Laporan_pusat_perbelanjaan_bab_1_4.docx

  • Uploaded by: Komang Yudha
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan_pusat_perbelanjaan_bab_1_4.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 16,962
  • Pages: 80
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jauh sebelum masa kemerdekaan, Kota Makassar telah berkembang pesat. Pada abad ke 17 Kota Makassar tercatat sebagai salah satu dari sepuluh kota terbesar di Asia. Pesatnya perkembangan Kota Makassar berdasarkan catatan sejarah, dimungkinkan oleh paling tidak empat faktor. Pertama, adalah letak strategis Kota Makassar pada bentangan Selat Makassar yang memungkinkan kemudahan akses ke dalam maupun ke luar Makassar. Kedua, faktor keterbukaan Kota Makassar dalam menerima berbagai suku bangsa dalam interaksi perdagangan internasinal, sehingga mengherankan jika beberapa abad lalu di Kota Makassar telah bermukim beberapa suku bangsa Asia dan Eropa yang hingga saat ini sebagian masih menyisahkan anak keturunan mereka. Ketiga, adalah faktor dukungan kultur maritim yang berkembang di Kota Makassar dan daerah sekitarnya yang memungkingkan kemudahan terbangunnya lalu lintas laut serta perdagangan pesisir. Keempat, dukungan oleh daerah sekitar Kota Makassar mampu menyuplai kebutuhan berbagai hasil bumi untuk kebutuhan pangan. Hal ini sejalan dengan kedudukan Kota Makassar sebagai lbukota Sulawesi Selatan dan sebagai gerbang bagi Kawasan Timur. Secara geografis Makassar sangat strategis dilihat dari sisi kepentingan ekonomi maupun politik. Dari sisi ekonomi, Kota Makassar menjadi simpul jasa distribusi yang tentunya akan lebih efisien dibandingkan dengan daerah lain. Dengan mengembangkan Kota Makassar sekaligus akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan percepatan bangunan di Kawasan Timur Indonesia. Dengan demikian, dari sisi pengembangan kota Makassar sekaligus menjadi jalur dan simpul perekat yang strategis hubungan antara Kawasan Timur dan Kawasan Barat Indonesia. Kebesaran Makassar dalam catatan sejarah dan harapan warga kota menjadikan Makassar sebagai kota pelayanan yang maju dan berkembang, 1

kemudian dihadapkan dengan berbagai permasalahan, kendala serta keterbatasan sebagaimana layaknya kota-kota lain yang tengah tumbuh dan berkembang sesuai dinamikanya. Permasalahan tersebut dapat muncul dari pertumbuhan penduduk yang begitu pesat dengan berbagai konsekuensinya. Tuntutan atas peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang, keterbatasan kapasitas lingkungan atas kebutuhan dan perkembangan kota, mengharuskan adanya uapaya sistematis dalam mengarahkan perkembangan kota Makassar sesuai harapan masyarakat di satu sisi dihadapakan dengan berbagai permasalahannya di lain sisi, dengan dukungan potensi Kota Makassar sebagai sektor faktor yang dapat menggerakkan pembangunan daerah. Dalam konteks ini perencanaan pembangunan kawasan perdagangan memiliki kedudukan strategis dalam rangka mengarahkan harapan-harapan masyarakat dalam bentuk arah pembangunan daerah dengan tekanan pada aspek kebutuhan yang mendasar dan paling mendesak sebagai skala prioritas, karena adanaya keterbatasan untuk memenuhi seluruh kebutuhan dari dinamika dan perkembangan daerah. Dengan demikian perencanaan pembangunan kawasan perdagangan di Makassar dimaksud merupakan wujud dari sistematisasi kebutuhan daerah dalam rentang waktu tertentu dikaitkan dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal terakhir ini kemudian diformulasi dalam bentuk kebijakan program dan rencana kerja daerah. Oleh karena itu, melalui laporan tugas mata kuliah studio perencanaan kota ini, penulis mengangkat tema tentang kawasan pusat perdagangan di kota Makassar, sehingga diharapkan kedepannya dapat direncanakan kawasan perdagangan yang ramah lingkungan di kota Makassar.

2

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, rumusan masalah yang akan dikaji adalah : 1. Mengidentifikasi lokasi dan fungsi kawasan pusat Perbelanjaan di kota Makassar. 2. Mengidentifikasi isu permasalahan yang terjadi dikawasan pusat perdaganagan di kota Makassar. 3. Mengidentifikasi radius pelayanan masing-masing pusat Perbelanjaan di kota Makassar. C. Tujuan Penelitian Dalam laporan ini terbagi atas dua tujuan yakni tujuan penelitian dan tujuan perencanaan. 1. Tujuan Penelitian a. Mengetahui lokasi dan fungsi kawasan pusat Perbelanjaan di kota Makassar. b. Mengetahui kondisi aksesibilitas pusat Perbelanjaan dikota Makassar 2. Tujuan Perencanaan a. Menata dan merencanakan pusat Perbelanjaan terpadu D. Manfaat Penelitian Dengan adanya penyusunan laporan ini, diharapkan dapan memberikan manfaat antara lain : 1. Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa mengenai kawasan pusat Perbelanjaan yang berada di kota Makassar. 2. Sebagai salah satu alternative dalam merencanakan kawasan Perbelanjaan yang ramah lingkungan bagi kota Makassar.

3

E. Tabel NSPM Tabel 1. Daftar Norma, Standar, Pedoman, Manual Perbelanjaan yang digunakan sebagai literature penelitian NO . 1. 2.

JUDUL

ISI

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern

 Bab IV Pasal 6 mengenai Kriteria Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah  Bab II Pasal 2, 3, 4, & 5 mengenai Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan & Toko Modern  Bab IV Pasal 12 & 13 tentang Perizinan  Bab V Pasal 15 mengenai Pembinaan dan Pengawasan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang selanjutnya disebut RTRWN adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara.  Pasal 3 ayat 2 mengenai Pendirian Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern (Analisa Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat dan Keberadaan Pasar Tradisional & UMKM)  Bab IV Pasal 9 mengenai Batasan Luas Lantai Penjualan Toko Modern  Bab V Pasal 10, 11 & 12 menganai Jenis Kewenangan Penerbitan Izin Menjelaskan tentang pendirian pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern, kemitraan usaha, dan batasan luas lantai penjualan toko modern  Pasal 8 mengenai Wilayah Pengembangan  Pasal 9 mengenai Kawasan Terpadu  Pasal 12 mengenai Strategi Pengembangan Tata Ruang Kota  Pasal 18 mengenai Rencana Pengembangan Kawasan Bangunan Umum  Tingkat Pelayanan Sarana Niaga minimal tersedia 1 (satu) pasar untuk setiap 30.000 penduduk

3.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

4.

Peraturan Menteri Perbelanjaan Republik Indonesia Nomor : 53/MDag/Per/12/2008 Tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, Dan Toko Modern

5.

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perbelanjaan Nomor 145 Tahun 1997 Tentang Penataan dan Penggunaan Pasar dan Pertokoan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar 2005-2015

6.

7.

8.

Pedoman Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum (Kep.Menteri Perumahan Pemukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Rencana Detail Tata Ruang Kota Makassar

KET.

 Penataan Kawasan Perbelanjaan di Kota Makassar

4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka A.1 Definisi Pusat Perbelanjaan Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 tahun 2007 Tentang

Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat

Perbelanjaan, Dan Toko Modern, BAB 1 Ketentuan Umum Pasal 1 mendefinisikan: a. Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat Perbelanjaan maupun sebutan lainnya. b. Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. c. Pusat Perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horisontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan Perbelanjaan barang. d. Toko adalah bangunan gedung dengan fungsi usaha yang digunakan untuk menjual barang dan terdiri dari hanya satu penjual. e. Toko Modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan.

5

1. Ciri-ciri Pusat Perbelanjaan a. Pasar Tradisional 1) Proses jual-beli melalui tawar menawar harga, 2) Barang yang disediakan umumnya barang keperluan dapur dan rumah tangga, 3) Harga yang relatif lebih murah, 4) Area yang terbuka dan tidak ber-AC, 5) Adanya tenda-tenda tempat penjual memasarkan dagangannya. http://ddsulai.blogspot.com/2012/12/ciri-ciri-pengertian-pasar-tradisional.html

b. Pasar Modern 1) Penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode) 2) Area berada dalam bangunan 3) Pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga, 4) Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama, seperti piring, gelas, pisau, kipas, dan lain-lain, 5) Harga yang relative lebih mahal dibandingkan pasar jenis lain. http://a67532.wordpress.com/2010/05/13/perbedaan-antara-pasar-modern-dan-pasar-tradisional/

c. Ruko 1) Relatif sempit dengan massa bangunan yang memanjang kebelakang, 2) Bangunan yang terdiri dari dua tingkat yang identic dengan bagian lantai atas untuk rumah tinggal dan bagian bawah sebagai tempat berdagang, 3) Mampu menampung kegiatan dalam skala ekonomi kecil. 4) Kedua sisinya masih saling berdekatan yang menyebabkan kualitas dalam bangunan rendah.

d. Warung 1) Biasanya sebagian bangunan rumah digunakan untuk tempat berjualan 2) Barang-barang yang dijual berupa kebutuhan pokok seperti sembako 3) Melayani skala perumahan 4) Mampu menampung kegiatan dalam skala ekonomi kecil 2. Unsur-Unsur Pokok Perpasaran 6

a. Konsumen Konsumen adalah pribadi atau badan yang menikmati penggunaan fisik suatu barang dan jasa ekonomi atau seseorang yang membeli untuk dijual kembali. Dari pihak konsumen yang perlu untuk diteliti antara lain : 1) Daya beli atau tingkat pendapatan 2) Daya mobilitas untuk mencapai tempat belanja 3) Waktu yang tersedia 4) Tingkah laku adat dan kebiasaan b. Lembaga Perbelanjaan dan Wadah Lembaga Lembaga yang melaksanakan penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Dari pihak pedagang, hal yang perlu diperhatikan antara lain : 1) Keuntungan yang relatif baik 2) Harga dan biaya penjualan 3) Cara pelayanan 4) Suplai barang yang diperdagangkan c. Barang Barang Mengenai Penggolongan Barangterdapat banyak teori. Untuk pembahasan selanjutnya diambil penggolongan barang yang merupakan hasil penyelidikan yang dilakukan oleh PD Pasar Jaya Bersama dengan LPEM F.E. UI 1971 : 1) Golongan I : Merupakan barang-barang yang dinilai sebagai barang kebutuhan sehari-hari misalnya : sayur, bumbu dapur, lauk-pauk, dll. 2) Golongan II : Barang ini bukan merupakan kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan dalam waktu interval tertentu misalnya seminggu atau sebulan. Contohnya : pakaian, tekstil, sepatu, kosmetik. 3) Golongan III : Sifat barang yang termasuk dalam golongan ini hampir sama dengan golongan barang sekunder, akan tetapi merupakan barang-barang lux dan relatif mahal harganya bagi ukuran pembeli masyarakat Indonesia. Contohnya : tv, kamera foto, dll. 4) Golongan IV : Barang-barang golongan ini dirasakan dan dibutuhkan oleh pembeli hanya sebagai insidential, atau tidak dapat ditentukan. Misalnya : mebel, onderdil mobil , dll. 3. Penataan Bangunan Pusat Perbelanjaan a. Pasar Tradisional

7

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern. BAB II, yaitu : 1) Lokasi pendirian Pasar Tradisional wajib mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota, termasuk Peraturan Zonasinya. 2) Pendirian Pasar Tradisional wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut: a)

Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keberadaan Pasar Tradisional, Pusat perbelanjaan dan toko modern serta usaha kecil, termasuk koperasi, yang ada di wilayah yang bersangkutan,

b)

Menyediakan areal parkir paling sedikit seluas kebutuhan parkir 1 (satu) buah kendaraan roda empat untuk setiap 100 m² (seratus meter per segi) luas lantai penjualan Pasar Tradisional, dan

c)

Menyediakan fasilitas yang menjamin Pasar Tradisional yang bersih, sehat (hygienis), aman, tertib dan ruang publik yang nyaman.

3) Pasar tradisional atau pusat perbelanjaan atau toko modern harus menyediakan areal parkir yang cukup dan sarana umum lainnya. Penyediaan areal parkir sebagaimana dimaksud dapat dilakukan berdasarkan kerjasama dengan pihak lain. b. Ruko 1) Penggunaan tertinggi dan terbaik: yaitu efisiensi tempat dengan penggabungan fungsi usaha dan bermukim. Pemanfaatan lahan yang maksimal dengan KDB hampir mencapai 100%. 2) Parkir dan Sirkulasi: sebagai pendukung dari aktifitas kegiatan Perbelanjaan. Pertimbangan sirkulasi pejalan kaki dan sirkulasi kendaraan dengan jumlah ruang yang disediakan.

8

3) Kenyamanan: kenyamanan fungsi hunian dan usaha yaitu kenyamanan dari pengunjung dan penghuni dari bangunan. 4) Estetika: pertimbangan pada perancangan terhadap lingkungan dan masyarakat seperti bahan-bahan, privacy, dan gaya. 5) Rancangan dan citra alam : yaitu menetapkan suatu citra yang nyata bagi berbagai kelompok pemakai merupakan bagian dari kebudayaan setempat. c. Toko Modern Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern, yaitu: 1) Lokasi pendirian Toko Modern wajib mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten/Kota,

dan

Rencana

Detail

Tata

Ruang

Kabupaten/Kota, termasuk Peraturan Zonasinya. 2) Pasar tradisional atau pusat perbelanjaan atau toko modern harus menyediakan areal parkir yang cukup dan sarana umum lainnya. 3) Batasan luas lantai penjualan Toko Modern adalah sebagai berikut: a) Minimarket, kurang dari 400 m² (empat ratus meter persegi); b) Supermarket, 400 m² (empat ratus meter persegi) sampai dengan 5.000 m² (lima ribu meter persegi); c) Hypermarket, lebih dari 5.000 m² (lima ribu meter persegi); d) Department Store, lebih dari 400 m² (empat ratus meter persegi); dan e) Perkulakan, lebih dari 5.000 m² (lima ribu meter persegi). 4) Jarak pendirian penjualan toko a) Jarak pendirian minimarket dengan ukuran luas lantai penjualan di atas 75 (tujuh puluh lima) meter persegi dan semua minimarket berjejaring paling dekat dalam radius 3.000 (tiga ribu) meter dari pasar tradisional. b) Jarak pendirian minimarket dengan ukuran luas lantai penjualan sampai dengan 75 (tujuh puluh lima) meter persegi yang bukan

9

minimarket berjejaring paling dekat dalam radius 500 (lima ratus) meter dari pasar tradisional. c) Jarak pendirian supermarket dan departemen store paling dekat dalam radius 3.000 (tiga ribu) meter dari pasar tradisional. d) Jarak pendirian hypermarket dan perkulakan paling dekat dalam radius 5.000 (lima ribu meter) meter dari pasar tradisional. e) Jarak pendirian toko modern pada wilayah perbatasan dengan Kabupaten/Kota lain, paling dekat dalam radius 1.000 (seribu) meter dari pasar tradisonal Kabupaten/Kota di luar daerah. 5) Usaha Toko Modern dengan modal dalam negeri 100% (seratus persen) adalah: a) Minimarket dengan luas lantai penjualan kurang dari 400 m² (empat ratus meter persegi); b) Supermarket dengan luas lantai penjualan kurang dari 1.200 m² (seribu dua ratus meter persegi); dan c) Department Store dengan luas lantai penjualan kurang dari 2.000 m² (dua ribu meter persegi). 6) Pasar tradisional atau pusat perbelanjaan atau toko modern harus menyediakan areal parkir yang cukup dan sarana umum lainnya. Penyediaan areal parkir sebagaimana dimaksud dapat dilakukan berdasarkan kerjasama dengan pihak lain.

10

4. Tata Letak (Lokasi) Bangunan Pasar Lokasi sebuah pasar adalah merupakan faktor yang paling penting dan berpengaruh tehadap keberhasilan pasar tersebut (David Dewar dan Vanessa Watson, 1990). Pada skala kota ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi lokasi tersebut, yaitu : 1) Lokasi Pergerakan Populasi (orang) (Location of population movement). Pasar sangat peka pada sirkulasi dan konsentrasi dari pejalan kaki dan lalulintas, disebut berhasil karena dekat dengan pergerakan orang banyak. Dengan demikian, biasanya pasar yang berada di pusat kota merupakan pasar yang sangat besar perkembangannya. Hal ini sangat wajar, karena pada lokasi pasar tersebut, banyak orang berkumpul dan mudah dicapai serta pasar tersebut menyediakan barang kebutuhan sehari-hari. 2) Sumber Persediaan Barang (yang akan diperdagangkan) (Sources of supply). Faktor kedua yang mempengaruhi keberhasilan lokasi pasar pada skala kota harus dekat dengan kiriman persediaan (is sitting of mayor sourcess of supply) sumber-sumber utama barang yang diperjual belikan serta memiliki akses mudah dikunjungi. 3) Lokasi Pembeli (Location of consumers).

Faktor

ketiga

yang

mempengaruhi keputusan dalam menentukan lokasi perencanaan sebuah pasar adalah kemudahan untuk melayani kebutuhan konsumen-konsumen kota. Bahwa lokasi pasar seharusnya mudah dijangkau oleh konsumen pasar, baik yang berpenghasilan tinggi (higher income) maupun yang berpenghasilan rendah (lower income). Untuk yang berpenghasilan rendah menggunakan jasa angkutan umum ataupun pejalan kaki, sehingga harus dipertimbangkan titik-titik tempat transit kendaraan umum (halte, sub terminal), juga harus memiliki areal parkir yang cukup untuk pengunjung dengan kendaraan pribadi (roda 4 dan roda 2), selain taxi stand dan mungkin juga diperlukan tempat parkir transit untuk becak, ojek dan sebagainya.

