Anemia Hemolitik (AIHA) a. Definisi Suatu keadaan akibat adanya antibody terhdap sel-sel eritrisit sehinnga umur eritrosit memendek. Hal tersebut disebabkan oleh aktivitas sistem komplemen yang menyebabkan
hemolysis
intravaskuler.
Aktivasi
mekanisme
seluker
yang
menyebabkan hemolysis ekstravaskuler, atau kombinasi keduanya. b. Etiologi Penyebab adanya antibody terhadapa sel-sel eritrosit yang menyebabkan hemolysis belum diketahui secara pasti Untuk anemia hemolitik: a)
Faktor Intrinsik : Yaitu kelainan yang terjadi pada metabolisme dalam eritrosit kelainan karena faktor ini dibagi menjadi tiga macam yaitu: 1) Gangguan struktur dinding eritrosit Sferositosis Penyebab hemolisis pada penyakit ini diduga disebabkan oleh kelainan membran eritrosit. Kadang-kadang penyakit ini berlangsung ringan sehingga sukar dikenal. Pada anak gejala anemianya lebih menyolok daripada dengan ikterusnya, sedangkan pada orang dewasa sebaliknya. Suatu infeksi yang ringan saja sudah dapat menimbulkan krisi aplastik.Kelainan radiologis tulang dapat ditemukan pada anak yang telah lama menderita kelainan ini. Dalam keadaan normal bentuk eritrosit ini ditemukan kira-kira 15-20% saja. Penyakit ini diturunkan secara dominan menurut hukum mendel. Hemolisis biasanya tidak seberat sferositosis. Kadang-kadang ditemukan kelainan radiologis tulang. Splenektomi biasanya dapat mengurangi proses hemolisis dari penyakit ini. A-beta lipropoteinemia Pada penyakit ini terdapat kelainan bentuk eritrosit yang menyebabkan umur eritrosit tersebut menjadi pendek. Diduga kelainan bentuk eritrosit tersebut disebabkan oleh kelainan komposisi lemak pada dinding sel. 2) Gangguan pembentukan nukleotida
Kelainan ini dapat menyebabkan dinding eritrosit mudah pecah, misalnya pada panmielopatia tipe fanconi. Anemia hemolitik oleh karena kekurangan enzim sbb: Definisi glucose-6- phosphate-Dehydrogenase (G-6PD) Defisiensi Glutation reduktase Defisiensi Glutation Defisiensi Piruvatkinase Defisiensi Triose Phosphate-Isomerase (TPI) Defisiensi difosfogliserat mutase Defisiensi Heksokinase Defisiensi gliseraldehid-3-fosfat dehydrogenase 3) Hemoglobinopatia Pada bayi baru lahir HbF merupakan bagian terbesar dari hemoglobinnya (95%), kemudian pada perkembangan selanjutnya konsentrasi HbF akan menurun, sehingga pada umur satu tahun telah mencapai keadaan normal Sebenarnya terdapat 2 golongan besar gangguan pembentukan hemoglobin ini, yaitu: Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal). Misal HbS, HbE dan lain-lain . Gangguan jumblah (salah satu atau beberapa) rantai globin. Misal talasemia b) Faktor Ekstrinsik : 1) Yaitu kelainan yang terjadi karena hal-hal diluar eritrosit. 2) Akibat reaksi non imunitas : karena bahan kimia / obat. 3) Akibat reaksi imunitas : karena eritrosit yang dibunuh oleh antibodi yang dibentuk oleh tubuh sendiri. 4) Infeksi, plasmodium, boriella
c. Epidemiologi Anemia hemolitik meliputi 5% dari keseluruhan kasus anemia. AIHA akut sangat jarang terjadi,insidensnya 1-3 kasus per 100.000 individu per tahun. Lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki dan umumnya terjadi di usia pertengahan (middle-aged). d. Klasifikasi 1. Anemia hemolitik autoimun (AIHA) a. AIHA tipe hangat Diperantrai oleh IgG,berikatan dengan antigen permukaan sel eritrosit pada tubuh.
i. ii.
