yang sangat berpengaruh di dalam dunia politik di Malaysia, dan selalu dapat mempengaruhi setiap keputusan di parlemen. Dia tidak segansegan untuk memakai kekuasaannya jika dia yakin bahwa hal ini dapat menjadikan Malaysia mencapai posisi yang tinggi dan berpengaruh serta kuat di Asia Tenggara. Segala sesuatu berjalan dengan baik di dalam keluarga kami, sampai di suatu hari Sabtu pagi, saat aku berusia sebelas tahun. Saat aku sedang mengupas mangga, saat sepasukan Polisi tiba-tiba mendobrak pintu depan dan langsung masuk tanpa minta ijin ke dalam rumah kami. Mereka langsung medorong ayah ke meja dan memborgol kedua tangannya dan mendorong sehingga terjatuh ke lantai, dalam keadaan tertelungkup, mereka memukul ayah dengan ban pinggang kulit dan pentungan kayu secara bertubi-tubi, sampai ayah berdarah-darah dan menyeret ayah keluar rumah dengan darahnya yang berceceran kemana-mana dan kemudian mereka melemparkan ayah ke belakang mobil.

Aku hanya berdiri hanya terdiam. Aku begitu ketakutan sehingga aku tidak dapat berteriak. Aku tidak menyadari kalau sebagian darah ayah muncrat ke tubuhku sampai kemudian ibu membawaku ke kamar mandi dan membersihkannya. Ayah mendapat serangan tuduhan dari Pemerintah, yang mana tuduhan tersebut sama dengan sebuah penghianatan ; Ayah mengakui Yesus Kristus adalah Tuhan Yang Berkuasa di Alam Semesta. Tanpa diketahui oleh seluruh keluarga, ayah telah menjadi seorang pengikut Yesus. Ayah yang tadinya sangat berkuasa, sekarang dianggap bahkan lebih buruk dari seorang penjahat biasa. Sahabat-sahabat kami tiba-tiba menjadi musuh-musuh kami. Aku masih terlalu muda untuk memahami mengapa setiap orang begitu marah kepada Ayah. Apakah karena keluarga kami yang sudah tidak pernah pergi ke mesjid hampir selama satu tahun ? Atau apakah karena Alkitab yang tergeletak di meja kantor ayah ? Aku tidak mempunyai jawaban mengenai mengapa pejabat-pejabat Malaysia sampai memperlakukan ayah sedemikian buruk bahkan lebih buruk dari seorang penjahat biasa. Aku hanya merasakan ada sesuatu yang salah dalam hal ini. Ayah dibebaskan setahun setelah ditangkap. Imannya kepada Yesus harus dibayar dengan hidup di penjara selama satu tahun dan mengeluarkan biaya lebih dari 40 ribu dolar agar bisa keluar dari penjara. Keluarga kami sampai terpaksa menjual beberapa rumah dan bangunan yang kami miliki di Port Dickinson dalam usaha untuk mengumpulkan biaya pembebasan yang pada kenyataanya adalah uang sogok. Ayah berjanji kepada mereka untuk bersikap diam sehubungan dengan imannya kepada Yesus agar dapat pulang ke rumah – banyak mengalami siksaan tetapi sangat berterimakasih karena tetap bisa hidup. Kemudia setelah ayah dibebaskan, aku mendengar seluruh kisah ayah sampai kemudian polisi menahannya. Dalam menjalankan bisnisnya, ayah seringkali berhubungan dengan banyak pengusaha dari barat. Secara khusus, ayah sangat dekat dengan seorang pengusaha Spanyol yang bernama Bastiaro, seorang pria yang sangat dihormati ayah karena karakter dan sikapnya sangat berbeda dengan para pengusaha barat lainnya. Aku memang pernah beberapa kali bertemu dengan Bastiaro dan juga merasakan bahwa ada sesuatu yang khusus dan special dari dirinya. Setelah beberapa tahun berhubungan bisnis dan mengetahui bagaimana Bastiaro sangat berbeda sekali dengan para pengusaha barat lainnya, ayah ingin mengetahui apa yang membuat Bastiaro sangat berbeda. Dari beberapa kali percakapan ayah dengan Bastiaro, sedikit demi sedikit, selama hampir dua tahun dimana Bastiaro membagikan pengalaman imannya dengan Yesus, pada akhir tahun kedua ayah kemudian menjadi seorang yang percaya kepada Yesus.

