Strategi Pengembangan Aud.docx

  • Uploaded by: Dedi Setiawan
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Strategi Pengembangan Aud.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,283
  • Pages: 16
MAKALAH MEMAHAMI BENTUK-BENTUK STRATEGI PENGEMBANGAN AUD

Dosen : Dra. Hotman Sumeriwati, M.Pd.I

Oleh: HESTI NUR APIDA

Mata Kuliah : Pengeolaan Lingkungan Belajar

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN AL-AZHAR DINIYAH JAMBI TAHUN AJARAN 2018

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karna atas rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini. Adapun judul Makalah ini adalah “MEMAHAMI BENTUK-BENTUK STRATEGI PENGEMBANGAN AUD” Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat dalam menyelesaikan mata kuliah. Penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun susunan tata bahasa. Hal ini karena pengetahuan penulis yang masih terbatas. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa segala yang terurai dalam makalah ini tidak luput dari kesalahan serta kekurangan yang disebabkan masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penulis, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak, harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.

Jambi, Maret 2019

Penulis

ii

DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................................. i KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2 A. Perkembangan Moral Anak Usia Dini................................................................ 2 B. Konsep-konsep Pengembangan Moral Anak Usia Dini .................................... 2 C. Strategi dan Teknik Pengembangan Moral Anak Usia Dini ............................ 5 D. Pengembangan Nilai-nilai Agama Anak Usia Dini ............................................ 6 E. Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini ..................................... 7 BAB III KESIMPULAN................................................................................................... 12 REFERENSI

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Usia dini merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar (golden age).Oleh karena itu kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk proses belajar anak.Rasa ingin tahu pada usia ini berada pada posisi puncak.Tidak ada usia sesudahnya yang menyimpan rasa ingin tahu anak melebihi usia dini,khususnya usia 3-4 tahun.Orientasi belajar anak usia dini bukan untuk mengejar prestasi,seperti kemampuan membaca,menulis,berhitung dan penguasaan pengetahuan yang lain yang sifatnya akademis.Namun orientasi belajar anak yang sesungguhnya adalah mengembangkan sikap dan minat belajar serta berbagai potensi dan kemampuan dasar anak.Orientasi belajar anak lebih baik bila mengarah pada pengembangan sikap mental yang positif.Bila hal itu tercapai,maka berarti aset yang tiada nilai harganya.Anak yang mampu mengembangkan sikap mental positif akan mengembangkan rasa ingin tahu yang tinggi,semangat

belajar

yang menyala,gemar

membaca,mampu

mengembangkan

kreativitas diri dan memiliki dorongan yang kuat untuk terus mengembangkan diri.

B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan moral AUD? 2. Bagaimana konsep-konsep pengembangan moral AUD? 3. Apa strategi dan teknik pengembangan moral AUD? 4. Apa yang dimaksud dengan pengembangan nilai agama AUD? 5. Bagaimana pengelolaan kegiatan pengembangan AUD?

1

BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan Moral Anak Usia Dini Manusia merupakan makhluk etis atau makhluk yang mampu memahami kaidahkaidah moral dan mampu menjadikannya sebagai pedoman dalam bertutur kata, bersikap, dan berperilaku. Kemampuan seperti di atas bukan merupakan kemampuan bawaan melainkan harus diperoleh melalui proses belajar. Anak dapat mengalami perkembangan moral

jika

dirinya

mendapatkan

pengalamanan

bekenaan

dengan

moralitas.

Perkembangan moral anak ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma, dan etika yang berlaku (Slamet Suyanto,

2005: 67). Mengingat moralitas

merupakan factor penting dalam kehidupan manusia maka manusia sejak dini harus mendapatkan pengaruh yang positif untuk menstimulasi perkembangan moralnya.

B. Konsep-konsep Pengembangan Moral Anak Usia Dini Menurut Megawangi, dalam Siti Aisyah dkk. (2007: 8.36), anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila mereka berada di lingkungan yang berkarakter pula. Usaha mengembangkan anak-anak agar menjadi pribadi-pribadi yang bermoral atau berkarakter baik merupakan tangguang jawab keluarga, sekolah, dan seluruh komponen masyarakat. Usaha tersebut harus dilakukan secara terencana, terfokus, dan komprehensif.