5. Tata Ruang Pasar

11

Tata ruang pasar tidak dapat terlepas dari penataan komoditi barang dagangan serta ruang-ruang yang terpinggirkan. Penataan pasar yang berkaitan dengan komoditi barang dagangan, menurut D.Dewar dan Vanessa W dalam bukunya Urban Market Developing Informal Retailing (1990), dibedakan penempatannya sesuai sifat-sifat barang tersebut. Barang-barang yang mempunyai karakter hampir sama seperti buah-buahan dan sayur-sayuran ditempatkan pada tempat yang berdekatan dengan daging, ikan, telur dan sebagainya. Menurut D.Dewar dan Vanessa W., penempatan barang-barang yang memiliki karakter sejenis ini dengan alasan, sebagai berikut : a. Setiap barang membutuhkan lingkungan yang

spesifik

untuk

mengoptimalkan penjualannya, seperti butuh pencahayaan. b. Setiap barang mempunyai efek samping yang berlainan, seperti bau dan pandangan. c. Setiap barang

mempunyai

karakter

penanganan,

bongkarnya, drainase, pencucian dan sebagainya. d. Para konsumen/pembeli dengan mudah dapat

seperti memilih

tempat dan

membandingkan harganya. e. Perilaku pembeli sangat beragam, konsentrasi dari sebagian barang-barang dan pelayanan memberikan efect image dari para konsumen. Berkaitan dengan pemanfaatan fungsi ruang, problem yang sangat berhubungan dengan lay out fisik ruang pasar adalah problem spatial marginalization. Lay out ini berkaitan dengan pergerakan populasi pengunjung di dalam pasar dan berhubungan dengan tata ruang/kios-kiosnya. Penyebaran dari pergerakan pedestrian dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor utama, yaitu : lingkungan, orientasi dari pasar pada pola sirkulasi pedestrian yang dominan dan kontak visual (David Dewar dan Vanessa Watson, 1990). Dari pergerakan/sirkulasi di dalam pasar akan berpengaruh pada sering atau tidaknya los/kios yang dikunjungi atau dilewati oleh pengunjung, sehingga di dalam pasar sering dijumpai tempat yang tidak/kurang dikunjungi (dead spots). Menurut Nelson (1958) karakter pilihan lokasi usaha dari aspek konsumen (pembeli) agar transaksi Perbelanjaan merupakan hasil pilihan pembeli terhadap

12

faktor-faktor daya tarik dan penghambat dari fasilitas Perbelanjaan yang ada, antara lain : a. Ketersediaan barang dagangan. b. Keuntungan harga unit retail, standard, harga kompetitif, dampak promosi, penjualan khusus. c. Kenyamanan tempat penjualan. d. Kemudahan : transportasi umum (biaya, waktu frekwensi), transportasi pribadi (parkir, aksesibilitas, kondisi lalu lintas, jarak parkir). Sedangkan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam merencanakan los Perbelanjaan, menyangkut tanggapan konsumen, menurut Nelson (1958), yaitu: a. Konsumen cenderung mengunjungi pusat Perbelanjaan yang dominan. b. Konsumen tidak akan melewati suatu pusat Perbelanjaan untuk menuju pusat Perbelanjaan lain yang mempunyai fasilitas yang sama. c. Konsumen akan mengunjungi pusat Perbelanjaan terdekat dengan fasilitas yang sama. d. Konsumen cenderung mengikuti pola sirkulasi yang sudah umum. 6. Skala Pelayanan Tabel 2. Skala Pelayanan Perbelanjaan dan Niaga Kebutuhan Per Jumlah No.

Jenis Sarana

Pend. (Jiwa)

Satuan Sarana Luas Luas Lahan Lantai Min. Min. (m²) (m²)

Kriteria Standard (m²/jiwa)

Radius Pencapai an

Lokasi dan Penyelesaian Ditengah kelompok

1.

Toko/ Warung

250

50

100 bila

(termasuk

berdiri

gudang)

sendiri

tetangga. 0,4

300 m²

Dapat merupakan bagian dari

2.

Pertokoan

6.000

1.200

3.000

0,5

2000 m²

sarana lain Dipusat kegiatan sub lingkungan.

13

KDB 40% dapat berbentuk P dan D Dapat

Pusat 3.

Pertokoan + Pasar

dijangkau 30.000

13.500

10.000

0,33

kendaraanum

Lingkungan

um Terletak di

Pusat

jalan utama.

Perbelanjaan 4.

dan Niaga (Toko + Pasar

dengan

Termasuk 120.000

36.000

36.000

+ Bank + Kantor)

0,3

sarana parkir sesuai ketentuan

setempat Sumber : SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan

7. Hierarki Pusat-Pusat Perbelanjaan Pusat-pusat kegiatan ekonomi kota biasanya dimulai dengan pusat Perbelanjaan, yang kemudian menyebar kedaerah sekitarnya. Dengan penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang memungkinkan, membuat ekspansi wilayah kegiatan kota menjadi semakin meluas dengan tumbuhnya berbagai pusat kegiatan, hal ini mengacupada Teori Nuclei Ganda atau Multiple Nuclei theory. Pusat Perbelanjaan, pusat manufakturing dan permukiman penduduk dari berbagai lapisan memerlukan sarana angkutan sebagai bagian dari jaringan komunikasi (Hadi Yunus, 2005).

a. Hierarki Pada Tingkat Nasional Pada tingkat nasioal, hirarki dari pusat-pusat kegiatan tersebut telah ditetapkan di dalam PP No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) sebagai berikut:

14

1) Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yakni kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasonal, nasional atau beberapa provinsi, dengan kriteria: a)

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional.

b)

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat ekonomi perkotaan, pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi.

c)

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

2) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yakni kawasan pekotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala propinsi atau beberapa kabupaten/kota, dengan kriteria: a)

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

b)

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor impor yang mendukung PKN.

c)

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala propinsi atau beberapa kabupaten.

3) Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yakni adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan, dengan kriteria: a)

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat ekonomi perkotaan, kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

b)

Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

b. Hierarki Pada Tingkat Provinsi

15

Pada tingkat propinsi, hirarki dari pusat-pusat kegiatan tersebut dapat ditetapkan dalam bentuk sistem orde. berdasarkan: 1) Sistem kota-kota propinsi (provinsial system of cities) berdasarkan hirarki besaran/ukuran jumlah penduduk sebagai berkut: a)

Metropolitan/Megapolitan dengan penduduk di atas 1000.000 jiwa.

b)

Kota Besar dengan penduduk 500.000 sampai dengan 1.000.000 jiwa.

c)

Kota Sedang dengan penduduk 100.000 sampai dengan 500.000 jiwa.

d)

Kota Kecil dengan penduduk di bawah 100.000 jiwa.

2) Sistem kota-kota menurut pandangan kota sebagai simpul jasa distribusi yang berhirarki berdasarkan kelengkapan sarana transportasi. 3) Adanya hubungan keterkaitan fungsional di antara pusat-pusat kegiatan secara berhirarki yang terbentuk oleh sistem jaringan prasarana wilayah dan sistem jaringan transportasi wilayah yang berhirarki pula (sistem primer dan sistem sekunder). c. Hierarki Pada Tingkat Kabupaten Pada tingkat kabupaten, hirarki dari pusat-pusat kegiatan tersebut dapat ditetapkan dalam bentuk sistem orde, berdasarkan: 1) Sistem kota-kota kabupaten (regencial system of cities) berdasarkan besaran/ukran jumlah penduduk dan sistem sarana prsarana wilayah yang mendukungnya. Hirarki besaran kota adalah sebagai berkut: a)

Kota Sedang dengan penduduk 100.000 sampai dengan 500.000 jiwa.

b)

Kota Kecil dengan penduduk 20.000 sampai dengan 100.000 jiwa.

c)

Kawasan Terpadu Pusat Pertumbuhan Desa (KTP2D) atau DesaDesa Pusat Pertumbuhan (DPP) dengan penduduk di bawah 20.000 jiwa.

2) Adanya hubungan keterkaitan fungsional di antara pusat-pusat kegiatan secara berhirarki yang terbentuk oleh sistem jaringan prasarana wilayah

16

dan sistem jaringan transportasi wilayah yang berhirarki pula (sistem primer dan sistem sekunder). d. Hierarki Pada Skala Pelayanan Tabel 3. Hierarki Perbelanjaan Berdasarkan Skala Pelayanan Skala Pelayanan

Skala Wilayah (Gosir)

Jenis Pasar

Perkulakan Besar

Perkulakan Sedang

Perkulakan Kecil

MODERN

PMKB

PMKS

PMKK

(Manajemen Modern.Teknologi Modern
Pusat Perbelanjaan Skala Besar

Pusat Perbelanjaan Skala Sedang

Pusat Perbelanjaan Skala Kecil Pusat Perbelanjaan Skala Kecil

Skala Internal (Retail) Eceran PME Mall Hypermarket (>600m2) Supermarket Dep.Store (200 s/d 6000m2) Pertokoan Minimarket (<200m2)

TRADISIONAL

PTKK

PTE

(Model Kecil. Skala Kecil, Tawar Menawar)

Pasar Tradisional perkulakan skala kecil

Pasar Tradisional eceran berskala kecil Pertokoan,Kios Los,Lapak Kumpulan Tenda

Keterangan: PMKB : Pasar modern perkulakan besar PMKS : Pasar modern perkulakan sedang PMKK : Pasar modern perkulakan kecil PTKK : Pasar tradisional perkulakan kecil PME

: Pasar modern eceran

PTE

: Pasar tradisional eceran

Berikut ini disajikan penjelasan mengenai hirarki pasar berdasarkan skala pelayanan:

17

1) Pasar Modern Perkulakan Besar (PMKB). Pasar jenis ini difungsikan untuk mendukung pusat kegiatan ekonomi skala nasional (PKN) atau sistem jangkauan pelayanan kegiatan ekonomi secara eksternal pada tingkat nasional. 2) Pasar Modern Perkulakan Sedang (PMKS). Pasar jenis ini difungsikan untuk mendukung pusat kegiatan ekonomi skala wilayah/propinsi (PKW) atau sistem jangkauan pelayanan kegiatan ekonomi secara eksternal di tingkat wilayah. 3) Pasar Modern Perkulakan Kecil (PMKK). Pasar jenis ini difungsikan untuk mendukung pusat kegiatan ekonomi skala kabupaten/kota/lokal (PKL) atau sistem jangkauan pelayanan kegiatan ekonomi secara eksternal pada tingkat lokal atau tingkat kota/kabupaten. Hanya melayani kegiatan Perbelanjaan perkulakan skala kecil. 4) Pasar Modern Eceran (PME). Pasar jenis ini difungsikan untuk mendukung sistem pelayanan kegiatan ekonomi secara internal kawasan/lokal

(kabupaten/kota).

Hanya

melayani

kebutuhan

penduduk/kegiatan Perbelanjaan secara eceran di dalam kabupaten/kota yang bersangkutan. 5) Pasar Tradisional Perkulakan Kecil (PTKK). Pasar jenis ini difungsikan untuk mendukung pusat kegiatan ekonomi skala kabupaten/kota/lokal (PKL) atau sistem jangkauan pelayanan kegiatan ekonomi secara eksternal pada tingkat lokal atau tingkat kota/kabupaten. Hanya melayani kegiatan Perbelanjaan perkulakan skala kecil. 6) Pasar Tradisional Eceran (PTE). Pasar jenis ini difungsikan untuk mendukung sistem pelayanan kegiatan ekonomi secara internal kawasan/lokal

(kabupaten/kota).

Hanya

melayani

kebutuhan

penduduk/kegiatan Perbelanjaan secara eceran di dalam kabupaten/kota yang bersangkutan. SUMBER: Ir.H.M. Djumantri, MSi, Buletin Tata Ruang, Juli-Agustus 2010 (Edisi: Ruang Untuk Semua).

8. Bentuk-Bentuk Pasar a. Pasar Tradisional 18

1) Pasar Menurut Pelayanan dan Kelengkapannya a) Pasar tradisional. Dalam pasar tradisional, pembeli dilayani langsung oleh penjual, sehingga dimungkinkan masih terjadi tawar menawar harga. b) Pasar modern. Dalam pasar modern, pelayanan dilakukan secara mandiri dan dilayani oleh pramuniaga. 2) Pasar Menurut Status a) Pasar resmi. Merupakan pasar dan tempat penjualan umum yang ditepatkan oleh pemerintah daerah yang terdapat pertemuan antara penjual dan pembeli untuk mengadakan penawaran dan permintaan terhadap suatu barang dan jasa. Dikarenakan lokasinya ditetapkan oleh pemerintah daerah lokasi dan bangunan pasar telah memenuhi persyaratan perencanaan kota maupun teknis bangunan. b) Pasar tidak resmi / liar. Mempunyai pengertian fungsi yang sama dengan pasar resmi hanya statusnya yang berbeda/ illegal. 3) Pasar Menurut Fisik a) Pasar Kongkret/Riil, adalah pasar di mana penjual dan pembeli bertemu langsung dan barang yang diperjualbelikan benar-benar ada. Ciri-cirinya: transaksi tunai, barang dapat langsung dibawa,barang yang diperjual-belikan benar-benar ada dan penjual pembeli bertemu langsung. b) Pasar abstrak, adalah pasar di mana penjual dan pembali tidak bertemu secara langsung dan barang yang diperjualbelikan tidak tersedia secara langsung. Ciri-cirinya: transaksi berlandaskan rasa percaya, penjual pembeli berada di tempat yang berbeda, barang yang diperjualbelikan tidak tersedia (hanya contohnya saja). 4) Pasar Menurut Waktu Terjadinya a) Pasar harian, pasar yang penyelenggaraannya setiap hari. b) Pasar mingguan, pasar yang penyelengggaraanya setiap seminggu sekali. c) Pasar bulanan, pasar yang penyelenggaraanya sebulan sekali. d) Pasar tahunan, pasar penyelenggaraannya setahun 5) Pasar Menurut Luas Wilayah Kegiatannya a) Pasar lokal, pasar yang daerah pemasarannya hanya meliputi daerah tertentu, barang yang diperjualbelikan adalah barang kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Peruntukkan tanah untuk Perbelanjaan dan

19

jasa lokal hanya boleh digunakan oleh unit-unit bangunan Perbelanjaan jasa skala lokal dengan ukuran masing-masing perpetakan : Tabel 4. Peraturan Teknis Pembangunan Pada Kawasan Perbelanjaan dan Jasa dengan Peruntukkan Perbelanjaan dan Jasa Lokal

Ketentuan teknis

Dasar Spesifik Teknis Teknis

Dimensi Perpetakan Luas Perpetakan Min (m²) Lebar Perpetakan Min (m) Tinggi Bangunan Maks per Lantai (m) Jumlah Lantai Bangunan Maks Persyaratan Jarak Bebas Garis Sempadan Depan Bangunan (m) Garis Sempadan Samping Bangunan (m) Garis Sempadan Belakang Bangunan (m) Koefisien Dasar Bangunan maks (%) Koefisien Lantai Bangunan maks (%) Koefisien Dasar Hijau min (%)

Peruntukkan Perbelanjaan dan Jasa Perbelanjaan dan Jasa Lokal Tunggal Deret Kecil

Sedang

Besar

Kecil

Sedang

Besar

500

1500

3000

300

600

1200

10

15

30

10

15

25

6

6

6

6

6

6

4

4

4

4

4

4

1/2 ROW jalan depan 1X Tinggi Lantai Banguna n 1X Tinggi Lantai Banguna n 50

1/2 ROW jalan depan 1X Tinggi Lantai Banguna n 1X Tinggi Lantai Banguna n 50

1/2 ROW jalan depan 1X Tinggi Lantai Banguna n 1X Tinggi Lantai Banguna n 50

1/2 ROW jalan depan 1X Tinggi Lantai Banguna n 1X Tinggi Lantai Banguna n 50

1/2 ROW jalan depan

1/2 ROW jalan depan

1X Tinggi Lantai Bangunan

50

1X Tinggi Lantai Banguna n 1X Tinggi Lantai Banguna n 50

2

2

2

2

2

2

30

30

30

30

30

30

1X Tinggi Lantai Bangunan

20

b) Pasar nasional, pasar yang daerah pemasarannya meliputi wilayah satu negara, barang yang diperjualbelikan adalah barang yang dibutuhkan masyarakat negara tersebut. c) Pasar regional, adalah pasar yang daerah pemasarannya meliputi beberapa negara di wilayah tertentu dan biasanya didukung dengan perjanjian kerjasama misalnya AFTA di wilayah Asia Tenggara. Tabel 5. Peraturan Teknis Pembangunan Pada Zona Dasar Peruntukkan Perbelanjaan dan Jasa dengan Peruntukkan Perbelanjaan dan Jasa Regional Ketentuan Teknis

Dasar

Peruntukkan Perbelanjaan Dan Jasa

Spesifik

Perbelanjaan dan Jasa Regional

Teknis Teknis Dimensi Perpetakan Luas Perpetakan Min (m²) Lebar Perpetakan Min (m) Tinggi Bangunan Maks per Lantai (m) Jumlah Lantai Bangunan Maks Persyaratan Jarak Bebas Garis Sempadan Depan Bangunan (m) Garis Sempadan Samping Bangunan (m)

Garis Sempadan Belakang Bangunan (m) Koefisien Dasar Bangunan maks (%) Koefisien Lantai Bangunan maks (%) Koefisien Dasar Hijau min (%)

