BAB I TINJAUAN PUSTAKA
1.1 TUJUAN PRAKTIKUM 1. Menentukan kadar NaCl pada semua cangkang telur (telur ayam broiler, telur ayam kampung, telur bebek, telur puyuh) dengan perendaman KOH dan tanpa perendaman KOH 2. Menentukan massa NaCl pada semua cangkan g telur (telur ayam broiler, telur ayam kampung, telur bebek, telur puyuh) dengan perendaman KOH dan tanpa perendaman KOH 3. Menentukan konsentrasi Ca pada pelunakan air sadah dengan penambahan kapur tohor dan tanpa penambahan kapur tohor 4. Menentukan kadar Ca pada pelunakan air sadah dengan penambahan kapur tohor dan tanpa penambahan kapur tohor 5. Menentukan massa CaCO3 pada pelunakan air sadah dengan penambahan kapur tohor dan tanpa penambahan kapur tohor
1.2 TEORI DASAR Difusi adalah pergerakan molekul suatu zat secara random yang menghasilkan pergerakan molekul efektif dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Bahkan difusi tidak hanya terjadi pada skala mikro tetapi juga skala makro (Trihandaru,2012). Difusi zat terlarut dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah lebih besar kemungkinan perpindahan secara langsung. Dapat terjadi secara spontan dan difusi ion yang tidak bermuatan dapat melewati membran (Taiz,2002). Menurut (Uwie,2010) difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi molekuler. Difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan molekul yang diam dari solid atau fluida. Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi kompleks biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat (Chang,2003). Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat (Wikipedia, 2011). Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion - ion Ca2+, Mg2+. Atau dapat juga disebabkan karena adanya ion - ion lain dari polyvalent metal (logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam sulfat, klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil (O-fish, 2003). Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium dikenal sebagai “air sadah”, atau air yang sukar untuk dipakai mencuci. Senyawa kalsium dan magnesium bereaksi dengan sabun membentuk endapan dan mencegah terjadinya busa dalam air. Oleh karena senyawa-senyawa kalsium dan magnesium relatif sukar larut dalam air, maka senyawa - senyawa itu cenderung untuk memisah dari larutan dalam bentuk endapan atau presipitat yang akhirnya menjadi kerak. Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, dan air sadah yang bercampur sabun dapat membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian. Untuk menghilangkan kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia, ataupun dengan menggunakan resin penukar ion.
Eriochrome Black T (EBT) adalah indikator kompleksometri yang merupakan bagian dari pengompleksian, contohnya proses determinasi kesadahan air. Di dalam bentuk protonate EBT berwarna biru. Lalu berubah menjadi warna merah ketika membentuk komplek dengan kalsium, magnesium, dan ion logam lainnya. Suatu kelemahan EBT adalah larutannya tidak stabil, bila disimpan akan terjadi penguraian secara lambat, sehingga setelah jangka waktu tertentu indikator tidak berfungsi lagi. Sebagai gantinya dapat diganti dengan indikator Calmagite, indikator ini stabil dan dalam kebanyakan sifatnya sama dengan Erio T (Harjadi,1993). EDTA adalah singkatan dari Ethylene Diamine Tetra Acid, yaitu asam amino yang dibentuk dari protein makanan. Zat ini sangat kuat menarik ion logam berat (termasuk kalsium) dalam jaringan tubuh dan melarutkannya, untuk kemudian dibuang melalui urin. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul.
BAB II METODOLOGI PERCOBAAN 2.1 ALAT DAN BAHAN No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama alat Gelas ukur Toples Buret Statif Klem Gelas kimia Labu erlenmeyer Batang pengaduk
9
Pipet tetes
10 11 12 13 14 15 16
Botol semprot Spuit dan jarum Kaca arloji Labu ukur Spatula Pipet volume Corong
Ukuran 25 mL 50 mL 250 mL 100 mL -
Jumlah 1 buah 6 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 2 buah 1 buah
-
3 buah
3 mL 100 mL 10 mL 75 mm
1 buah 1 buah 2 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah
Nama bahan NaCl KOH EDTA Kapur tohor CaCO3 Air sadah Telur puyuh Telur ayam broiler Telur ayam kampung Telur bebek Akuades NaCl AgNO3
Konsentrasi 20% 5% 0,1 M Jenuh 0,1 M -
Jumlah 1L 1L 500 mL 20 mL 50 mL 20 mL 6 buah 6 buah
-
6 buah
0,1 M 0,1 M
6 buah Secukupnya 50 mL 500 mL
2.2 DIAGRAM ALIR
2.2.1 Mempelajari karakter membrane cangkang telur dalam kaitannya dengan efek pengawetan pada telur asin. Sampel Telur
Cucilah semua jenis telur Ukurlah volumenya dengan menenggelamkannya dalam gelas ukur. Keringkanlah dengan kain. Buatlah lubang kecil dan masukanlah kedalam toples. Pastikanlah sampel tiap telur berdiri. Tambahkanlah NaCl 20% Tambahkanlah akuadest Tutuplah toples Diamkanlah selama 4 hari, 7 hari dan 14 hari. Tentukanlah kadar NaCl Titrasikanlah dengan Argentometri. Lakukanlah langkah yang sama namun sampel telur direndam di dalam NaOH terlebih dahulu.