Pengembangan moral anak usia dini melalui pengembangan

pembiasaan berperilaku dalam keluarga dan sekolah. 1. Pengembangan berperilaku yang baik dimulai dari dalam keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan paling efektif untuk melatih berbagai kebiasaan yang baik pada anak. Menurut Thomas Lickona, sebagimana pendapatnya dikutip oleh Siti Aisyah dkk. (2007: 8.38 – 8.41), ada 10 hal penting yang harus diperhatikan dan dijadikan prinsip dalam mengembangkan karakter anak dalam keluarga, yaitu sebagai berikut. a. Moralitas penghormatan Hormat merupakan kuci utama untuk dapar hidup harmonis dengan masyarkat. Moralitas penghormatan mencakup:

2

1) Penghormatan kepada diri sendiri untuk mencegah agar diri sendiri tidak terlibat dalam perilaku yang merugikan diri sendiri. 2) Penghormatan kepada sesame manusia meskipun berbeda suku, agama, kemampuan ekonomi, dst. 3) Penghormatan kepada lingkungan fisik yang merupakan ciptaan Tuhan. b. Perkembangan moralitas kehormatan berjalan secara bertahap Anak-anak tidak bisa langsung berkembang menjadi manusia yang bermoral, tetapi memerlukan waktu dan proses yang terus menerus, dan memerlukan kesabaran orang tua untuk melakukan pendidikan tersebut. c. Mengajarkan prinsip menghormati Anak-anak akan belajar menghormati orang lain jika dirinya merasa bahwa pihak lain menghormatinya. Oleh karena itu orang tua hendaknya menghormati anaknya. Penghormatan orang tua kepada anak dapat dilakukan misalnya dengan menghargai pendapat anak, menjelaskan kenapa suatu aturan dibuat untuk anak, dst. d. Mengajarkan dengan contoh Pembentukan perilaku pada anak mudah dilakukan melalui contoh. Oleh karena itu contoh nyata dari orang tua bagaimana seharusnya anak berperilaku harus diberikan. Selain itu, orang tua juga bisa membacakan buku-buku yang di dalamnya terdapat pesan-pesan moral. Orang tua hendaknya mengontrol acaraacara televisi yang sering ditonton anaknya, jangan sampai acara yang disukai anak adalah acara yang berpengaruh buruk pada perkembangan moralnya. e. Mengajarkan dengan kata-kata Selain mengajar dengan contoh, orang tua hendaknya menjelaskan dengan kata-kata apa yang ia contohkan. Misalnya anak dijelaskan mengapa berdusta dikatakan sebagai tindakan yang buruk, karena orang lain tidak akan percaya kepadanya. f. Mendorong anak unruk merefleksikan tindakannya Ketika anak telah melakukan tindakan yang salah, misalnya merebut mainan adiknya sehingga adiknya menangis, anak disuruh untuk berpikir jika ada anak lain yang merebut mainannya, apa reaksinya. g. Mengajarkan anak untuk mengemban tanggung jawab

3

Anak-anak harus dididik untuk menjadi pribadi-pribadi yang altruistik, yaitu peduli pada sesamana. Untuk itu sejak dini anak harus dilatih melalui pemberian tanggung jawab.

h. Mengajarkan keseimbangan antara kebebasan dan kontrol Keseimbangan antara kebebasan dan kontrol diperlukan pengembangan moral anak. Anak diberi pilihan untuk menentukn apa yang akan dilakukannya namun aturan-aturan yang berlaku harus ditaati. i. Cintailah anak, karena cinta merupakan dasar dari pembentukan moral Perhatian dan cinta orang tua kepada anak merupakan kontribusi penting dalam pembentukan karakter yang baik pada anak. Jika anak-anak diperhatikan dan disayangi maka mereka juga belajar memperhatikan dan menyayangi orang lain. j. Menciptakan keluarga bahagia Pendidikan moral kepada anak tidak terlepas dari konteks keluarga. Usaha menjadikan anak menjadi pribadi yang bermoral akan lebih mudah jika jika anak mendapatkan pendidikan dari lingkungan keluarga yang bahagia. Untuk itu usaha mewujudkan keluarga yang bahagia merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh orang tua sehubungan dengan erkembangan moral anaknya. 2. Pengembangan kebiasaan berperilaku yang baik di sekolah Perkembangan moral anak tidak terlepas dari lingkungan di luar rumah. Menurut Goleman (1997) dan Megawangi 2004) dalam Siti Aisyah dkk. (2007: 8.41 – 8.42), bahwa lingkungan sekolah berperan dalam pengembangan moral anak usia dini. Pendidikan moral pada lembaga pendidikan formal dimulai ketika anak-anak mengikuti pendidikan pad ataman kanak-kanak. Menurut Schweinhart (Siti Aisyah dkk., 2007: 8.42), pengalaman yang diperoleh anak-anak dari taman kanak-kanak memberikan pengaruh positif pada pada perkembangan anak selanjutnya. Di lembaga pendidikan formal anak usia dini, peran pendidik dalam pengembangan moral anak sangat penting. Oleh karena itu, menurut Megawangi (Siti Aisyah, 2007: 8.45), pendidik harus memperhatikan beberapa hal, yaitu sebagai berikut. a. Memperlakukan anak didik dengan kasih sayang, adil, dan hormat.