Idiopatik Sekunder: leukemia limfositosis kronik (LLK),limfoma. Lupus
eritematosus sistemik (LES); b. AIHA tipe dingin Diperantarai oleh igM,berikatan dengan antigen permukaan sel eritrosit pada suhu dibawah tubuh i. Idiopatik ii. Sekunder: infeksi
mycoplasma,mononucleosis,keganasan
limforetikuler; c. Paraxosymal cold hemoglobinuria i. Idiopatik ii. Sekunder: sifilis d. AIHA Atipik i. AIHA tes antiglobulin negatif, ii. AIHA kombinasi tipe hangat dan dingin 2. AIHA diinduksi oleh obat Golongan penisilin,kinin,kunindin,sulfonamide,sulfonylurea,tiazid,metildopa,nitrofurant onin,fenazopiridin,asam salisilat (aspirin) 3. AIHA diinduksi oleh autoantibodi a. Reaksi hemolitik transfusi. b. Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir.
e. Manifestasi klinis 1. Tipe hangat Gejala umum anemia, ikterik,demam,urin berwarna gelap, pada AIHA idiopatik terdapat splenomegali,hepatomegali dan limfadenopati. 2. Tipe Dingin Anemia ringan (Hb 9-12 g/dL), akrosianosis (aglutinasi intravascular); ditandai
dengan
munculnya
warna
biru
keunguan
pada
ekstremitas,hidung,telinga (saat terpapar suhu dingin), dan splenomegali 3. Paraxosymal cold hemoglobinuria Ditandai dengan menggigil,panas,myalgia,sakit kepala,sering disertai urtikaria. 4. AIHA diinduksi oleh obat Sangan bervariasi berupa gejala dan tanda hemolysis ringan sampai berat. f. Pathogenesis g. Patofisiologi (digambar adib) h. Algoritma penegakan diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis sistematis mengenai adanya rasa lelah, mudah mengantuk, sesak nafas, cepatnya perlangsungan gejala, riwayat pemakaian obat, dan riwayat sakit sebelumnya. Pemeriksaan fisik didapatkan pucat, ikterik, slenomegali, dan hemoglobinuri. Pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk mencari kemungkinan penyakit primer yang mendasari AIHA. Pemeriksaan hematologi menunjukkan adanya kadar hemoglobin yang rendah, MCV normal atau meningkat, bilirubin indirek meningkat, LDH meningkat, dan retikulositosis. Morfologi darah tepi menunjukkan adanya proses fragmentasi pada eritrosit (sferoit, skistosit, helmet cell, dan retikulosit). Direct Antiglobulin Test menunjukkan hasil positif pada AIHA.
i. Diagnosis kerja Anemia normositik normokrom hemolitik autoimun tipe hangat j. Diagnosis banding Anemia due to blood
Perbedaan klinis Perbedaan hasil pemeriksaan Terdapat riwayat perdarahan Haptoglobin, bilirubin, dan LDH normal
loss
Microcytic anemia
Iron deficiency
Tes darah samar pada feses mungkin positif
Underproduction
Terjadi karena penurunan
Jumlah retikulosit rendah, tanda-
anemia
produksi sel darah merah
tanda hemolisis biasanya tidak
dari berbagai penyebab,
ada
seperti kegagalan sumsum tulang (myelofibrosis, sindrom myelodysplastic, myelosupresi, anemia aplastik), anemia penyakit kronis, dan keadaan
defisiensi (zat besi, vitamin Transfusion reaction
B12, folat) Reaksi akut terjadi
selama atau segera
(Coombs) mungkin positif
setelah transfusi darah. Gejala reaksi akut dapat
dan
meliputi: menggigil;
hemolisis secara umum. Inspeksi visual sampel pasca
demam; sakit kepala;
rendah,
haptoglobin
seperti
untuk
transfusi dapat menunjukkan
di sepanjang situs infus;
warna
sakit perut, punggung
merah. Pengujian
merah
muda
ke
dapat
reaksi akut dapat
menunjukkan
meliputi: pruritus;
ketidakcocokan ABO antara
pembilasan; dispnea; urtikaria; hipotensi;
penerima dan donor. Dalam kasus reaksi anafilaksis, kadar IgA serum
hemoglobinuria; mengi;
mungkin
dan stridor.
obat
serum
muka pucat; rasa sakit
atau dada. Tanda-tanda
Hemolisis
Tes antiglobulin langsung
rendah
dan
antibodi anti-IgA mungkin
positif. karena Terdapat riwayat konsumsi Penyerapan/adsorpsi obat-obatan hemolisis
dengan
efek nonimunulogis
protein
terkait
akanmenyebabkan
obat
tes Coomb
positif tanpa kerusakan eritrosit. Antibodi terhadap obat akan dibentuk
dan
bereaksi
denganobat
pada
permukaan
eritrosit.
