LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KIMIA KLINIK
Oleh : FARIDA FRANSISCA SIHOTANG NIM : 20112033
PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI 2014
JUDUL LAPORAN Laporan Praktikum Ke- I Judul
: PEMERIKSAAN LCS
Tujuan
: 1. Untuk membantu diagnosa 2. Untuk mengetahui perjalanan suatu penyakit 3. Untuk mengetahui penyakit Meningitis 4. Untuk melakukan adanya tindakan terapi selanjutnya
BAB 1 PENDAHULUAN
Cairan otak dibentuk oleh plexus chroideus dan merupakan hasil filtrasi dari plasma. Cairan ini serupa dengan plasma bedanya hanya elemen-elemen yang terkandung didalamnya, umpamanya kadar Na, Ca HCO3, glukosa dalam jumlah yang rendah dll. Perbedaan ini disebabkan adanya permobility yang selektif dan faktor-faktor sekresi dari dinding plexus choroedeus. Disamping itu dikenal pula istilah blood brain barrier dimana pada keadaan normal mencegah masuknya beberapa bahan kedalam cairan otak misalnya bilirubin dan penicillin pada keadaan patologis barrier ini rusak sehingga terdapat cairan otak yang patologis pula,
Pengertian Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui lumbal punksi. Kelainan hasil pemeriksaan dapat memberikan petunjuk ke arah suatu penyakit susunan saraf pusat, baik kasus akut maupun kronis yang akan diberikan tindakan lebih lanjut oleh klinisi berupa pemberikan terapi adekuat. Cairan otak biasanya diperoleh dengan melakukan punksi lumbal pada lumbal III dan IV dai cavum subarachnoidale, namun dapat pula pada suboccipital ke dalam cisterna magma atau punksi ventrikel, yang dapat disesuaikan dengan indikasi klinik. Seorang klinik yang ahli dapat memperkirakan pengambilan tersebut. Hasil punksi lumbal dimasukkan dalam 3 tabung atau 3 syringe yang berbeda, antara lain : 1.
Tabung I berisi 1 mL Dibuang karena tidak dapat digunakan sebagai bahan pemeriksaan karena mungkin mengandung darah pada saat penyedotan.
2.
Tabung II berisi 7 mL Digunakan untuk pemeriksaan serologi, bakteriologi dan kimia klinik.
3.
Tabung III berisi 2 mL Digunakan untuk pemeriksaan jumlah sel, Diff.count dan protein kualitatif/kuantitatif.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA CAIRAN SEREBROSPINAL I.
PENDAHULUAN Cairan serebrospinal (cerebrospinal fluid/CSF) adalah cairan yang menggenangi otak dan akord tulang belakang. Cairan serebrospinal adalah satu dari tiga komponen utama di dalam tengkorak, dua lainnya adalah pembuluh darah dan otak itu sendiri. CSF diproduksi oleh pleksus koroid,
serangkaian
dalam ventrikel otak,
dan itu
produksi melebihi penyerapan, juga dapat
terjadi
jika
pembuluh diserap
darah infolded bahwa ke
tekanan CSF naik, dan jalur
CSF
yang
dalam hasilnya terhambat,
proyek ke
sistem vena. Jika adalah hidrosefalus. Ini menyebabkan cairan
menumpuk. CSF diperoleh dalam pungsi lumbal dianalisa untukmendeteksi penyakit. Cairan serebrospinal yang berada di ruang subarakhnoid merupakan salah satu proteksi untuk melindungi jaringan otak dan medula spinalis terhadap trauma atau gangguan dari luar. Pada orang dewasa volume intrakranial kurang lebih 1700 ml, volume otak sekitar 1400 ml, volume cairan serebrospinal 52-162 ml (rata-rata 104 ml) dan darah sekitar 150 ml. 80% dari jaringan otak terdiri dari cairan, baik ekstra sel maupun intra sel. Rata-rata cairan serebrospinal dibentuk sebanyak 0,35 ml/menit atau 500 ml/hari, sedangkan total volume cairan serebrospinal berkisar 75-150 ml dalam sewaktu. Ini merupakan suatu kegiatan dinamis, berupa pembentukan, sirkulasi dan absorpsi. Untuk mempertahankan jumlah cairan serebrospinal tetap dalam sewaktu, maka cairan serebrospinal diganti 4-5 kali dalam sehari. Perubahan dalam cairan serebrospinal dapat merupakan proses dasar patologi suatu kelainan klinik. Pemeriksaan cairan serebrospinal sangat membantu dalam mendiagnosa penyakitpenyakit neurologi. Selain itu juga untuk evaluasi pengobatan dan perjalanan penyakit, serta menentukan prognosa penyakit. Pemeriksaan cairan serebrospinal adalah suatu tindakan yang
aman, tidak mahal dan cepat untuk menetapkan diagnosa, mengidentifikasi organism penyebab serta dapat untuk melakukan test sensitivitas antibiotika.
