LAPORAN KUNJUNGAN MATA KULIAH FISIKA GUNUNGAPI DAN EKSPLORASI PANASBUMI PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY (PGE) KAMOJANG, JAWA BARAT
DISUSUN OLEH: DEDI SETIAWAN F1D315003
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2019
Kegiatan kunjungan ke PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang di Jawa Barat dilakukan pada tanggal 5 Maret 2019. Hal ini merupakan kunjungan yang dilakukan dalam rangka pembelajaran pada mata kuliah Fisika Gunungapi dan Eksplorasi Panasbumi dimana dari hal ini akan dipelajari sejarah kegiatan eksplorasi dan eksploitasi panasbumi yang dilakukan disini. Sedikit mengenal PT Pertamina Geothermal Energy atau PGE, PGE sendiri merupakan anak perusahaan dari PT Pertamina (Persero) yang dibentuk pada tanggal 12 Desember 2006 untuk melaksanakan pengusahaan terhadap panasbumi di 12 WKP atau Wilayah Kerja Panasbumi. Dimana salah satu diantara 12 WKP tersebut adalah Kamojang yang wilayah operasinya berada di 2 kabupaten, yakni Kabupaten Bandung dan Garut di Jawa Barat. WKP yang menjadi milik PGE antara lain : Tabanan, Kamojang - Darajat, Cibeureum - Parabakti, Lahendong, Pangalengan, Karaha Cakrabuana, Gunung Sibayak - Sinabung, Gunung Sibual buali, Gunung Way Panas, Sungai Penuh, Lumut Balai, dan Hululais. Kamojang sendiri merupakan area panasbumi pertama di Indonesia yang dibuktikan dengan adanya Sumur Uap KMJ - 3 atau dikenal sebagai kawah kereta, yang sudah ada sejak era Kolonial Belanda. Pembangkit listrik tenaga panasbumi pertama di Indonesia juga berada di Kamojang yang ditandai dengan dibangunnya Monoblok 0,25 MW pada tahun 1978. Sampai saat ini Kamojang masih aktif dengan kapasitas listrik yang dihasilkan adalah 235 MW. dan yang perlu digarisbawahi, PGE hanya menyediakan bisnis yakni menjual uap dan listrik yang dihasilkan oleh mereka. Untuk uap sendiri mereka akan menjualnya kepada perusahaan yang memiliki konstruksi PLTP untuk menghasilkan listriknya. Sedangkan untuk listriknya mereka menjualnya kepada PLN karena hak penjualan dan distribusi listrik di Indonesia masih menjadi monopoli PLN. Dan hal yang membuat Kamojang menjadi salah satu area panasbumi yang bagus karena uap yang dihasilkan dari system panasbuminya merupakan tipe uap kering. Tentunya uap kering dengan persentase diatas 90% dari keseluruhan uap yang dihasilkan merupakan hal yang paling diinginkan oleh pelaku industry panasbumi mengingat lebih ramah terhadap alat yang digunakan (maksudnya tidak perlu separator maupun lebih tahan untuk pipa dari dampak korosi).
