Latar Belakang Luh De.docx

  • Uploaded by: ni luh nadya lestari
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Latar Belakang Luh De.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,634
  • Pages: 32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mempunyai masalah. Setiap individu biasanya mempunyai cara sendiri untuk menyelesaikan masalahnya, tapi jika ada sebagian manusia yang tidak dapat menyelesaikan sendiri akan dapat

mengakibatkan

gangguan

jiwa.

Ternyata

dampaknya

mampu

menimbulkan dampak sangat besar dan berpengaruh terhadap jiwa seseorang yang tidak dapat mengantisipasi gejala yang timbul. Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan. Seseorang dianggap sehat jika mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat dan perilaku mereka pantas dan adatif. Sebaliknya, seseorang dianggap sakit jika gagal memainkan peran dan memikul tanggung jawab atau perilakunya tidak pantas(sheila, L et al. 2008). Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang banyak terdapat dalam masyarakat, dan sering dikonotasikan dengan keadaan gila . Ada beberapa tipe pada skizofrenia yaitu tipe paranoid, hebeperenik, dan katatonik. Salah satu masalah keperawatan pada skizofrenia yaitu isolasi sosial. Isolasi sosial sebagai salah satu gejala negatif pada skizoferenia digunakan klien untuk menghindar dari orang lain agar pengalaman yang tidak menyenangkan dalam berhubungan dengan orang lain tidak terulang lagi. Menarik diri digunakan klien untuk menghindar dari orang lain agar pengalaman yang tidak menyenangkan dalam berhubungan dengan orang lain tidak terulang lagi. Dengan demikian isolasi sosial adalah kegagalan individu untuk menjalin interaksi dengan orang lain sebagai akibat dari pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan sebagai ancaman terhadap individu. Prilaku yang sering ditampilkan klien isolasi sosial adalah menunjukkan menarik diri, tidak komunikatif, mencoba menyendiri, asyik dengan pikiran dan dirinya sendiri, tidak ada kontak mata, sedih, afek tumpul, prilaku bermusuhan, menyatakan

perasaan sepi atau ditolak, kesulitan membina hubungan dilingkungannya, menghindari orang lain dan mengungkapkan perasaan tidak dimengerti orang lain (Nanda 2005) Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seorang individu mengalami gangguan penurunuan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya . Pada masalah isolasi sosial seseorang tersebut akan merasa kesepian, merasa tidak aman berdekatan dengan orang lain, pasien biasanya mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain, pasien tidak mampu berkonsentrasi dan pasien dengan isolasi sosial biasanya tidak mampu untuk mengambil keputusan. Seseorang dengan masalah isolasi sosial akan merasa cepat bosan dan lambat menghabiskan waktunya selain itu pasien merasa tidak berguna. Ketika masalah tersebut semakin terus muncul pada pikiran pasien isolasi sosial maka pasien tersebut akan merasa bahwa dirinya tidak yakin dapat melangsungkan hidupnya.. Menurut World Health Organization (WHO), sampai tahun 2011 tercatat penderita gangguan jiwa sebesar 542.700.000 jiwa atau 8,1% dari jumlah keseluruhan penduduk dunia yang berjumlah sekitar 6.700.000.000 jiwa. Sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Usia ini biasanya terjadi pada dewasa muda antara usia 1821 tahun. Menurut National Institute of Mental Health gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030 (WHO, 2012). Berdasarkan data dari Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan tahun 2011 tercatat jumlah penduduk Indonesia sebesar 241.000.000 orang sedangkan sekitar 17.400.000 orang (7,2%) mengalami gangguan jiwa (Depkes RI, 2011). Riset Kesehatan Dasar tahun 2012 menunjukkan bahwa sebanyak 0,46% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar satu juta orang menderita gangguan psikotik dan 11,6% menderita gangguan emosional perilaku terhadap responden usia 15-64 tahun sehingga diperkirakan penderita gangguan jiwa mencapai 19 juta orang. Hal ini