II.
ANATOMI DAN FISIOLOGI Dalam membahas cairan serebrospinal ada baiknya diketahui mengenai anatomi yang berhubungan dengan produksi dan sirkulasi cairan serebrospinal, yaitu:
Sistem Ventrikel Sistem ventrikel terdiri dari 2 buah ventrikel lateral, ventrikel III dan ventrikel IV. Ventrikel lateral terdapat di bagian dalam serebrum, amsing-masing ventrikel terdiri dari 5 bagian yaitu kornu anterior, kornu posterior, kornu inferior, badan dan atrium. Ventrikel III adalah suatu rongga sempit di garis tengah yang berbentuk corong unilokuler, letaknya di tengah kepala, ditengah korpus kalosum dan bagian korpus unilokuler ventrikel lateral, diatas sela tursica, kelenjar hipofisa dan otak tengah dan diantara hemisfer serebri, thalamus dan dinding hipothalanus. Disebelah anteropeoterior berhubungan dengan ventrikel IV melalui aquaductus sylvii. Ventrikel IV merupakan suatu rongga berbentuk kompleks, terletak di sebelah ventral serebrum dan dorsal dari pons dan medula oblongata. (Dikutip dari Textbook of Medical Physiology, 1981)
Meningen dan ruang subarakhnoid Meningen adalah selaput otak yang merupakan bagian dari susunan saraf yang bersiaft non neural. Meningen terdiri dari jarningan ikat berupa membran yang menyelubungi seluruh permukaan otak, batang otak dan medula spinalis. Meningen terdiri dari 3 lapisan, yaitu Piamater, arakhnoid dan duramater. Piameter merupakan selaput tipis yang melekat pada permukaan otak yang mengikuti setiap
lekukan-lekukan pada sulkus-sulkus dan fisura-fisura, juga melekat pada permukaan batang otak dan medula spinalis, terus ke kaudal sampai ke ujung medula spinalis setinggi korpus vertebra. Arakhnoid mempunyai banyak trabekula halus yang berhubungan dengan piameter, tetapi tidak mengikuti setiap lekukan otak. Diantara arakhnoid dan piameter disebut ruang subrakhnoid, yang berisi cairan serebrospinal dan pembuluh-pembuluh darah. Karena arakhnoid tidak mengikuti lekukanlekukan otak, maka di beberapa tempat ruang subarakhnoid melebar yang disebut sisterna. Yang paling besar adalah siterna magna, terletak diantara bagian inferior serebelum danme oblongata. Lainnya adalah sisterna pontis di permukaan ventral pons, sisterna interpedunkularis di permukaan venttralmesensefalon, sisterna siasmatis di depan lamina terminalis. Pada sudut antara serebelum dan lamina quadrigemina terdapat sisterna vena magna serebri. Sisterna ini berhubungan dengan sisterna interpedunkularis melalui sisterna ambiens. Ruang subarakhnoid spinal yang merupakan lanjutan dari sisterna magna dan sisterna pontis merupakan selubung dari medula spinalis sampai setinggi S2. Ruang subarakhnoid dibawah L2 dinamakan sakus atau teka lumbalis, tempat dimana cairan serebrospinal diambil pada waktu pungsi lumbal. Durameter terdiri dari lapisan luar durameter dan lapisan dalam durameter. Lapisan luar dirameter di daerah kepala menjadi satu dengan periosteum tulang tengkorak dan berhubungan erat dengan endosteumnya.