Dia sangat berhati-hati menjaga imannya kepada Yesus dari orang lain, kecuali ibuku, Safia. Tetapi tanpa sengaja ayah mengeluarkan suatu pernyataan seperti yang dituduhkan kepadanya, yang menimbulkan berbagai reaksi dari pejabatpejabat Malaysia. Setelah ayah keluar dari penjara, semuanya berubah dalam kehidupan keluarga kami. Aku sangat menghormati dan sayang kepada ayah, bagiku Ayah adalah seorang pahlawan keluarga. Tahun-tahun kehidupan setelah ayah bebas dari penjara merupakan kehidupan yang penuh tekanan. Banyak perjanjian dan kerja sama bisnis ayah yang dibatalkan, ayah juga di copot dari berbagai jabatan politik lokal. Dalam setahun semua bisnis ayah habis, dijual atau dibeli oleh pejabat-pejabat dan pengusaha Malaysia lainnya. Ayah dipaksa untuk menjual kepada mereka temasuk juga gedung dan bangunan komersial yang menguntungkan yang telah dimiliki olehnya selama bertahun-tahun. Pada saat yang bersamaan, aku memperhatikan bagaimana reaksi ayah terhadap kehidupan ekonomi keluarga yang hancur dan juga terhadap semua siksaan dan kekejaman yang diterimanya. Anehnya bukan menjadi marah atau benci, ayah hidup dengan penuh ketenangan yang dalam, merasa nyaman dan bahagia dengan membaca Alkitab selama berjam-jam setiap hari. Ketika aku berbicara kepadanya mengenai semua masalah dan kesukaran keluarga yang ada, ayah mengatakan bahwa dia tidak pernah menyesal mengikuti Yesus. Pada satu kesempatan, aku mendengar tanpa sengaja menyatakan kepada seorang pejabat Malaysia yang masih menghormatinya, Ya, saya akan melakukannya lagi. Imanku kepada Yesus lebih berharga bahkan dibandingkan dengan hidupnya. “ Pernyataan ayah tentang komitmennya kepada Yesus dan Alkitab membuat aku tertarik untuk meneliti apa yang telah sangat mengubah ayah dan mempengaruhinya. Aku telah melihatnya dipukuli, yang selalu membuatku menjadi sedih ketika mengingatnya. Dua minggu setelah ulang tahunku yang ke 13, aku berdoa untuk menerima Yesus sebagai Tuhan. Tidak lama kemudian, keluarga kami kembali mengalami berbagai tekanan. Sebulan setelah aku percaya kepada Yesus, tiga pejabat Malaysia menghadiahi kami dengan kunjungan yang tidak diharapkan. Menanyakan banyak hal yang berhubungan dengan lingkungan kami, kemudian mereka bertanya kenapa kami sekeluarga tidak pernah lagi hadir dalam sembahyang Jumat. Ayah menyatakan bahwa kami sudah bukan sebagai keluraga Muslim dan menyatakan tidak akan lagi melaksanakan panggilan sembahyang. Ketiga orang itu selama dua jam terlibat percakapan untuk menyadarkan kembali ayah dan ibu. Saat mereka meninggalkan rumah, aku mendengar salah satu dari mereka berkata kepada ayah, “ Kau akan menanggung akibatnya, Mustafa, jika kau menolak saran kami, kau akan menanggung akibatnya. “ Soren harinya, ayah kembali ditahan. Tidak seperti sebelumnya, kali tidak ada kekerasan, tetapi bagiku sama saja, menyebabkan satu kegelisahan di dalam diriku; Aku telah menyerahkan seluruh hidupku kepada Yesus dan telah menjadi seorang kafir di mata

