Laporan Sgd Blok 19.docx

  • Uploaded by: dayuannisaa
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Sgd Blok 19.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,475
  • Pages: 20
LAPORAN HASIL SGD 4 LBM 5

Dental Implant

Nama Anggota SGD 4 : 1. Wahyu Lusiana 2. 3. Annisaa Dayu Sinatrya (31101200243) 4. Anindhita 5. Cindy Azalea Harosa P 6. Haris Satya Wicaksana 7. Mutia Mandallasari 8. Putri Kusuma Nugraheni 9. Ulya Mayfalinda 10.Faradhisa

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Islam Sultan Agung Semarang 2015

DAFTAR ISI

Cover.................................................................................................................1 Daftar isi............................................................................................................2 Kata pengantar..................................................................................................3 Bab I Pendahuluan Latar belakang.................................................................................4 Identifikasi masalah.........................................................................4 Bab II Pembahasan Pembahasan................................................................................................6Bab III Penutup Konsep Mapping.....................................................................................11 Daftar Pustaka.................................................................................12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan laporan hasil SGD 4 LBM 5 “ REHABILITATIVE”. Laporan ini untuk memenuhi tugas SGD. Keberadaan

makalah

ini

sungguh

sangat

membantu

dalam

proses

pembelajaran, karena selama ini mahasiswa kedokteran gigi dapat belajar mengenai topik atau subjek yang memang harus dipelajari. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dalam mengerjakan laporan ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah membantu dalam pembuatan laporan ini. Karena itu saya berharap laporan ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama. Amin.

Semarang, 9Mei 2015

Penyusun

BAB 1 PENDAHULUAN

Latar Belakang Diketahui bahwa banyaknya mahasiswa baru yang belum memahami benar mengenai “Dental Implant” dan kesulitan dalam mencari sumber belajar yang tepat dan dapat dipercaya. Dalam kenyataannya sedikit mahasiswa yang mau bersusah payah untuk mencari jawaban ataupun sumber-sumber belajar secara terperinci dan jelas. Oleh karena itu perlu diupayakan suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami dan mendapatkan sumber belajar mengenai “Dental Implant” agar dapat menyelesaikan soal pembelajaran. Upaya meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menemukan sumber belajar merupakan suatu upaya yang paling baik. Dosen ataupun Tutor sebagai salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan keberhasilan pendidikan di Universitas, khususnya dalam peningkatan aktivitas dan hasil belajar, harus berperan aktif serta dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Dosen perlu juga memperhatikan penggunaan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi sehinggaakan sangat membantu mahasiswa dalam menyelesaikan masalah dan memahami materi atau konsep.

Identifikasi Masalah 1. Macam-macam implan 2. Bagian dan bahan dari dental implan 3. Syarat bahan implan yang baik 4. Indikasi dan kontraindikasi penananman implan 5. Komplikasi yang bisa timbul dari pemasangan dental implan 6. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemasangan implan 7. Tanda klinis dari keberhasilan penanaman implan 8. Keuntungan dan kerugian dental implan 9. Pertimbangan sebelum pemasangan implan 10. Prosedur pemasangan implan 11. Apa penyebab ketebalan tulang alveolar berkurang

BAB 2 PEMBAHASAN Pembahasan Dental implan: logam yang dipasang ke dalam tulang rahang melalui jalan oprasi. Alat yang ditanam secara bedah kedalam jaringan lunak atau tulang rahang sehingga dapat berfungsi sebagai akar pengganti untuk menahan gigi tiruan atau jembatan. Macam-macam implan: 1. Berdasar lokasi jaringan tempat implan - Implan sub periosteal: diletakkan diatas lingir tulang dan dibawah periosteum, pada rahang yang sudah tidak bergigi, RA RB - Implan trans oseous: diletakkan menembus tulang rahang bawah, hanya untuk rahang bawah saja - Implan intramukosa/sub mukosa: pada palatum, dibentuk menyerupai kancing. Digunakan pada rahang atas 2. Berdasar bahan implan - logam: a. Stainlis steal dan titanium - kramik: a. Bioaktif: memiliki kemampuan merangsang pertumbuhan tulang, contoh: HA - polimer dan komposit: penggantian dan peninggian tulang 3. Berdasar mekanisme perlekatan - osteointegrasi: perlekatan antar tulang dengan implan yang ditanaman - fibrointegrasi: perlekatan pada jaringannya saja 4. Menurut waktu pemasangan - immediate implantasion: setelah gigi dicabut langsung diimplan - delayed implan: setelah 6-10 minggu setelah gigi dicabut - implantasi dini: dilakukan setelah awal penyembuhan jaringan lunak atau keras - late implant: setelah 6 bulan atau lebih 5. Berdasarkan Implan pilihan perawatan - implan preventif pembuatan impaln untuk pencegahan dari suatu penyakit. Contoh: agar mencegah resobsi tulang alveolar - implan rehabilitataive mengembalikan fungsi gigi contoh: saat keadaan edountolous diberikan gigi tiruan