Tunggal

Deret

Kecil

Sedang

Besar

Kecil

Sedang

Besar

500

1500

3000

300

600

1200

10

15

30

10

15

25

6

6

6

6

6

6

4

4

4

4

4

4

1/2 ROW jalan depan 1X Tinggi Lantai Banguna n 1X Tinggi Lantai Banguna n 40

1/2 ROW jalan depan 1X Tinggi Lantai Bangunan

1/2 ROW jalan depan 1X Tinggi Lantai Bangunan

1/2 ROW jalan depan 1X Tinggi Lantai Bangunan

1/2 ROW jalan depan 1X Tinggi Lantai Bangunan

1X Tinggi Lantai Bangunan

1X Tinggi Lantai Bangunan

1X Tinggi Lantai Bangunan

40

40

40

1/2 ROW jalan depan 1X Tinggi Lantai Banguna n 1X Tinggi Lantai Banguna n 40

1.6

1.6

1.6

1.6

1.6

1.6

40

40

40

40

40

40

1X Tinggi Lantai Bangunan 40

21

d) Pasar

internasional/pasar

pemasarannya

dunia,

meliputi seluruh

adalah

pasar

yang

daerah

kawasan dunia, barang

yang

diperjualbelikan adalah barang yang dibutuhkan semua masyarakat dunia Tabel 6. Peraturan Teknis Pembangunan Pada Zona Dasar Peruntukkan Perbelanjaan dan Jasa dengan Peruntukkan Perbelanjaan dan Jasa Internasional Ketentuan Teknis

Dasar

Peruntukkan Perbelanjaan Dan Jasa

Spesifik

Perbelanjaan dan Jasa Internasional

Teknis

Tunggal

Teknis

Kecil

Sedang

Besar

Luas Perpetakan Min (m²)

1000

3000

6000

Lebar Perpetakan Min (m)

20

30

60

Tinggi Bangunan Maks per Lantai (m)

6

6

6

Jumlah Lantai Bangunan Maks

4

4

4

Koefisien Dasar Bangunan maks (%)

1/2 ROW jalan depan 1 X Tinggi Lantai Bangunan 1 X Tinggi Lantai Bangunan 40

1/2 ROW jalan depan 1 X Tinggi Lantai Bangunan 1 X Tinggi Lantai Bangunan 40

1/2 ROW jalan depan 1 X Tinggi Lantai Bangunan 1 X Tinggi Lantai Bangunan 40

Koefisien Lantai Bangunan maks (%)

1.6

1.6

1.6

Dimensi Perpetakan

Persyaratan Jarak Bebas Garis Sempadan Depan Bangunan (m) Garis Sempadan Samping Bangunan (m) Garis Sempadan Belakang Bangunan (m)

6) Pasar Berdasarkan Radius Pelayanan a) Pasar regional. Terletak dilokasi yang strategis dan luas, bangunannya permanen, dan mempunyai kemampuan seluruh wilayah kota sampai keluar kota b) Pasar kota. Merupakan pasar yang terletak di lokasi yang cukup luas dan strategis, bangunan yang permanen dan mempunyai pelayanan meliputi seluruh kota. c) Pasar wilayah. Merupakan pasar yang tempatnya cukup luas dan strategis yang mempunyai pelayanan meliputi beberapa lingkungan dalam suatu wilayah tertentu.

22

d) Pasar lingkungan. Yaitu pasar yang tempatnya stratergis, bangunannya semi permanen dan permanen serta pelayanannya meliputi satu lingkungan pemukiman. e) Pasar perumahan. Merupakan toko-toko yang menempel pada rumah tinggal melayani kebutuhan rumah tangga di daerah sekitarnya, kirakira seluas wilayah RT. Pusat Perbelanjaan Berdasarkan Radius Pelayanan a) Pusat Perbelanjaan Lokal. Jangkauan pelayanan yang meliputi 5.000 – 40.000 penduduk (skala lingungan), luas bangunan sekitar 2.878 – 9.290 m2. Unit penjualan terbesar pada pusat Perbelanjaan golongan ini adalah supermarket. b) Pusat Perbelanjaan distrik. Jangkauan pelayanan 40.000 – 150.000 penduduk (skala wilayah), dengan luas bangunan berkisar antara 9.290 – 27.8780 m2. Unit-unit penjualan terdiri atas Junior departement store, supermarket dan toko-toko. c) Pusat Perbelanjaan Regional. Jangkauan pelayanan seluas daerah 150.00 – 400.00 penduduk. Dengan luas bangunan 27.870 – 92.990 m2. Unit – unit perbelanjaan golongan ini terdiri dari 1-4 departement store dan 50-100 toko ritel yang tersusun ,engitari pedistrian. 7) Pasar Menurut Waktu Kegiatannya a) Pasar siang hari. Pasar yang kegiatannya antara pukul 08.00 s/d 18.00 WIB. b) Pasar malam hari. Pasar yang kegiatannya antara pukul 18.00 s/d 05.00 WIB. c) Pasar siang malam. Pasar yang kegiatannya dilakukan siang dan malam hari. d) Pasar malam. Kegiatan pasar hanya dilakukan pada malam hari e) Pasar pagi. Kegiatan pasar hanya dilakukan pada pagi hari f) Pasar mingguan. Kegiatan pasar hanya dilakukan sekali dalam seminggu. 8) Pasar Menurut Barang yang Diperjual Belikan

23

a) Pasar barang konsumsi, adalah pasar yang memperjualbelikan barang yang secara langsung dapat dikonsumsi, misalnya pasar sembako, pasar buah. b) Pasar barang produksi, adalah pasar yang memperjualbelikan barang produksi atau faktor-faktor produksi, misalnya pasar bibit ikan, pasar mesin-mesin pabrik, bursa tenaga kerja. 9) Kepemilikan Tanah dan Bangunan (ownership of land and building) Kepemilikan tanah dan bangunan adalah Pemerintah, sedangkan pedagang selaku pengguna dengan sistem sewa (membayar retribusi). Sedangkan menurut David Dewar dan Vanessa Watson (1990), pengelompokkan tipe pasar terdapat 5 (lima) tipologi, yaitu : 1) Besar kecilnya barang yang diperjual belikan, skala besar atau kecil (the nature of suply). 2) Fungsi pasar dengan komoditas campuran atau komoditas tertentu (function). 3) Bentuk linier dan nucleated market (form). 4) Waktu operasi yaitu temporal atau permanen (time operation). 5) Barisan pedagang informal di jalan-jalan pasar menambah penuhnya servis pada bangunan pasar (degre of formality). Ciri yang paling mudah diamati dari pasar menunjukkan tempat yang digunakan bagi kegiatan yang bersifat indegenous market trade sebagaimana telah dipraktekkan sejak lama. Pasar sendiri sebenarnya sangat beragam jenisnya dan pertumbuhannya memerlukan waktu yang cukup lama. Masingmasing pasar memantapkan peran, fungsi serta bentuknya sendiri-sendiri. Bila berfungsi sebagai pasar pengecer di satu wilayah, maka pasar yang lain berkembang menjadi pasar pengumpul dan atau menjadi pasar grosir. 10) Pasar Berdasarkan Tarif Retribusi Menurut Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Kota Makassar Nomor 3 Tahun 1995 : a) Pasar kelas utama : bangunan fisik permanen, terletak dilokasi yang strategis dan luas, barang yang diperjual belikan lengkap, jangkauan pelayanan meliputi wilayah kota bahkan sampai keluar kota b) Pasar kelas I : bangunan fisik permanen, terletak dilokasi yang strategis dan luas, barang dagangan lengkap, jangkauan pelayanan meliputi seluruh kota 24

c) Pasar kelas II : bangunan fisik permanen, terletak dilokasi yang strategis dan luas, barang dagangan lengkap, jangkauan pelayanan meliputi lingkungan pemukiman. d) Pasar kelas III : bangunan fisik permanen, terletak di pemukiman penduduk, kegiatan Perbelanjaan tidak terlalu lama e) Pasar kelas IV : pasar yang menjual belikan hewan, seperti pasar sapi, kerbau, kuda, dan domba. 11) Pasar menurut Bentuk/Organisasi Pasar 1) Pasar persaingan sempurna (perfect competition market), adalah pasar yang terdapat banyak penjual dan pembeli sehingga harga tidak bisa ditentukan oleh masing-masing penjual/pembeli. Ciri-cirinya: a) Pengetahuan penjual dan pembeli sempurna b) Penjual dan pembeli bebas keluar masuk pasar c) Penjual dan pembeli banyak d) Barang yang diperjualbelikan bersifat homogeny 2) Pasar persaingan tidak sempurna (imperfect competition market), adalah pasar di mana jumlah pembeli lebih banyak daripada jumlah penjual. Ciri-cirinya: a) Pengetahuan pembeli tentang pasar terbatas b) Terdapat hambatan nutuk memasuki pasar c) Jumlah penjual sedikit d) Barang yang diperjualbelikan heterogen Pasar persaingan tidak sempurna dibedakan menjadi: a) Pasar monopoli, adalah pasar yang sepenuhnya dikuasai satu penjual. Contoh: PLN menguasai listrik di Indonesia. Ciri-ciri:  Terdapat satu penjual dan banyak pembeli.  Harga ditentukan oleh penjual.  Tidak ada barang lain yang dapat menggantikan barang yang 

diperjualbelikan. Ada rintangan bagi penjual baru yang ingin masuk.

Penyebab timbulnya pasar monopoli:   

Ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan undang-undang Penggabungan dari berbagai perusahaan Adanya hak paten atas hasil karya

25

Hambatan yang terjadi pada pasar monopoli:  

Penetapan harga serendah mungkin Adanya kepemilikan terhadap hak paten/hak cipta dan hak

eksklusif  Pengawasan yang ketat terhadap agen dan distributor  Adanya skala ekonomis yang sangat besar  Memiliki sumber daya yang unik b) Pasar duopoli, yaitu pasar yang dikuasai oleh dua penjual. Contoh: Caltex dan Pertamina menguasai minyak pelumas. Ciri-ciri:  Terdapat dua penjual dan banyak pembeli.  Harga ditentukan secara sepihak oleh kedua penjual c) Pasar oligopoli, yaitu pasar yang dikuasai oleh beberapa penjual. Contoh: Honda, Suzuki, Yamaha, dan Kawasaki menguasai sepeda motor. Ciri-ciri:  Terdapat beberapa penjual dan banyak pembeli  Barang yang diperjualbelikan bersifat homogeny  Terdapat hambatan bagi penjual baru  Adanya saling ketergantungan  Penggunaan iklan sangat intensif d) Pasar monopolistik, yaitu pasar dimana terdapat banyak produsen yang menjual barang yang sama tetapi dengan berbagai macam variasi. Ciri-ciri:  Terdapat banyak produsen  Barang yang diperjualbelikan sama tetapi dengan berbagai 

macam variasi Adanya kemudahan bagi produsen baru untuk menawarkan

produknya  Selalu terbuka peluang untuk menciptakan persaingan e) Pasar monopsoni, yaitu pasar dimana terdapat banyak penjual tetapi pembelinya hanya satu. Ciri-ciri:  Terdapat banyak produsen  Pembeli hanya satu  Para produsen bersaing keras untuk memberikan pelayanan dan harga serendah mungkin. b. Pasar Modern (Mall) Tipe-tipe Mall digolongkan dalam tiga bagian, yaitu : 1) Mall Terbuka (The Open Center)

26

Awalnya berkembang di Eropa, daya tarik dari mall tipe ini terletak pada fasade bangunan yang mengapit jalur pedestrian. Mall tipe ini juga memberikan kesan alami, hal ini terlihat pada arcade toko-toko retail sepanjang mall dan unsur-unsur alami seperti pohon, semaksemak, bunga, dan kursi taman. Tipe mall ini juga mempunyai kelemahan, utamanya bagi Negara yang memiliki 4 musim, yaitu adanya hambatan dari iklim sehingga kegiatan pembelanjaan tidak akan berlangsung sepanjang tahun. Mall terbuka dapat dibedakan atas 3 jenis, yaitu : a) Full Mall Dihasilkan oleh jalan yang tertutup yang dulunya digunakan oleh lalulintas kendaraan dan kemudian mengembangkan pedestrian atau

plaza

penerangan,

dengan dan

paving,

pohon-pohon,

kenyamanan-kenyamanan

tempat

duduk,

lainnya

seperti

sculpture dan batu-batuan. b) Transit Mall Dikembangkan dari pemindahan lalulintas automobile dan truk pada site jalan dan hanya membiarkan lalulintas public seperti bus dan taksi. Parkir pada jalan dilarang, jalur pejalan kaki diperlebar dan asesoris lainnya ditambahkan c) Semi Mall Pada semi mall jumlah lalulintas

dan

parkir

dikurangi.

Pengembangan area pedestrian yang dihasilkan akan dilengkapi dengan pepohonan, tempat duduk, penerangan, dan asesoris lainnya. 2) Mall Tertutup (The Closed Mall Center) Mall tertutup memiliki konsep yang lengkap dimana penjual dan pembeli terlindung dalam suatu area (bangunan) terdapat pengaturan pengkondisian ruang, sehingga kegiatan jual beli dapat berlangsung sepanjang tahun. Mall tertutup dapat menjadi “community center” bagi kegiatan sosial seperti kegiatan promosi, eksebisi, sekedar tempat berjalan-jalan dan lain-lain. Pada dasarnya mall tertutup menerapkan konsep mall kedalam bangunan. Konsep ini in door street ini diterapkan secara konsisten

27

sehingga elemen-elemen ruang luar dan elemen jalan seperti lampulampu jalan hadir secara nyata dalam mall tertutup. Selain terdapat pengaturan pengkondisian, jenis mall ini juga menggunakan

pencahayaan

buatan

(artificial

lighting)

untuk

membantu menciptakan suasana yang diinginkan, tetapi ada juga yang menggunakan skylight sebagai salah satu elemen utama mall. Dalam merencanakan mall tertutup terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu : a) Magnet/anchor b) Tenant Mix c) Kriteria design 3) Gabungan Mall Terbuka dan Tertutup (The Composite Mall Center) Merupakan mall yang sebagian terbuka atau sebagian tertutup. Maksudnya yaitu bahwa selasar disepanjang arcade toko-toko ditutup oleh atap tembus pandang dan ada atap pendukung antara toko-toko yang saling berhadapan. Sehingga tidak semua pedestrian mall perlu ditutup. Hal ini untuk mengantisipasi keadaan dimusim dingin. http://bozzkaf.blogspot.com/2012/09/pengertianfungsibentukperanan-dan.html

9. TEORI LOKASI KEGIATAN PERDAGANGAN Menurut Cristaller dalam Zulkarnain (1933), sistem Perdagangan ditentukan oleh permukiman dan transportasi. Asumsi yang digunakan adalah: 1) Budaya dan tempat seragam 2) Area tidak terbatas 3) Aksesibilitasnya sama 4) Permintaan sama Johnson (1975) menyebutkan bahwa daerah cenderung mempunyai pengaruh pasar sendiri, terutama jika daerah tersebut merupakan tanah datar, luasnya pengaruh radius dapat dibatasi oleh hambatan alam, sarana transportasi yang mendukung daerah itu. Hambatan dalam pencapaian bisa disebabkan oleh struktur ruang yang kurang baik, sulitnya untuk mencapai lokasi, jalan-jalan masih becek pada musim hujan dan berdebu pada musim kemarau serta belum adanya jalur kendaraan.

28

Menurut Robinson (1974), enam kriteria yang dilihat dari ilmu geografi yang berpengaruh dalam pemilihan lokasi adalah : 1) 2) 3) 4) 5) 6)

Bahan mentah Sumber Daya tenaga (power resource) Suplai tenaga kerja Suplai air Pemasaran Fasilitas Transportasi

Sin (1982) mengemukakan bahwa faktor pengaruh yang membagi kawasan Perdagangan pusat kota dipengaruhi oleh aksesibilitas dan keterkaitan spasial. Morill (1982) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi kegiatan Perdagangan adalah : 1) Spasial atau geografis, yang berkaitan dengan karakteristik seperti ruang, jarak, aksesibilitas, ukuran, bentuk, aglomerasi dan posisi relatif lokasi dalam keseluruhan. 2) Faktor-faktor lainnya yaitu ekonomi, politik, budaya sehingga saling berpengaruh antara faktor spasial dan aspasial. Selain itu juga perlu diperhatikan konsumen. Analisa Wiliam Alonso (1964) yang didasarkan pada konsep sewa ekonomi (Economic Rent) atau sewa lokasi (Location Rent ) menyebutkan bahwa: 1) Kota hanya mempunyai satu pusat (one centre / CBD) 2) Kota terletak pada daerah yang datar/dataran (Flat feature less plant) 3) Ongkos transportasi sesuai dengan jarak untuk ditempuh ke segala arah, biaya transportasi menuju ke pusat kota meningkat apabila jaraknya makin jauh dari pusat kota. CBD dianggap sebagai daerah yang mempunyai derajat dan ketergantungan yang paling tinggi, makin kearah luar makin rendah derajad aksesibilitasnya. 4) Setiap jengkal lahan akan dijual kepada penawar tertinggi. Hal ini berarti bahwa semua pihak mempunyai kesempatan sama untuk

29

memperoleh lahan, tidak untuk memonopoli dalam "land market" baik ditinjau dari pembeli maupun penjual. Disamping itu tidak ada pula campur tangan pemerintah (government intervention) dalam ekonomi pasar, tidak ada pembatasan-pembatasan dalam kaitannya dengan " land use zoning" atau standar polusi lingkungan dan jenisnya "free market competition" berjalan baik. Rondinelli (1985) berpendapat bahwa dalam interaksi ekonomi keterkaitan integrasi spasial yang sangat penting adalah adanya jaringan pasar melalui pelayanan komoditi, bahan baku yang berinteraksi antara pusat Perdagangan dengan permukiman. Karena kota lebih banyak berfungsi sebagai tempat pemasaran (market town) maka kota merupakan penghubung utama bagi masyarakat kota dan masyarakat hinterland dalam menerima serta melayani sistem pasar produksi hinterlandnya atau sebaliknya. Pada umumnya jika ada aksesibilitas bagi pembeli maupun pedagang, maka pasar yang diciptakan oleh adanya aktifitas perekonomian akan berkembang karena dibutuhkan oleh masyarakat. Pada umumnya masyarakat suatu kota (kecil atau besar) akan berbelanja ditempat yang terdekat jika barang yang diinginkan masih ditawarkan. Barang-barang tersebut lebih banyak bersifat untuk konsumen sehari-hari yang bisa dibeli tanpa harus banyak melakukan pertimbangan. Disisi lain pedagang tidak akan menjual barangnya pada pusat-pusat yang kecil jika barang tersebut tidak banyak diminati oleh masyarakat atau jika masyarakat harus mempertimbangkan dengan lebih teliti barang yang akan dibelinya (Christaller dalam Harstorn, 1992). Diana (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor penentu berkembangnya lokasi Perdagangan meliputi : 1) Jumlah penduduk pendukung. Setiap jenis fasilitas Perdagangan eceran mempunyai jumlah ambang batas penduduk atau pasar yang menjadi persyaratan dapat berkembangnya kegiatan. Jumlah penduduk

30

pendukung dapat diketahui dari luas daerah pelayanan tetapi luas daerah layanan tidak dapat ditentukan sendiri karena faktor ini bergantung pada faktor fisik yang mempengaruhi daya tarik suatu fasilitas Perdagangan. 2) Aksesibilitas. Berkaitan dengan kemudahan pencapaian suatu lokasi melalui kendaraan umum dan pribadi serta pedestrian. Untuk fasilitas Perdagangan kemudahan pencapaian lokasi, kelancaran lalu lintas dan kelengkapan fasilitas parkir merupakan syarat penentuan lokasi dan kesuksesan kegaiatan Perdagangan. 3) Keterkaitan spasial. Pada kegiatan Perdagangan yang bersifat generative, analisa ambang batas penduduk dan pasar menjadi halyang penting sedangkan pada lokasi Perdagangan yang bersifat suscipient, analisa kaitan spasial dari kegiatan merupakan hal yang penting. 4) Jarak. Kecenderungan pembeli untuk berbelanja pada pusat yang dominan, namun menyukai tempat yang dekat maka faktor jarak merupakan pertimbangan penting untuk melihat kemungkinan perkembangan suatu lokasi terutama pusat Perdagangan sekunder yang menunjukkan trade off antara besarnya daya tarik pusat dan jarak antara pusat. 5) Kelengkapan

fasilitas

Perdagangan.