pihak yang berwenang. Ayah sekali lagi mengeluarkan uang sogokan, kira-kira lebih dari 20 ribu dolar, tetapi dia tetap menolak untuk kembali beribadah di Mesjid. Pada saat itu, seorang pejabat Malaysia yang masih menghormati ayah dan menjadi sahabat dari keluarga kami secara rahasia, selalu mengingatkan kami sekeluarga akan bahaya yang mengancam dan berjanji akan berusaha semampunya untuk melindungi ayah dan keluarga dari mereka yang meminta kepada pemerintah agar ayah dieksekusi. Pejabat Malaysia tersebut berusaha sebaik mungkin yang dia bisa untuk melindungi keluarga kami dari yang ingin menghancurkannya. Enam bulan kemudian polisi kembali ke rumah kami. Kali ini kekerasan lebih buruk dari yang sebelumnya. Bukannya menyerang pihak pria, kali ini mereka memilih ibu. Mereka mendekati ibu yang masih terbaring di tempat tidur dan memukulinya berkali-kali. Aku cepat-cepat memanggil ambulan, yang segera membawa ibu ke rumah sakit terdekat. Ibu meninggal 4 jam kemudian. Semua tubuhnya telah dipukuli, tetapi salah satu pukulan yang melukai kepalanya yang menyebabkan kematian ibu. Tulang tengkorak ibu patah di empat bagian. Ayah sedang berada di penjara saat ibu meregang nyawa. Aku dan saudara kembarku mengubur ibu dalam kesunyian.. Aku terpaksa tinggal dengan kakek yang merupakan seorang Muslim yang saleh dan setiap siang hari memenuhi panggilan sembahyang di mesjid. Aku harus menghadiri sembahyang bersama kakek yang sebenarnya berlawanan dengan keinginan hatiku. Kakek berusaha memperoleh hak pengawasan terhadapku, dalam usaha untuk mengembalikanku ke jalan Islam. Merasa malu dengan anak lelakinya kakek berkata kepada ku, “ Ayahmu sudah mati. Kamu mengerti nak ? Dia telah mati ! Aku tidak memiliki anak seperti dia. Sekarang Kamu sudah tidak punya tempat lagi untuk tinggal, jadi jangan ikuti ayahmu, terima tanggung jawabmu untuk menjadi seorang Muslim yang baik. Ayah mu sudah mati, nak !!! “ Ayah, ternyata, masih memiliki uang yang sedang dikirim dari luar negeri, dari uang kiriman tersebut, dia dapat dibebaskan dengan membayar suatu jumlah uang sogokan sebesar 70 ribu dolar. Setelah pembebasannya, aku dengan sangat senang kembali ke rumah. Kami tetap diawasi terus menerus, ketika aku berusia 14 tahun, pihak berwenang Malaysia mulai khawatir kalau kami akan mengungsi dan mencari perlindungan ke luar negeri, mereka menolak memberikan aku passport dan menahan passport ayah, ketika ayah dan aku berusaha pergi keluar dari Malaysia agar kami bisa terlindung dan memiliki kebebasan, aku tahu keinginan ayah yang utama adalah untuk melindungi ku. Sekali pernah kami berdua berusaha meninggalkan Malaysia dengan perahu lewat Muai menyusuri pantai menuju Singapura, tetapi kami tertangkap dan mereka kembali membawa kami

ke ibu kota. Untuk pertama kali aku secara pribadi bertemu dengan pihak berwenang yang menginterogasi dan memukul aku. Ketika akan menjawab pertanyaan mereka, apakah aku seroang pengikut Yesus, Kembali aku teringat kata-kata ayah bergema di telingaku, “ Imanku kepada Yesus lebih berharga dibandingkan dengan nyawaku. “ Sama seperti ayah sebagai pahlawanku, aku mengucapkan kata-kata yang sama. Setelah sepuluh hari dalam penjara, luka-luka akibat pemukulan yang tadinya aku rasa sakit sedikit, tiba-tiba menjadi lebih parah, sehingga aku perlu mendapat perawatan medis. Terbiasa dengan hidup bersih, kondisi penjara yang buruk ternyata telah membuat luka-luka ku terkena