Hasil 2.2.2 Pelunakan Air sadah Sampel Air sadah Hasil
Buatlah dua bagian. Bagian 1 titrasikanlah dengan titrasi kompleksometri EDTA. Bagian 2 tambahkanlah kapur tohor, penambahan hingga tidak terjadi endapan. Saringlah, filtrat yang dihasilkan di titrasi dengan titrasi kompleksometri EDTA. Tentukanlah kadar Ca Lakukanlah langkah tersebut secara duplo.
2.3 PROSEDUR KERJA 2.3.1 Mempelajari karakter membran cangkang telur dalam kaitannya dengan efek pengawetan telur asin. 6 telur puyuh disiapkan kemudian dicuci semuanya supaya bersih dari kotoran, dan dikeringkan dengan lap. Kemudian volumenya diukur dengan cara ditenggelamkan ke dalam air dalam sebuah gelas kimia yang diameternya dapat memuat lingkar diameter telur (volume air sebelumnya diketahui dan diperkirakan cukup lebih tinggi dibandingkan dengan ketinggian telur ketika telur itu ditenggelamkan). Perubahan kenaikan volume dicatat dan volume setiap telur puyuh ditetapkan. Telur-telur puyuh tersebut diambil dan dikeringkan dengan lap, lalu semua isinya dikosongkan dengan membuat lubang kecil layaknya akan dikonsumsi bagian kuning telurnya secara mentah. Larutan NaCl 20% b/v disiapkan, kemudian dimasukkan ke dalam 3 wadah stoples yang telah disiapkan. Kemudian 3 cangkang telur puyuh dimasukkan ke dalam masingmasing stoples yang telah diisi dengan larutan NaCl 20%, kemudian cangkang telur puyuh masing-masing diisi dengan akuades dengan volume yang diketahui. Isi stoples ditutup dengan penutupnya (berulir), diamankan dan didiamkan selama beberapa hari. Ada yang didiamkan selama 4 hari, 1 minggu, dan 2 minggu. Kadar NaCl dalam cangkang telur ditentukan dengan metode titrasi argentometri. 3 buah cangkang telur puyuh direndam dalam larutan KOH 5% selama 30 menit, kemudian dicuci bagian luarnya dengan akuades lalu dikeringkan. Kemudian 3 cangkang telur puyuh yang telah direndam tersebut dimasukkan ke dalam masing-masing stoples yang telah diisi dengan larutan NaCl 20%, kemudian cangkang telur puyuh masing-masing diisi dengan akuades dengan volume yang diketahui. Isi stoples ditutup dengan penutupnya (berulir), diamankan dan didiamkan selama beberapa hari. Ada yang didiamkan selama 4 hari, 1 minggu, dan 2 minggu. Kadar NaCl dalam cangkang telur ditentukan dengan metode titrasi argentometri. 2.3.2 Pelunakan air sadah 20 mL air sadah dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, ditentukan kadar Ca dengan menggunakan metode titrasi kompleksometri EDTA. Bagian kedua ditangani dengan penambahan 10 mL larutan kapur tohor jenuh. Endapan yang terbentuk kemudian disaring, dan kadar Ca pada larutan tersebut ditentukan dengan cara titrasi kompleksometri EDTA. Kadar Ca sebelum dan sesudah ditangani ditentukan.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini dilakukan dua percobaan. Percoban pertama adalah penentuan kadar Ca dalam air sadah dengan metode kompleksometri dengan EDTA dan percobaan yang kedua adalah penentuan kadar NaCl dalam kulit telur (ayam, bebek, dan puyuh) melalui proses difusi dengan cara titrasi Argentometri menggunakan metode mohr.