Ruang Epidural Diantara lapisan luar dura dan tulang tengkorak terdapat jaringan ikat yang mengandung kapiler-kapiler halus yang mengisi suatu ruangan disebut ruang epidural.
Ruang Subdural Diantara lapisan dalam durameter dan arakhnoid yang mengandung sedikit cairan, mengisi suatu ruang disebut ruang subdural Pembentukan, Sirkulasi dan Absorpsi Cairan Serebrospinal (CSS) Cairan serebrospinal (CSS) dibentuk terutama oleh pleksus khoroideus, dimana sejumlah pembuluh darah kapiler dikelilingi oleh epitel kuboid/kolumner yang menutupi stroma di bagian tengah dan merupakan modifikasi dari sel ependim, yang menonjol ke ventrikel. Pleksus khoroideus membentuk lobullobul dan membentuk seperti daun pakis yang ditutupi oleh mikrovili dan silia. Tapi sel epitel kuboid berhubungan satu sama lain dengan tigth junction pada sisi aspeks, dasar sel epitel kuboid terdapat membran basalis dengan ruang stroma diantaranya. Ditengah villus terdapat endotel yang menjorok ke dalam (kapiler fenestrata). Inilah yang disebut sawar darah LCS. Gambaran histologis khusus ini mempunyai karakteristik yaitu epitel untuk transport bahan dengan berat molekul besar dan kapiler fenestrata untuk transport cairan aktif. Pembentukan CSS melalui 2 tahap, yang pertama terbentuknya ultrafiltrat plasma di luar kapiler oleh karena tekanan hidrostatik dan kemudian ultrafiltrasi diubah menjadi sekresi pada epitel khoroid melalui proses metabolik aktif. Mekanisme sekresi CSS oleh pleksus khoroideus adalah sebagai berikut: Natrium dipompa/disekresikan secara aktif oleh epitel kuboid pleksus khoroideus sehingga menimbulkan muatan positif di dalam CSS. Hal ini akan menarik ion-ion bermuatan negatif, terutama clorida ke dalam CSS. Akibatnya terjadi kelebihan ion di dalam cairan neuron sehingga meningkatkan tekanan somotik cairan ventrikel sekitar 160 mmHg lebih tinggi dari pada dalam plasma. Kekuatan osmotik ini menyebabkan sejumlah air dan zat terlarut lain bergerak melalui membran khoroideus ke dalam CSS. Bikarbonat terbentuk oleh karbonik abhidrase dan ion hidrogen yang dihasilkan akan mengembalikan pompa Na dengan ion penggantinya yaitu Kalium. Proses ini disebut Na-K Pump yang terjadi
dgnbantuan Na-K-ATP ase, yang berlangsung dalam keseimbangan. Obat yang menghambat proses ini dapat menghambat produksi CSS. Penetrasi obat-obat dan metabolit lain tergantung kelarutannya dalam lemak. Ion campuran seperti glukosa, asam amino, amin danhormon tyroid relatif tidak larut dalam lemak, memasuki CSS secara lambat dengan bantuan sistim transport membran. Juga insulin dan transferin memerlukan reseptor transport media. Fasilitas ini (carrier) bersifat stereospesifik, hanya membawa larutan yang mempunyai susunan spesifik untuk melewati membran kemudian melepaskannya di CSS. Natrium memasuki CSS dengan dua cara, transport aktif dan difusi pasif. Kalium disekresi ke CSS dgnmekanisme transport aktif, demikian juga keluarnya dari CSS ke jaringan otak. Perpindahan Cairan, Mg dan Phosfor ke CSS dan jaringan otak juga terjadi terutama dengan mekanisme transport aktif, dan konsentrasinya dalam CSS tidak tergantung pada konsentrasinya dalam serum. Perbedaan difusi menentukan masuknya protein serum ke dalam CSS dan juga pengeluaran CO2. Air dan Na berdifusi secara mudah dari darah ke CSS dan juga pengeluaran CO2. Air dan Na berdifusi secara mudah dari darah ke CSS dan ruang interseluler, demikian juga sebaliknya. Hal ini dapat menjelaskan efek cepat penyuntikan intervena cairan hipotonik dan hipertonik. Ada 