Gambar 1 Skema Panasbumi Pemanfaatan langsung, Sumber : Website PT PGE
Gambar 2 Skema Panasbumi Pemanfaatan Tidak Langsung, Sumber : PT PGE
Saat diruangan pertemuan diberi penjelasan mengenai sistem panasbumi secara umum. Dimana untuk sistem panasbumi sendiri terdiri dari: mata air panas fumarole, batuan penudung, reservoir dan batuan sumber (batuan panas). Kerangka struktur yang mendukung panasbumi di bawah permukaan dapat diibaratkan sebagai ceret yang dipanaskan, dengan adanya sumber panas, bagian yang menjadi wadah yang menahan fluida yang dipanaskan serta uap yang merupakan keluaran dari proses ini. Hal ini merupakan penggambaran yang paling mendekati
proses kerja panasbumi itu sendiri. Dalam pemanfaatan panasbumi sendiri dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung jelas dengan memanfaatkan fluida yang telah dipanaskan untuk menggerakkan turbin yang selanjutkan menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik. Hal ini diaplikasikan dalam Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) yang juga menjadi produk dari Pertamina Geothermal Energy area Kamojang. Sedangkan untuk pemanfaatan secara tidak langsung contohnya seperti kopi geothermal. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam memanfaatkan energi panasbumi, dalam suatu proses masih mengikuti prosedur yang telah dibuat. Dimana untuk manisfetasi panasbumi sendiri, dapat dianalisis melalui penelitian eksplorasi secara Geologi, Geokimia dan Geofisika. Dimana di Indonesia sendiri secara geologi manifestasi panasbumi yang ada mayoritas merupakan hasil dari vulkanik maupun vulkano-tektonik. Biasanya para geofisikawan atau pun para ahli-ahli kebumian lainnya dalam proses eksplorasi dan eksploitasi panasbumi memiliki runtutan tahapan didalamnya dengan memanfaatakan keilmuan 3G ini, yaitu Geologi, Geokimia dan Geofisika. Untuk geofisika sendiri, dalam proses eksplorasinya meliputi kegiatan pengambilan data melalui akuisisi data dengan beberapa metode geofisika, pengolahan data dan interpretasi data yang dikorelasikan dengan data geologi dan geokimia yang telah didapatkan sebelumnya sehingga didapatkan pemodelan 3D terkait dengan estimasi panasbumi yang hendak didapatkan. Kegiatan pertama merupakan kegiatan dalam survey geologi. Dalam survey geologi ini mencakup beberapa proses, yakni:
Deskripsi Litologi (dimulai dari pengidentifikasian batuan penyusun suatu lapisan, sayatan geologi dan lain-lain)
Studi tentang gunung api dan ilmu stratigrafi (karena bidang geothermal sangat berkaitan dengan gunung api)
Struktur geologi (jenis, arah, kemiringan dari struktur, serta identifikasi)
Alterasi dan manifestasi
Selain survey geologi, juga dilakukan survey geokimia. Dalam survey ini terdapat beberapa pula point-point penting yang harus diperhatikan layaknya seperti yang dilakukan saat survey geologi, yaitu:
Melihat mata air panas/dingin (objek yang akan diolah)
Analisa fluida
Klasifikasi tipe fluida
Menghitung temperature fluida reservoir
Prediksi sistem dari reservoirnya
Kemudian dilanjutkan dengan survey geofisika. Untuk suvey geofisika sendiri, dilakukan dengan beberapa metode geofisika yang sering digunakan. Terdapat 3 metode yang digunakan dalam eksplorasi geothermal yaitu MT Resisstivity, Gravity, dan MeQ. Untuk setiap metode memiliki prinsip masing-masing dalam menjalankan setiap proses dan berdasarkan oleh parameter yang telah ada. Untuk metode pertama yaitu metode MT resistivity yang mana menggunakan parameter arus listrik yang digunakan untuk mengetahui struktur dari daerah prospek, massa jenis serta perhitungan dari luas daerah prospek. Selain itu untuk kedalaman (depth) dari reservoir dan ketebalan dari batuan juga dapat ditentukan oleh metode ini. Begitu pula untuk metode Gravity. Metode yang telah dipelajari ini digunakan dengan menggunakan sumber kemagnetan yang ada didalam bumi. Untuk metode ini saling berkaitan dengan metode magnetik, yang mana untuk survey magnetic terbagi atas 2 yaitu ground dan aeromagnetic. Itu hanya dibedakan atas medium yang digunakan, yang mana untuk aero dilakukan dengan medium ionosfer sedangkan ground memang langsung menggunakan medium permukaan tanah. Hal ini akan membedakan hasilnya karena pengaruh dari noise yang ditimbulkan dari tiap-tiap metode berbeda-beda pula. Untuk metode ini terdapat analisa spektrum, yaitu:
Kedalaman sumber anomaly (frekuensi/panjang gelombang)
FFT (anomaly residual dan regional)
Pada pengukuran dengan menggunakan metode gravity terdapat anomaly gravitasi yang dipengaruhi oleh g observasi dengan g teoritis. Hasil-hasil tersebut akan dikoreksi dengan beberapa koreksi yaitu tidal, drift, CBA dan masih banyak lagi jenis koreksi yang dapat dilkakukan agar mendapat data yang sangat baik. Kemudian terdapat metode geofisika terakhir yang digunakan dalam eksplorasi ini yaitu metode MeQ atau Micro-EarthQuake. Yang mana menggunakan intensitas dari gempa bumi yang kecil. Dalam beberapa tahun terakhir, minat untuk memanfaatkan energi panas bumi telah meningkat pesat, disertai oleh minat dan investasi dalam memperbaiki analisa MeQ, untuk meningkatkan nilai dalam pembuatan pengembangan reservoir.
