A. Latar Belakang Tuna wicara adalah suatu kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi) bahasa maupun suara dari bicara normal, sehingga menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi lisan dalam lingkungan. Gangguan wicara atau tuna wicara adalah suatu kerusakan atau gangguan dari suara, artikulasi dari bunyi bicara, dan/atau kelancaran berbicara. Tuna wicara dapat disebabkan karena gangguan pada saraf, seperti penyakit cerebral palsy, dan terutama karena gangguan pendengaran, baik sejak lahir (congenital) atau didapat kemudian (aqcuired) (Harvey et al, 1995; Muljono dan Sudjadi, 1994). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS, 2009) persentase klien tunawicara di indonesia yaitu 17,2 %, 81.554 tuna wicara / bisu dan 34.019 tuna rungu / wicara. Saat ini di Indonesia beluam ada data pasti mengenai jumlah kasus klien dengan gangguan wicara dan berbahasa. Data dari 808 klien yang datang dengan masalah gangguan wicara di Pusat Kesehatan Telinga dan Gangguan Komunikasi bagian THT RSCM menunjukan 82.79 % disebabkan gangguan pendengaran, sedangkan 15.35 % klien dengan gangguan wicara tanpa masalah pendengaran. Pada klien kemampuan berbahasa dan / atau wicara dapat normal, terlambat, terganggu atau menyimpang dari pola normal. Ketidaktahuan akan tahap perkembangan mendengar dan wicara menyebabkan kelambatan penemuan dini kasus-kasus gangguan wicara yang tentu saja berakibat pada terlambatnya penanganan kasus dan interaksi atau kegiatan sosial manusia menjadi terhambat untuk itu diperlukan asuhan dan penaganan untuk dapat mengatasi keadaan tersebut.
B. Rumusan masalah 1. Apa definisi dari Tuna Wicara ? 2. Apa etiologi dari Tuna Wicara ? 3. Bagaimana prognosis dari Tuna Wicara ? 4. Bagaimana pemeriksaan penunjang bagi Tuna Wicara ? 5. Apa manifestasi klinis dari Tuna Wicara ? 6. Apa klasifikasi dari Tuna Wicara ? 7. Apa patofisiologi dari Tuna Wicara ? 8. Apa penatalaksanaan dari Tuna Wicara ?
C. Tujuan 1. Tujuan umum Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari asuhan keperawatan Tuna Wicara 2. Tujuan khusus Untuk mengetahui definisi, etiologi, prognosis, manifestaasi klinis, klasifikasi, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan dari Tuna Wicara
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS, 2009) persentase klien tunawicara di indonesia yaitu 17,2 %, 81.554 tuna wicara / bisu dan 34.019 tuna rungu / wicara. Saat ini di Indonesia beluam ada data pasti mengenai jumlah kasus klien dengan gangguan wicara dan berbahasa. Data dari 808 klien yang datang dengan masalah gangguan wicara di Pusat Kesehatan Telinga dan Gangguan Komunikasi bagian THT RSCM menunjukan 82.79 % disebabkan gangguan pendengaran, sedangkan 15.35 % klien dengan gangguan wicara tanpa masalah pendengaran. Heri purwanto dalam buku ortopedik umum tuna wicara adalah apabila seorang mengalami kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi) bahasa maupun suaranya dari bicara normal, sehingga menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi lisan dalam lingkungan
B. Saran Dengan terselesaikan asuhan keperawatan ini diharapkan Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo dapat memahami populasi dan kecatatan fisik pada Tuna Wicara dengan baik serta hubungannya dengan ilmu keperawatan yang telah ditekuni, serta mampu menjalankan peranan keperawatan.
DARTAR PUSTAKA Nirmala,Amelia Putri. 2013. Tingkat Kebermaknaan Hidup Dan Optimisme Pada Ibu Yang Mempunyai Anak Berkebutuhan Khusus. diakses pada tanggal 11 desember 2018
Rizqan ,Abi. 2015. Asuhan Keperawatan Anak Dengan Tuna Wicara. diakses pada tanggal 11 desember 2018