2 kelompok pleksus yang utama menghasilkan CSS: yang pertama dan terbanyak terletak di dasar tiap ventrikel lateral, yang kedua (lebih sedikit) terdapat di atap ventrikel III dan IV. Diperkirakan CSS yang dihasilkan oleh ventrikel lateral sekitar 95%. Rata-rata pembentukan CSS 20 ml/jam. CSS bukan hanya ultrafiltrat dari serum saja tapi pembentukannya dikontrol oleh proses enzimatik. CSS dari ventrikel lateral melalui foramen interventrikular monroe masuk ke dalam ventrikel III, selanjutnya melalui aquaductus sylvii masuk ke dlam ventrikel IV. Tiga buah lubang dalam ventrikel IV yang terdiri dari 2 foramen ventrikel lateral (foramen luschka) yang berlokasi pada atap resesus lateral ventrikel IV
dan foramen ventrikuler medial (foramen magendi) yang berada di bagian tengah atap ventrikel III memungkinkan CSS keluar dari sistem ventrikel masuk ke dalam rongga subarakhnoid. CSS mengisi rongga subarachnoid sekeliling medula spinalis sampai batas sekitar S2, juga mengisi keliling jaringan otak. Dari daerah medula spinalis dan dasar otak, CSS mengalir perlahan menuju sisterna basalis, sisterna ambiens, melalui apertura tentorial dan berakhir dipermukaan atas dan samping serebri dimana sebagian besar CSS akan diabsorpsi melalui villi arakhnoid (granula Pacchioni) pada dinding sinus sagitalis superior. Yang mempengaruhi alirannya adalah: metabolisme otak, kekuatan hidrodinamik aliran darah dan perubahan dalam tekanan osmotik darah. CSS akan melewati villi masuk ke dalam aliran adrah vena dalam sinus. Villi arakhnoid berfungsi sebagai katup yang dapat dilalui CSS dari satu arah, dimana semua unsur pokok dari cairan CSS akan tetap berada di dalam CSS, suatu proses yang dikenal sebagai bulk flow. CSS juga diserap di rongga subrakhnoid yang mengelilingi batang otak dan medula spinalis oleh pembuluh darah yang terdapat pada sarung/selaput saraf kranial dan spinal. Vena-vena dan kapiler pada piameter mampu memindahkan CSS dengan cara difusi melalui dindingnya. Perluasan rongga subarakhnoid ke dalam jaringan sistem saraf melalui perluasaan sekeliling pembuluh darah membawa juga selaput piametr disamping selaput arakhnoid. Sejumlah kecil cairan berdifusi secara bebas antara cairan ekstraselluler dan css dalam rongga perivaskuler dan juga sepanjang permukaan ependim dari ventrikel sehingga metabolit dapat berpindah dari jaringan otak ke dalam rongga subrakhnoid. Pada kedalaman sistem saraf pusat, lapisan pia dan arakhnoid bergabung sehingga rongga perivaskuler tidak melanjutkan diri pada tingkatan kapiler.
Komposisi dan fungsi cairan serebrospinal (CSS) Cairan serebrospinal dibentuk dari kombinasi filtrasi kapiler dan sekresi aktif dari epitel. CSS hampir meyerupai ultrafiltrat dari plasma darah tapi berisi konsentrasi Na, K, bikarbonat, Cairan, glukosa yang lebih kecil dankonsentrasi Mg dan klorida yang lebih tinggi. Ph CSS lebihrendah dari darah. Perbandingan komposisi normal cairan serebrospinal lumbal dan serum
CSS
Serum
Osmolaritas
295 mOsm/L
295 mOsm/L
Natrium
138 mM
138 mM
Klorida
119 mM
102 mM
PH
7,33
7,41 (arterial)
Tekanan CONCUSSION
6,31 kPa
25,3 kPa
Glukosa
3,4 mM
5,0 mM
Total Protein
0,35 g/L
70 g/L
Albumin
0,23 g/L
42 g/L
Ig G
0,03 g/L
10 g/L
(dikutip dari Diagnostic Test in Neurology, 1991)
CSS mempunyai fungsi: 1. CSS menyediakan keseimbangan dalam sistem saraf. Unsur-unsur pokok pada CSS berada dalam keseimbangan dengan cairan otak ekstraseluler, jadi mempertahankan lingkungan luar yang konstan terhadap sel-sel dalam sistem saraf.