-

implan kuratif pencegahan dari suatu penyakit 6. Berdasarkan desain - Sistim tertutup (closed mucosal system)  Pada sistim ini bagian utama implan tertanam dalam tulang, sehingga dibutuhkan operasi kedua untuk memasang bagian gigi tiruan. - Sistim terbuka (open transmukosal system)  Pada sistim ini bagian utama implan berada diatas permukaan tulang dengan ketinggian sekitar 3 mm sehingga jaringan lunak mengelilingi bagian leher implant 7. Berdasarkan fungsi - Standart, untuk kondisi normal - Alternatif, digunakan untuk alternatif dari gigi standart - Estetik, digunakan untuk gigi anterior karena bagian leher implan tidak terlihat akibat resesi gingiva - Implan leher sempit, digunakan untuk kondisi ruang yang sempit Bagian dari dental implan

Merupakan bagian implan yang ditempatkan dalam tulang Komponen ini dapat berupa silinder berulir atau tidak berulir, dapat menyerupai akar atau pipih. Bahan yang digunakan bias terbuat dari titanium saja atau titanium alloy dengan atau tanpa dilapisi hidroksi apatit (HA) (Mc Glumphy. EA dan Larsen, PE., 2003).

permukaan implan yang paling banyak digunakan ada tiga tipe yaitu plasma spray titanium dengan permukaan yang berbentuk granul sehingga memperluas permukaan kontaknya, machine finished titanium yang merupakan implan bentuk screw yang paling banyak digunanakan dan tipe implan dengan lapisan permukaan hidroksi apatit untuk meningkatkan osseointegrasi. 1. Healing Cup Merupakan komponen berbentuk kubah yang ditempatkan pada permukaan implant dan sebelum penempatan abutment. Komponen ini meiliki panjang yang bervariasi antara 2 mm sampai 10 mm.

2. Abutment Adalah bagian komponen implan yang disekrupkan dimasukan secara langsung ke dalam badan implan. Dipasangkan menggantikan healling cup dan merupakan tempat melekatnya mahkota porselin. Memili permukaan yang halus, terbuat dari titanium atau titanium alloy, panjang dari 1 mm sampai 10 mm (Mc Glumphy. EA dan Larsen, PE., 2003).

3. Mahkota Merupakan protesa gigi yang diletakkan pada permukaan abutmen dengan sementasi ( tipe cemented) atau dengan sekrup (tipe screwing) sebagai pengganti mahkota gigi dan terbuat dari porselin

Syarat bahan implan yang baik

-

Biokompatibel Non toksik Non alergi Elastisitas sama dengan jaringan sekitar Bahan cukup kuat untukmenahan beban kunyah Resitensi tinggi terhadap termal dan korosi

Indikasi dan kontraindikasi penananman implan Indikasi: a. Pasien dengan OH baik b. ketebalan tulang cukup, 1mm dilingual dan 0,5mm dari fasial tepi implan c. tidak ada penyakit periodontal d. usia minimal 16 th e. koordinasi otot lemah sehingga stabilitas dan retensi sulit dicapai f. kondisi umum pasien baik g. ketinggian tulang rahang yang mencukupi, sehingga material implan bisa ditanam Kontraindikasi: a.kebiasaan buruk, merokok, bruxism b. riwayat penyakit sistemik c. hipersensitifitas d. luka ekstraksi yang baru e. gangguan hematotoksis f. gangguan sistem imun g.terapi radiovaskuler yang resisten h. gangguan mental i. kanker, karena penggunaan radiotrapi j.pasien tidak kooperatif k. sisa akar atau infeksi