4

b. Memberikan perhatian khusus secara individual agar pendidik dapat mengenal secara baik anak didiknya. c. Menjadikan dirinya sebagai contoh atau tokoh panutan. d. Membetulkan perilaku yang salah pada anak didik.

C. Strategi dan Teknik Pengembangan Moral Anak Usia Dini Pengembangan moral anak usia dini dilakukan agar terbentuk perilaku moral. Pembentukan perilaku moral pada anak, khususnya pada anak usia dini memerlukan perhatian serta pemahaman terhadap dasar-dasar serta berbagai kondisi yang mempengaruhi dan menenytukan perilaku moral. Ada 3 strategi dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia dini, yaitu: strategi latihan dan pembiasaan, 2. Strategi aktivitas dan bermain, dan 3. Strategi pembelajaran (Wantah, 2005: 109). 1. Strategi Latihan dan Pembiasaan Latihan dan pembiasaan merupakan strategi yang efektif untuk membentuk perilaku tertentu pada anak-anak, termasuk perilaku moral. Dengan latihan dan pembiasaan terbentuklah perilaku yang bersifat relatif menetap. Misalnya, jika anak dibiasakan untuk menghormati anak yang lebih tua atau orang dewasa lainnya, maka anak memiliki kebiasaan yang baik, yaitu selalu menghormati kakaknya atau orang tuanya. 2. Strategi Aktivitas Bermain Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan oleh setiap anak dapat digunakan dan dikelola untuk pengembangan perilaku moral pada anak. Menurut hasil penelitian Piaget (dalam Wantah, 2005: 116), menunjukkan bahwa perkembangan perilaku moral anak usia dini terjadi melalui kegiatan bermain. Pada mulanya anak bermain sendiri tanpa dengan menggunakan mainan. Setelah itu anak bermain menggunakan mainan namun dilakukan sendiri. Kemudian anak bermain bersama temannya bersama temannya namun belum mengikuti aturan-aturan yang berlaku. Selanjutnya anak bermain bersama dengan teman-temannya berdasarkan aturan yang berlaku. 3. Strategi Pembelajaran Usaha pengembangan moral anak usia dini dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran moral. Pendidikan moral dapat disamakan dengan pembelajaran nilai5

nilai dan pengembangan watak yang diharapkan dapat dimanifestasikan dalam diri dan perilaku seseorang seperti kejujuran, keberanian, persahabatan, dan penghargaan (Wantah, 2005: 123). Pembelajaran moral dalam konteks ini tidak semata-mata sebagai suatu situasi seperti yang terjadi dalam kelas-kelas belajar formal di sekolah, apalagi pembelajaran ini ditujukan pada anak-anak usia dini dengan cirri utamanya senang bermain. Dari segi tahapan perkembangan moral, strategi pembelajaran moral berbeda orientasinya antara tahapan yang satu dengan lainnya. Pada anak usia 0 – 2 tahun pembelajaran lebih banyak berorientasi pada latihan aktivitas motorik dan pemenuhan kebutuhan anak secara proporsional. Pada anak usia antara 2 – 4 tahun pembelajaran moral lebih diarahkan pada pembentukan rasa kemandirian anak dalam memasuki dan menghadapi lingkungan. Untuk anak usia 4 – 6 tahun strategi pembelajaran moral diarahkan pada pembentukan inisiatif anak untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan perilaku baik dan buruk. Secara

umum

ada

berbagai

teknik

yang

dapat

diterapkan

untuk

mengembangkan moral anak usia dini. Menurut Wantah (2005: 129) teknik-teknik dimaksud adalah: 1. membiarkan, 2. tidak menghiraukan, 3. memberikan contoh (modelling), 4. mengalihkan arah (redirecting), 5. memuji, 6. mengajak, dan 7. menantang (challanging).