Pelunakan air sadah Pada percobaan pertama digunakan air sadah sebagai sampel untuk ditentukan kadar
Ca dan sampel CaCO3 jenuh digunakan sebagai kadar Ca pembandingnya. Tujuan dari penentuan kadar Ca ini adalah membuktikan bahwa zat anorganik terdapat dalam berbagai bidang didalam kehidupan manusia yang salah satunya dalam bidang lingkungan yaitu dalam air. Air yang mengandung zat anorganik seperti Ca dan Mg dapat menyebabkan kesadahan air. Keberadaannya di dalam air mengakibatkan sabun akan mengendap sebagai garam kalsium dan magnesium, sehingga tidak dapat membentuk emulsi secara efektif. Penentuan kadar Ca dapat dilakukan dengan cara titrasi kompleksometri dengan EDTA. Penentuan kadar Ca dalam air sadah pertama dilakukan dengan cara titrasi kompleksometri. Asam Ethylendiamin tetra aceetic dan garam sodium ini (singkatan EDTA) bentuk satu kompleks kelat yang dapat larut ketika ditambahkan ke suatu larutan yang mengandung kation logam tertentu. Jika sejumlah kecil erichrome black T atau Calmagite ditambahkan ke suatu larutan mengandung kalsium pada satu pH dari 10, 0 ± 0,1, larutan menjadi berwarna merah ungu. Jika EDTA ditambahkan sebagai satu titran, kalsium akan menjadi suatu kompleks, dan ketika kalsium telah menjadi kompleks larutan akan berubah dari warna ungu menjadi warna biru yang menandakan titik akhir dari titrasi. Ion magnesium harus muncul untuk menghasilkan suatu titik akhir dari titrasi. Untuk memastikan ini, kompleks garam magnesium netral dari EDTA ditambahkan ke larutan buffer. untuk mencapai titik akhir titrasi ini memerlukan EDTA (rata-rata) sebanyak 2,4 mL, sedangkan pada CaCO3 jenuh yang digunakan sebagai pembanding kandungan Ca nya diperlukan EDTA (rata-rata) sebanyak 0,5 mL.
Proses difusi Percobaan kedua adalah penentuan kadar NaCl yang berdifusi melalui cangkang telur.
Cangkang telur yang digunakan adalah telur ayam Broiler, ayam Kampung, burung puyuh dan bebek. Dalam preparasi sampel dilakukan pengujian volume pada masing-masing telur.
Setelah itu isi telur dikeluarkan dan cangkangnya di cuci lalu diisi dengan akuades dan dicatat volume akuades yang digunakan. Pengasinan telur umumnya dilakukan dengan dua cara, yaitu perendaman dalam larutan garam dan pemeraman oleh adonan campuran garam dengan tanah liat, abu gosok atau bubuk bata merah. Garam (NaCl) akan masuk ke dalam telur dengan cara merembes melalui pori-pori kulit, menuju ke bagian putih, dan akhirnya ke air. Garam NaCl mula-mula akan diubah menjadi ion natrium (Na+) dan ion chlor (Cl-). Makin lama perendaman, makin banyak garam yang merembes masuk ke dalamnya, sehingga air menjadi semakin banyak mengandung NaCl. Pada proses perendaman cangkang telur terjadi pertukaran ion yang bersifat stoikiometri, yakni satu H+ diganti oleh suatu Na+.
Pertukaran ion adalah suatu proses
kesetimbangan dan jarang berlangsung lengkap . Ion Na didapatkan dari garam sedangkan ion H+ berasal dari air . Dengan demikian, ion Na masuk kedalam air dalam cangkang telur dan kadar air berkurang, akibatnya air dalam cangkang telur menjadi mengandung NaCl. Pada sampel kedua cangkang telur direndaman terlebih dahulu dalam larutan KOH 5% selam 30 menit dan selanjutnya dicuci dengan akuades dan direndam kembali dalam larutan NaCl 20%.Tujuan perendaman dengan KOH adalah agar dapat meningkatkan pertukaran ion H+ dari air dengan K dari KOH yang akan terakumulasi dari NaCl sehingga dimungkinkan kadar NaCl (NaCl yang berdifusi) semakin banyak. Penentuan kadar NaCl dilakukan dengan cara titrasi argentometri dengan metode mohr. Proses pertama adalah standrasasi AgNO3 dengan NaCl 0,1 M. Indikator yang digunakan adalah kromat. Penambahan indikator ini menyebabkan warna larutan menjadi