Pemanfaatan daerah panas bumi untuk panas dan / atau listrik memerlukan pengambilan cairan panas dari reservoir batuan yang dikuburkan. Fluida kerja yang digunakan biasanya air, walaupun penggunaan CO2 semakin banyak dibahas. Untuk negara Indonesia sendiri merupakan negara yang dilewati jalur patahan atau merupakan daerah lintasan gunung api. Maka dari itu potensi geothermal di Indonesia sangatlah banyak dibandingkan dengan negara lain, tetapi yang baru dikembangkan hanya beberapa persen dari banyaknya potensi yang ada. Hal tersebut terkendalai oleh dana, perizinan (Lingkungan, Pemerintah dll), sosial dan lainnya. Untuk negara Indonesia sendiri, berdasarkan informasi yang telah didapat bahwa untuk kedalaman Reservoir Indonesia dapat diperkirakan berkisar antara 1,5 km hingga 2 km dibawah permukaan bumi. Bentuk hasil dari letak, posisi, keadaan tersebut diperoleh dari survey-survey yang dilakukan sebelum kegiatan eksplorasi dilakukan. Selain membahas terkait dengan proses panasbumi dan semua yang terkait didalamnya (yang mana hal yang saya jelaskan diparagraf sebelumnya sebenarnya juga merupakan kutipan saat saya berada di GIC). Disini juga disajikan mengenai prestasi yang didapatkan oleh PGE. Yang salah satunya adalah meraih penghargaan lingkungan PROPER sebanyak 7 kali berturutturut. Hal ini menunjukkan bahwa PGE merupakan perusahaan yang memang menjunjung aspek lingkungan dengan baik. Selain itu juga PGE juga berkontribusi terhadap lingkungan, satwa dan masyarakat. Seperti penangkaran Elang yang ada diarea sekitar untuk bias dilepasliarkan kembali, kopi geothermal yang dijadikan produk khas setempat, objek wisata dan beberapa hal lainnya yang menunjukkan perusahaan ini benar-benar menjaga lingkungan sekitar. Selanjutnya kami diajak menuju Geothermal Information Center (GIC) yang mana merupakan salah satu bagian dari operasional PGE di area Kamojang, yang menyediakan berbagai informasi tentang sejarah panasbumi Indonesia. Tahapan pemanfaatan panasbumi untuk listrik dari hulu hingga hilir, gambaran tentang operasional lapangan panasbumi serta bagaimana pemanfaatannya bersama masyarakat. Selain dapat mengetahui informasi dasar panasbumi yang disediakan melalui miniatur, poster dan video, disini juga dapat dilihat batuan panasbumi dan bagaimana proses awal sampai analisis batuan panasbumi. Disini juga diberi penjelasan terkait dengan wilayah kerja panasbumi yang menjadi bagian dari PGE yang telah saya sebutkan dibagian awal. Disini juga ditunjukkan maket terkait dengan area Kamojang secara keseluruhan baik itu PLTP, sumur injeksi, sumur produksi, area penunjang lainnya yang memang terlihat
begitu luas. Disajikan juga peralatan drilling, alat geofisika lama yang sudah tidak dipakai lagi, dan hal lainnya terkait kegiatan eksplorasi yang telah saya jelaskan juga dibagian sebelumnya.
Gambar 3 Kunjungan di PT PGE
Gambar 4 Geothermal Information Center