menunjukkan bahwa pada setiap 1000 orang penduduk terdapat empat sampai lima orang menderita gangguan jiwa. Data tersebut menunjukkan bahwa data pertahun di Indonesia yang mengalami gangguan jiwa selalu meningkat (Hasriana, Nur et al. 2013). Berdasarkan data dari Rumah Sakit Jiwa Derah Abepura tahun 2017 tercatat jumlah pasien gangguan jiwa menurut jenis kelamin yaitu : laki-laki 414, perempuan 132, menurut usia 24-64 tahun sebanyak 539, menurut diagnoa medis yaitu Skizofrenia paranoid 473 . Berdasarkan data tahun 2018 yaitu tercatat jumlah pasien gangguan jiwa menurut jenis kelamin yaitu : lakilaki 548, perempuan 174, menurut usia 15-64 tahun sebanya 684, menurut diagnose medis yaitu skizofrenia paranoid 473. Berdasarkan jumlah data pasien yang di rawat pada bulan januari 2019 di ruang kronis pria I jumlah pasien sebanyak 8 orang dengan kasus DPD : 3 orang, ISOALSI SOSIAL : 2 orang, HALUSINASI : 3 orang, HDR : 1 orang. Di ruang kronis pria II jumlah pasien sebanyak 15 orang dengan kasus HALUSINASI : 12 orang, PERILAKU KEKERASAN : 3 orang. Di ruangan kronis wanita jumlah pasien sebanyak 5 orang dengan kasus DPD : 3 orang, dan HALUSINASI : 2 orang. Di ruangan akut pria jumlah pasien sebanyak 4 orang dengan kasus HALUSINASI : 2 orang dan PERILAKU KEKERASAN : 2 orang. Di ruangan kelas bangsal wanita jumlah pasien sebanyak 3 orang dengan kasus HALUSINASI : 1 orang dan WAHAM : 2 orang.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan hasil dari latar belakang yang telah di dapatkan maka peneliti tertarik untuk meneliti masalah yang ada ialah Adakah pengaruh terapi aktivitas kelompok terhadap kemampuan verbal pasien isolasi sosial di rumah sakit jiwa abepura ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh terapi aktivitas terhadap kemampuan verbal pada pasien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Abepura. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui kemampuan verbal pasien sebelum dilakukan pelaksanaan terapi aktivitas kelompok. b. Untuk mengetahui kemampuan verbal pasien setelah dilakukan pelaksanaan terapi aktivitas c. Menganalisis pengaruh terapi aktivitas terhadap kemampuan verbal pada pasien isolasi sosial. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat untuk umum Hasil

penelitian

ini

dapat

digunakan

sebagai

referensi

dalam

mengembangkan ilmu praktis di bidang keperawatan dalam penerapan TAK khususnya terapi aktivitas pada pasien jiwa isolasi sosial. 2. Manfaat untuk perkembangan ilmu Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan gambaran pengaruh terapi aktivitas pada pasien jiwa isolasi sosial. 3. Manfaat bagi institusi Dengan dilakukannya penelitian ini bagi fakultas, ilmu – ilmu kesehatan dapat nambah referensi, hkususnya referensi yang berkaitan dengan TAK 4.

Manfaat bagi penulis Menambah pengetahuan, pengalaman dalam merancang dan melaksanakan penelitian, dapat menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dan sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan program D-IV Keperawatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Terapi Aktivitas Kelompok a. Pengertian Terapi aktivitas kelompok (TAK) adalah uapaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah pasien dengan masalah hubungan sosial. (Keliat, B et al. 2014). Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) diaksanakan dengan membantu pasien melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di sekitar pasien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal ( satu dan satu ), kelompok dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisi dalam kelompok.

b. Jenis Menurut (Keliat, B et al. 2014) jenis Terapi Aktivitas Kelompok secara umum terdiri dari 4 yaitu : 1) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif atau Persepsi 2) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori 3) Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realisasi 4) Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

c. Komponen Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisas Menurut (Keliat, B et al. 2005) komponen kelompok terdiri dari delapan aspek, yaitu sebagai berikut : 1)

Struktur kelompok menjelaskan batasan komunikasi, proses pengambilan keputusan dan membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil secara bersama

2)

Besaran kelompok

Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jumlah anggota kelompok kecil menurut (Keliat, B et al. 2005) adalah 7-10 orang. Sedangkan menurut Rawlins, Wiliams, dan Beck dalam (Keliat, B et al. 2005) adalah 5-10 orang. Anggota kelompok terlalu besar akibatnya

tidak

semua

anggota

mendapat

kesempatan

mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya, jika terlalu kecil tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi. Pada penelitian yang telah digunakan adalah menurut teori Keliat dan Akemat yaitu sebanyak 10 orang. 3)

Lamanya sesi Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-45 menit bagi fungsi kelompok yang rendah 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi (Keliat, B et al. 2005). Biasanya dimulai dengan pemanasan berupa orientasi,kemudian tahap kerja, dan finishing berupa terminasi. Banyaknya sesi tergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali atau dua kali perminggu ; atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan.

4)

Komunkasi Tugas pemimpin kelompok yang terpenting adalah mengobservasi dan menganalisa pola komunikasi dalam kelompok. Pemimpin menggunakan umpan balik untuk memberi kesadaran pada anggota kelompok terhadap dinamika yang terjadi

5) Peran Kelompok Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjdi dalam kelompok. Ada tiga peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota kelompok dalam kerja kelompok, yaitu maintence roles, task roles, dan individual role. Maintence role yaitu peran serta aktif dalam proses kelompok dan fungsi kelompok. Task role, yaitu fokus pada penyelesaian tugas. Individual role adalah self-centered dan distraksi pada kelompok (Keliat, B et al. 2005)