D. Pengembangan Nilai-nilai Agama Anak Usia Dini Menurut Zakiah Darajat (dalam Lilis Suryani dkk., 2008: 1.9), agama suatu keimanan yang diyakini oleh pikiran, diresapkan oleh perasaan, dan dilaksanakan dalam tindakan, perkataan, dan sikap. Perkembangan nilai-nilai agama artinya perkembangan dalam kemampuan memahami, mempercayai, dan menjunjung tinggi kebenarankebenaran yang berasal dari Sang Pencipta, dan berusaha menjadikan apa yang dipercayai sebagai pedoman dalam bertutur kata, bersikap dan bertingkah laku dalam berbgaia situasi. Pemahaman anak akan nilai-nilai agama menurut Ernest Harms (dalam Lilis Suryani dkk., 2008; 1.10 – 1.11) berlangsung melalui 3 tahap, yaitu sebagai berikut. 1. Tingkat Dongeng (The Fairy Tale Stage)

6

Tingkat ini dialami oleh anak yang berusia 3 – 6 tahun. Ciri-ciri perilaku anak pada masa ini masih banyak dipengaruhi oleh daya fantasinya sehingga dalam menyerap materi ajar agama anak juga masih banyak menggunakan daya fantasinya. 2. Tingkat Kenyataan (The Realistic Stage) Tingkat ini dialami anak usia 7 – 15 tahun. Pada masa ini anak sudah dapat menyerap materi ajar agama berdasarkan kenyataan-kenyataan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Anak sudah tertarik pada apa yang dilakukan oleh lembagalembaga keagamaan. Segala bentuk tindak amal keagamaan mereka ikuti dan tertarik untuk mempelajari lebih jauh.

3. Tingkat Individu (The Individual Stage) Tingkat individu dialami oleh anak yang berusia 15 ke atas. Konsep keagaamaan yang individualistic ini terbagi atas tiga bagian, yaitu: a. konsep keagamaan yang konvensional dan konservatif yang dipengaruhi oleh sebagian kecil fantasi, b. konsep keagamaan yang murni dinyatakan dengan pandangan yang bersifat personal, dan c. konsep keagamaan yang humanistic. Agama telah menjadi etos humanis dalam diri mereka dalam menghayati ajaran agama. Pengembangan nilai-nilai agama pada anak harus didasarkan pada karakteristik perkembangan anak. Jika memperhatikan pendapat Ernest Harms sebagaimana dikemukakan di atas, maka usaha pengembangan nilai-nilai agama menjadi efektif jika dilakukan melalui cerita-cerita yang di dalamnya terkandung ajaran-ajaran agama. Dengan demikian daya fantasi anak berperan dalam menyerap nilai-nilai agama yang terdapat dalam cerita yang diterimanya.

E. Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini Pendidikan anak usia dini sangat penting di laksanakan sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh. Lembaga-lembaga PAUD di Indonesia memiliki pijakan yang sangat kuat berupa landasan yuridis, landasan filosofis, landasan religius, dan landasan keilmuan serta landasan empirik. 1. Landasan yuridis adalah landasan yang berkaitan dengan pentingnya penyelenggaraan lembaga PAUD (KB dan TPA).

7

2. Landasan filosofis dan religius, yaitu landasan yang di dasarkan pada keyakinan agama yang dianut oleh para orang tua anak usia dini. 3. Landasan empirik adalah landasan yang berdasarkan pada fakta yang terdapat di lapangan. 4. Landasan keilmuan adalah teori-teori dan kajian-kajian yang melandasi apa, mengapa, dan bagaimana anak usia dini mendapat pengasuhan, pendidikan, dan perlindungan yang tepat. Ruang lingkup pengelolaan lembaga PAUD berdasarkan rentangan usia kehidupan adalah : 0,0 tahun - 2 tahun

: pendidikan keluarga

2,1 tahun - 6 tahun

: pendidikan di Taman Penitipan Anak (TPA)