Komplikasi dalam pemasangan implan Perdarahan Bila tehnik operasi dan garis insisi telah direncanakan dengan tepat, terjadinya perdarahan dapat dihindari. Perdarahan dapat terjadi pada tulang spongiosa pada waktu melakukan pengurangan terhadap tepi krista alveolar yang tajam. Perdarahan dalam hal ini dapat berhenti secara spontan. Perdarahan yang sedang

dapat terjadi pada saat preparasi endosseous yang akan dipasang implan dan akan berhenti pada saat implan diinsersikan. Perdarahan cukup berat dapat terjadi pada regio posterior mandibula bila kanalis mandibularis terlibat dan terjadi kerusakan pada pembuluh darahnya. Kerusakan Saraf Kerusakan saraf intraoperatif dapat terjadi pada mandibula bila melibatkan nervus alveolaris inferior, nervus mentalis dan nervus lingualis. Untuk menghindari kerusakan nervus alveolaris inferior, alur anatomis kanalis mandibularis dan dimensi vertikal pada tulang yang tersedia harus diukur dan diperkirakan secara tepat sebelum dilakukan pembedahan. Untuk mencegah terjadinya merusakan nervus mentalis, pada saat operasi regio foramen mentalis harus dapat terlihat dengan jelas. Dan untuk menghindari kerusakan nervus lingualis, dapat digunakan periosteal elevator yang tipis antara permukaan lingual tulang dengan flap mukoperiosteal untuk melindungi jaringan saraf pada saat preparasi tulang. Kerusakan nervus mandibula dapat menyebabkan anestesia, parastesia atau disestesia pada satu sisi ataupun kedua sisi. Keadaan ini dapat bersifat sementara atau permanen. Implan yang dipakai sebaiknya berada paling sedikit 3 mm di atas foramen. Pengeboran dilakukan dengan hati-hati dan perlahan. Bila terasa terjadi perforasi kanalis mandibularis oleh pengeboran, hentikan pengeboran untuk menghindari trauma jaringan saraf secara langsung. Perforasi pada kanalis ditandai dengan rasa sakit tajam dan terjadinya perdarahan secara tiba-tiba. Ukuran panjang implan yang digunakan pada regio posterior biasanya adalah ukuran pendek yaitu (7,8,10 atau 11 mm). Implan yang digunakan sebaiknya satu untuk setiap giginya karena pendeknya ukuran implan sehingga bila digunakan lebih dari satu gigi dapat terjadi kemungkinan kegagalan karena beban yang ditanggung terlalu berlebih. Perforasi pada Antrum atau Rongga Hidung Dalam rencana perawatan, jarak ketinggian antara implan dan sinus maksilaris serta rongga hidung harus diperhitungkan secara radiografis. Apabila selama pengeboran tulang diperkirakan akan terjadi perforasi ke antrum atau rongga hidung, ketinggian vertikal tulang yang tersisa harus diperkirakan setepat mungkin dan dapat dibuat rontgent foto dengan pengukur ketinggian yang dimasukkan ke dalam tulang yang telah dipreparasi. Implan jenis hollow cylinder atau hollow screw tidak direkomenasikan penggunaannya karena bila implan ini berkontak langsung dengan antrum atau rongga hidung yang telah perforasi akan dapat mengakibatkan terjadinya infeksi retrograde. Dalam hal ini sebaiknya dipergunakan implan screw yang solid. Screw dipasangkan dalam posisi vertikal

untuk mencegah masuknya screw ke dalam antrum atau rongga hidung. Namun bila perforasi implan pada sinus hanya sedikit dan lubang apikal implan masih berada pada tulang, mungkin tidak akan menimbulkan masalah nantinya. Implan dengan diameter kecil pada premolar pertama dan implan premolar kedua dengan panjang 6 mm pada dasar sinus maksilaris