Kelengkapan

fasilitas

Perdagangan menjadi faktor penentu pemilihan lokasi berbelanja konsumen. Konsumen berbelanja barang-barang tahan lama yang tidak dibeli secara tidak teratur seperti pakaian, alat-alat elektronik pada tempat Perdagangan yang memiliki banyak pilihan barang yang dapat diperbandingkan. Oleh karena itu pembeli cenderung untuk berbelanja barang-barang tahan lama pada pusat Perdagangan yang lebih lengkap, tetapi untuk kebutuhan standar sehari-hari seperti bahan makanan, para konsumen cenderung masih mempertimbangkan jarak yang dekat kalau terdapat fasilitas yang memadai. Ratcliffe (1974) mengemukakan aksesibilitas adalah kemudahan suatu tempat untuk dijangkau dan karakteristik spasial merupakan karakteristik lokasi Perdagangan atas lokasi yang bersifat generative yaitu lokasi kegiatan 31

Perdagangan yang menarik konsumen dari kawasan sekitar dan lokasi Perdagangan yang bersifat suscipient yaitu lokasi kegiatan Perdagangan yang mengambil keuntungan dari kegiatan lain disekitarnya. Pada kegiatan Perdagangan yang bersifat generative, analisa ambang batas penduduk dan pasar menjadi hal yang penting sedangkan pada lokasi Perdagangan yang bersifat suscipient, analisa kaitan spasial dari kegiatan merupakan hal yang penting. Kedua ciri ini pada kenyataannya sulit untuk dipisahkan, suatu pusat Perdagangan

cenderung

berkembang

pada

pertengahan

jalur

antara

permukiman dengan pusat lain, dengan kata lain, suatu kegiatan Perdagangan cenderung berkembang pada suatu lokasi yang mengintersepsi arus pembeli yang menuju pusat yang lain (Nelson dalam Hamdi Nur, 1996). Nugraha dkk (2000) mengemukakan bahwa lokasi merupakan salah satu faktor penentu yang mempengaruhi karakter ruko dari sudut pandang pengembang selain faktor keuangan, pasar, fisik. sedangkan yang paling menentukan dari sudut pandang pengguna adalah faktor price dan product. Dalam penelitiannya, untuk pihak pengembang diamati melalui faktor-faktor karakteristik ruko (Fisik, lokasi, peraturan, pasar dan keuangan) sedangkan untuk pihak pengguna diamati melalui "Empat -P" Koetler yaitu Product, Price, Place dan Promotion. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa lokasi merupakan faktor yang menentukan nilai suatu ruko baik dari sudut pandang pengembang maupun sudut pandang pengguna. Asteriani, Febby (2005). “Analisis Peringkat Faktor-Faktor Pemilihan Lokasi Ruko Dari Sudut Pandang Pengguna dan Pengembang Ruko Di Kota Pekanbaru”. Tesis S-2 MPKD, UGM, Yogyakarta. Hamdi Nur,(1996). “Kajian Lokasi Perbelanjaan Eceran Kota”, Tesis S-2 MPKD, UGM, Yogyakarta. Johnson,E.A.J.,(1975). The Organization of Space in Developing Tries. Harvard University Press, London.

32

Morril, Richard L.,(1982). The Spatial Organization of Society. Wadsworth Publishing Company, California. Nugraha, dkk, (2000). Jurnal Teknik Sipil FTSP Universitas Kristen Petra, Surabaya. Sim, Duncan., (1982). Change in The City Center. Gower House, Hampsire. Zulkarnain, (2003). “Perkembangan dan Sebaran Spasial Ruko di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat”. Tesis S-2 MPKD, UGM, Yogyakarta.

10. Aksesibilitas Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan lokasi tata guna lahan berinteraksi satu dengan yang lain dan mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi (Black, 1981). Pernyataan mudah dan sulit merupakan hal yang sangat subyektif dan kualitatif, mudah bagi seseorang belum tentu mudah bagi orang lain, begitu pula dengan pernyataan sulit, oleh karena itu diperlukan kinerja kualitatif yang dapat menyatakan aksesibilitas. Metode pengukuran sikap diukur dalam mempersepsi suatu obyek. Sikap tersebut adalah respon psikologis seseorang atas faktor yang berasal dari suatu obyek, respon tersebut menunjukkan kecenderungan mudah atau sulit. Pengukuran sikap seseorang atas suatu obyek dipengaruhi oleh stimuli, sebagai stimuli adalah peubah-peubah bebasnya. Dengan demikian maka pengukuran aksesibilitas transportasi dari seseorang merupakan pengukuran sikap orang tersebut terhadap kondisi aksesibilitas transportasinya. Banyak orang di daerah permukiman mempunyai akses yang baik dengan mobil atau sepeda motor atau kendaraan pribadi, tetapi banyak pula yang bergantung pada angkutan umum atau berjalan kaki. Jadi aksesibilitas zona asal dipengaruhi oleh proporsi orang yang menggunakan moda tertentu dan harga ini dijumlahkan untuk semua moda transportasi yang ada untuk mendapatkan aksesibilitas zona (Tamin, 1997). 11. Parkir

33

a. Definisi Parkir Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara karena ditinggalkan oleh pengemudinya (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1996). Parkir dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan tidak bergerak sutau kendaraan bermotor atau tidak bermotor yang dapat merupakan awal dari perjalanan dengan jangka waktu tertentu sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya yang membutuhkan suatu areal sebagai tempat pemberhentian yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun pihak lain yang dapat berupa perorangan maupun badan usaha. Secara hukum dilarang untuk parkir di tengah jalan raya, namun parkir di sisi jalan umumnya diperbolehkan. Fasilitas parkir dibangun bersama-sama dengan kebanyakan gedung, untuk memfasilitasi kendaraan pemakai gedung.Termasuk dalam pengertian parkir adalah setiap kendaraan yang berhenti pada tempat-tempat tertentu baik yang dinyatakan dengan rambu lalu lintas ataupun tidak, serta tidak semata-mata untuk kepentingan menaikkan dan/atau menurunkan orang dan/atau barang. b. Lokasi Parkir Sesuai Keputusan Mentri Perhubungan No.66 tahun 1993 tentang Fasilitas Parkir Untuk Umum Bab II Pasal 2 menyatakan bahwa, Penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas parkir untuk umum dilakukan dengan memperhatikan : 1) Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD); 2) Keselamatan dan kelancaran lalu lintas; 3) Kelestarian lingkungan; 4) Kemudahan bagi pengguna jasa. Dengan persyaratan pembangunan fasilitas parkir untuk umum (sesuai dengan pasal 4 ayat 1), sebagai berikut : 1) Dapat menjamin keselamatan dan kelancaran lalu lintas; 2) Mudah dijangkau oleh pengguna jasa; 3) Apabila berupa gedung parkir, harus memenuhi persyaratan konstruksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; 4) Apabila berupa taman parkir, harus memiliki batas-batas tertentu;

34

5) Dalam gedung parkir atau taman parkir diatur sirkulasi dan posisi parkir kendaraan yang dinyatakan dengan rambu lalu lintas atau marka jalan; 6) Setiap lokasi yang digunakan untuk parkir kendaraan diberi tanda berupa huruf, atau angka yang memberikan kemudahan bagi pengguna jasa untuk menemukan kendaraannya. c. Ruang Bebas Kendaraan Parkir Ruang bebas kendaraan parkir diberikan pada arah lateral dan longitudinal kendaraan. Ruang bebas arah

lateral diterapkan pada saat posisi pintu

kendaraan dibuka, yang diukur dari ujung paling luar ke badan kendaraan parkir yang ada disampingnya. Ruang bebas arah memanjang diberikan didepan kendaraan untuk menghindari benturan dengan dinding atau kendaraan yang lewat jalur gang. Jarak bebas arah lateral diambil sebesar 5cm dan jarak bebas arah longitudinal sebesar 30cm. Ukuran lebar bukaan pintu merupakan fungsi karakteristik pemakai kendaraan yang memanfaatkan fasilitas parkir. Dalam hal ini, karakteristik pemakai kendaraan yang memanfaatkan fasilitas parkir. Dalam hal ini, karakteristik pengguna kendaraan yang memanfaatkan fasilitas parkir dipilih menjadi tiga seperti yang di tunjukkan pada table dibawah ini : Tabel 7. Lebar Bukaan Pintu Jenis Bukaan Pintu Pintu depan/belakang terbuka tahap awal 55

Penggunnaan dan/atau Peruntukan Fasilitas  

I

perkantoran, Perbelanjaan

cm Pintu depan/belakang

Parkir Karyawan/pekerja kantor Tamu/pengunjung pusat kegiatan

Gol



terbuka

pemerintahan, universitas Pengunjung tempat olahraga, pusat

II

hiburan,/rekreasi, hotel, pusat Perbelanjaan eceran/swalayan, rumah

Pintu depan terbuka



sakit, bioskop Orang cacat

III

penuh dan ditambah untuk pergerakan kursi roda

35

Tabel 8. Penentuan Satuan Ruang Parkir No 1.

2. 3.

Jenis Kendaraan a. Mobil penumpang untuk golongan I

Satuan Ruang Parkir (m²) 2,30 x 5,00

b. Mobil penumpang untuk golongan II

2,50 x 5,00

c. Mobil penumpang untuk golongan III Bus/truk Sepeda motor

3,00 x 5,00 3,40 x 12,50 0,75 x 2,00

Seperti yang telah diuraikan diatas, yakni menunjukkan satuan ruang unutuk masing-masing jenis kendaraan. Satuan ruang parkir pada table diatas untuk masing-masing jenis kendaraan telah dianalisis sedemikian rupa dengan beberapa pendekatan. d. Sistem Parkir Sarana parkir ini pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998) : 1) Parkir menurut penempatannya a) Parkir di jalan (on street parking). Parkir di tepi jalan umum adalah jenis parkir yang penempatannya di sepanjang tepi badan jalan dengan ataupun tidak melebarkan badan jalan itu sendiri bagi fasilitas parkir. Parkir jenis ini sangat menguntungkan bagi pengunjung yang menginginkan parkir dekat dengan tempat tujuan. Tempat parkir seperti ini dapat ditemui dikawasan pemukiman berkepadatan cukup tinggi serta pada kawasan pusat Perbelanjaan dan perkantoran yang umumnya

tidak

siap

untuk

menampung

pertambahan

dan

perkembangan jumlah kendaraan yang parkir. Kerugian parkir jenis ini dapat mengurangi kapasitas jalur lalu lintas yaitu badan jalan yang digunakan sebagai tempat parkir. Tabel 9. Penggunaan Sebagian Badan Jalan Sebagai Tempat Parkir Jalan Bagi Pejalan

Jalan akses /

Jalan Lokal

Jalan Kolektor

Jalan Arteri

Jalan

Pergerakan

Lalu lintas jarak

Lalu lintas

Lingkungan

Aktifitas

kaki Jalan

Utama

bertemu

kendaraan

Kendaraan

menengah

jarak jauh

dagang

yang

dekat awal

menuju jaringan

kecepatan

36

atau memotong

akhir

jalan utama,

tinggi, tidak

antar barang,

perjalanan,

pelayanan

ada pejalan

kendaraan

terdapat

angkutan

kaki atau

kecepatan

tempat

umum, lalu

akses

rendah

pemberhentian

lintas menerus

langsung

bus Cukup banyak Kendaraan

Tidak ada

yang

kecuali

Berhenti

kendaraan

(parkir)

darurat

Dibatasi dipengaruhi keselamatan

apabila

Diperkenankan

fasilitas

apabila kondisi

di luar jalan

lalu lintas

tidak

memungkinkan

Tidak ada

disediakan Kendaraan Aktifitas

barang yang

Untuk

Lalu lintas

Angkutan

memasok

keperluan

terusan

barang

kegiatan

penghuni saja

minimal

Lalu lintas terusan minimal

Cocok untuk pergerakan mobil barang

Perbelanjaan Tidak ada

Bebas berjalan Pergerakan

Kebebasan

Pejalan

mutlak bagi

kaki

pejalan kaki

dan

Dikendalikan

menyeberang

misalnya:

pada

Zebra

sembarang

cross

tempat

Aktifitas

pemisahan

pejalan kaki

tidak

minimal,

sebidang

diperlengkapi

antara pejalan

pengaman

kaki dengan kendaraan

Sumber : Pusdiklat Direktorat jenderal Perhubungan, 1995.

b) Parkir di luar jalan (off street parking) tidak membutuhkan badan jalan sebagai tempat parkir melainkan disiapkan tempat parkir khusus misalnya halaman parkir kantor, parkiran mall dan lain sebagainya. Untuk menghindari terjadinya hambatan akibat parkir kendaraan di jalan maka parkir kendaraan di jalan maka parkir di luar jalan / off street parking menjadi pilihan yang terbaik. Yang termasuk off street parking antara lain:  Parking Lot / Surface Car Parks. Adapun fasilitas parkir berupa suatu lahan yang terbuka di atas permukaan tanah. Fasilitas ini memerlukan lahan yang luas.

37



Multi Storey Car Parks adalah fasilitas parkir di ruangan tertutup

yang berupa garasi bertingkat. Fasilitas ini cukup efektif pada saat ketersediaan lahan terbatas.  Mechanical Car Parkk adalah fasilitas parkir yang sama dengan mechanical storey car parks hanya dilengkapi dengan lift/elevator yang berfungsi mengangkut kendaraan ke lantai yang dituju.  Undergruond Car Parks adalah fasilitas parkir yang dibangun pada basement multi storey atau di bawah suatu ruangan terbuka. Bila ditinjau posisi parkirnya dapat dilakukan seperti pada on street parking, hanya saja pengaturan sudut parkir banyak dipengaruhi oleh:  Luas dan bentuk pelataran parkir  Jalur sirkulasi (jalur untuk perpindahan pergerakan)  Jalur gang (jalur untuk manuver keluar dari parkir) e. Standar Kebutuhan Parkir Standar kebutuhan luas area kegiatan parkir berbea antara yang satu dengan yang lain, tergantung kepada beberapa hal antara lain pelayanan, tarif yang diberlakukan, ketersediaan ruang parkir, tingkat pemilikan kendaraan bermotor, tingkat pendapatan masyarakat. Berdasarkan hasil studi Direktorat Jendral Perhubungan Darat, kegiatan dan standar-standar kebutuhan parkir adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan parkir tetap. a) Pusat Perbelanjaan. Parkir di pusat Perbelanjaan dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu pekerja yang bekerja dipusat Perbelanjaan tersebut dan pengunjung. Pekerja umumnya parkir untuk jangka panjang dan pengunjung umumnya jangka pendek. Karena tekanan penyediaan ruang parkir adalah untuk pengunjung maka kriteria yang digunakan sebagai acuan penentuan kebutuhan ruang parkir adalah luas areal kawasan Perbelanjaan. Tabel 10. Kebutuhan SRP di Pusat Perbelanjaan Luat Areal Total (100

10

20

50

100

500

1000

1500

2000

m²) Kebutuhan (SRP)

59

67

88

125

415

777

1140

1502

38

b) Pasar Swalayan. Seperti halnya di pusat Perbelanjaan, pasar swalayan mempunyai karakteristik kebutuhan ruang parkir yang sama. Tabel 11. Kebutuhan SRP di Pasar Swalayan Luat Areal Total

50

75

100

150

200

300

400

500

1000

(100 m²) Kebutuhan (SRP)

225

250

270

310

350

440

520

600

1050

c) Pasar. Pasar juga mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan pusat Perbelanjaan ataupun pasar swalayan, walaupun kalangan yang mengunjungi pasar lebih banyak dari golongan dengan pendapatan menengah ke bawah. Tabel 12. Kebutuhan SRP di Pasar Luat Areal Total

40

50

75

100

200

300

400

500

1000

(100 m²) Kebutuhan (SRP)

160

185

240

300

520

750

970

1200

2300

f. Kebijakan Parkir Beberapa kebijakan parkir yang diterapkan diberbagai Negara, antara lain: 1) Kebijakan tarip parkir yang ditetapkan berdasarkan lokasi dan waktu, semakin dekat dengan pusat kegiatan/kota tarip lebih tinggi, demikian juga semakin lama semakin tinggi. Kebijakan ini diarahkan untuk mengendalikan jumlah pemarkir dipusat kota/pusat kegiatan dan mendorong penggunaan angkutan umum. 2) Kebijakan pembatasan ruang parkir, terutama didaerah pusat kota ataupun pusat kegiatan. Kebijakan ini biasanya dilakukan pada parkir dipinggir jalan yang tujuan utamanya untuk melancarkan arus lalu lintas, serta pembatasan ruang parkir di luar jalan yang dilakukan melalui IMB/Ijin Mendirikan Bangunan. 3) Kebijakan penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggar ketentuan dilarang parkir dan dilarang berhenti serta pemarkir di luar tempat yang ditentukan untuk itu. Bentuk penegakan hukum dapat dilakukan melalui penilangan ataupun dengan gembok roda.