kuning dan setelah titrasi warna larutan menjadi merah jingga dengan endapan putih. Endapan yang terbentuk merupakan AgCl sedangkan warna merah jingga adalah senyawa yang berasal dari Ag2CrO4. Klorida dalam sampel akan bereaksi dengan larutan perak nitrat membentuk endapan putih. Pada titrasi ini indikator yang digunakan adalah kromat. Reaksi antara klorida dengan larutan perak nitrat adalah sebagai berikut : NaCl + AgNO3 → AgCl(s) + NaNO3(aq) Apabila reaksi dalam samapel telah habis, maka kelebihan perak nitrat akan bereaksi dengan indikator dan menghasilan endapan perak kromat berwarna merah bata. Reaksi-reaksi tersebut berlangsung dalam suasana netral atau sedikit basa (tidak diperbolehkan dalam suasana asam). Reaksi antara indikator dengan larutan perak nitrat adalah sebagai berikut : K2CrO4(aq)+ 2AgNO3(aq) → 2AgCrO4(s)+ K2NO3(aq)
BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Kadar NaCl pada cangkang telur ayam broiler,ayam kampung, bebek, puyuh dengan perendaman KOH selama 4,7,14 hari berturut – turut sebesar 0,0485g; 0,0143g; 0,0541g; 0,0959g,
0,0608g; 0,0216g; 0,0544g; 0,0731g,
0,15766g; 0,1217g;
0,1647g; 0,1193g Kadar NaCl pada cangkang telur ayam broiler,ayam kampung, bebek, puyuh tanpa perendaman KOH selama 4,7,14 hari berturut – turut sebesar 0,0576g; 0,1152g; 0,6903g; 0,1239g,
0,1041g; 0,1260g; 0,0863g; 0,1129g,
0,234g; 0,1070g;
0,1533g; 0,2164g 2. Massa NaCl pada cangkang telur ayam broiler,ayam kampung, bebek, puyuh dengan perendaman KOH selama 4,7,14 hari berturut – turut sebesar 0,1212g; 0,0357g; 0,1352g; 0,1678g,
0,152g; 0,054g; 0,136g; 0,1279g,
0,788g; 0,3042g; 0,4117g;
0,1670g Massa NaCl pada cangkang telur ayam broiler,ayam kampung, bebek, puyuh tanpa perendaman KOH selama 4,7,14 hari berturut – turut sebesar 0,144g; 0,288g; 1,7257g; 0,2202g,
0,2602g; 0,315g; 0,2157g; 0,2007g,
1,17g; 0,2675g, 0,832g; 0,3462g
3. Konsentrasi Ca dengan ditambah kapur tohor sebesar 0,0357 M dan tanpa ditambah kapur tohor sebesar 0,171 4M 4. Kadar Ca dengan ditambah kapur tohor sebesar 1,4296% dan tanpa ditambah kapur tohor sebesar 6,8675% 5. Masssa CaCO3 dengan ditambah kapur tohor sebesar 0,0357 gram dan tanpa ditambah kapur tohor sebesar 0,1715 gram
4.2 DAFTAR PUSTAKA
1. Chang, Raymond.2003. Edisi Ketiga. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga. 2. Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta : PT Gramedia. 3. O-fish. 2003. Parameter Air. Online : http://www.o-fish.com/parameter_air.htm. Diakses pada tanggal 08 Desember 2018. 4. Taiz, Zeiger. 2002. Plant Physiology 3th Edition. Sunderland : Sinauer Associates 5. Trihandaru, S. 2012. Pemodelan dan Pengukuran Difusi Larutan Gula dengan Lintaasan Cahaya Laser. Yogyakarta : Porosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng & DIY
LAMPIRAN
Gambar 1 perlakuan telur tanpa ditangani KOH
Gambar 2. Perlakuan telur ditangani dengan perendaman KOH
(a)
(b)
(c)
Gambar 3 (a)standarisasi EDTA (b)hasil titrasi air sadah dengan larutan EDTA (c) hasil titrasi telur dengan larutan 𝐴𝑔𝑁𝑂3
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK “PENENTUAN KANDUNGAN Ca DALAM AIR SADAH DENGAN TITRASI KOMPLEKSOMETRI DAN KADAR NaCl MELALUI PROSES DIFUSI PADA CANGKANG TELUR AYAM BROILER, AYAM KAMPUNG, BEBEK DAN BURUNG PUYUH DENGAN TITRASI ARGENTOMETRI METODE MOHR” Tanggal praktikum : Senin, 19 November 2018 Tanggal pengumpulan laporan : Selasa, 11 Desember 2018 Dosen pengampu : Asiyah Nurrahmajanti, M.Si.
Disusun Oleh : Triska Adelia Kristy (117704081) Kelompok 6 : Muhammad Jibril Handoyo (117040047) Putri Imarotul Muttaqi (117740058) Suci Diah Lestari (1177040075) Vania Munikar (1177040083) JURUSA KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2018