6) Kekuatan kelompok Kekuatan (power) adalah kemampuan anggota kelompok dalam mempengaruhi berjalannya kegiatan kelompok. Untuk mendapatkan kekuatan anggota kelompok yang bervariasi diperlukan kajian siapa yang paling banyak mendengar dan siapa yang membuat keputusan dalam kelompok. 7) Norma kelompok Norma adalah standar perilaku yang dalam kelompok. Pengharapan terhadap perilaku kelompok pada masa yang akan datang berdasarkan pengalaman masa lalu dan saat ini. Pemahaman tentang nirma kelompok berguna untuk mengetahui pengaruhnya terhadap komunikasi dan interaksi dalam kelompok. Kesesuasian prilaku anggota kelompok dengan norma kelompok, penting dalam menerima anggota kelompok. Anggota kelompok yang tidak mengikuti norma dianggap pemberontak dan ditolak anggota kelompok lain. 8) Kekohesifan Kekohesifan adalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama dalam mencapai tujuan. Hal ini mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap betah dalam kelompok. Apa yang membuat anggota kelompok tertarik dan puas terhadap kelompok, perlu diidentifikasi agar kehidupan kelompok dapat di pertahankan. d. Tujuan TAK Sosialisasi Menurut (Keliat, B et al. 2014) tujuan umum TAK Sosialisasi adalah pasien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap dan tujuan khususnya adalah : 1) Pasien mampu memperkenalkan diri 2) Pasein mampu berkenalan dengan anggota kelompok 3) Pasien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok 4) Pasien mampu menyampaikan dan membicarakan topik pembicaraan

5) Pasien mampu menyampaikan dan membicarkan masalah pribadi pada orang lain 6) Pasien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAK yang telah dilakukan. e. Aktivitas dan indikasi TAK Sosialisasi Aktivitas yang dilaksanakan dalam tujuh sesi yang bertujuan untuk melatih kemampuan sosialisasi pasien. Pasien yang diindikasikan mendapatkan TAKS adalah pasien yang mengalami gangguan hubungan sosial berikut : 1) Pasien yang mengalami isolasi yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal 2) Pasien yang mengalami keruskan komunikasi verbal yang telah berespons sesuai dengan stimulus. TAK sosialisasi terdiri dari 2 sesi yaitu sesi 1 : memperkenalkan diri,

sesi 2 : berkenalan dengan anggota kelompok . (Keliat, B

et al. 2014) 1. Kemampuan komunikasi verbal a. Pengertian Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan maupun tertulis. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam

hubungan

antar

manusia.

Melalui

kata-kata,

meraka

menggunakan perasaan, emosi pemikiran, gagasan, atau maksud mereka,

menyampaikan

fakta,

data,

dan

informasi

serta

menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat dan bertengkar dalam komunikasi verbal, Bahasa memegang peranan penting (Hardjana 2003). b. Bahasa Dalam komunikasi verbal, lambing Bahasa yang dipergunakan adalah Bahasa verbal entah lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik. Sedangkan dalam komunikasi nonverbal, Bahasa yang dipakai adalah

Bahasa nonverbal berupa Bahasa tubuh (raut wajah, gerak kepala, gerak tangan) tanda, tindakan, dan objek (Hardjana 2003) c. Kata Kata merupakan unit lambing terkecil dalam Bahasa. Kata adalah lambang yang melambangkan atau mewakili sesuatu hal, entah orang, barang, kejadian, atau keadaan sendiri. Makna tidak ada pada kata sendiri melainkan pada pikiran orang. Kata mempunyai dua aspek atau segi, yakni lambang dan makna. Dalam Bahasa lisan, lambang kata berupa ucapan lisan. Dalam Bahasa tertulis, lambang kata berbentuk tulisan. Makna merupakan isi yang terkandung dalam lambang isi menujuk pada objek, seperti orang, barang, atau keadaan. Dalam pemaknaan kata perlu dibedakan antara makna denotative dan makna konotatif. Makna denotative adalah makna konseptual, makna biasa atau umum sebagaimana dijelaskan daam kamus. Sedangkan makna konotatif adalah makna personal dan sosial, dimana pengertian pribadi dan sosial tercangkup (Hardjana 2003) 2. Isolasi Sosial a. Pengertian Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI, T et al. 2017) Isolasi sosial ialah ketidak mampuan untuk membina hubungan yang erat, hangat, terbuka, dan interdependen dengan orang lain. Isolasi sosial adalah keadanaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterma, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. (Dermawan, D et al. 2013)

b. Rentang Respon

Adapatif

maladaptive

Menyendiri

Menarik diri

Otonomi

Merasa sendiri

Bekerja sama

Dependensi

Saling ketergantungan

curiga

Ketergantunga n Manipulasi curiga

Gambar 1 Rentang Respon Isolasi Sosial (Sumber: Surya Direja Buku Ajaran Asuhan Keperawatan Jiwa di Indonesia, 2011) 1) Respon adaptif Respon adaptif adalah respon yang masih dapat di terima oleh norma- norma sosial dan kebudayaan secara umum dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini adalah sikap yang termasuk respon adaptif a) Menyendiri,

respon

yang

di

butuhkan

seseorang

untuk

merenungkan apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya b) Otonomi,

kemampuan

individu

untuk

menentukan

dan

menyampaikan ide pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial. c) Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain. d) Saling ketergantungan (Interdependen), saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal. 2) Respon maladaptif Respon maladaptif adalah respons yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di suatu tempat, berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon maladaptif

a) Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. b) Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga tergantung dengan orang lain. c) Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain. c. Etiologi Terjadinya gangguan ini di pengaruhi oleh factor predisposisi diantaranya perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan, keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari hari terabaikan. Isolasi sosial pada pasien akan di jelaskan dengan menggunakan konsep stress adaptasi (direja, A. et al. 2011) yang meliputi stressor dari factor predisposisi dan presipitasi. 1) Factor predisposisi a) Factor tumbuh kembang Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial b) Factor komunikasi dalam keluarga Gangguan

komunikasi

dalam

keluarga

merupakan

factor

pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial c) Factor sosial budaya Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan factor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial d) Factor biologis