39

g. Pengendalian Parkir Salah satu kebijakan parkir adalah menerapkan pembatasan kegiatan parkir. Pembatasan kegiatan parkir dilakukan terhadap parkir di pinggir jalan yang diterapkan terutama di jalan-jalan utama dan pusat-pusat kota. Kebijakan ini akan sangat efektif untuk meningkatkan tingkat pelayanan jaringan jalan atau untuk menyeimbangkan antara permintaan dan pembayaran kembali atas investasi keuangan untuk pembangunan prasarana dan perawatan fasilitas yang ada. (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat: 1995;113). Pada umumnya semakin dekat arah pergerakan menuju pusat kota , akan semakin banyak menemui hambatan-hambatan pada saat mengemudikan kendaraan. Hambatan-hambatan tersebut disebabkan oleh semakin besarnya tingkat kegiatan-kegiatan yang ada, dimana salah satu penghambat yang penting adalah parkir di pinggir jalan. Berbeda dengan pergerakan menuju arah yang keluar dari pusat kota, yaitu semakin ke jauh dari pusat kota semakin sedikit pula hambatan-hambatan yang ditemui. Sejauh ini, aspek yang dibahas dari pengendalian parkir adalah dengan orientasi komersil. Sedangkan tujuan dari pengendalian parkir itu sendiri adalah (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998;146) : 1) Mencegah terjadinya hambatan arus kendaraan. 2) Mengurangi kecelakaan. 3) Membuat penggunaan tempat parkir menjadi lebih efektif. 4) Memelihara benda sejarah, sekiranya berada di suatu kota dengan nilai sejarah yang tinggi. 5) Bertindak sebagai mekanisme pembatas terhadap penggunaan jalan di daerah yang padat. Saat ini bahkan pengendalian parkir merupakan satu-satunya metode untuk membatasi pergerakan kendaraan yang dapat dilakukan oleh seorang perencana sistem transportasi yang komperhensif dan terintegrasi. Dulu, pengendalian parkir diterapkan terutama untuk mengurangi hambatan kendaraan dan untuk memungkinkan jalan menjadi lebih baik dalam memenuhi permintaan lalu lintas, dengan mengganti parkir di jalan (on street parking) menjadi parkir di luar jalan (off street parking).

40

Pengendalian parkir telah dimanfaatkan untuk memepengaruhi demand kota yang terjadi, mencegah orang untuk melakukan perjalanan dengan menggunakan mobil dan mengalihkannya ke penggunaan transportasi publik. Namun sampai saat ini, pencegahan pembawaan mobil tersebut tidak diterapkan pada semua kendaraan, hanya pada mereka yang memang tidak membutuhkan kendaraan. Seseorang yang hanya mengendarai kendaraannya selama beberapa saat untuk bekerja dengan tingkat isian kendaraan 1,5 orang per mobil, kemudian meninggalkan kendaraannya tersebut sampai dengan waktu yang lama, perlu dicegah pergerakan dengan kendaraan pribadinya tersebut. Bagi mereka yang melakukan perjalanan dan parkir, pencegahan tidak dilakukan.

41

B. Kerangka Pikir

Bagan 1. Kerangka Pikir Penelitian

42

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan judul penelitian, maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yakni jenis penelitian yang menggambarkan atau menguraikan fakta. Fakta yang terjadi dilapangan berupa kata-kata tertulis maupun gambar-gambar lokasi penelitian. Fakta yang dimaksud adalah kondisi kawasan pusat Perbelanjaan di kota Makassar. B. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu dan tempat penelitian diuraikan sebagai berikut : 1. Waktu Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yakni : tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir/penyelesaian. a. Tahap Persiapan Dalam tahap persiapan digunakan untuk merencanakan penelitian. Pada tahap ini dilakukan penentuan tema masalah, menyusun jadwal penelitian, instrument penelitian. Tahap persiapan dilaksanakan pada minggu pertama sampai minggu ke 3 yakni pada tanggal 6 Februari – 20 Februari 2013 b. Tahap Pelaksanaan Dalam tahap pelaksanaan ini dilakukan pelaksanaan penelitian sesuai jadwal ditentukan. Penelitian langsung ke lapangan, pembagian kuesioner

dan

mengumpulkan

data-data.

Tahap

pelaksanaan

dilaksanakan pada minggu ke-4 sampai dengan minggu ke-7. c. Tahap Akhir / Penyelesaian Tahap penyelesaian adalah tahap pembuatan tulisan, mengolah data hingga presentase laporan yang dilaksanakan dari minggu ke-9 sampai dengan minggu ke-15. 2. Tempat Penelitian ini bertempat dibeberapa kawasan pusat Perbelanjaan yang ada di kota Makassar, yakni :

43

a. b. c. d. e.

Pasar Daya terletak di Jl.Perintis Kemerdekaan Pasar Pasar Senggol terletak di Jl. Cendrawasih Pasar Sentral terletak di Jl.Agus Salim Makassar Town Square (MTos) terletak di Jl.Perintis Mall Panakkukang (MP) terletak di Jl.Boulevard (bagian depan) dan

f. g. h. i. j. k.

Jl.Pengayoman (bagian belakang) Transtudio Mall terletak di Jl.Metro Tanjung Bunga Ruko Fruit Market terletak di Jl.Perintis Kemerdekaan Ruko Pengayoman terletak di Jl.Pengayoman Ruko Vetran terletak di Jl.Vetran Selatan Warung Perintis terletak di Jl.Perintis Kemerdekaan Warung Puspita terletak di Jl.Toddopuli X Perumahan Griya Puspita

Sari l. Warung 3 Dimensi terletak di Jl.Ade Irma Nasution C. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penyusunan laporan ini diperoleh dengan cara: a. Menyebarkan kuesioner kepada responden yakni para pedagang maupun pengunjung dibeberapa pusat Perbelanjaan yang ada di kota Makassar. b. Survey langsung di beberapa titik lokasi pusat Perbelanjaan yang ada di kota Makassar. c. Studi kepustakaan yang bersumber dari literature-literature berupa buku, internet, Norma Standar Pedoman Manual (NSPM), Peraturan Perundang-undangan maupun data-data dari instansi-instansi terkait.

44

D. Populasi dan Sampel Adapun populasi yang menjadi objek penelitian kami yakni pusat-pusat Perbelanjaan yang ada di kota Makassar dengan rincian sampel sebagai berikut: RESPONDEN PENGUNJUNG 1. MALL  Makassar Town Square  Mall Panakukkang  Trans Studio Mall 2. PASAR TRADISIONAL  Pasar Daya  Pasar Sentral  Pasar Senggol 3. RUKO/TOKO  Ruko "Fruit Market"  Ruko Pengayoman  Ruko Veteran 4. WARUNG  Tamalanrea (Pintu 1)  Warung "Puspita"  Warung "3Dimensi"

: 8 Responden : 8 Responden : 8 Responden 24 Responden : 8 Responden : 6 Responden : 2 Responden 16 Responden : 8 Responden : 8 Responden : 8 Responden 24 Responden : 6 Responden : 8 Responden : 8 Responden 22 Responden

RESPONDEN PENJUAL 1. PASAR TRADISIONAL  Pasar Daya  Pasar Sentral  Pasar Senggol 2.   

RUKO/TOKO Ruko "Fruit Market" Ruko Pengayoman Ruko Veteran

: 1 Responden : 1 Responden : 1 Responden 3 Responden : 1 Responden : 1 Responden : 1 Responden 45

3 Responden 3.   

WARUNG Tamalanrea (Pintu 1) Warung "Puspita" Warung "3D"

: 1 Responden : 1 Responden : 1 Responden 3 Responden

TOTAL SAMPEL PENGUNJUNG TOTAL SAMPEL PEDAGANG

: 86 RESPONDEN : 9 RESPONDEN 95 RESPONDEN

F. Variabel dan Indikator Tabel 13. Variabel dan indikator penelitian NO. VARIABEL INDIKATOR 1. FUNGSI MALL KAWASAN PASAR TRADISIONAL TOKO, RUKO WARUNG 2.

AKSESIBILITAS

MODA SARANA PRASARANA

UKURAN Skala Pelayanan (Jarak) Skala Pelayanan (Jarak), Asal Penjual dan Pembeli Skala Pelayanan (Jarak), Permintaan (Supply) Skala Pelayanan, Permintaan (Supply) Cost Angkutan Umum dan Angkutan Pribadi (Motor & Mobil) Jarak dan Rute Klasifikasi Jalan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS A. Hasil Penelitian A.1 Gambaran Umum

46

1.

Kota Makassar Kota Makassar terletak antara 1190 24’17’38” bujur Timur dan

508’6’19” Lintang Selatan yang berbatasan sebelah utara dengan Kabupaten Maros, sebelah timur Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah barat adalah selat Makassar. Luas wilayah kota makassar tercatat 175,77 km persegi yang meliputi 14 kecamatan. Dan memiliki batas-batas wilayah administratif dari letak Kota Makassar, antara lain : - Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa - Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar Secara geografis, letak Kota Makassar berada di tengah diantara pulau-pulau besar lain dari wilayah kepulauan nusantara sehingga menjadikan Kota Makassar dengan sebutan “angin mammiri” ini menjadi pusat pergerakan spasial dari wilayah Barat ke bagian Timur maupun Utara ke Selatan Indonesia. Dengan posisi ini menyebabkan Kota Makassar memiliki daya tarik kuat bagi para imigran dari daerah Sulawesi Selatan itu sendiri maupun daerah lain seperti provinsi yang ada di kawasan Timur Indonesia untuk datang mencari tempat tinggal dan lapangan pekerjaan. Kota Makassar cukup unik dengan bentuk mnyudut di bagian Utara, sehingga mencapai dua sisi pantai yang saling tegak lurus di bagian Utara dan Barat. Di sebelah Utara kawasan pelabuhan hingga Tallo telah berkembang kawasan campuran termasuk di dalamnya armada angkutan laut, Perbelanjaan, pelabuhan rakyat dan samudera, Sebagai rawa-rawa, tambak, dan empang dengan perumahan kumuh hingga sedang. Kawasan pesisir dari arah Tengah ke bagian Selatan berkembang menjadi pusat kota (Centre Busines District – CBD) dengan fasilitas Perbelanjaan, pendidikan, pemukiman, fasilitas

47

rekreasi dan resort yang menempati pesisir pantai membelakangi laut yang menggunakan lahan hasil reklamasi pantai. Kenyataan di atas menjadikan beban kawasan pesisir Kota Makassar saat ini dan dimasa mendatang akan semakin berat terutama dalam hal daya dukung dan aspek fisik lahan termasuk luasnya yang tertabatas. Ditambah lagi pertumbuhan dan perkembangan penduduk sekitarnya yang terus berkompetisi untuk mendapatkan sumber daya di dalamnya. Dari hasil survey yang telah kami lakukan yakni analisis dari data-data yang telah didapatkan dan kuesioner yang disebar kepada pengunjung dan pedagang di beberapa pusat Perbelanjaan di Kota Makassar, maka diperoleh data sebagai berikut: Tabel 14 Tabel Jumlah Penduduk Kota Makassar N o Nama Kecamatan Luas / Km2 1 Mariso 1,82 2 Wajo 1,99 3 Bontoala 2,1 4 Ujung Tanah 5,94 5 Makassar 2,52 6 Tamalanrea 31,84 7 Biringkanayya 48,22 8 Rappocini 9,23 9 Tamalate 20,21 10 Ujung Pandang 2,63 11 Tallo 5,83 12 Panakkukang 17,05 13 Manggala 24,14 14 Mamajang 2,52 Sumber: BPS "Makassar Dalam Angka 2012"

2.

Penduduk 56,408 35,533 54,714 47,133 82,478 104,175 169,340 152,531 172,506 27,160 135,574 142,729 118,191 59,560

Kepadatan/Km2 30,933 17,856 26,054 7,935 32,729 3,27 3,512 16,526 8,536 10,327 15,216 8,371 4,896 26,471

Pusat Perbelanjaan di Kota Makassar Sejalan dengan perkembangan Kota Makassar, kegiatan

ekonomi juga semakin pesat, ini ditandai dengan meningkatnya jumlah perusahaan Perbelanjaan yang sekarang telah mencapai 14.584

48

unit usaha yang terdiri dari 1.460 Perbelanjaan besar, 5550 Perbelanjaan menengah dan 7574 Perbelanjaan kecil. kemudian terdapat 21 industri besar dan 40 industri sedang yang terkonsentrasi di Kecamatan Biringkanaya dan konsetrasi industri besar kedua terdapat di Kecamatan Tamalanre dan Kecamatan Panakkukang masin-masing 5 unit. Sementara itu kawasan Perbelanjaan utama kota Makassar terdapat di Pasar Sentral (Makassar Mall) sebagai pusat dan wilayah Panakkukang dan Daya sebagai sub pusat pelayanan selain itu terdapat 2 Mall (Mall Ratu INdah dan Latanete Plaza) dan kawasan Perbelanjaan Somba Opu, sedangkan Jl. Jendral Sudirman dan Jl. DR. Ratulangi cenderung berubah menjadi kawasan Perbelanjaan.

Tabel 15. Tabel Jumlah dan Nama Pasar Tradisional dan Pasar Modern Per-Kecamatan Kecamatan Biringkanaya

Tamalanrea Panakkukang

Rappocini Tamalate Manggala

Mariso

Mamajang

Wajo

Nama Pasar Tradisional Pasar Mandai Pusat Niaga Daya Pasar Tradisional Daya Pasar BTP Pasar Panaikang Pasar Tamamaung Pasar Toddopuli Pasar Tamalate Pasar Jipang (karunrung) Pasar Pa'baeng-baeng Pasar Parang Tambung Pasar Antang Pasar Jongkok Pasar Borong Jambu Pasar Nipa-Nipa Pasar Tello Pasar Lette' Pasar Lelong Pasar Senggol (Sambung Jawa) Pasar Kancil Pasar Pamous Pasar Mamajang Pasar Butung Pasar Buru

Nama Pasar Modern

Makassar Town Square Mall Panakkukang

Trans Studio Mall GTC

Mall Ratu Indah

MTC Karebosi Link 49

Kecamatan Ujung Pandang Bontoala

Nama Pasar Tradisional Pasar Sentral

Nama Pasar Modern Plaza Maricaya

Pasar Terong Pasar Kalimbu Pasar Marga Mas Pasar Tinumbu

Ujung Tanah Makassar

Pasar Kerung-kerung Pasar Maricaiya Pasar Maccini Tallo Pannampu Sumber: Dinas Perindustrian dan Perbelanjaan, BPS Kota Makassar, dan Survey langsung pada bulan Maret-April 2013. *Ket. tulisan yang dipertebal merupakan sampel yang peneliti ambil dari populasi Pusat dagangan yang ada di Kota Makassar

Pasar yang terdapat di kecamatan Biringkanayya yaitu, Pasar Mandai,Pusat Niaga Daya, tidak terdapat pasar modern di kecamatan ini. Pasar BTP dan Makassar Town Square terdapat di kecamatan Tamalanrea, Pasar Panaikang,Pasar Tamamaung,Pasar Toddopuli,dan Mall Panakkukang terdapat di Kecamatan Panakkukang. Pasar Tamalate dan Pasar Jipang(Karunrung) terdapat di kecamatan Rappocini,Pasar Pa’baeng-baeng,,Pasar Parang Tambung ,Trans Studio Mall,dan GTC

terdapat di Kecamatan Tamalate.Pasar

Antang,Pasar Jongkok,Pasar Borong Jambu,Pasar NIpa-nipa,dan Pasar Tello terdapat di Kecamatan Manggala. Pasar Lette’, Pasar Lelong,dan Pasar Senggol,serta Mall Ratu Indah terdapat di Kecamatan Mariso.Pasar Kancil,Pasar Pamous,dan Pasar Mamajang terdappat di Kecamatan Mamajang. Pasar Butung,Pasar Buru,Pasar Sentral, MTC (Makassar Trade Center) dan Karebosi Link terdapat di Kecamatan Wajo. Plaza Maricaya terdapat di Kecamatan Ujung Pandang. Pasar Terong,Pasar Kalimbu,Pasar Marga Mas,serta Pasar Tinumbu terdapat di Kecamatan Bontoala.Tidak terdapat pasar di Kecamatan Ujung Tanah baik itu Pasar Tradisional maupun Pasar Modern.Kecamatan Tallo hanya terdapat Pasar Pannampu.