Emfisema pada Daerah Wajah dan Leher Emfisema dapat terjadi bila digunakan handpiece dengan udara. Selain itu dapat pula disebabkan oleh bersin, meniup melalui hidung atau kumur dengan hidrogen peroksida. Emfisema ditandai dengan pembengkakan tiba-tiba pada satu sisi wajah dengan krepitasi. Emfisema pada wajah dan leher dapat diatasi dengan kompres dingin dan kemudian diberikan antibiotik profilaksis. Kegagalan Sistem Implan Komponen-komponen pada sistem implan seperti bor, post, superstructure dapat mengalami masalah kimiawi dan mekanis seperti longgar, korosi, terpisahnya komponen dan patah. Patahnya implan atau instrumen dalam proses pemasangan implan adalah sesuatu yang tidak diharapkan terjadi. Hal ini dapat terjadi akibat manipulasi alat yang tidak tepat, terlalu banyak proses sterilisasi, pemanasan yang terlalu tinggi dan juga defek material. Fragmen atau patahan implan yang masih tertanam di dalam tulang harus diangkat dengan mengorbankan tulang seminimal mungkin. Banyak dari sistem implan menggunakan bor yang diirigasi secara internal untuk mendinginkan tulang pada saat dilakukan preparasi. Bur-bur berbentuk hollow lebih rapuh dibandingkan dengan bur-bur biasa pada umumnya, sehingga dalam penggunaannya untuk mengebor tulang kortikal yang padat atau tulang dari hydroksilapatite sebelumnya sebaiknya dilakukan dengan hati-hati. Stabilitas primer implan yang baik dapat tercapai dengan penggunaan drill dan bor yang sesuai dengan standar penggunaan. Kegagalan dalam mempertahankan stabilitas implan dapat terjadi pada saat manipulasi preparasi tulang yang kurang baik. Bila implan terlihat goyang pada saat diinsersikan disarankan untuk diangkat segera karena implan tidak akan berintegrasi dengan tulang dan kemungkinan besar akan mengalami kegagalan Komplikasi pasca operatif Edema Edema pada jaringan lunak dapat terjadi pada semua prosedur pembedahan pada rahang. Pembengkakan yang terjadi bergantung pada durasi operasi dan trauma jaringan lunak yang terjadi pada waktu pembedahan. Bila pembedahan dilakukan

dengan cepat dan dengan hati-hati, pembengkakan yang terjadi hanya sedikit. Edema yang terjadi segera pada luka bedah dapat menimbulkan terjadinya dehisensi pada jaringan lunak, sehingga diperlukan penjahitan kembali tepi luka. Penyembuhan dehisensi dengan penyembuhan sekunder dapat terjadi dengan pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi yang dapat dipercepat dengan pemberian Solcoseryl Dental Adhesive Paste. Nekrotik pada luka biasanya disebabkan penjahitan yang terlalu ketat. Bila terdapat tanda-tanda infeksi pada jaringan yang nekrotik, luka diulas secara hatihati dengan hidrogen peroksida 1%. Perdarahan dan hematoma pasca operatif Bila perdarahan paska operatif tidak dapat dihentikan dengan cara penekanan yang ringan, luka paska bedah harus tanggulangi dengan cara konvensional di bawah anestesi lokal. Resiko terjadinya infeksi pada hematoma akan meningkat. Hematoma di antara permukaan tulang dan flap mukoperiosteal harus dibuka dan dievakuasi dengan suction. Hemostasis yang baik pada saat pembedahan dan kompres dingin pasca operatif dapat mengurangi terjadinya hematoma. Selain itu penggunaan kream heparin merupakan indikasi bila terlihat hematoma pada jaringan lunak yang ditandai dengan adanya perubahan warna pada kulit dan mukosa. Implan yang longgar Ahli bedah harus memperhatikan banyak faktor dalam menempatkan implan pada tulang. Temperatur, posisi relatif implan terhadap gigi tetangga atau implan lainnya, densitas tulang, posisi gigi lawan, inklinasi implan, struktur vital, tehnik preparasi yang konsentris, ketepatan dan tidak bergeraknya impan merupakan faktor-faktor penentu dalam keberhasilan implan. Setelah pencabutan gigi sebaiknya implanasi dilakukan setelah tulang alveolar mengalami penyembuhan yaitu kurang lebih 9 sampai 12 bulan tergantung pada besarnya tulang alveolar dan usia pasien. Pemeriksaan radiografis mutlak dilakukan sebelum pemasangan implan untuk mengevaluasi proses penyembuhan tulang. Alternatif lain untuk mempercepat penyembuhan tulang adalah dengan menggunakan guided bone regeneration dengan Gore-Tex membrane. Penyembuhan akan terjadi lebih cepat yaitu dalam 2 sampai 3 bulan dan prosedur implanasi dapat dilakukan dengan segera. Kegagalan pemasangan juga dapat diakibatkan oleh penggunaan handpiece yang tidak tepat. Penggunaan dengan kecepatan tinggi yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya friksi dan menyebabkan panas yang berlebihan pada tulang. Panas yang direkomendasikan pada tepi pemotongan harus dibawah 47oC. Bur dengan kecepatan sangat rnedah dengan irigasi internal direkomendasikan dalam pemasangan implan. Bila