Factor biologis juga merupakan salah satu factor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial. 2) Factor presipitasi Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh factor internal dan eksternal seseorang. Factor setressor presipitasi dapat dikelompokkan sebagai berikut: a) Factor eksternal Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stess yang ditimbulkan oleh factor sosial budaya seperti keluarga. b) Factor internal Contohnya adalah stressor psikologi, yaitu stress terjadi akibat ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadinya bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya.

d. Tanda gejala Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI, T et al. 2017) tanda gejala isolasi sosial sebagai berikut: 1) Gejala dan Tanda Mayor isolasi sosial Subyektif

obyektif

1. Merasa ingin sendiri

1. Menarik diri 2. Tidakberminat/m

2. Merasa tidak

enolak

aman di tempat

berinteraksi dengan

umum

orang lain atau lingkungan

(Sumber: Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) 2)

Tanda dan gejala minor Subyektif

obyektif

1. Merasa berbeda dengan

orang

lain

1. Afek datar 2. Efek sedih 3. Riwayat ditolak

2. Merasa

asik

4. Menunjukkan

dengan pikiran

permusuhan

sendiri

tidak

3. Merasa

tidak

memenuhi

mempunyai

harapan

tujuan

lain

jelas

yang

mampu

orang kondisi

difabel tindakan tidak

berarti

tidak ada kontak mata, perkembangan terlambat, tidak bergairah/ lesu

(Sumber: Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

NO

Nama

Judul Penelitian

Tujuan Penelitian Bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi perilaku kognitif terhadap kemampuan klien isolasi sosial dalam melakukan interaksi. Penelitian dilakukan untuk menganalisa peningkatan kemampuan kognitif ,efektif dan perilaku klien isolasi sosial Diketahuinya pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan sosialisasi pada pasien isolasi sosial di rumah sakit

Metode dan Variabel Penelitian Dengan metode kuantitatif menggunakan desain quasi experimental pre –post test without control teknik pengambilan sample secara total sampling . denga variable yang di teliti yaitu kognitif sebelum 13,79 dan sesudah 19,88 Afektif sebelum 14,58 dan sesudah 17,33 Perilaku sebelum 9,64 dan sesudah 11,06 Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment teknik sample yang di gunakan adalah purposive sampling. Dengan sample 15 responden yang memenuhi kriteria inklusi untuk menganalisa hubungan dua variable digunakan iju Wilcoxon signed test

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi aktivitas kelompok soasialisasi sesi 3 terhadap kemampuan

Metode yang di gunakan adalah quasi experiment dan desain yang di gunakan dala penelitian ini adalah one group pretest dan posttet jumlah sample dalam penelitian sebanyak

1

Nyumirah (2013)

Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial (Kognitif, afektif dan Prilaku) Melalui Penerapan Terapi Perilaku Kognitif

2

Wiastuti and Mamnu’ah (2011)

Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan Sosialisasi Pada Pasien Isoalasi Sosial

3

Tumiwa (2018)

Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi 3Terhadap Kemampuan Komunikasi Verbal

Hasil Penelitian

Kesimpulan

Sample berjumlah 33 orang dengan tehnik pengambilan sample total sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada pegaruh terapi perilaku kognitif terhadap kemampuan interaksi (kognitif, efektif dan perilaku) pada klien isolasi sosial (P value ≤ 0,05)

Berdasarka hasil uji statistic tidak ada hubungan umur dengan kognitif, efektif, dan prilaku dan ada hubungan antara jenis kelamin dengan kognitif (P< 0,05) ada hubungan

Hasil penelitian diketahui bahwa didapatkan hasil uji statistic nilai P 0,001 lebih kecil dari pada 0,05. Sehingga di dapat disimpulkan ada pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan sosialisasi pada pasien isolasi sosial

Sehingga hasil ini mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sbelumdan sesdah perlakuan hasil tersebut menunjukkan bahwa Ha di terima Ho di tolak yang artinya terapi aktivitas kelmpok sosialisasi berpengaruh dalam meningktkan kemampuasn sosialisasi Berdasarkan hsil penelitian yang telah dilakukan terdapat peningkatan nilai rata- rata kemampuan komunikasi verbal klien menarik diri setelah di berikan TAKS sesi 3

Menunjukkan ada pengaruh antara terapi aktivitas kelompok sosialisasi sesi 3 dengan kemampuan komunikasi verbal pada klien menarik diri di RSJ prov jawa barat

Pada Klien Menarik Diri

komunikasi verbal klien menarik diri

4

Nancye and Maulidah (2018)

Pengaruh Terapi Aktivitas Klompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan Bersosialisasi Pasien Isolasi Sosial Diagnosa Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya

Untuk mengetahui pengruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan bersosialisasi

5

Hasriana, Nur et al. (2013)

Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan Bersosialisasi Pada

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh terapi aktivitas kelompok

34 orang dengan teknik pengambilan total sampling pengumpulan data menggunakan wawancara bebas terpimpin Dalam penelitian ini rancangan yang di gunakan adalah quasi eksperiment dengan metode one-group prepost test design. Yaitu menggunakan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu klompok subjek,variable bebas dalam penelitian ini adalah terapi aktivitas klompok sosiaslisasi dan variable terkait dalam penelitian ini adalah kemampuan bersosialisasi. .Desain penelitian menggunakan rancangan The one group pretestpostest design, dengan teknik pengambilan

Hasil dari penelitian ini penilitian ini semua responden tidak memiliki kemampuan bersosialisasi dengan baik sebelum dilakukan TAKS sebanyak 7 oarang (100%) sedangkan setelah di lakukan TAKS sebagaian responden mampu untuk bersosialisasi dengan baik sebanyak 5 orang ( 0,8%) dan ada pengaruh TAKS sebagaian responden mampu untuk bersosialisasi dengan nilai p=0,025. Pengolahan data menggunakan komputer SPSS versi 16.Hasil analisa menunjukkan adanya pengaruh yang

Ada pengaruh terapi aktivitas kelompok sosiaisasi terhadap kemampuan bersosialiasasi pada pasien isolasi sosial diagnose skizofrenia .

.Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan pasien

6

Pangestu, Widodo et al. (2014)

Klien Isolasi Sosial Menarik Diri Di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan

sosialisasi terhadap kemampuan pasien berinteraksi sosial

Pengaruh Terapi Aktiv Itas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan Komunikasi Verbal Klien Menarik Diri Di Rsjd Surakarta

Untuk mengetahui pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan komunikasi verbal klien menarik diri di RSJD Surakarta pada kelompok sesudah diberikan perlakuan.

sampel yaitu purposive sampling terhadap 30 responden dengan lama rawat kurang dari 3 bulan. Kemampuan berinteraksi sosial diukur sebelum dan setelah dilakukan intervensi TAK menggunakan lembar observasi. Analisa data dengan uji “wilcoxon sign rank test”. Rancangan penelitian ini adalah praeksperimen dengan menggunakan rancangan Posttest Only Design. Populasi dalam penelit ian ini pasien skizofernia yang berjumlah 211 orang berdasarkan rekam medik yang mengalami gangguan komunikasi verbal pada klien

signifikan dari TAK Sosialisasi terhadap kemampuan berinteraksi sosial dengan p = 0,000.

berinteraksi sosial. Sebaiknya TAK Sosialisasi menjadi terapi keperawatan terhadap setiap pasien dengan masalah keperawatan isolasi sosial karena TAK merupakan salah satu tindakan keperawatan yang efektif.

Hasil Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi di RSJD Surakarta termasuk dalam kategori mempunyai kemampuan komunikasi verbal pasien skizofrenia dalam menarik diri, dan ada pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) t erhadap kemampuan komunikasi verbal pasien skizofrenia menarik diri di RSJD Surakarta

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1 . Hasil Ter api Aktivitas Kelompok Sosialisasi di RSJD Surakarta termasuk dalam kategori mempunyai kemampuan

menarik diri. Sampel ditetapkan sebanyak 30 responden dengan teknik purposive sampling . Alat analisis yang digunakan dengan ana lisis deskriptif

7

Astriningsih and Mamnu’ah (2014)

Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Tingkat Sosialisasi Pada Pasien Gangguan Jiwa Di Desa Banaran Galur Kulon Progo Yogyakarta

Penelitian quasi exsperiment ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap tingkat sosialisasi pada pasien gangguan jiwa.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperiment menggunakan design Quasi Exsperimental (eksperimen semu) dengan rancangan one group pretest – post test tanpa kelompok pembanding atau kelompok kontrol. Dengan mengobservasi

komunikasi verbal pasien skizofrena dalam menarik diri. 2 . Ada pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) terhadap kemampuan komunikasi verbal pasien skizofrenia menarik diri di RSJD Surakarta. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi menunjukkan hasil paling banyak responden memiliki kategori baik sebanyak 9 orang (90,0%), yang memiliki kategori cukup sebanyak 1 orang (10%), dan tidak ada responden yang memiliki kategori kurang.

Tingkat sosialisasi pada pasien gangguan jiwa di Desa Banaran Galur Kulon Progo sebelum dilakukan intervensi Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi diperoleh hasil dengan kategori kurang. Sedangkan tingkat sosialisasi pada pasien gangguan jiwa di Desa Banaran Galur Kulon Progo

sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Kelompok diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi kembali setelah intervensi. Populasi pada penelitian ini adalah keseluruhan subjek penelitian klien gangguan jiwa di Desa Banaran Galur Kulon Progo Yogyakarta sebanyak 81 orang. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel secara non probability sampling dengan teknik purposive sampling . Dikatakan non probability sampling dengan tenik purposive sampling sebanyak 10 orang.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Wiastuti (2011), sesudah memberikan intervensi Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi pada 15 responden (100%) memiliki kemampuan sosialisasi baik. Hasil dari pengukuran 11 responden yang memiliki kemampuan cukup mengalami peningkatan sosialisasi menjadi baik dan 4 responden yang memiliki kemampuan sosialisasi kurang mengalami p eningkatan sosialisasi menjadi baik.

sesudah dilakukan intervensi Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi diperoleh hasil dengan kategori baik. Terdapat perbedaan tingkat sosialisasi sebelum dan sesudah dilakukan intervensi Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi pada pasien gangguan jiwa di Desa Banaran Galur Kulon Progo dengan nilai signifikansi p=0,005 (p<0,05).