50

Dari 40 pasar tradisional dan modern yang tersebar di seluruh penjuru Kota Makassar, peneliti mengambil

sembilan pusat

Perbelanjaan menjadi lokasi penelitian, antara lain: Pasar Tradisional Daya di Kecamatan Biringkanayya, Makassar Town Square di Kecamatan

Tamalanrea,

Mall

Panakkukang

di

Kecamatan

Panakkukang, Trans Studio Mall di Kecamatan Tamalate, Pasar Senggol di Kecamatan Mariso, dan Pasar Sentral di Kecamatan Wajo. Berikut adalah pemaparan lokasi sampel penelitian. a). Makassar Town Square Makassar Town Square adalah pusat perbelanjaan di Makassar. Mal ini didirikan pada tahun 2007. Mal ini terdiri dari 3 lantai dengan penyewa - penyewa yang sudah terkenal sebagai perusahaan besar baik skala nasional maupun internasional antara lain Ramayana, Dunkin' Donuts, KFC, dan yang terbaru dibuka tahun ini Pizza Hut. Makassar Town Square merupakan family mall yang berkonsep untuk menyediakan seluruh kebutuhan keluarga dalam satu tempat. b). Mall Panakkukang Mall Panakkukang terletak di Jalan Boulevard Kecamatan Panakkukang,Kota Makassar .Mall ini merupakan Mall terbesar yang ada di Kota Makassar,Mall ini didirikan pada tahun 2003 dan selesai pada tahun 2006 serta memiliki lokasi yang strategis.Mall ini terdiri dari 4 lantai dengan penyewa-penyewa yang sudah terkenal sebagai perusahaan besar baik skala nasional maupun internasional.Mall ini berdampingan dengan Panakkukang Square yang kurang lebih 50 meter. Sebelah Utara : Jalan Boulevard dan Sebelah Selatan jalan Pengayoman Mall ini merupakan Mall yang paling banyak dikunjungi oleh warga Makassar maupun dari luar. Seperti Mall-Mall kebanyakan Mall ini menawarkan berbagai kebutuhan, baik itu kebutihan rumah

51

tangga,hiburan, dan ke[erluan lainnya. Akses menuju Mall ini sangatlah mudah dan dilalui oleh beberapa trayek angkutan umum,sehingga sangat membantu masyarakat menempuh tempat ini. Namun masalah yang terlihat di dekat tempat ini adalah angkutan umum yang biasanya diparkirkan disepanjang jalan tepatnya di pintu belakang Mall Panakkukang,sehingga sangat mengganggu sirkulasi kendaraan yang melewati tempat ini,Karena cukup banyak supir yang memarkirkan pete-pete dan mengambil ruas jalan.

c). Trans Studio Mall Trans Studio Mall terletak di Jalan Andi Patompo ,Tanjung Bunga Kota Makassar Kecamatan Tamalate, ,adalah sebuah pusat perbelanjaan berkelas dunia berlantai 3 yang dilengkapi dengan 3 buah atrium dan memiliki luas 55,000 m2. Di Mall ini dilengkapi dengan pilihan berbagai merk terkenal.Mall ini didirikan pada tahun 2010. Trans Studio Mall ini merupakan family mall yang berkonsep untuk menyediakan seluruh kebutuhan keluarga dalam satu tempat. Sebelah Utara berbatasan langsung dengan laut Sebelah Timur berbatasan dengan CCC (Celebes Convention Center) Sebelah Selatan berbatasan dengan Rusun (Rumah Susun) Sebelah Barat berbatasan dengan GTC Trans Studio Mall ini berdampingan dengan Trans Studio Theme Park sehingga fasilitas yang diberikan cukup menarik masyarakat sekitar untuk dating ke Mall ini, tidak hanya dengan tujuan berbelanja di Trans Studio mallnya, tapi juga memberikan tawaran lain yaitu Theme Parknya,yang menjadi saran hiburan untuk keluarga. I Jarak yang jauh membutuhkan angkutan Massal yang dapat mengangkut masyarakat baik itu dari dalam kota maupun daerah pinggiran serta wisatawan local lainnya yang tidak mempunyai kendaraan pribadi,karena akses yang jauh menuju lokasi tidak

52

didukung dengan angkutan umum yang melewati Mall ini,sehingga rekomendasi yang diberikan berupa fasilitas baik itu dari pihak swasta yang memperbaiki ataupun memperhatikan kembali fasilitas yang belum dimaksimalkan maupun pemerintah yang dapat mempermudah akses menuju tempat ini. d). Pasar Tradisional Daya Pasar Tradisional Daya sebagai salah satu bagian dari pasar terbesar di wilayah pusat pengembangan pemukiman abgian Timur Kota

Makassar

perbelanjaan

sehingga

utama

bagi

keberadaannya masyarakat

di

merupakan

fasilitas

wilayah

tersebut.

Pembangunan Pasar ini tetap mengutamakan konsep perbelanjaan tradisional. Keberadaan Pasar Daya didukung oleh penduduk di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Biringkanaya 169.340 jiwa dan Kecamatan Tamalanrea 104.175 jiwa. Dari letak dan lokasi Pasar Daya, maka kelurahan dari dua Kecamatan yang paling dekat dan paling mendukung baik dari jarak maupun pencapaian adalah Keluraha Daya, Paccerakkang, Sudiang Raya, Pai, Kapasa, Tamalanrea, dan Kelurahan Tamalanrea Jaya. Hal ini ditunjang dengan sistem transportasi umum yang tersedia ke pasar Daya. Beberapa kelurahan di kecamatan Biringkanaya dan Tamalanrea yang dari segi jarak cukup berdekatan seperti Kelurahan Bulurokeng dan Kelurahan Untia. Selain itu dukungan dari keberadaan terminal angkutan darat regional Daya, juga diharapkan dapat memacu perkembangan pengunjung kawasan perbelanjaan Daya. Pasar Tradisional Daya berlokasi tidak jauh dari perempatan Jl. Perintis, Jl. Kapasa Raya, dan Jl. Paccerakkang. Pasar Tradisional Daya sendiri memanfaatkan areal seluas 10.724,23 m2 tanpa areal parkir, pengunjung kerap kali memarkirkan kendaraannya di badan

53

jalan sehingga cukup mengganggu aktivitas lalu lintas di sekitar Pasar tersebut. e). Pasar Senggol Pasar ini terletak dibagian selatan kota Makassar, di ruas JL.Hati Murni, Kel.Tamarunang, Kec.Mariso. Dengan batas administrasi berdasarkan lokasi jalan sebagai berikut : Sebelah Utara

: JL.Hati Mulia

Sebelah Barat

: JL.Cendrawasih

Sebelah Timur

: JL.Nuri

Sebelah Selatan

: JL.Baji Minasa

Berdasarkan waktu kegiatannya pasar ini merupakan pasar malam yang dibuka mulai pukul 18.00 WITA. Pasar ini menjual berbagai kebutuhan sandang, misalnya pakaian anak-anak sampai dewasa, aksesoris wanita sampai kosmetik. Dengan pengunjungnya yang datang dari berbagai wilayah di kota Makassar sehingga menjadikan pasar ini sebagai pasar kota berdasarkan skala pelayanannya. Untuk fasilitas ruang parkir pasar ini tidak didukung oleh ruang parkir yang dapat menampung seluruh kendaraan pribadi para pengunjung

pasar terutama kendaraan roda dua yang merupakan

kendaraan yang paling sering digunakan oleh para pengunjung pasar ini serta terminal untuk pemberhentian angkutan umu sehingga Parkir on-street menjadi salah satu solusi bagi para pengunjung untuk memarkirkan kendaraannya menyebabkan kemacetan sering dijumpai di pasar ini. f). Pasar Pannampu Pasar Pannampu merupakan salah satu pasar yang sulit dijelaskan arealnya, karena bebreapa pedagang yang berjualan di tempat itu terkesan mematok lobs sendiri dan sebagian besar enggan

54

masuk ke dalam Pasar Inpres Pannampu yang disediakan pemerintah. Kompleks pasar, begitu yang disebut oleh penjual pasar pannampu, merupakan blok perumahan dua lantai berjejer dengan bentuk yang seragam. Mulai dibangun oleh developer CV Cahaya Rahmat, milik pengusaha Benny Gozal di awal tahun 1980-an. Kompleks ini terdiri dari empat blok perumahan yang mengitari Pasar Inpres Pannampu, pusat niaga lokal di kecamatan Tallo. Blok I atau Blok A terletak di sebelah barat pasar terdiri dari kurang lebih 40 rumah, Blok II atau Blok B yang terletak di sebelah timur pasar dijejeri oleh sekitar 80 rumah, 20 rumah di Blok CC di sebelah selatan pasar dan Blok C yang terakhir, berhadap-hadapan dengan Blok B dan terletak searah tegak lurus blok CC berderet-deret 20 rumah ke selatan. Pasar Inpresnya sendiri saat ini seperti pasar tua yang menunggu diruntuhkan atau direnovasi. Sebahagian besar lods-lods (kios kecil) di pasar Inpresnya yang berjumlah 400-500 dibiarkan kosong, reot dan tak terurus. Di beberapa sisi pasar, genangan bisa setinggi lutut, seperti membentuk kubangan rawa dan ditumbuhi banyak tanaman liar. g). Pasar Sentral Makassar Mall tersebut terletak di kelurahan Ende, Kecamatan Wajo tepatnya di jalan H. Agussalim, secara administratif, maka batasbatas lokasi Makassar Mall berdasarkan data yang diperoleh PD Pasar Unit I sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ujung Tanah dan Kecamatan Biringkanaya tepatnya Jl. Satangga. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Makassar dengan Kecamatan Bontoala tepatnya di. Jl. Pajejenekang. Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Mariso dan Kecamatan Tamalate tepatnya di Jl. K.H. Muh. Ramli.

55

Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Ujung Tanah dan Kecamatan Makassar tepatnya di Jl. Hos Cokroaminoto. Dengan luas tanah 23.895 m dan luas bangunan 12.000 m menampung 1946 pedagang dari berbagai jenis usaha sandang, pangan, papan maupun kebutuhan lainnya yang cukup lengkap. Pasar Sentral merupakan salah satu pusat Perbelanjaan di Makassar, pengunjungnya bukan hanya berasal dari Makassar namun juga dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan maupun luar Sulawesi Selatan hal ini sesuai dengan fungsi kawasan pasar Sentral sebagai kawasan Perbelanjaan dan terletak dibagian pusat kota. Karena lokasinya yang strategis pasar ini banyak diakses oleh angkutan umum sehingga pengunjung dari berbagai daerah di Makassar dapat dengan mudah mendapatkan angkutan umum untuk menuju pasar ini. Namun kemudahan ini tidak didukung dengan fasilitas ruang parkir yang dapat menampung seluruh kendaraan pribadi para pengunjung pasar serta terminal untuk pemberhentian angkutan umum sehingga kemacetan sering dijumpai di pasar ini. Parkir on-street semakin memperparah kondisi lalu lintas di pasar tersebut. Kondisi jalan yang rusak juga menjadi salah satu faktor penyebab kemacetan dan disaat musim hujan pasar ini menjadi langganan banjir. Apalagi pasca kebakaran, pembangunan Pasar Sentral atau Makassar Mall yang tidak kunjung selesai membuat para pedagang menggelar lapak dagangannya di badan median jalan sehingga menciptakan aspek visual kekumuhan kawasan Perbelanjaan tersebut. Sesuai dengan jenisnya pasar ini melayani skala regional. k). Warung Tamalanrea Terletak di Jl. Perintis Kemerdekaan dengan batas lokasi jalan sebagai berikut. Warung ini terletak tepat di Jalan Arteri sehingga memudahkan pengunjung untuk melaukan kegiatan jual beli. Warung ini menjual berbagai kebutuhan pangan maupun kebutuhan rumah

56

tangga. Sesuai dengan letaknya yakni sebagai kawasan permukiman, warung Tamalanrea hanya menjangkau skala perumahan hal ini disebabkan oleh letak warung ini cukup jauh dari jalan raya sehingga warung ini hanya dapat di akses oleh warga sekitar perumahan. Akan tetapi tidak sedikit pula pengunjung yang datang dari berbagai daerah yang kebetulan lewat di warung ini. l). Warung Toddopuli "Puspita" Terletak di Jl.Toddopuli X Baru Perumahan Griya Puspita Sari dengan batas lokasi jalan sebagai berikut: Sebelah utara

: Jl. Toddopuli X Lama

Sebelah timur

: Perumahan Puri Taman Sari

Sebelah barat

:-

Sebelah selatan: Perumahan Grand Villa Garden Warung ini menjual berbagai kebutuhan pangan maupun kebutuhan rumah tangga. Sesuai dengan letakna yakni sebagai kawasan permukiman, warung Puspita hanya menjangkau skala perumahan hal ini disebabkan oleh letak warung ini cukup jauh dari jalan raya sehingga warung ini hanya dapat di akses oleh warga sekitar perumahan. Kondisi jalan di sekitar warung Puspita tidak cukup baik, hal ini dapat dilihat dari jalan yang ada didepan warung rusak dan berlubang. Saat musim hujan di sekitar warung ini juga sering terjadi bajir akibat drainase yang tidak mampu menampung air hujan.

l). Warung 3 Dimensi Terletak di Jl.Ade Irma Nasution blok C no.3 dengan batas lokasi jalan sebagai berikut: Sebelah utara

: Jalan Ir.Juanda

Sebelah timur

: Jalan Rege

Sebelah barat

: Jalan Arif Rachman Hakim

57

Sebelah selatan

: Jalan Ujung Pandang Baru

Warung ini menjual berbagai kebutuhan pangan maupun kebutuhan rumah tangga yang cukup lengkap sehingga warung 3 Dimensi tidak kalah bersaing dengan alfa midi maupun indomart yang letaknya berdekatan dengan warung ini. Letaknya yang strategis membuat warung ini dapat di akses dengan mudah oleh untuk jalan disekitarnya misalnya saja Jl.Ir.Juanda. Namun sesuai dengan fungsi kawasan Jl.Ade Irma Nasution yakni sebagai kawasan permukiman, warung 3 Dimensi hanya menjangkau skala perumahan hal ini disebabkan oleh letak warung ini cukup jauh dari jalan raya. Warung ini dilengkapi ruang parkir yang cukup bagi para pengunjung yang datang dengan menggunakaan kendaraan bermotor. Kondisi jalan di Jl.Ade Irma Nasution cukup baik dengan jalan menggunakan aspal meskipun terdapat beberapa lubang di depan warung 3 Dimensi sehingga saat musim hujan terdapat genangan air didepan warung ini. 3. Trayek

Daftar Kode Trayek dan Rute Angkuran Umum Rute

KODE A Berangkat :BTN Minasa Upa - Syech Yusuf - Sultan Alauddin - Andi Tonro Kumala - Ratulangi - Jendral Sudriman (Karebosi Timur) - HOS Cokroaminoto (Sentral) - KH. Wahid Hasyim - Wahidin Sudirohusodo - Pasar Butung Kembali :Pasar Butung - Sulawesi - Riburane Achmad Yani (Balaikota) Jendral Sudirman - Ratulangi (MaRI) - Landak - Veteran - Sultan Alauddin - Syech Yusuf - BTN Minasa Upa KODE B Berangkat :Terminal Tamalate - Malengkeri - Daeng Tata - Abdul Kadir - Dangko - Cendrawasih - Arief Rate - Sultan Hasanuddin - Patimura Ujungpandang - Riburane - Jendral Achmad Yani (Balaikota) - Pasar Butung Kembali :Pasar Butung - Sulawesi - Achmad Yani - Kajaolalido (Karebosi Timur) - Botolempangan - Arief Rate - Cendrawasih - Dangko - Abdul Kadir - Daeng Tata - Malengkeri - Terminal Tamalate

58

KODE C Berangkat :KH.Wahid.Hasyim - DR Wahidin Sudirohusodo- Buru - Bandang Masjid Raya - Cumi-cumi - Pongtiku - Ujungpandang Baru - Gatot Subroto - Juanda - Regge - Rappokalling Kembali :Rappokalling - Korban 40 ribu - Juanda - Gatot Subroto Ujungpandang Baru - Pongtiku - Datok Ditiro - Sunu - Masjid Raya Bawakaraeng - Jenderal Sudirman - HOS Cokroaminoto - KH.Wahid Hasyim - Makassar Mall KODE D Berangkat :Terminal Daya - Perintis Kemerdekaan - Urip Sumoharjo - AP. Pettarani - Bawakaraeng - Latimojong - Andalas - Laiya - Selatan Makassar Mall Kembali :Selatan Makassar Mall - HOS Cokroaminoto - Bulusaraung - Masjid Raya - Urip Sumoharjo - Perintis Kemerdekaan - Terminal Daya KODE E Berangkat :Terminal Panakkukang - Toddoppuli - Tamalate - Emmy Saelan Mapala - AP. Pettarani - Maccini Raya - Urip Sumoharjo Bawakaraeng - Latimojong - Andalas - Laiya - KH.Agus Salim -Timur Makassar Mall Kembali :KH. Agus Salim - Pangeran Diponegoro - Bandang - Masjid Raya Urip Sumoharjo -AP. Pettarani - Mapala - Emmy Saelan - Tamalate Todoppuli - Terminal Panakkukang KODE F Berangkat :Terminal Tamalate - Mallengkeri - Daeng Tata - Daeng Ngeppe Kumala - Veteran - Bandang - Buru - Andalas - Satangnga - KH. Agus Salim - Timur Makassar Mall Kembali :KH Agus Salim - Pangeran Diponegoro - Andalas - Buru - Bandung Veteran - Sultan Alauddin - Andi Tonro - Kumala - Daeng Ngeppe Daeng Tata -Mallengkeri - Terminal Tamalate KODE G Berangkat :Terminal Daya - Kima - TOL (Ir. Sutami) - Tinumbu - Cakalang - Yos Sudarso - Tentara Pelajar - Kalimantan - Pasar Butung Kembali :Pasar Butung - Kalimantan - Cakalang - Tinumbu - TOL (Ir. Sutami) Kima - Terminal Daya KODE H Berangkat :Perumnas Antang - Antang Raya - Urip Sumiharjo - Bawakaraeng Jenderal Sudirman - DR. Wahidin Sudirohusodo - Satando Kalimantan - Pasar Butung Kembali :Pasar Butung - Kalimantan - Satando - DR. Wahidin Sudirohusodo Tentara Pelajar - Ujung - Bandang - Masjid Raya - Perumnas Antang