digunakan irigasi eksternal, bur dilakukan dengan cara memompa ke atas kebawah agar tulang dapat teririgasi dengan baik. Kontaminasi pada permukaan implan oleh minyak, debu, benang atau protein dapat mengganggu proses osseointegrasi. Infeksi dini Infeksi akibat prosedur implan dapat terjadi walaupun jarang . Manifestasinya berupa sakit setempat, pembengkakan, terlepasnya jahitan dan eksudasi purulent dari luka. Hal ini dapat diterapi dengan melepaskan satu atau dua jahitan dan kumur dengan chlor-hexidine-gluconate (0,12% tiga kali sehari) dan pemberian antibiotik selama 5 hari. Adanya infeksi yang dini dapat pula menyebabkan longgarnya implan akibat infeksi sekunder pada jaringan tulang peri-implan. Kerusakan saraf Pada kasus-kasus yang jarang, edema dan hematoma yang berat pada region nervus mentalis dapat menyebabkan gangguan sensori. Rasa sakit pada pamakaian implan juga merupakan indikasi kontak langsung implan dengan saraf di bawahnya. Untuk mencegah hal ini pemeriksaan radiografis mutlak diperlukan untuk menentukan adanya kerusakan saraf akibat pemasangan implan atau terdapatnya kontak antara implan dengan jaringan saraf. Implan traumatik yang terletak pada nervus mentalis dan alveolaris inferior Implan yang patah Patahnya implan merupakan komplikasi yang jarang dilaporkan. Hal ini dapat terjadi akibat beban yang berlebih dikenakan pada implan. Jenis implan dengan hollow cylinder dan hollow screw lebih beresiko patah dibandingkan dengan tipe solid. Implan yang patah bila akan digantikan dengan yang baru harus diangkat, namun bila tidak dapat dibiarkan saja. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemasangan implan a. Kebersihan mulut b. Kontaminasi dari alat c. Bahan implan, jika bahan berkualitas buruk maka akan terjadi komplikasi d. Kesehatan umum pasien e. Umur dan jenis kelamin f. Kooperatifan dari pasien g. Desain dari dental implan Tanda klinis dari keberhasilan penanaman implan -

Tidak ada kegoyangan, bila ada kurang dari 1mm

-

Tidak ada tanda patologi Tidak ada kerusakan gigi teteangga Berfungsi selama 5 tahun pada 75% pasien Ro: penyatuan dari tulang dan implan dan tidak ada daerah radiolusen

Keuntungan dan kerugian dental implan Keuntungan: - protesa lebih nyaman - biokompatibel - tahan korosi - Estetik baik - Tidak rentan terhadap resobsi Kerugian: - Perawatan lebih lama - Bahan implan hanya sekali pakai - Biaya mahal 1. Bone Graft Bone Graft atau Bone Augmentation ( Cangkok Tulang) adalah prosedur pencangkokan tulang pada tulang gigi yang akan menjalani prosedur implan. Tulang yang akan dicangkokkan dapat berasal dari fragmen kecil dari tulang pasien sendiri atau tulang sintetik atau tulang dari pendonor. Cangkok tulang dilakukan apabila tulang asli dianggap tidak mampu menyangga implan (volumenya telah menyusut) .