infeksi. Setelah 16 hari di tahan, aku dibebaskan dengan jaminan dibawah pengawasan kakek. Beberapa saat kemudian, ayah menitipkan pesan kepada ku lewat temannya bahwa dia juga telah dibebaskan dan sekarang menyewa satu flat kecil yang tidak jauh dari gedung menara kembar Petronas, yang merupakan gedung terbesar di dunia yang berada di Kuala Lumpur dan menjadi kebanggaan Rakyat Malaysia. Secara diam-diam aku menyelinap dari rumah kakek untuk segera menuju flat dimana ayah tinggal. Ternyata Dalam usahanya untuk melindungi ku dan memastikan bahwa aku bisa berada di suatu tempat yang aman, ayah menjual rumah satu-satunya yang kami miliki kepada seorang temannya seharga 250 ribu dolar , dan telah merencakan suatu usaha untuk melarikan diri dengan uang tersebut. Hatiku sangat bahagia dengan perhatian dan pengorbanan ayah kepadaku. Ayah telah menyadari bahwa penyiksaan dan paksaan kepadaku tidak akan pernah berhenti terutama dari kakek, sebelum aku kembali kepada agama Islam. Pada saat itu aku mengetahui bahwa ternyata ayah telah menelpon sahabat lamanya Bastiaro untuk mengatur suatu rencana melarikan diri, dimana kami akan di bawa oleh kapal nelayan yang berlayar melalaui selat malaka menuju spanyol. Dua minggu kemudian, aku dan ayah dengan sangat tegang menunggu kedatangan perahu kecil dengan duduk di tepi pantai laut selat malaka, di sebelah utara dari Port Dickinson. Sesuai dengan rencana, akan ada satu perahu boat kecil yang akan membawa kami ke kapal nelayan di laut selat malaka, Saat kami menunggu, di kejauhan kami melihat ada kapal nelayan, tetapi terlalu jauh untuk dijangkau dengan berenang, jadi kami tetap menunggu datangnya perahu boat kecil tersebut. Tiba-tiba ayah berbisik, “ Hasan anakku, aku merasa melihat sebuah boat kecil menuju kita. “ Dan memang benar, boat kecil itu sedang menuju pantai di mana kami menuggu – akhirnya aku pikir kami bisa bebas, ternyata ini adalah pertemuanku yang terakhir dengan ayah ! Tanpa memberikan isyarat, ketika sudah mendekati oantai tiba-tiba boat tersebut berbalik. Sebagai akibatnya ayah yang tekejut dengan boat yang bebalik langsung berteriak-teriak memanggil orang-orang yang ada di boat agar kembali menjemput kami. Saat itu, tiba-tiba terdengar suara tembakan dari antara

pohon-pohon palem. Ayah terjatuh ke air, tiga peluru menembus punggungnya, berjuang agar tetap bisa bernafas, dengan susah payah ayah berkata, “ Hassan, berenang ke perahu boat, nak ! cepat berenang nak ! ayo berenang ! jangan sampai mereka menangkapmu ! tinggalkan ayah ! “ aku cepat-cepat segera membaringkan tubuh ayah di pantai dan memahami apa yang ayah inginkan, kemudian Aku langsung melompat ke dalam laut dan berenang menuju boat kecil yang ternyata sedang menunggu kami. Akhirnya aku bisa mencapai perahu boat yang segera cepat-cepat membawaku ke kapal nelayan yang sudah menunggu dari tadi. Di perahu boat saat membawaku ke kapal nelayan, kembali aku mendengar dua suara tembakan. Terengah-engah, basah dan kehabisa tenaga dan dengan air mata yang turun membasahi wajah akhirnya aku sampai dan jatuh berlutut di dek kapal nelayan dan segera berdoa, “ Yesus, jika ini memang kemauanMu, maka tolong lindungi ayah. Tetapi jika ayah