59

KODE I Berangkat :Terminal Panakkukang - Toddopuli Raya - Borong - Batua Raya Abdullah Daeng Sirua - AP. Pettarani - Pelita Raya - Sungai Sadang Baru -Sungai Saddang - Karungrung - Arif Rate - Sultan Hasanuddin Pattimura - Pasar Baru Kembali :Pasar Baru - Pattimura - Ujungpandang - Riburane - Ahmad Yani (Balaikota) - Kajaolalido - Botolempangan - Karungrung - Sungai Saddang - Sungai Saddang Baru - Pelita Raya - AP. Pettarani Abdullah Daeng Sirua - Batua Raya - Borong - Toddopuli Raya -Terminal Panakkukang KODE J Berangkat :Terminal Panakkukang - Toddopuli Raya - Tamalate - Emmy Saelan Sultan Alauddin - Andi Tonro - Kumala - Ratulangi - Jenderal Sudirman - HOS Cokroaminoto - Nusakambangan Kembali :Nusakambangan - Ahmad Yani - Jenderal Sudirman - DR. Sam Ratulangi - Landak - Veteran - Sultan Alaudin - Emmy Saelan Tamalate - Toddopuli Raya - Terminal Panakkukang KODE K Berangkat :Terminal Panaikang - Urip Sumoharjo - Taman Makam Pahlawan Abdullah Daeng Sirua - Adiyaksa - Terminal Panakkukang Toddopuli Raya - Tamalate - Emmy Saelan - Sultan Alauddin Terminal Tamalate Kembali :Terminal Tamalate - Sultan Alauddin - Emmy Saelan - Toddopuli Raya - Terminal Panakkukang - Adiyaksa - Abdullah Daeng Sirua Taman Makam Pahlawan - Urip Sumoharjo - Terminal Panaikang KODE L Berangkat :Terminal Tamalate - Mallengkeri - Daeng Tata - Daeng Ngeppe Kumala - Mallong Bassang - Mappaoddang - Mangerangi - Baji Ateka - Baji Minasa - Nuri - Rajawali - Penghibur - Pasar Ikan Ujungpandang - Nusantara - Butung - Pasar Butung Kembali :Pasar Butung - Butung - Sulawesi - Riburane - Ujungpandang Pattimura - Somba Opu - Rajawali - Gagak - Nuri - Baji Minasa Cendrawasih - Dangko - Abd. Kadir - Daeng Tata - Mallengkeri Terminal Tamalate KODE M Berangkat :Terminal Panaikang - Urip Sumoharjo - AP.Pettarani - Rappocini Raya - Veteran - Ratulangi - Kakatua - Cendrawasih - Tanjung Alang Kembali :Tanjung Alang -Tanjung Rangas - Cendrawasih - Kakatua - Landak Veteran - Sultan Alauddin - AP. Pettarani - Urip Sumoharjo - Terminal Panaikang

60

KODE N Berangkat :Terminal Tamalate - Sultan Alauddin - Syeh Yusuf - Jipang Raya SMA 9 - Tidung Raya - Tamalate - Toddopuli Raya - Terminal Pakkukang Kembali :Terminal Panakkukang - Toddopuli Raya -Tamalate - Tidung Raya SMA 9 - Jipang Raya - Tala Salapang - Sultan Alauddin - Terminal Tamalate. KODE O Berangkat :Terminal Panaikang - Urip Sumoharjo - Taman Makam Pahlawan Batua Raya - Toddopuli Raya -Pengayoman - AP. Pettarani - Urip Sumoharjo - Bawakaraeng - Veteran Utara - Bandang - Ujung - Yos. Sudarso - Tarakan - Kalimantan - Pasar Butung Kembali :Pasar Butung - Kalimantan - Satando - Yos. Sudarso - Ujung Bandang - Masjid Raya - Urip Sumoharjo - AP. Pettarani Panakkukang - Adiyaksa - Urip Sumoharjo - Terminal Panaikang KODE P Berangkat :Terminal Panaikang - Urip Sumoharjo - AP. Pettarani - Landak Baru Veteran - DR. Sam Ratulangi - Mappaoddang - Daeng Ngeppe Daeng Tata - Mallengkeri - Terminal Tamalate Kembali :Terminal Tamalate - Mallengkeri - Daeng Tata - Daeng Ngeppe Kumala - DR. Sam Ratulangi - Landak - Landak Baru - AP. Pettarani Urip Sumoharjo - Terminal Panaikang KODE U Berangkat :Pasar Pannampu - Tinumbu - Cakalang - Yos. Sudarso - Andalas Latimojong - Bulukunyi - Rusa - Lanto Dg. Pasewang - DR. Sam. Ratulangi - Landak - Veteran - Sultan Alauddin - Terminal Tamalate Kembali :Terminal Tamalate - Sultan Alauddin - Andi Tonro - Kumala - DR. Sam Ratulangi - Lanto Dg. Pasewang - Rusa - Bulukunyi Latimojong - Andalas - Yos.Sudarso - Cakalang - Tinumbu - Pasar Pannampu KODE R Berangkat :Pasar Baru - Ujungpandang - Nusantara - Pasar Butung - Tentara Pelajar - Kalimantan - Satando -Yos. Sudarso - Ujung - Bandang Masjid Raya - Urip Sumoharjo - Perintis Kemerdekaan - Kampus Unhas Kembali :Kampus Unhas - Perintis Kemerdekaan - Urip SUmoharjo Bawakaraeng - Kartini - Botolempangang - Usman Jafar - Sultan Hasanuddin - Pattimura - Pasar Baru KODE V1 Berangkat :Terminal Daya - Paccerakkang - Mangga Tiga

61

Kembali :Mangga Tiga - Paccerakkang - Terminal Daya KODE V2 Berangkat :Sudiang - KNPI - Terminal Daya Kembali :Terminal Daya - KNPI - Sudiang KODE V3 Berangkat :Pasar Daya - Paccerakang - Mongcongloe - Pangnyangkallang Kembali :Pangnyangkallang - Mongcongloe - Paccerakang - Daya KODE W Berangkat :Terminal Daya - KIMA - Kapasa - SMA 6 - Ir. Sutami - Salodong Desa Nelayan Kembali :Desa Nelayan - Salodong - Ir. Sutami - SMA 6 - Kapasa - KIMA Terminal Daya KODE B1 Berangkat :Teminal Tamalate - Mallengkeri - Daeng Tata - Abd. Kadir - Dangko Cendrawasih - Arif Rate - Sultan Hasanudin - Sawerigading Botolempangan - Karunrung - Sungai Saddang - Latimojong - Masjid Raya - Urip Sumoharjo - Perintis Kemerdekaan - Kampus Unhas Kembali :Kampus Unhas - Perintis Kemerdekaan - Urip SUmoharjo Bawakaraeng - Kartini - Botolempangan - Arif Rate - Cendrawasih Dangko - Abd. Kadir - Daeng Tata - Mallengkeri - Tamalate KODE C1 Berangkat :Korban 40 ribu - Ujungpandang Baru - Pongtiku - Cumi-cumi Laccukang - Sunu - Masjid Raya - Urip Sumoharjo - Perintis Kemerdekaan - Kampus Unhas Kembali :Kampus Unhas - Perintis Kemerdekaan - Urip Sumoharjo Bawakaraeng - Jenderal Sudirman - HOS Cokroaminoto - DR. Wahidin Sudirohusodo - Tentara Pelajar - Ujung - Bandang - Masjid Raya - Sunu - Teuku Umar - Gatot Subroto - Korban 40 ribu KODE E1 Berangkat :Terminal Panakkukang - Toddopuli Raya - Perumnas - Hertasning AP. Pettarani - Kampus IKIP - Gunung Sari - AP. Pettarani - Pelita Raya - AP. Pettarani - Abdullah Daeng Sirua - PLTU - Urip Sumoharjo - Perintis Kemerdekaan - Kampus Unhas Kembali :Kampus Unhas - Perintis Kemerdekaan - Urip SUmoharjo - PLTU Abdullah Daeng Sirua - AP. Pettarani - Kampus IKIP - Gunung Sari -

62

AP. Pettarani - Hertasning - Perumnas - Toddopuli Raya Panakkukang KODE F1 Berangkat :Terminal Tamalate - Mallengkeri - Daeng Tata - M. Tahir - Kumala Veteran - Masjid Raya - Urip Sumoharjo - Perintis Kemerdekaan Kampus Unhas Kembali :Kampus Unhas - Perintis Kemerdekaan - Urip Sumoharjo - AP. Pettarani - Abubakar Lambogo - Veteran - Sultan Alauddin - Andi Tonro - Kumala - M.Tahir - Daeng Tata - Mallengkeri - Terminal Tamalate

*Peta Trayek Kota Makassar Terlampir

63

B. Analisis B.1Analisis Fungsi Kawasan Fungsi kawasan sangat berperan penting terhadap kelangsungan kawasan perbelanjaan yang berdiri di suatu daerah. Analisis fungsi kawasan berfungsi untuk menentukan ukuran sebenarnya dari penempatan suatu kegiatan, seperti dalam kasus ini adalah pusat perbelanjaan di Kota Makassar yang telah peneliti ambil beberapa sampel dari populasi yang ada. Tabel 16. Analisis Fungsi Kawasan

64

N O

1

2

LOKASI PERBELANJAAN

JENIS PERBELANJAAN

ALAMAT

FUNGSI KAWASAN

LUAS AREAL PERBELANJAAN

Pasar Daya

Pasar Tradisiona l

Jl.Paccerakkang

Pemukiman dan Perbelanjaa n

Areal Keseluruhan: Sebelah Jl. Pacerakang 2.035 m2 dan Jl. Kapasa Raya 17.960 m2 Tidak tersedia lahan parkir

Pasar Senggol

Pasar Tradisiona l

Jl.Cendrawasih

Perbelanjaa n

Areal Keseluruhan: 905,27 m2 Tidak tersedia lahan parkir

ANALISIS FUNGSI KAWASAN

FOTO

 Peruntukkannya

sebagai pusat Perbelanjaan dan perbelanjaan bagi pemukiman di sekitar Daya dan sebagai sarana berjualan yang strategis bagi para pedagang karena terletak dekat dari Terminal Daya  Kekurangannya pasar tradisional ini mengambil damija sebagai lapak para pedagangnya.  Peruntukannya sebagai pasar malam tidak tertata rapih dan tidak mengikuti standar yang ada, pasar ini merupakan pasar tidak tetap.  Seringkali mengambil badan jalan sebagai tempat parkir sehingga masalah macet tidak terelakkan. Kerap kali jalanan tertutup dan tidak bisa dilalui oleh pengguna jalan. Kemudian sopir

Tampak fisik Pasar Daya yang dilalui oleh Kendaraan Umum

Layout fisik pasar dari Pasar Senggol

65

Sumber: Survey Langsung pada Maret 2013 dan Perhitungan Google Earth Pro 2013 Untuk memfokuskan pokok bahasan sampel peneliti, maka berikut adalah beberapa pemaparan fungsi kawasan dari masing-masing jenis pasar tradisional, pasar modern, ruko, dan toko. 1. Analisis Fungsi Kawasan Pasar Sentral a) Area Pelayanan Berdasarkan klasifikasinya sabelumnya, maka dapat dikatakan bahwa Pasar Sentral merupakan Pasar Regional Sehingga memiliki kriteria sebagai berikut : 1.

Fasilitas pelayanan: pertokoan, perpasaran/Perbelanjaan, dan perkantoran.

2.

Fungsi kawasan : kawasan pendidikan, kawasan Perbelanjaan, kawasan perkantoran, dan kawasan pemukimanP

66

3.

Populasi Pelayanan : 30.000 Jiwa.

4.

Skala Radius Pelayanan : mencapai seluruh kota Makassar maupun luar kota Makassar

5.

Status Pasar Regional

b) Pemilihan Lokasi Terdapat beberapa kriteria agar sebuah lokasi dapat menjadi lokasi sebuah pasar dan pusat perbelanjaan, antara lain : 1.

Dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga mempunyai konsumen yang tetap.

2.

Lokasi harus dapat menjangkau masyarakat banyak

3.

Dilalui oleh lintasan angkutan umum, sehingga dapat diakses oleh para pejalan kaki.

4.

Memiliki sarana dan utilitas yang baik di sekitar kawasannya. Sehingga nantinya tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.

Pasar Sentral telah memenuhi beberapa kriteria diatas. Terdapat pemukiman warga dibagian utara dan timur pasar sehingga pasar ini memiliki konsumen tetap dikarenakan barang kebutuhan rumah tangga di pasar ini juga cukup lengkap. Lokasi pasar juga mudah diakses oleh angkutan pribadi maupun angkutan umum sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat Kota Makassar maupun luar kota Makassar. Fasilitas ruang parkir yang tidak dapat menampung seluruh kendaraan pribadi para pengunjung pasar serta terminal untuk pemberhentian angkutan umum sehingga kemacetan sering dijumpai di pasar ini. Parkir on-street semakin memperparah kondisi lalu lintas di pasar tersebut. Kondisi jalan yang rusak juga menjadi salah satu faktor penyebab kemacetan dan disaat musim hujan pasar ini menjadi langganan banjir. Apalagi pasca kebakaran, pembangunan Pasar Sentral atau Makassar Mall

yang tidak

kunjung selesai membuat para pedagang menggelar lapak

67

dagangannya di badan median jalan sehingga menciptakan aspek visual kekumuhan kawasan Perbelanjaan tersebut. c) Parkir Pasar Sentral belum memiliki fasilitas ruang parkir yang jelas, namun berdasarkan standar kebutuhan parkir pada pasar maka dapat dikatakan bahwa pasar sentral seharusnya memiliki ruas parkir yang dapat menampung kendaraan sebanyak 4.600 kendaraan ditinjau dari luas pasar sentral yang seluas 23.895 m². 2. Analisis Fungsi Kawasan Mall Panakkukang a) Area Pelayanan Berdasarkan klasifikasi sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa Mall Panakkkukang adalah Pusat Perbelanjaan Regional. Dan memiliki kriteria sebagai berikut : 1. Fasilitas Pelayanan

: Pertokoan, perpasaran,

perkantoran,permukiman. 2. Populasi Pelayanan

: 150.000-400.000 Jiwa.

3. Skala Radius pelayanan : Jangkauan Pelayanan seluas daerah dilihat dari klasifikasi yang ada. 4. Status Pusat Perbelanjaan : Regional b) Pemilihan Lokasi Mall Panakkukang merupaka lokasi yang sangat strategis, akses yang mudah , serta menyediakan kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh masyarakat banyak maupun masyarakat dari daerah lain yang menyempatkan ke tempat ini. Mall Panakkukang adalah Mall terbesar yang ada di Kota Makassar,dan paling ramai dikunjungi oleh masyarakat. Terdapat beberapa criteria agar sebuah lokasi dapat menjadi lokasi sebuah pasar dan pusat perbelanjaan,antara lain : 1. Dekat dengan permukiman penduduk, sehingga mempunyai konsumen yang tetap. Mall panakkukang dekat dengan

68

Jalan Toddopuli dan Adyaksa Baru yang seperti diketahui kedua jalan tersebut merupakan daerah pemukiman yang memiliki penduduk yang padat. 2. Lokasi harus dapat menjangkau masyarakat banyak. Akses yang mudah didukung dengan 2 trayek angkutan umum yang dapat mengakses langsung tempat ini sehingga memudahkan masyarakat berkunjung ke tempat ini. 3. Dilalui oleh lintasan angkutan umum, sehingga dapat diakses oleh para pejalan kaki, hal ini berlaku bagi masyarakat yang tinggal disekitar Mall Panakkukang seperti Adyaksa Baru ,dan Toddopuli. 4. Memiliki sarana dan utilitas yang baik di sekitar kawasannya,sehingga nantinya tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Pintu belakang Mall Panakkukang sering dijadikan para supir angkutan umum untuk memarkirkan angkutan umum di badan jalan, sehingga mengganggu aksesibilitas yang ada, terkadang menyebabkan macet akibat parkir on-street, dan bau tidak sedap sering tercium di bagian ini, hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran para supir terhadap kebersihan, sehingga mereka membuang air kecil di drainase Mall Panakkukang. 3. Analisis Fungsi Kawasan Ruko Pengayoman a) Area Pelayanan Fasilitas Pelayanan

: pertokoan, perpasaran, perkantoran,

permukiman. Populasi Pelayanan

:40.000- 150.000 Jiwa.