Pada saat ini, prosedur bone graft sudah merupakan prosedur yang ketinggalan zaman dan merepotkan. Defisiensi tulang gigi tidak lagi menjadi masalah dengan menggunakan teknik – teknik implan termutakhir seperti implan gigi basal dan implan gigi pterygoid.

BONE GRAFT Bone graft adalah tulang yang sudah mati, tetapi masih dapat dimanfaatkan untuk rehabilitas kerusakan tulang setelah melalui proses tertentu. Bone grafting merupakan pembedahan untuk menempatkan tulang baru ke dalam rongga tulang yang rusak atau di antara lubang dan tulang mati. Tulang yang baru dapat berasal dari tulang yang sehat dari pasien itu sendiri (autograft), atau berasal dari proses pembekuan tulang orang lain atau donor atau species yang sama tetapi beda genetik (allograft) .Graft dapat berupa bubuk, bentuk pipih, batangan, dan kubus. Bahan bone graft merupakan suatu biomaterial yang memiliki sifat biokompatibilitas sehingga dapat diterima oleh tubuh dan tidak mempunyai pengaruh toksik atau menimbulkan jejas terhadap fungsi biologis. Bone graft dapat dipergunakan untuk memperbaiki tulang yang rusak (fraktur) yang disertai kehilangan tulang, memperbaki tulang yang rusak yang sudah tidak dapat disembuhkan dan tidak dapat digerakkan lagi atau dapat digerakkan tapi tidak normal, dan sebagai penyambung untuk mencegah pergeseran tulang. Beberapa aplikasi bone grafting di dalam mulut adalah: menumbuhkan tulang yang hilang akibat penyakit gusi, membentuk tulang rahang yang tidak memadai (defisiensi) untuk melakukan dental implant (hal ini dilakukan jika gigi asli yang hilang pada daerah tersebut terjadi pengurangan massa tulang),

menempatkan graft pada daerah sinus untuk pemasangan implant (kehilangan gigi dalam jangka waktu yang panjang akan menyebabkan kehilangan dasar dari tulang rahang atas, sehingga perlu dilakukan grafting untuk penempatan implant) dan memperbaiki kerusakan tulang rahang akibat infeksi gigi atau gigi impaksi.

Jenis-Jenis Bone Graft Persyaratan dasar bahan graft adalah harus dapat diterima secara imunologis dan harus mempunyai potensi osteogenik serta harus mempunyai sifat osteokonduksi dan osteoinduksi. Bone graft dapat dikelompokkan menjadi empat tipe umum yaitu autograft apabila tulang diambil dari individu yang sama, allograft apabila tulang diambil dari individu yang beda dengan spesies yang sama, xenograft, apabila tulang diambil dari spesies yang berbeda serta graft bahan sintetis.

Autograft Bahan autograft terdiri dari tulang kortikel, konselus, atau kombinasi keduanya dan bisa didapatkan dari ekstra oral ataupun intra oral. Pengalaman klinis menunjukkan bahwa tulang konselus memiliki kemungkinan keberhasilan yang lebih besar. Hal ini disebabkan tulang konselus memiliki komposisi yang kurang padat. Walaupun demikian tulang ini lebih sulit diambil dan biasanya tersedia dalam jumlah yang terbatas. Oleh karena itu sebagian besar kasus kerusakan tulang diisi dengan kombinasi tulang kortikol dan konselus dengan prosentase tulang kortikol yang lebih besar. Tulang yang berasal dari intra oral dapat diambil dari koagulum tulang, tuberositas maksila, soket bekas pencabutan atau linggir tak bergigi. Penggunaan sumsum tulang dari daerah ekstra oral memiliki beberapa kerugian seperti prosedur pengambilannya yang memakan waktu lama, biaya mahal serta sering berefek traumatik terhadap pasien. Bahan dari luar mulut dapat diambil dari tulang Ilium.

Allograft

Bahan Allograft merupakan bahan yang diambil dari individu yang berbeda sehingga dapat menimbulkan respon jaringan yang merugikan dan respon penolakan hospes, kecuali diproses secara khusus. Berbagai usaha yang dilakukan untuk menekan reaksi antigenik adalah dengan proses radiasi, pembekuan atau kimia.