harus menghadapi siksaan yang sangat berat, tolong bawa ayah segera kembali ke rumah-Mu Tuhan Yesus. “ Sambil air mata terus turun membasahi wajah ku mengenang ayah dan tidak mengetahui apa yang sedang terjadi dengan ayah sekarang. Setelah perjalanan panjang dengan berhenti di Singapura dan Indonesia, akhirnya aku dengan selamat tiba di spanyol. Di sana, teman kami yang baik hati, Bastiaro menyambut ku. Dengan mengetahui bahwa kedua orang tuaku telah meninggal sebagai martir karena Kristus, Bastiaro kemudian mengajakku untuk tinggal bersamanya. Aku sungguh merasa sangat tertolong oleh Bastiaro, yang selama 6 tahun kemudian mengaggapku seperti anaknya sendiri. Aku tinggal bersamanya, istrinya dan kedua anak lelakinya yang semuanya mereka adalah orag-orang Kristen yang baik. Aku tinggal bersama mereka sampai berusia 21 tahun, dan bahkan mendapatkan pendidikan di universitas yang sangat baik. Ketika aku menginjak usia 21 tahun, Bastiaro memberikan aku sebuah surat yang katanya ditulis oleh ayah dua minggu sebelum ayah tertembak, yang kemudian dikirimkan kepada Bastiaro. Dalam catatan kecil kepada Bastiaro ayah menulis, “ Jika nanti saya mati saat melarikan diri, tolong berikan surat ini kepada anakku ketika dia berusia 21 tahun. “ Di dalam surat ini, ayah berkata :

Hasan, anakku, jika jika kau membaca surat ini, kemungkinan ayah berada di penjara atau di dalam surga. Ayah berdoa untuk lebih memilih memilih berada di sorga dari penjara, karena ayah sudah tidak dapat lebih lama bertahan atas segala siksaan dan hukuman. Anakku, Hasan, ayah ingin kau mengetahui betapa ayah sangat mencintaimu dan ayah akan selalu berusaha menyediakan segala kebutuhanmu sampai kau dewasa. Ayah dan bastiaro telah membuat satu rekening bank untuk masa depanmu depanmu nak. Hari ini saat kau berusia 21 tahun, kau akan menerima seperempat seperempat dari dana dalam rekening. Pada saat kau

berusia 25 tahun, kau akan menerima setengah dari dana yang ada, dan sisanya akan menjadi milikmu semua setelah kau berusia 30 tahun. Hasan, anakku, ingatlah selalu untuk mengikuti apa yang di ajarkan Tuhan Yesus, Tetap beriman kepadakepada-Nya. Dia telah menyelamatkan hidupmya untuk bagi--Nya. suatu tujuan yang lebih besar. Buat hidupmu menjadi berharga bagi Ketika kau telah tua dan menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan Tuhan Yesus kepadakepada-mu, percayalah nak ! Ayah dan ibu dengan sabar menunggumu pulang ke rumah kita yang kekal di Surga ! Sepuluh hari penyiksaan di penjara yang aku terima telah lama kulupakan. Katakata pedas kakek telah lama hilang dalam ingatanku. Tetapi secara mental aku merasakan sesuatu yang menyiksa dalam diriku, aku merasa begitu sangat bersalah karena tidak mampu menyelamatkan ayah, di malam hari yang dingin enam tahun lalu di tepi pantai selat malaka. Selama enam tahun aku menyalahkan diriku sendiri mengapa meninggalkan ayah seorang diri. Walaupun aku semakin bertumbuh di dalam pengenalan kepada Tuhan-ku dan sebagai seorang anak muda yang pendidikan sangat baik, aku selalu merasa gelisah dan kehilangan damai sejahtera ketika mengingat bayangan ayah yang kutinggalkan di belakang dengan tiga lubang peluru menembus punggungnya. Surat dari