2. CSS mengakibatkann otak dikelilingi cairan, mengurangi berat otak dalam tengkorak dan menyediakan bantalan mekanik, melindungi otak dari keadaan/trauma yang mengenai tulang tengkorak 3. CSS mengalirkan bahan-bahan yang tidak diperlukan dari otak, seperti CO2,laktat, dan ion Hidrogen. Hal ini penting karena otak hanya mempunyai sedikit sistem limfatik. Dan untuk memindahkan produk seperti darah, bakteri, materi purulen dan nekrotik lainnya yang akan diirigasi dan dikeluarkan melalui villi arakhnoid. 4. Bertindak sebagai saluran untuk transport intraserebral. Hormon-hormon dari lobus posterior hipofise, hipothalamus, melatonin dari fineal dapat dikeluarkan ke CSS dan transportasi ke sisi lain melalui intraserebral. 5. Mempertahankan tekanan intrakranial. Dengan cara pengurangan CSS dengan mengalirkannya ke luar rongga tengkorak, baik dengan mempercepat pengalirannya melalui berbagai foramina, hingga mencapai sinus venosus, atau masuk ke dalam rongga subarachnoid lumbal yang mempunyai kemampuan mengembang sekitar 30%.
III.
PATOFISIOLOGI CAIRAN SEREBROSPINAL Keadaan normal dan beberapa kelainan cairan serebrospinal dapat diketahui dengan memperhatikan: a. Warna Cairan serebrospinal normal tidak berwarna. Adanya warna pada cairan ini biasanya menunjukkan hal abnormal. Xantokrom (kekuningan): perdarahan subarakhnoid, meningitis tuberkulosis, dan neonatus normal. Kuning: hiperbilirubinemia, hemolisis. Oranye: hiperkarotenemia, hemolisis.
Merah muda: hemolisis. Hijau: hiperbilirubinemia, meningitis bakterial. Coklat: meningitis melanomatosis. Warna kuning muncul dari protein. Peningkatan protein yang penting danbermakna dalam perubahan warna adalah bila lebih dari 1 g/L. Cairan serebrospinal berwarna pink berasal dari darah dengan jumlah sel darah merah lebih dari 500 sdm/cm3. Sel darah merah yang utuh akan memberikan warna merah segar. Eritrosit akan lisis dalam satu jam danakan memberikan warna cucian daging di dalam cairan serebrospinal. Cairan serebrospinal tampak purulenta bila jumlah leukosit lebih dari 1000 sel/ml. b. Tekanan Tekanan CSS diatur oleh hasil kali dari kecepatan pembentukan cairan dan tahanan terhadap absorpsi melalui villi arakhnoid. Bila salah satu dari keduanya naik, maka tekanan naik, bila salah satu dari keduanya turun, maka tekanannya turun. Tekanan CSS tergantung pada posisi, bila posisi berbaring maka tekanan normal cairan serebrospinal antara 8-20 cm H2O pada daerah lumbal, siterna magna dan ventrikel, sedangkan jika penderita duduk tekanan cairan serebrospinal akan meningkat 10-30 cm H2O. Kalau tidak ada sumbatan pada ruang subarakhnoid, maka perubahan tekanan hidrostastik akan ditransmisikan melalui ruang serebrospinalis. Pada pengukuran dengan manometer, normal tekanan akan sedikit naik pada perubahan nadi dan respirasi, juga akan berubah pada penekanan