Skala Radius pelayanan : Jangkauan Pelayanan skala wilayah dilihat dari klasifikasi yang ada.

b) Pemilihan Lokasi

69

Ruko di sepanjang Jalan Pengayoman merupakan lokasi yang sangat strategis, akses yang mudah , serta menyediakan kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh masyarakat. Ruko disepanjang jalan Pengayoman berfungsi sebagai kawasan Perbelanjaan yang muncul akibat adanya pusat perbelanjaan (Mall Panakkukang) dan tempat pemenuhan kebutuhan mulai dari sandang, pangan, sampai papan. Terdapat beberapa kriteria agar sebuah lokasi dapat menjadi lokasi sebuah pasar dan pusat perbelanjaan,antara lain : 1. Dekat dengan permukiman penduduk, sehingga mempunyai konsumen yang tetap. Ruko di sepanjang Pengayoman berdampingan dengan kompleks Gladiol sebagai perumahan serta dekat dengan Jalan Toddopuli dan Adyaksa Baru yang seperti diketahui kedua jalan tersebut merupakan daerah pemukiman yang memiliki penduduk yang padat. 2. Lokasi harus dapat menjangkau masyarakat banyak. Akses yang mudah didukung dengan 2 trayek angkutan umum yang dapat mengakses langsung tempat ini sehingga memudahkan masyarakat berkunjung ke tempat ini. 3. Dilalui oleh lintasan angkutan umum, sehingga dapat diakses oleh para pejalan kaki, hal ini berlaku bagi masyarakat yang tinggal disekitar Ruko Pengayoman seperti Adyaksa Baru ,dan Toddopuli. 4. Memiliki sarana dan utilitas yang baik di sekitar kawasannya,sehingga nantinya tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Di sepanjang Jalan Pengayoman sisi kiri dan kanan dipisah oleh kanal ,kanal ini tidak menimbulkan bau yang tidak sedap,namun sangat mengganggu pemandangan karena kanal ini kotor dan berwarna hijau.

c. Parkir Ruko disepanjang Pengayoman jika dilihat dari bentangan Ujung Jalan toddopuli lahan parkir yang disediakan cukup memadai kendaraan yang 70

ada.Hal ini dapat dilihat dengan penyediaan lahan parkir yang banyak,serta pendirian Ruko dan Toko yang tidak terlalu masuk ke damija,sehaingga ada lahan yang diediakan untuk parkir,sehingga kemacetan jarang terjadi di bagian ini, kemudian Ruko di sepanjang jalan setelah "KFC Pengayoman" Toko-toko didirikan sangat dekat dengan damija, sehingga lahan parkir yang tersedia sangat sedikit, hal ini akan sangat mengganggu jika banyak kendaraan yang berlalu lalang dan singgah untuk berbelanja atau menggunakan jasa di sepanjang ruko tersebut. Dan Jalan Pengayoman di dekat Mall Panakkukang terkenal dengan toko-toko yang menyediakan segala kebutuhan rumah tangga,yaitu "Alaska" yangsebagaiamana telah diketahui tempat selalu ramai dengan kunjungan,namun penyediaan lahan parkir yang kurang sehingga sering menyebabkan macet,

4. Analisis Fungsi Kawasan Warung Perintis a) Area Pelayanan 1. Fasilitas Pelayanan : pertokoan,perkantoran,permukiman. 2. Populasi Pelayanan :250Jiwa. 3. Skala Radius pelayanan

: 300 m2

4. Status Warung b) Pemilihan Lokasi Warung Perintis dijadikan sebagai lokasi pilihan karena terletak di Tipe Jalan Arteri, hal ini merupakan masalah yang ditemukan di tempat ini, hal ini tercantum dalam RTRK nomor 6 tahun 2006 yang menghimbau penataan warung/ruko,toko atau pasar berada di Jalan Arteri/Kolektor,yang seharusnya di tempatkan pada jalan lokal atau lingkungan saja. Hal ini dihimbau agar tidak terjadi kecelakaan atau kemacetan ,karena para pembeli yang singgah memarkirkan kendaraannya di badan jalan,karena warung tersebut tidak menyediakan sarana parker bagi pembeli. c) Parkir

71

Warung ini terletak tepat di pinggir Jalan Perintis Kemerdekaan yang merupakan Jalan Erteri, yang menjadi masalah adalah tidak tersedianya lahan parker bagi pembeli ,sehingga yang banyak terlihat adalah adanya kendaraan yang parkr di jalan ,dipengaruhi oleh letak warung yang tidak semestinya. B.2Analisis Skala Pelayanan Tabel 17. Analisis Fungsi Kawasan Kecamatan

Biringkanaya

Tamalanrea Panakkukang

Rappocini

Tamalate

Manggala

Mariso

Mamajang

Wajo

Nama Pasar Tradisional Pasar Mandai Pusat Niaga Daya Pasar Tradisional Daya Pasar BTP Pasar Panaikang Pasar Tamamaung Pasar Toddopuli Pasar Tamalate Pasar Jipang (karunrung) Pasar Pa'baengbaeng Pasar Parang Tambung Pasar Antang Pasar Jongkok Pasar Borong Jambu Pasar Nipa-Nipa Pasar Tello Pasar Lette' Pasar Lelong Pasar Senggol (Sambung Jawa) Pasar Kancil Pasar Pamous Pasar Mamajang Pasar Butung Pasar Buru

JUMLAH PENDUDU K 169.340,00

KEBUTUHA N PASAR

DIBUTUHKAN

6

3

104.175,00 142.729,00

3 5

2 2

152.531,00

5

3

172.506,00

6

4

118.191,00

4

56.408,00

2

59.560,00

2

35.533,00

1

72

Pasar Sentral Ujung Pandang Bontoala

Ujung Tanah Makassar

Tallo

Pasar Terong Pasar Kalimbu Pasar Marga Mas Pasar Tinumbu Pasar Kerungkerung Pasar Maricaiya Pasar Maccini Pannampu

27.160,00 54.714,00

1 2

1

47.133,00

2

2

82.478,00

3

135.574,00

4

4

*Ket. Tallo dan Manggala menjadi sasaran perencanaan peneliti Penduduk di Kecamatan Biringkanaya adalah 169.340 jiwa, jika melihat dari Standar SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, maka untuk perencanaan di Kecamatan Biringkanaya membutuhkan 6 pasar untuk memenuhi kebutuhan pelayanan masyarakat kecamatan ini, dengan adanya 3 pasar yang beroperasi maka jumlah pasar yang dibutuhkan berjumlah 3 pasar. Hal ini pun berlaku di Kecamatan Tamalanrea berdasarkan jumlah penduduk yang 104.175 jiwa,kebutuhan pasar berjumlah 3 sementara pasar yang beroperasi hanya ada 1 pasar, maka perlu dibutkan 2 pasar lagi sehingga memenuhi skala pelayanan.Kecamatan Rappocini memiliki jumlah penduduk sebanyak 152.531 jiwa maka kebutuhan pasar yang ingin dipenuhi sebanyak 5 pasar, sampai saat ini pasar yang terdapat di Kecamatan ini berjumlah 2 pasar ,maka perlu 3 pasar sehingga skala pelayanan tercukupi. Kecamatan Tamalate memiliki 2 pasar yang beroperasi sementara jika melihat dari jumlah penduduk yang berkisar 172.506 jiwa maka kebutuhan pasar ialah 6 pasar, maka perlu ditambahkan 4 pasar lagi. Kecamatan Manggala sendiri memiliki 118.191 jiwa, kebutuhan pasar yang harus dipenuhi ada 4, dengan jumlah pasar yang beroperasi sebanyak 4 pasar maka tidak perlu ada penambahan namun, harus dibenahi dan dilakukan perbaikan pasar-pasar yang ada di

73

Kecamatan Manggala. Kecamatan Mariso memiliki penduduk sebanyak 56.408 jiwa jumlah pasar yang dibutuhkan memiliki jumlah yang sama dengan pasar yang beroperasi di Kecamatan ini yaitu 2 pasar,sehingga tidak perlu ada penambahan hanya perlu perbaikan pasar. Hal ini sama dengan Kecamatan Mamajang dengan jumlah penduduk yng berkisar 59.560 menjelaskan kebutuhan pasar berjumlah 2 ,dan pasar yang beroperasi di Kecamatan ini ada 2,sehingga hanya butuh perbaikan pasar. Kecamatan Wajo memiliki penduduk 35.533 jiwa ,dengan jumlah penduduk sekian dibutuhkan 1 pasar untuk memenuhi skala pelayanan kecamatan. Kecamatan Ujung Pandang tidak terdapat pasar tradisional dengan jumlah penduduk 27.160 maka dibutuhkan 1 pasar tradisional di kecamatan tersebut. Kecamatan Bontoala memiliki 4 pasar yang beroperasi,jumlah penduduk 54.714 jiwa hanya memerlukan 2 pasar di Kecamatan ini. Kecamatan Ujung Tanah juga tidak terdapat pasar tradisional namun dengan jumlah penduduk yaitu 47.133 maka kebutuhan pasar yang harus dipenuhi sebanyak 2 pasar. Kecamatan Makassar memiliki jumlah penduduk sebanyak 82.478 jiwa dengan adanya 3 pasar yang beroperasi maka ebutuhan pasar di Kecamatan ini telah terpenuhi. Kecamatan Tallo memiliki 135.524 jiwa yang memiliki kebutuhan pasar sebanyak 4 pasar, namun yang beroperasi hanya Pasar Pannampu,sehingga butuh tambahan 3 pasar untuk memenuhi skala Pelayanan Kecamatan. Melihat dari analisis diatas dan hasil survey yang ada, mahasiswa memfokuskan pada 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Manggala dan Kecamatan Tallo. Kecamatan Manggala sendiri memiliki pasar yang banyak sejumlah 4 pasar namun kebutuhan yang ingin dipenuhi tidak dapat

memuaskan

masyarakat

sekitar,sehingga

hal

inilah

yang

menyebabkan banyaknya warga Kecamatan manggala yang berbelanja di Pasar Kecamatan lain. Untuk Kecamatan Tallo jumlah penduduk yang sangat banyak tidak memenuhi kebutuhan pasar yang ada, hanya ada 1 pasar , namun pasar tersebut tidak terorganisisr dengan baik, dengan letak

74

yang semrawut serta pemenuhan kebutuhan yang jauh dari memuaskan ,maka 2 Kecamatan ini menjadi focus perencanaan. B.3Analisis Aksesibilitas dan Radius Pelayanan 1. Analisis Aksesibilitas Pasar Sentral Tabel 18. Analisis Aksesibilitas dan Radius Pelayanan Pasar Sentral NO.

1

2

3

4

5

6

HARI

KERJA

KERJA

KERJA

LIBUR

LIBUR

LIBUR

WAKTU

LOKASI ASAL

PAGI

TODDOPULI X (KEC. MANGGALA)

SIANG

MAKASSAR TRRADE CENTER (KEC. WAJO)

SORE

PAGI

SIANG

SORE

JENIS KENDARAAN

PETE-PETE

MOTOR

RACING CENTRE PERDOS UMI BLOK H NO. 8 (KEC. PANAKKUKANG)

MOTOR

JL. ADE IRMA NASUTION (KEC. TALLO)

PETE-PETE

JL. CUMI-CUMI (KEC. TALLO)

STIEM BONGAYA (KEC. MAMAJANG)

PETE-PETE

MOTOR

RUTE

JL. TODDOPULI JL. PENGAYOMA N - JL. PETTARANI JL. URIP SUMOHARJO - JL. BAWAKARAE NG - JL. SUDIRMAN JL. SUDIRMAN JL. URIP SUMOHARJO - JL. BAWAKARAE NG -JL. SUDIRMAN JL. PONGTIKU JL. SUNU - JL. URIP - JL. BAWAKARAE NG - JL. SUDIRMAN JL. CUMICUMI - JL. BAWAKARAE NG - JL. SUDIRMAN JL. MAPPAODAN G - JL. KUMALA - JL. RATULANGI

JARAK (KM)

RADIUS PELAYANAN

8,25

6.648 0,29

364

5,52 4.592

4,38 2.584 2,39 1.791 4,88 4.410 75

Lokasi pasar Sentral yang berada pada Jalan Agussalim yang merupakan salah satu , sangat efesien untuk pencapaian dari kendaraan, angkutan umum. Selain itu untuk para pejalan kaki, juga mudah dicapai, dikarenakan letak site yang dekat dengan jalur angkutan umum. Site dilalui oleh beberapa Jalur sebagai berikut : 1. Jl.Cokroaminoto yang merupakan jalan kolektor 2. Jl.K.H Ramli yang merupakan jalan kolektor 3. Jl.Agus Salim yang merupakan jalan lokal 4. Jl.Wahid Hasyim yang merupakan jalan lokal Adapun trayek angkutan umum yang mengakses pasar ini adalah sebagai berikut: Kode A, Kode C, Kode D, Kode E, Kode F, dan Kode J 2. Analisis Aksesibilitas Warung Perintis Warung Perintis terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan , areal bangunan 113,45 m2 ,warung ini terletak di Jalan Arteri Primer, dan dapat diakses oleh angkutan umum dikarenakan adapun trayek angkutan umum yang mengakses warung ini adalah Pete-pete Daya dan Pete-pete Sudiang. 3. Analisis Aksesibilitas Ruko Pengayoman Lokasi Ruko Pengayoman terltak di sepanjang Jalan Pengayoman, dimana sebelah Timur berbatasan langsung dengan Jalan Toddopuli dan disebelah Barat berbatasan langsung dengan Jalan A.P Pettarani. Jalan Pengayoman ini terbentang sepanjang 1.980m. Ruko disepanjang Pengayoman ini didirikan sebagai kawasan pendukung Mall Panakkukang. Ruko disepanjang jalan Pengayoman ini dapat diakses dengan angkutan umum yaitu trayek E (IKIP) dan J (Perumnas). Ruko-ruko dan Toko tersebut menyediakan berbagai kebutuhan yaitu sandang ,papan, dan pangan.Akses yang mudah membuat kawasan ini semakin berkembang hal ini dilihat dengan munculnya tempat-tempat hiburan seperti “KFC”, Family Karaoke, maupun department store,dan “Pasar Segar”. 4. Analisis Aksesibilitas Mall Panakkukang Tabel 19. Analisis Aksesibilitas dan Radius Pelayanan MP

76

N O.

HARI

1

KERJ A

2

3

4

5

6

7

KERJ A

KERJ A

KERJ A

LIBU R

LIBU R LIBU R

WAKTU

MALA M

PAGI

SIANG

SORE

MALA M

PAGI

SIANG

LOKASI ASAL

ANTANG RAYA

HARTACO INDAH BLOK C NO. 4

BTN ANTARA, HAMZY

KANTOR KELURAHAN MANGGALA

DG. TATA 4

RACING CENTRE

JL. MINASA UPA

JENIS KENDARAA

MOBIL

MOBIL

MOTOR

TAXI

MOTOR

MOBIL

MOBIL

RUTE

JL. ANTANG JL. HERTASNING BARU - JL. ADHYAKSA JL. PENGAYOMA N JL. DG. TATA JL. MANURUKI JL. PETTARANI JL. PENGAYOMA N JL. PERINTIS KEMERDEKA AN - JL. ABD. DG. SIRUA JL. ADHYAKSA BARU - JL. PENGAYOMA N JL. BORONG JL. TODDOPULI JL. PENGAYOMA N JL. MANURUKI JL. PETTARANI JL. BOULEVARD JL. RACING JL. ABD. DG. SIRUA - JL. ADHYAKSA BARU - JL. BOULEVARD JL. HERTASNING BARU - JL.

JARA K

RADIUS PELAYANA

7,84

3.353

4,89

4.000

5,08

3.883

5 4.415

4,56 3.415

1,48

4,24

1.308 3.080

77

N O.

8

HARI

LIBU R

WAKTU

SORE

LOKASI ASAL

CITRALAND

JENIS KENDARAA

MOBIL

RUTE

ADHYAKSA BAARU - JL. BOULEVARD JL. HERTASNING BARU - JL. ADHYAKSA BAARU - JL. BOULEVARD

JARA K

RADIUS PELAYANA

3,72

3.247

Pengunjung dengan tujuan Mall Panakkukang sangat komplex sehingga hampir tidak bisa dirata-ratakan lokasi asalnya. Jenis kendaraan yang mayoritas digunakan adalah Mobil Pribadi. Untuk hari kerja pencapaian terjauh MP berasal dari Antang Raya dengan jarak 7,84 km menggunakan Mobil Pribadi. Sedangkan pada hari libur dengan pencapaian terjauh Dg. Tata 4 dengan jarak

4,56 km menggunakan

Motor. Lokasi Mall Panakkukang terletak di Jalan Boulevard (bagian depan) dan jalan Pengayoman (bagian belakang),sangat efisien untuk pencapaian dari kendaraan, dan angkutan umum. Selain itu untuk para pejalan kaki, juga mudah dicapai. dikarenakan letak mall yang dekat dengan jalur angkutan umum, adapun trayek angkutan umum yang mengakses Mall ini adalah IKIP (E) ,dan Perumnas (J). Mall ini terletak di tempat yang sangat strategis, hal demikian didukung dengan lokasi mall ini terletak di dua Jalan Kolektor yaitu Jalan Boulevard dan Jalan Pengayoman, sehingga mudah diakses. Mall ini dilalui oleh Jalur Utama yaseperti jalan A.P Pettarani.

78

BAB V PERENCANAAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan B. Rekomendasi 1.

Dalam waktu dekat pemerintah harus secepatnya memperbaiki pusat perbelanjaan di setiap masing-masing kecamatan yang ada di kota Makassar. Beberapa pasar-pasar yang yang terletak di samping jalan arteri dan jalan kolektor harus di perbaiki kembali letak lokasi yang lebih strategis dan nyaman karena itu keadaan seperti itu sangat mengganggu.

2.

Dinas Tata Ruang dan pemerintah kota harus membuat kebijakan tentang letak-letak pasar yang tidak sesuai dengan radius pelayanan di setiap kecamatan yang ada di kota Makassar.

3.

Pihak pengelolaan pasar harus lebih memperhatikan kondisi sarana dan prasarana agar aktivitas di pasar menjadi lancar dan tidak menimbulkan masalah terhadap pembeli dan pedagang.

4.

Memberikan sosialisasi kepada pedagang-pedagang dipasar untuk dapat meningkatkan kualitas pasar serta mengadakan kerja bakti minimal seminggu sekali demi kebersihan lingkungan pasar. Pegelola

79

pasar dapat membuat peraturan lebih lanjut untuk kenyamanan pedagang dan pembeli. Dan membuat sanksi jika ada yang melanggar. 5.

Mengembalikan fungsi awal pasar Pannampu sebagai pasar Regional dengan Redevelopment sehingga kebutuhan akan pasar Regional Kota Makassar terpenuhi berdasarkan jumlah penduduknya.

80

More Documents from "Komang Yudha"