Eritrosit
yang
teropsonisasi oleh obattersebut akan dirusak di limpa. Antibodi ini
bila
dipisahkan
dari
eritrosithanya bereaksi dengan reagen
yang
mengandung
eritrosit berlapis obatyang sama (misalnya penisilin).
k. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik umum, dan pemeriksaan fisik regio abdomen (untuk melihat adanya nyeri tekan atau pembesaran organ sekitar). l. Pemeriksaan penunjang (yg penting) -darah lengkap -haptoglobin -retikulosit -LDH -C3 m. Tatalaksana farmakologi dan non-farmakologi 1. Farmakologi a. Kortikosteroid, (prednisone) 1-1,5 mg/KgBB/hari oral. Apabila sudah ada respon (Hematokrit menignkat,retikulosit meningkat,Coomb direk positif lemah,Coomb indirek negatif), dosis diturunkan tiap minggu hingga encapai dosis 10-20 mg/hari b. Imunosupresan, azatripin 50-200 mg/hari, atau siklofosfamid 50-250 mg/hari; c. Danazol 600-800 mg/hari d. Tranfusi Pada kondisi mengancam jiwa (Hb < 3 g/dL) 2. Non-farmakologi a. Pembedahan: splenoktomi, dipertimbangkan apabila terapi steroid tidak adekuat atau tidak dapt dilakukan tapering off dalam waktu 3 bulan. n. Komplikasi Salah satu padakasus ini : pembentukan batu empedu. o. KIE Pada pasien yang mengalam cold type: usahakan jangan berada di tempat yang terlalu digin. Konsumsi obat steroid dengan benar, jangan sampai timbul komplikasi akibat obat. p. Prognosis Angka kesintasan (survival) 10 tahun sekitar 70%, dengan tingkat mortalitias 5-10 tahun sekitar 15-25%. q. SKDI r. Faktor Resiko 1. riwayat keluarga anemia hemolitik 2. menderita leukemia atau kanker lainnya 3. infeksi virus
4. memiliki penyakit autoimun tertentu 5. konsumsi obat yang diketahui menyebabkan AIHA
Daftar Pustaka Price, Sylvia (2010) Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC Rokim, Khoirul Fahrizal and Yudhanto, Eka and Wahyudi , Firdaus (2014) Hubungan Usia dan Status Nutrisi Terhadap Kejadian Anemia pada Pasien Kanker Kolorektal. Undergraduate
thesis,
Faculty
of
Medicine
Diponegoro
University. Metika, Rahmasari Irza (2017) Perbedaan Rerata Kadar Hemoglobin dan Retikulosit Dengan Gradasi Direct Coombs Test pada Pasien Anemia Hemolitik Autoimun. Diploma thesis, Universities Andalas. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing
1.a beberapa sumber mengatakan bahwa salah satu angka kejadian tertinggi AHAI adalah wanita diatas usia 40 tahun, dimana di case kali ini pasien wanita umur 55 tahun. 2.a ada pada gambar adib 4.c
INDIKASI TRANFUSI Tranfusi darah ditujukan untuk memelihara pasokan oksigen pada jaringan dan mencegah infark atau ischemia pada sel. Kapasitas penghantaran oksigen dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan konsentrasi hemoglobin pada penderia anemia akut dan kronis. Satu unit tranfusi darah merah akan mampu meningkatkan 34 % hematokrit (Hct) seorang kecuali bila perdarahan masih tetap berlangsung. Indikasi pemberian tranfusi darah, diantaranya : 1 Kehilangan darah akut dan subacut 2 Anemia dengan gejala hemolitik masif 3 Pemberian faktor koagulasi 4 Tranfusi tukar pada kasus sickle cell anemia dan hemolytic disease of the newborn. Pertimbangan tranfusi harus dengan pertimbangan klinis dan laboratorium. Tranfusi sel darah merah tidak boleh diberikan pada pasien anemia yang masih dapat diterapi selain dengan tranfusi darah.
Tranfusi darah juga tidak boleh diberikan hanya untuk tujuan mengganti volume darah, tekanan okontik, mempercepat penyembuhan luka dan perbaikan performa klinis. Dalam perkembangannya tranfusi darah yang diberikan tidak saha berupa whole blood tetapi sudah berupa produk komponenkomponen darah yang terpisah dan diberikan sesuai indikasi.
KONTRAINDIKASI TRANFUSI DARAH Kontraindikasi dari tranfusi darah, diantaranya : 1. Acute pulmonary edema 2. Congestive heart failure 3. Pulmonary embolism 4. Hipertensi maligna 5. Hipercythemia 6. Gagal ginjal kronis 7. Alergi dan anafilaktik terhadap tranfusi darah
5.a Hasil Pemeriksaan Keadaan umum:
Nilai Normal -
Interpretasi
Mekanisme Abnormal
sense CM TD : 110/80mmHg nadi 92 kali per
NORMAL
-
110/70 mmHg
NORMAL
-
60-100x/menit reguler
NORMAL
-
menit,
reguler,
teratur RR 26 kali per menit Temperatur 36,7 C
14-20x/menit 36,4C-37,4C
ABNORMAL NORMAL
Kompensasi
untuk
kebutuhan o2 jaringan. -