KEAMANAN SELAT MALAKA SEBUAH KONSEPSI PENANGANAN MULTILATERAL Oleh Letkol inf Agus Deri Sulaksana . Selat Malaka adalah rute navigasi internasional terpanjang yang melalui selat yang menghubungkan Samudra Hindia melalui Laut Andaman di sebelah utara Laut Cina Selatan dan di sebelah selatan melalui Selat Singapura. Selat Malaka merupakan rute terpendek bagi kapal-kapal, khususnya yang menuju Asia Timur dan Eropa. Dengan keluasan selat rata-rata antara 11 dan 200 mil laut, jalur masuk di selat ini sebenarnya tidak terlalu lebar di beberapa tempat tertentu di selat tersebut. Rute yang dilayari, kedalamannya malahan kurang dari 30 meter. Meskipun Selat Malaka memiliki fitur-fitur navigasi yang tidak bersahabat, selat tersebut tetap merupakan rute yang menarik dan diinginkan oleh kapal-kapal internasional dibandingkan rute-rute alternatif lainnya seperti Selat Sunda dan Selat Lombok-Makasar. Pada hal selat ini memiliki memiliki 5 ciri geografis yang khas yaitu, (1) selat ini cukup dangkal dengan kedalaman rata-rata 23 meter, akan menyebabkan kapal-kapal besar kandas dalam pelayarannya melalui selat ini. (2) selat ini amat sempit dengan kedalaman antara 2,8 mil sampai 10 mil di Selat Singapura dengan lebar maksimum 100 mil di Selat Malaka Utara. (3) selat ini sangat panjang sehingga banyak menimbulkan masalah dalam pelayaran.. (4) selat ini berbatasan dengan tiga negara tepi yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura. (5) selat ini merupakan selat terpadat di dunia dengan dilayari oleh sebanyak 200 kapal setiap hari. Dengan kondisi geografis seperti itu maka sering terjadi tabrakan kandasnya kapal-kapal dilaut, peristiwa tersebut tidak hanya merugikan pemilik kapal akan tetapi juga melibatkan tiga negara tepinya. Apalagi kecelakaan tersebut dialami oleh kapal tangki yang menyebabkan tumpahan minyak ke laut sehingga menimbulkan polusi. Pada hal tanpa kejadian itupun, pembuangan sisa-sisa kapal yang demikian banyak itu sudah semakin menambah beban polusi, sehingga telah melampaui kapasitas pemrosesan secara alamiah dari lautan. Disamping itu perompakan adalah ancaman lain terhadap keamanan selat. Pembajakan di selat Malaka meningkat dari 25 serangan pada 1994 hingga mencapai rekor 220 pada 2000. Lebih dari 150 serangan terjadi pada 2003. Frekuensi serangan meningkat kembali pada hingga awal 2004. dan saat ini mulai periode 2007 kasus perompakanpembajakan sudah menurun. Keamanan dan isu pengelolaan di Selat Malaka adalah sebuah masalah yang amat kompleks karena melibatkan berbagai aspek dan dimensi serta implikasi yang berbeda. Karena itu dibutuhkan respon yang komprehensif. Salah satu kompleksitas dari keamanan maritim adalah persoalan terorisme. Kompleksitas lainnya adalah keamanan lingkungan dan isu-isu sosial ekonomi. Bagaimana membangun sebuah pendekatan dan respon yang seimbang terhadap masalah-masalah selat tanpa menekankan atau mengurangi arti
penting dari isu-isu tertentu seperti dampak aksi internasional terhadap kedaulatan negara-negara pantai menambah kompleksitas keamanan maritim di Selat Malaka. Keamanan navigasi juga menjadi salah satu isu sentral keamanan maritim di Selat Malaka, selain isu polusi laut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dilaksanakan kerjasama Patroli terkoordinasi di Selat Malaka yang pertama kali dilakukan oleh Indonesia, Malaysia dan Singapura (Malsindo). Dalam kerjasama itu, masing-masing negara meluncurkan lima unsur patroli laut dan dua unsur patroli udara. Terdapat 3 prinsip kerjasama tersebut yaitu tanggung jawab utama keamanan Selat Malaka terletak pada negara-negara pantai, negara pengguna dan masyarakat internasional, termasuk badan-badan internasional seperti Organisasi Maritim Internasional dapat memainkan peran dan memberi kontribusi kepada keamanan Selat Malaka, dan setiap langkah-langkah kooperatif yang dilakukan oleh negara-negara lain harus didasarkan pada hukum internasional dan menghormati kedaulatan negara-negara pantai. Fitur strategis yang membuat Selat Malaka begitu penting untuk dunia adalah karena ia merupakan pintu masuk kapal-kapal dagang dan tanker minyak dari Timur ke Barat atau sebaliknya. Selat Malaka adalah jalur utama menuju Asia Timur, sebuah kawasan yang diyakini memiliki kemajuan ekonomi yang sangat progresif di dunia. Karena itu, banyak negara yang memiliki hasrat untuk mengendalikan secara penuh Selata Malaka atau setidaknya memiliki “commanding power” di selat karena berbagai alasan. Langkah-langkah yang selanjutnya perlu dilakukan antara lain adalah mengintensifkan lagi bentuk kerjasama internasional, terutama antara negara-negara pantai. Perlunya meningkatkan kesadaran akan pentingnya wilayah selat yang berguna untuk identifikasi awal terhadap ancaman potensial. Selain itu juga diperlukan keamanan berlapis dengan menerapkan langkah-langkah keamanan terhadap titik-titik di wilayah selat yang dianggap rawan. Tantangan dalam mengelola isu keamanan Selat Malaka saat ini dan masa yang akan datang mencakup langkah-langkah untuk mengatasi isu-isu yang dianggap riil, seperti keamanan navigasi dan manajemen lingkungan. Oleh karena dibutuhkan respon yang memiliki tujuan untuk menciptakan lingkungan keamanan yang komprehensif di Selat Malaka. Pengamanan bersama yang dilakukan oleh negara pantai seperti Indonesia, Malaysia dan Singapura dapat dikatakan berhasil dengan baik dan mendapat pengakuan internasional. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan jumlah perompakan yang berkurang. Keamanan maritim di Selat Malaka bukan hanya masalah kawasan semata melainkan juga untuk masyarakat internasional secara keseluruhan. Maka tetap dibutuhkan pendekatan multilateral yang kooperatif dalam mengatasi ancaman-ancaman di Selat Malaka