3

: Kelompok Bermain (KB)

tahun - 6 tahun

Landasan ruang lingkup pengelolaan kegiatan di lembaga PAUD (Kelompok Bermain dan Taman Pendidikan Anak) adalah landasan yuridis, filosofis dan religius, empirik, dan landasan keilmuan secara teoritis. Pengelolaan lembaga PAUD pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang dilakukan orang dewasa secara sadar dan bertanggungjawab untuk memberikan pengaruh positif pada anak usia dini sehingga multipotensi dan multikecerdasan yang dimiliki oleh anak usia dini dapat berkembang secara optimal. Hakikat pengelolaan kegiatan di Kelompok Bermain adalah merupakan salah satu alternatif upaya pembinaan yang di tujukan kepada anak prasekolah melalui kelompok bermain dalam aspek-aspek pendidikan, pemberian gizi, dan kesehatan yang dilakukan oleh lembaga atau lingkungan yang terdiri dari keluarga, sekolah, lembaga-lembaga perawatan, keagamaan dan pengasuhan anak serta teman sebaya yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Hakikat pengelolaan kegiatan di Kelompok Bermain merujuk pada : 1. Pengertian anak bayi tiga tahun (batita). 2. Karakteristik perkembangan fidik, kognitif, dan sosial emosional. 3. Teori psikologi perkembangan anak. 4. Kontinum perkembangan belajar anak. 5. Bentuk pendidikan di Kelompok Bermain. Tujuan pengelolaan kegiatan di Kelompok Bermain adalah untuk membantu meletakkan dasar pengembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang 8

di perlukan oleh anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar siap memasuki pendidikan selanjutnya, dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Pendekatan pengelolaan di Kelompok Bermain dilakukan berdasarkan prinsip berikut: 1. Prinsip pendidikan anak usia dini, yaitu berorientasi pada kebutuhan anak, belajar melalui bermain, kreatif dan inovatif, lingkungan yang kondusif, menggunakan pembelajaran terpadu, mengembangkan keterampilan hidup, menggunakan berbagai media dan sumber belajar. 2. Prinsip perkembangan anak. 3. Prinsip belajar melalui bermain. Pentingnya

pelayanan

yang

terpadu

(kesehatan-gizi-psikososial-agama-

pendidikan) untuk anak usia lahir-3 tahun. Hal ini sebagai upaya meletakkan dasar-dasar perkembangan yang baik pada diri anak secara holistik sehingga anak dapat mengenal diri dan lingkungannya. Semua kegiatan dilaksanakan dengan bermain sambil belajar yang dapat memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani serta memberikan rasa aman dan menyenangkan bagi anak. Hakikat TPA adalah TPA sebagai kebutuhan, perizinan TPA, bentuk dan karakter TPA, penyelenggaraan TPA, menuju TPA masa depan. Tujuan pengelolaan TPA adalah untuk anak, orang tua, dan masyarakat. Pendekatan TPA melalui prinsip pendidikan anak, prinsip perkembangan anak, dan dasar filsafat pendidikan di TPA, yaitu tempa, asah, asih, asuh, sedangkan upaya untuk mewujudkan karakteristik anak secara holistik dan terpadu di TPA melalui olahraga, gizi, dan kesehatan. Pendidikan untuk semua (education for all) termasuk pendidikan anak usia dini telah menjadi perhatian masyarakat seluruh dunia. Hal ini di tunjukkan dengan diadakannya pertemuan Forum Pendidikan pada tahun 2002 di Dakar-Senegal. Pada pertemuan ini, di hasilkan 6 komitmen sebagai kerangka aksi pendidikan untuk semua (The Dakar Framework for Action) yang di sahkan dan diterima Forum Pendidikan Dunia (The World Education Forum) dengan 12 strategi yang akan dilakukan untuk mendukung dan melaksanakan keenam komitmen tersebut. Setiap anak memiliki hak yang sama dan harus diperhatikan oleh seluruh masyarakat. Hak anak tersebut adalah : 9