abdomen dan waktu batuk. Bila terdapat penyumbatan pada subarakhnoid, dapat dilakukan pemeriksaan Queckenstedt yaitu dengan penekanan pada kedua vena jugularis. Pada keadaan normal penekanan vena jugularis akan meninggikan tekanan 10-20 cm H2O dan tekanan kembali ke asal dalam waktu 10 detik. Bila ada penyumbatan, tak terlihat atau sedikit sekali peninggian tekanan. Karena keadaan rongga kranium kaku, tekanan intrakranial juga dapat meningkat, yang bisa
disebabkan oleh karena peningkatan volume dalam ruang kranial, peningkatan cairan serebrospinal atau penurunan absorbsi, adanya masa intrakranial dan oedema serebri. Kegagalan sirkulasi normal CSS dapat menyebabkan pelebaran ven dan hidrocephalus. Keadaan ini sering dibagi menjadi hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus obstruktif. Pada hidrosefalus komunikans terjadi gangguan reabsorpsi CSS, dimana sirkulasi CSS dari ventrikel ke ruang subarakhnoid tidak terganggu. Kelainan ini bisa disebabkan oleh adanya infeksi, perdarahan subarakhnoid, trombosis sinus sagitalis superior, keadaan-keadaan dimana viscositas CSS meningkat danproduksi CSS yang meningkat. Hidrosefalus obstruktif terjadi akibat adanya ganguan aliran CSS dalam sistim ventrikel atau pada jalan keluar ke ruang subarakhnoid. Kelainan ini dapat disebabkan stenosis aquaduktus serebri, atau penekanan suatu msa terhadap foramen Luschka for Magendi ventrikel IV, aq. Sylvi dan for. Monroe. Kelainan tersebut bisa berupa kelainan bawaan atau didapat.
c. Jumlah sel Jumlah sel leukosit normal tertinggi 4-5 sel/mm3, dan mungkin hanya terdapat 1 sel polymorphonuklear saja, Sel leukosit junlahnya akan meningkat pada proses inflamasi. Perhitungan jumlah sel harus sesegera mungkin dilakukan, jangan lebih dari 30 menit setelah dilakukan lumbal punksi. Bila tertunda maka sel akan mengalami lisis, pengendapan dan terbentuk fibrin. Keadaaan ini akan merubah jumlah sel secara bermakna. Leukositosis ringan antara 5-20 sel/mm3 adalah abnormal tetapi tidak spesifik. Pada meningitis bakterial akut akan cenderung memberikan respon perubahan sel yang lebih besar terhadap peradangan dibanding dengan yang meningitis aseptik. Pada meningitis bakterial biasanya jumlah sel lebih dari 1000 sel/mm3, sedang pada meningitis aseptik jarang jumlah selnya tinggi. Jika jumlah sel meningkat secara berlebihan (5000-10000 sel /mm3), kemungkinan telah terjadi rupture dari abses serebri atau perimeningeal perlu dipertimbangkan. Perbedaan jumlah sel
memberikan petunjuk ke arah penyebab peradangan. Monositosis tampak pada inflamasi kronik oleh L. monocytogenes. Eosinophil relatif jarang ditemukan dan akan tampak pada infeksi cacing dan penyakit parasit lainnya termasuk Cysticercosis, juga meningitis tuberculosis, neurosiphilis, lympoma susunan saraf pusat, reaksi tubuh terhadap benda asing.