Xenograft Bahan Xenograft biasanya diambil dari lembu atau babi untuk digunakan pada manusia. Graft hidroksiapatit yang berasal dari lembu dibuat melaui proses kimia (Bio-oss) atau pemanasan tinggi (osteograft/N) untuk menghilangkan bahan organik. Proses ini menghasilkan suatu hidroksiapatit alami tulang manusia. Bentuk lain dari xenograft adalah emdogain, suatu kelompok protein matrik email yang diambil dari babi. Bahan ini nampaknya dapat mendorong pembentukan cementum yang kemudian diikuti oleh deposisi tulang.

Prosedur pemasangan dental implan Pemasangan dental implan dibagi atas beberapa tahap, yakni: I. Tahap persiapan Terbagi atas: 1. Pemeriksaan pasien 2. Pembuatan rontgen foto 3. Pembuatan model studi II. Tahap pemasangan implan Terdiri atas; 1. Penentuan lokasi penempatan implan dan pemilihan jenis implan 2. Pembuatan plat penuntun 3. Prosedur pembedahan dan pemasangan implan Penanaman implan dental memerlukan prosedur bedah, dilakukan dengan anestesi lokal dan di tanamkan pada rahang selama 3-5 bulan untuk selanjutnya dipasangkan mahkota gigi.

III. Tahap pemasangan abutment, pencetakan dan pemasangan gigi tiruan Terdiri dari; 1. Pemasangan abutment dan pembuatan gigi tiruan sementara 2. Pencetakan 3. Pembuatan gigi tiruan permanen 4. Pemasangan gigi tiruan IV. Perawatan pasca pemasangan gigi tiruan

Tahap pemasangan

Faktor utama agar implant tetap berfungsi baik kebersihan mulut merupakan syarat utama. Pembersihan implant seperti membersihkan gigi yaitu dengan floss dan sikat sekurang-kurangnya 2 kali sehari. Petunjuk spesifik akan diberikan oleh dokter yang bersangkutan. Meski katanya Dental Implants ini sudah dilakukan terhadap jutaan pasien namun tingkat kesuksesannya tergantung pada sejumlah faktor : • Kesehatan tulang rahang dan kemampuan pemulihannya • macam implant • seberapa banyak implants dan prosthesis-nya • apakah implants nya dirahang bawah atau atas • kesehatan umum dari pasien • keahlian/keterampilan ahli bedahnya. Itulah sebabnya Dental Implants pada sejumlah pasien berhasil sangat baik, sedangkan pada sebagian dari pasien implantnya tidak dapat sempurna berintegrasi dan menyesuaikan diri dengan tulang rahangnya. Sejak pertama kali diperkenalkan, prosedur pemasangan implan telah berkembang pesat menjadi lebih mudah dan cepat. Perawatan akan dilakukan di bawah anestesi (bius) lokal yang akan menimbulkan rasa kebas pada daerah mulut dan rahang, sehingga pasien tidak akan merasa sakit. Namun mengingat implan adalah benda asing yang ditanam dalam tubuh tentu akan menimbulkan reaksi

yaitu peradangan dan rasa sakit. Seberapa parahnya kondisi tersebut tergantung dari kerumitan masing-masing kasus dan alat implan yang digunakan. Pasien dengan ketinggian tulang yang tidak mencukupi untuk pemasangan implan gigi maka sebelumnya harus dilakukan penambahan tulang dengan cara bone grafting, semacam pencangkokan tulang. Sumber tulang yang terbaik untuk dicangkokkan ke daerah yang akan dipasang implan adalah dari tubuh pasien sendiri, yang dapat diambil dari tulang dagu, tulang panggul, dan tulang kering. Pasien tidak perlu takut berlebihan mengenai prosedur ini karena tulang yang diambil sangat sedikit. Namun pada sebagian besar kasus, bone grafting ini tidak perlu dilakukan selama ketinggian tulang cukup untuk mendukung implan.

Konsep Mapping Pasien

Pemeriksaan klinis

EO

IO

Indikasi

kontraindikasi

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

Prosedur pemasangan

Pre implant

implant

Post implant

Macam implan

Related Documents

Sgd Kritis.doc
April 2020 19
Sgd Jiwa.docx
May 2020 18
Sgd Insomnia.pptx
May 2020 17

More Documents from "lala"

Doc1.docx
July 2020 2