B. Sintesa Penelitian Sebelumnya

C. Kerangka Teori Gangguan jiwa

Faktor predisposisi

interaksi sosial : menarik diri

Tahap penanganan

Faktor presipitasi

krisis 1 kehilangan keterikatan

Tahap penanganan fase akut

1. Faktor genetic 2. Ketidakberdayaan, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain 3. Menghindar dari orang lain 4. Tidak mampu merumusakan keinginandan merasa tertekan 5. Teori kehilangan obyek

2 peristiwa besar dalam kehidupan 3 perubahan fisiologi

Tahap penanganan

4 merasa tidak berarti

fase pemeliharaan

Tahap penanganan fase peningkatan kesehatan

Intervesni : Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Kemampuan komunikasi verbal

1. Perkembangan 2. Persepsi 3. Nilai 4. Latar belakang sosial budaya 5. Emosi 6. Jenis kelamin 7. Pengetahuan 8. Peran hubungan 9. Lingkungan 10. Jarak

Sumber : Modifikasi Musliha (2010), Stuart, (1998) dan Azizah (2011)

D. Kerangka Konsep Variable Independen

variable dependen Kemampuan Verbal

Terapi akitivitas kelompok

Pasien Isolasi Sosial

sosialisasi (TAKS)

1. Keteraturan minum obat 2. Terapi pengobatan 3. Satus gizi

Keterangan :

= Tidak Ditelitu

=

= Diteliti

E. Hipotesa 1.Ha : adanya pengaruh terapi aktivitas terhadap kemampuan verbal pasien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Abepura

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Penelitian ini mengunakan desain penelitian eksperimen semu (quasyeksperiment). dengan mengunakan desain penelitian one group pre-post test (kelompok intervensi pretest-posttest) yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi terhadap kemampuan verbal pasien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura Provinsi Papua Tahun 2019. Rancangan Penelitian Menurut Nursalam, 2010

Pretest

Perlakuan

Posttest

X1

I

X2

Keterangan : XI : Pengukuruan sebelum dilakukan perlakuan X2 : Pengukuran sesudah dilakukan perlakuan I : Perlakuan

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura 2. Waktu Penelitian ini akan dilakukan dari bulan maret – april 2019 C. Populasi dan Sample 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien isolasi sosial dan halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura

2. Sample Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah pasien isolasi sosial dan halusinasi yang di rawat di Ruah Sakit Jiwa Daerah Abepura. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling yaitu teknik penetapan pada sampel sesuai apa yang dikehendaki agar sampel dapat mewakili karakteristik populasi. Pengambilan sampel di Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura. Pengambilan sampel dalam penelitian ini ditetapkan dengan suatu pertimbangan dengan kriteria yang berfokus kepada pasien Isolasi Sosial, mempunyai kriteria sebagai berikut : a) Kriteria inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subyek penelitian yang layak untuk dilakukan penelitian atau dijadikan responden. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: 1. 2. 3. 4.

Pasien yang bisa diajak berkomunikasi Pasien yang mampu menjawab pertanyaan dengan baik Pasien bersedia mengikuti TAKS Pasien dengan masalah utama isolasi sosial dan halusinasi yang dapat diajak berkomunikasi b) Kriteria eksklusi Kriteria eksklusi merupakan subyek penelitian yang tidak dapat mewakili sample karena tidak memenuhi syarat sebagai sample penelitian. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah: 1. Pasien yang tidak dapat diajak kompromi 2. Pasien tidak mampu menjawab pertanyaan dengan baik 3. Pasien tidak mengikuti TAKS D. Definisi Oprasional Variabel Table 1. Definisi Oprasional Variabel Jenis variabel

Definisi Cara oprasional pengukuran Variable Suatu kegiatan Independen: kelompok yang Terapi Aktivitas bertujuan untuk Kelompok membuat klien (TAK) mampu membina

Skala ukur

Hasil ukur

hubungan dengan orang lain: dengan dilakukan TAK 1-2 kali dalam seminggu, Kemampuan pasien dalam komunikasi verbal, melalui terapi aktivitas kelompok yang dilakukan sesi 17 selama 45 menit. Yang nantinya di pimpin oleh leader, co leader, dan 2-3 vasilitator. Variabel kemampuan Dependen : komunikasi Kemampuan verbal klien Komunikasi dengan adanya Verbal pasien timbal balik isolasi sosial dan antara sesama halusinasi klien, dokter dan tim medis yang lain

Menggunakan nominal Lembar observasi penilaian kemampuan komunikasi verbal

Diharapkan klien mampu menerapkan TAK sesi 1 yaitu Kemampuan memperkenalakan diri.