d. Glukosa Normal kadar glukosa berkisar 45-80 mg%. Kadar glukosa cairan serebrospinal sangat bervariasi di dalam susunan saraf pusat, kadarnya makin menurun dari mulai tempat pembuatannya di ventrikel, sisterna dan ruang subarakhnoid lumbar. Rasio normal kadar glukosa cairan serebrospinal lumbal dibandingkan kadar glukosa serum adalah >0,6. Perpindahan glukosa dari darah ke cairan serebrospinal secara difusi difasilitasi transportasi membran. Bila kadar glukosa cairan serebrospinalis rendah, pada keadaan hipoglikemia, rasio kadar glukosa cairan serebrospinalis, glukosa serum tetap terpelihara. Hypoglicorrhacia menunjukkan penurunan rasio kadar glukosa cairan serebrospinal, glukosa serum, keadaan ini ditemukan pada derjat yang bervariasi, dan paling umum pada proses inflamasi bakteri akut, tuberkulosis, jamur dan meningitis oleh carcinoma. Penurunan kadar glukosa ringan sering juga ditemukan pada meningitis sarcoidosis, infeksi parasit misalnya, cysticercosis dan trichinosis atau meningitis zat khemikal. Inflamasi pembuluh darah semacam lupus serebral atau meningitis rheumatoid mungkin juga ditemukan kadar glukosa cairan serebrospinal yang rendah. Meningitis viral, mump, limphostic khoriomeningitis atau herpes simplek dapat menurunkan kadar glukosa ringan sampai sedang. e. Protein Kadar protein normal cairan serebrospinal pada ventrikel adalah 5-15 mg%. pada sisterna 10-25 mg% dan pada daerah lumbal adalah 15-45 ,g%. Kadar gamma globulin normal 5-15 mg% dari total protein. Kadar protein lebih dari 150 mg% akan menyebabkan
cairan serebrospinal berwarna xantokrom, pada peningkatan kadar protein yang ekstrim lebih dari 1,5 gr% akan menyebabkan pada permukaan tampak sarang laba-laba (pellicle) atau bekuan yang menunjukkan tingginya kadar fibrinogen. Kadar protein cairan serebrospinal akan meningkat oleh karena hilangnya sawar darah otak (blood barin barrier), reabsorbsi yang lambat atau peningkatan sintesis immunoglobulin loka. Sawar darah otak hilang biasanya terjadi pada keadaan peradangan,iskemia baktrial trauma atau neovaskularisasi tumor, reabsorsi yang lambat dapat terjadi pada situasi yang berhubungan dengan tingginya kadar protein cairan serebrospinal, misalnya pada meningitis atau perdarahan subarakhnoid. Peningkatan kadar immunoglobulin cairan serebrospinal ditemukan pada multiple sklerosis, acut inflamatory polyradikulopati, juga ditemukan pada tumor intra kranial dan penyakit infeksi susunan saraf pusat lainnya, termasuk ensefalitis, meningitis, neurosipilis, arakhnoiditis dan SSPE (sub acut sclerosing panensefalitis). Perubahan kadar protein di cairan serebrospinal bersifat umum tapi bermakna sedikit, bila dinilai sendirian akan memberikan sedikit nilai diagnostik pada infeksi susunan saraf pusat.
f. Elektrolit Kadar elektrolit normal CSS adalah Na 141-150 mEq/L, K 2,2-3,3 mRq, Cl 120-130 mEq/L, Mg 2,7 mEq/L. Kadar elektrolit ini dalam cairan serebrospinal tidak menunjukkan perubahan pada kelainan neurologis, hanya terdapat penurunan kadar Cl pada meningitis tapi tidak spesifik.
g. Osmolaritas Terdapat osmolaritas yang sama antara CSS dan darah (299 mosmol/L0. Bila terdapat perubahan osmolaritas darah akan diikuti perubahan osmolaritas CSS.
h. PH Keseimbangan
asam
bas
harus
dipertimbangkan
pada
metabolik
asidosis
danmetabolik alkalosis. PH cairan serebrospinal lebih rendah dari PH darah, sedangkan PCO2 lebih tinggi pada cairan serebrospinal. Kadar HCO3 adalah sama (23 mEg/L). PH CSS relatif tidak berubah bila metabolik asidosis terjadi secara subakut atau kronik, dan akan berubah bila metabolik asidosis atau alkalosis terjadi secara cepat.
IV.
PENGAMBILAN CAIRAN SEREBROSPINAL Pengambilann cairan serebrospinal dapat dilakukan dengan cara Lumbal Punksi, Sisternal Punksi atau Lateral Cervical Punksi. Lumbal Punksi merupakan prosedure neuro diagnostik yang paling sering dilakukan, sedangkan sisternal punksi dan lateral hanya dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli. Indikasi Lumbal Punksi: 1.