ayah yang memberikan penjelasan membebaskanku. Ayah tahu bahwa kendala dan masalah yang aku hadapi tidak akan pernah selesai selama aku masih berada di Malaysia, kampung halaman yang sangat ku cintai. Oleh karena itu, ayah memilih untuk menempuh bahaya dalam rangka membebaskanku. Setelah membaca surat ayah dengan berlinangan air mata, aku dapat menanggalkan rasa bersalah dan merasakan suatu damai sejahtera yang turun ke atasku. Kubayangkan bahwa ayah dan ibu sekarang sedang berada di surga bertemu dengan Tuhan Yesus, bersama para malaikat memuji dan memuliakan Tuhan Yesus di dalam kekudusan.. dan . Kubayangkan wajah ayah yang bahagia terbebas dari penderitaan karena mempertahankan imannya kepada Yesus telah ditunjukkan dengan tiga lubang peluru yang menembus punggungnya… Sungguh,,, ayah telah melakukan segalanya bagiku.. Ayah akan selalu menjadi pahlawan ku yang sejati…. Aku tidak pernah berpikir tentang uang. Aku tahu bahwa ayah memiliki sejumlah uang di Singapura, tetapi pejabat-pejabat Malaysia telah meminta dana tersebut dengan berbagai tuduhan kepada ayah, selama dana teresebut menyangkut nama dari kami sekeluarga. Aku tidak pernah berpikir bahwa ayah memiliki rekening di Spanyol. Bastiaro membawaku ke bank pada hari ulang tahunku tersebut dan menandatangi dokumen bank atas namaku. Pada hari itu aku menerima 286.550 dolar amerika, seperempat dari jumlah dana yang ada, dan sisanya tetap disimpan dalam rekening yang dipegang oleh Bastiaro berdasarkan amanat ayah.

Singkat kata, setelah berusia 22 tahun, aku melakukan banyak penginjilan kepada orang-orang Muslim yang belum mengenal siapa Yesus yang sesungguh-Nya. Kemudian selama lebih dari 12 tahun aku memberikan perlindungan kepada saudara-saudara ku yang dahulu memeluk agama yang sama dengan ku sebelum percaya kepada Tuhan Yesus. Aku lakukan ini semua sebagai amanat dari ayah agar aku melakukan pekerjaan yang lebih besar sesuai yang dibebankan Tuhan Yesus kepadaku. Dalam pelayananku, aku banyak menemukan dari banyak wanita dan pria dengan kesamaan cerita dengan ku, yaitu mengalami kekejaman siksaan dan hinaan dari orangorang Muslim yang radikal dan militan. Sekarang aku telah bebas dari penyiksaan phisik dan juga terbebas dari rasa bersalah atas kematian ayah. Sekarang ini aku mendidikasikan hidupku untuk menolong mereka-mereka yang akan dibinasakan karena menerima Yesus sebagai Tuhan dan Jureselamat… berapapun biaya yang harus aku keluarkan, termasuk juga apabila diperlukan dengan mengorbankan nyawaku...yang mana kata-kata ayah akan terus kuingat dan selalu terngiangngiang di telingaku, “ Imanku kepada Yesus jauh lebih berharga dibadingkan apapun juga, termasuk nyawaku… “ ********************* Diterjemahkan secara bebas dari buku yang berjudul : “ The Costly Call, Modern-Day Stories of Muslims who Found Jesus Book 1, Chapter One “ , Hal. 17 - 23 yang ditulis oleh Emir Fethi Caner & H. Edward Pruitt. Published by Kregel Publications, a division of Kregel, Inc., P.O. Box 2607, Grand Rapids, MI 49501.

Related Documents

Like Father Like Son
April 2020 16
Like Father Like Son
November 2019 32
Like Mother, Like Daughter
December 2019 25
As Like
May 2020 15
Like & Dislike
November 2019 31