Di harapkan klien mampu menerapkan TAK sesi 2 yaitu kemampuan berkenalan Di harapkan klien mampu menerapkan TAK sesi 3 yaitu kemampuan bercakap-cakap Di harapkan klien mampu menerapkan TAK sesi 4 yaitu kemampuan

bercakap-cakap topik tertentu Di harapkan klien mampu menerapkan TAK sesi 5 yaitu kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi Di harapkan klien mampu menerapkan TAK sesi 6 yaitu kemampuan bekerjasama Di harapkan klien mampu menerapkan TAK sesi 7 yaitu evaluasi kemampuan sosialisiasi

E. Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan data primer dan data skunder,yaitu : 1. Data primer Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner/ lembar observasi serta memberikan penjelasan dan cara pengisian kuesioner tersebut sebelumnya. 2. Data sekunder Data skunder dalam penelitian ini diperoleh melalui catatan administrator kantor ruang umum Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura dalam mengenai data pasien gangguan jiwa. F. Teknik Pengolahan Data 1. Pengolahan Data Setelah semua data pada lembar kuisioner terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui beberapa tahap (Notoatmodjo 2012)yaitu : a. Editing

Peneliti melihat dan memeriksa kuisioner yang sudah dibagikan hasil yang didapat peneliti. Setelah kuisioner terisi, kemudian diperiksa kembali untuk melihat adakah lembaran kuisioner yang belum terjawab oleh responden dan peneliti juga memeriksa ulang kelengkapan pengisian kesalahan atau jika ada bagian dari lembar kuisioner yang belum diisi tidak ada kendala, sehingga lanjut ke pengolahan data berikutnya. b. Codding Pernyataan yang telah dijawab diberi kode untuk mempermudah peneliti melakukan pengolahan data. c. Entry Kategori-kategori yang sudah diberi kode kemudian dimasukkan kedalam komputer untuk diolah. d.Scoring Pada tahap ini dilakukan dengan memberi nilai sesuai jawaban responden untuk memudahkan pengolahan data e. Tabulating Data yang sudah dimasukkan ke dalam program komputer kemudian diolah dan dianalisa. Data disajikan kedalam bentuk distribusi frekuensi

2. Analisa data a. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukkan untuk mendapatkan gambaran distribusi karakterisstik responden. b.Analisa Bivariat Analisis bivariat dilakukan peneliti untuk mengetahui apakah ada pengaruh Terapi Aktifitas Sosialisasi (TAKS) Terhadap Kemampuan Berinteraksi Klien Skizofrenia sebelum dan sesudah intervensi. Peneliti menggunakan uji statistik Paired Sample Test untuk menganalisa perbedaan skor rata-rata kemampuan berinteraksi pada responden sebelum dan sesudah intervensi, Uji signifikan terhadap hasil perhitungan adalah dengan membandingkan hasil perhitungan signifikan (p) untuk “ level of significance”(α) = 5 % (0,05) atau CI (Confidence Interval ) 95%. Bila nilai p < α (0.05) maka dapat

disimpulkan bahwa Terapi

Aktifitas

Sosialisasi

(TAKS)

mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kemampuan verbal pada Klien isoasi sosial

G. Etika Penelitian Selama penelitian, responden dilindungi dengan memperhatika aspek – aspek self determination, privacy and anonymity, benefience, maleficience, justice, informand consent (Polit & Beck, 2004). Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dengan menekankan masalah etika sebagai berikut : 1. Self determination ( keputusan sendiri ) Prinsip self determination dijelaskan bahwa responden (pasien dan keluarga) diberi kebebasan oleh penulis untuk menentukan keputusan sendiri, apakah bersedia ikut dalam penelitian atau tidak tanpa paksaan (sukarela). Setelah responden

bersedia,

maka

langkah

selanjutnya

peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan serta manfaat penelitian, kemudian peneliti menanyakan kesediaan responden, setelah setuju, respon diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi subyek penelitian atau informed consent yang disediakan. 2.

Privacy and anonymity ( pribadi dan tanpa nama ) Prinsip etik ini yaitu prinsip menjaga kerahasiaan informasi responden dengan tidak mencantumkan nama, tetapi hanya menuliskan kode inisial dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

3.

Beneficience ( berprilaku baik ) Beneficience merupakan prinsip etik yang mementingkan keuntungan, baik bagi peneliti maupun responden sendiri. Peneliti menjelaskan kepada responden tentang manfaat penelitian ini untuk menambah pengetahuan klien sizofrenia

4.

Maleficience ( tidak merugikan orang lain )

Penelitian ini

menggunakan prosedur yang tidak menimbulkan bahaya bagi responden dan terbebas dari rasa tidak nyaman, dalam hal ini peneliti meyakinkan responden bahwa intervensi ini tidak

merugikan pasien dan peneliti akan memperhatikan setiap responden dalam mengikuti kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi ini (TAKS). 5. Justice ( keadilan ) Justice merupakan prinsip etik yang memandang keadilan dengan memberikan keadilan bagi responden dan perlakuan atau intervensi yang sama kepada semua responden. 6.

Informed Consent ( persetujuan ) Prinsip ini merupakan persetujuan atau izin yang diberikan oleh responden untuk memperbolehkan dilakukannya suatu tindakan atau perlakuan.