1. Untuk dilahirkan, untuk memiliki nama dan kewarganegaraan. 2. Untuk memiliki keluarga yang menyayangi dan mengasihi saya. 3. Untuk hidup dalam komunitas yang aman dan damai dan lingkungan yang sehat. 4. Untuk mendapatkan makanan yang cukup dan tubuh yang sehat dan aktif. 5. Untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan mengembangkan potensinya. 6. Untuk memberikan kesempatan bermainan waktu santai. 7. Untuk dilindungi

dari penyiksaan, eksploitasi, penyia-yiaan, kekerasan, dan dari

marabahaya. 8. Untuk dipertahankan dan di berikan bantuan oleh pemerintah. Setiap pelanggaran atas hak anak tersebut mendapat sanksi, baik secara legislatif, administratif, maupun tindakan lainnya secara moral dan empiris. Landasan dasar PAUD di Indonesia meliputi landasan yuridis (hukum), empiris, maupun keilmuan. Jalur bentuk layanan pendidikan anak usia dini di Indonesia tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bagian VII pasal 28 ayat 1-6, yaitu sebagai berikut. 1. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. 2. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan atau informal. 3. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanakkanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), dan bentuk lain yang sederajat. 4. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. 5. Pendidikan anak usia dini pada jalur informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. 6. Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana di maksud pada ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4, diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Jalur dan bentuk layanan PAUD dilaksanakan melalui jalur formal (TK/ RA),nonformal (KB, TPA, dan bentuk lain yang sejenis, seperti posyandu dan BKB). Program PAUD jenis apapun yang akan, sedang dan telah di selenggarakan oleh berbagai pihak, yang terpenting adalah menyediakan wahana yang dapat memfasilitasi hak-hak anak untuk bermain dan melakukan kegiatan-kegiatan yang menantang dan menyenangkan sesuai dengan tahap perkembangan anak dan konvensi hak anak.

10

Pada saat ini banyak sekali bermunculan lembaga PAUD di berbagai tempat seperti jamur yang tumbuh saat musim penghujan. Ada yang berskala kecil maupun besar, didirikan oleh perseorangan maupun lembaga atau kelompok. Kelompok Bermain (KB) adalah salah satu bentuk layanan PAUD pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun (dengan prioritas anak usia 2-4 tahun) dan merupakan salah satu bentuk PAUD pada jalur nonformal yang mengutamakan kegiatan bermain sambil belajar. Penyelenggaraan KB harus memenuhi persyaratan minimal yang meliputi : peserta didik, pendidik, pengelola, persyaratan pendirian, dan prosedur pendirian dan pengelolaan administrasi dan pelaporan dan pembinaannya.

11

BAB III KESIMPULAN

1. Anak dapat mengalami perkembangan moral jika dirinya mendapatkan pengalamanan bekenaan dengan moralitas. 2. Anak dapat mengalami perkembangan moral jika dirinya mendapatkan pengalamanan bekenaan dengan moralitas. 3. Pendidikan moral pada lembaga pendidikan formal dimulai ketika anak-anak mengikuti pendidikan pad ataman kanak-kanak.pengalaman yang diperoleh anak-anak dari taman kanak-kanak memberikan pengaruh positif pada pada perkembangan anak selanjutnya. 4. Pembentukan perilaku moral pada anak, khususnya pada anak usia dini memerlukan perhatian serta pemahaman terhadap dasar-dasar serta berbagai kondisi yang mempengaruhi dan menenytukan perilaku moral. Ada 3 strategi dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia dini, yaitu: 1. Strategi latihan dan pembiasaan, 2. Strategi aktivitas dan bermain, dan 3. Strategi pembelajaran 5. Pengembangan nilai-nilai agama pada anak harus didasarkan pada karakteristik perkembangan anak.usaha pengembangan nilai-nilai agama menjadi efektif jika dilakukan melalui cerita-cerita yang di dalamnya terkandung ajaran-ajaran agama. Dengan demikian daya fantasi anak berperan dalam menyerap nilai-nilai agama yang terdapat dalam cerita yang diterimanya. 6. Tujuan pengelolaan kegiatan di Kelompok Bermain adalah untuk membantu meletakkan dasar pengembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang di perlukan oleh anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar siap memasuki pendidikan selanjutnya, dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

12

Referensi

Lilis Suryani dkk. (2008) Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dsar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Masitoh dkk. (2005) Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: 2005. Siti Aisyah dkk. (2007) Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Slamet Suyanto. (2005) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan an Ketenagaan Perguruan Tinggi. Wantah, Maria J. (2005) Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral pada Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan an Ketenagaan Perguruan Tinggi.

13

Related Documents


More Documents from "bagas andika pratama"