H. Alur Penelitian

Persiapan penelitian : 1. Prosedur administrasi 2. Prosedur teknis

Identifikasi responden yang memenuhi kreteria penelitian

Melakukan seleksi dan penetapan responden klompok

Informed consent

Kelompok intervensi

Analisi sistematik di bantu dengan SPSS

Daftar Pustaka Astriningsih, L. and M. a. Mamnu’ah (2014). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi terhadap Tingkat Sosialisasi pada Klien Gangguan Jiwa di Desa Banaran Galur Kulon Progo Yogyakarta, STIKES'Aisyiyah Yogyakarta. DERMAWAN, et al. (2013). KONSEP dan KERANGKA KERJA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. YOGYAKARTA, GOSYEN. direja, s., et al. (2011). BUKU AJAR ASUHAN KEPERAWATAN JIWA YOGYAKARTA, NUHA MEDIKA. Hardjana, A. M. (2003). Komunikasi intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal Yogyakarta, Kanisius. Hasriana, H., et al. (2013). "Pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan bersosialisasi pada klien isolasi sosial menarik diri di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan." Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis 2(6): 74-79. keliat, et al. (2005). PROSES KEPERAWTAN JIWA. JAKARTA, EGC. keliat, et al. (2014). KEPERAWATAN JIWA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK. JAKARTA, EGC. L, s. and videbeck (2008). KEPERAWATAN JIWA. JAKARTA, BUKU KEDOKTERAN EGC. Nancye, P. M. and L. Maulidah (2018). "Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan Bersosialisasi Pasien Isolasi Sosial Diagnosa Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya." Keperawatan 6(1). Nanda (2005). Nursing Diagnoses: Defenitions & Classification 2007-2008 Philadelphia, Nanda International Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka cipta.

Nyumirah, S. (2013). "Peningkatan kemampuan interaksi sosial (kognitif, afektif dan perilaku) melalui penerapan terapi perilaku kognitif di rsj dr amino gondohutomo semarang." Jurnal keperawatan jiwa 1(2). Pangestu, D. W., et al. (2014). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan Komunikasi Verbal Klien Menarik Diri Di RSJD Surakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta. PPNI, et al. (2017). STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA JAKARTA, DEWAN PENGURUS PUSAT. Tumiwa, F. F. (2018). "PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI SESI III TERHADAP KEMAMPUAN SOSIALISASI PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RUANGAN KATRILI RSJ PROF. DR. V. L RATUMBUYSANG MANADO." Community Health 3(2). Wiastuti, A. and M. a. Mamnu’ah (2011). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan Sosialisasi Pada Pasien Isolasi Sosial Di Rumah Sakit Ghrasia Provinsi Diy, STIKES'Aisyiyah Yogyakarta.

Astriningsih, L. and M. a. Mamnu’ah (2014). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi terhadap Tingkat Sosialisasi pada Klien Gangguan Jiwa di Desa Banaran Galur Kulon Progo Yogyakarta, STIKES'Aisyiyah Yogyakarta. Dermawan, et al. (2013). Konsep dan Kerangka Kerja Keperawatan Jiwa. Yogyakarta, GOSYEN. direja, s., et al. (2011). BUKU AJAR ASUHAN KEPERAWATAN JIWA YOGYAKARTA, NUHA MEDIKA. Hardjana, A. M. (2003). Komunikasi intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal Yogyakarta, Kanisius. Hasriana, H., et al. (2013). "Pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan bersosialisasi pada klien isolasi sosial menarik diri di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan." Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis 2(6): 74-79. Keliat, et al. (2005). PROSES KEPERAWTAN JIWA. JAKARTA, EGC. Keliat, et al. (2014). KEPERAWATAN JIWA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK. JAKARTA, EGC.

Nancye, P. M. and L. Maulidah (2018). "Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan Bersosialisasi Pasien Isolasi Sosial Diagnosa Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya." Keperawatan 6(1). Nanda (2005). Nursing Diagnoses: Defenitions & Classification 2007-2008 Philadelphia, Nanda International Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka cipta. Nyumirah, S. (2013). "Peningkatan kemampuan interaksi sosial (kognitif, afektif dan perilaku) melalui penerapan terapi perilaku kognitif di rsj dr amino gondohutomo semarang." Jurnal keperawatan jiwa 1(2). Pangestu, D. W., et al. (2014). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan Komunikasi Verbal Klien Menarik Diri Di RSJD Surakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta. PPNI, et al. (2017). STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA JAKARTA, DEWAN PENGURUS PUSAT. sheila, et al. (2008). Keperawatan Jiwa. JAKARTA, BUKU KEDOKTERAN EGC. Tumiwa, F. F. (2018). "PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI SESI III TERHADAP KEMAMPUAN SOSIALISASI PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RUANGAN KATRILI RSJ PROF. DR. V. L RATUMBUYSANG MANADO." Community Health 3(2). Wiastuti, A. and M. a. Mamnu’ah (2011). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan Sosialisasi Pada Pasien Isolasi Sosial Di Rumah Sakit Ghrasia Provinsi Diy, STIKES'Aisyiyah Yogyakarta.

Related Documents

Latar Belakang
May 2020 45
Latar Belakang
May 2020 19
Latar Belakang
August 2019 39
Latar Belakang
November 2019 34
Latar Belakang
June 2020 16

More Documents from "Mary Walker"

Nadia.pdf
June 2020 2
Jurnal.docx
November 2019 13
60016_rab(1).docx
November 2019 5