Untuk mengetahui tekanan dan mengambil sampel untuk pemeriksan sel, kimia dan
bakteriologi 2. Untukmembantu pengobatan melalui spinal, pemberian antibiotika, anti tumor dan spinal anastesi 3. Untuk membantu diagnosa dengan penyuntikan udara pada pneumoencephalografi, dan zat kontras pada myelografi
Kontra Indikasi Lumbal Punski: 1. Adanya peninggian tekanan intra kranial dengan tanda-tanda nyeri kepala, muntah dan papil edema 2. Penyakit kardiopulmonal yang berat 3. Ada infeksi lokal pada tempat Lumbal Punksi
Persiapan Lumbal Punksi: 1. Periksa gula darah 15-30 menit sebelum dilakukan LP 2. Jelaskan prosedur pemeriksaan,bila perlu diminta persetujuan pasien/keluarga terutama pada LP dengan resiko tinggi
Teknik Lumbal Punksi: 1. Pasien diletakkan pada pinggir tempat tidur, dalam posisi lateral decubitus dengan leher, punggung, pinggul dan tumit lemas. Boleh diberikan bantal tipis dibawah kepala atau lutut. 2. Tempat melakukan pungsi adalah pada kolumna vetebralis setinggi L 3-4, yaitu setinggi crista iliaca. Bila tidak berhasil dapat dicoba lagi intervertebrale ke atas atau ke bawah. Pada bayi dan anak setinggi intervertebrale L4-5 3. Bersihkan dengan yodium dan alkohol daerah yang akan dipungsi 4. Dapat diberikan anasthesi lokal lidocain HCL 5. Gunakan sarung tangan steril dan lakukan punksi, masukkan jarum tegak lurus dengan ujung jarum yang mirip menghadap ke atas. Bila telah dirasakan menembus jaringan meningen penusukan dihentikan, kemudian jarum diputar dengan bagian pinggir yang miring menghadap ke kepala. 6. Dilakukan pemeriksaan tekanan dengan manometer dan test Queckenstedt bila diperlukan. Kemudian ambil sampel untuk pemeriksaan jumlah danjenis sel, kadar gula, protein, kultur baktri dan sebagainya.
Komplikasi Lumbal Punksi 1. Sakit kepala Biasanya dirasakan segera sesudah lumbal punksi, ini timbul karena pengurangan cairan serebrospinal 2. Backache, biasanya di lokasi bekas punksi disebabkan spasme otot 3. Infeksi 4. Herniasi 5. Untrakranial subdural hematom 6. Hematom dengan penekanan pada radiks 7. Tumor epidermoid intraspinal
BAB III PROSEDUR KERJA A. PRA ANALITIK 1. ALAT Tabung Serologi
> . Kamar Hitung
Rak Tabung
>. Batang Pengaduk
Pipet leukosit
>. Tabung Cetrifus
Beaker glass
>. Centrifuges
Selang
>. Mikroskop
Pipet pasture
>. Photometer
2. REAGEN Turk
>. Reagent Pandy ( Phenol Jenuh )
Reagent Nonne Apelt
>. Reagent Glukosa
( Amonium sulfat Jenuh )
3. PROBANDUS Nama Pasien : Tn. X Jenis Sampel : Sampel B B. ANALITIK 1. PROSEDUR KERJA MAKROSKOPIS. a. Warna Tujuan
: Untuk mengetahui warna cairan otak.
Prinsip
: Warna yang diamati pada ketebalan cairan 7-10 cm dengan cahaya Tembus.
Prosedure
:
Cairan otak dimasukkan tabung serologi ¾ tabung Bandingkan warnanya dengan aquadest biwah cahaya terang b. Kekeruhan Tujuan : untuk mengetahui kekeruhan dalam cairan otak Prinsip : Kekeruhan dapat diamatipada ketebalan 7-10 cm dengan cahaya tembus. Prosedure : Tabung serologi berisis cairan otak ¾ tabung
Bandingkan dengan aquadest Amati dengan cahaya terang c. Sediment Tujuan : Untuk mengtahui adanya benang fibrin pada LCS Prisnsip : Sifat-sifat bekuan dapat diamati dengan mata telanjang. Prosedure. : Tempatkan cairan otak pada beaker glass Lalu aduk sambil amati adanya bekuan dan sifat-sifat Cara membaca: o (+) : Halus sekali, menyusun keping, menyusun serai, beberapa selaput Atau bekuan kasar dan besar. MIKROSKOPIS A. Hitung Jumlah sel Tujuan : Untuk mengetahui jumlah leokosit dalam cairan otak. Prinsip : LCS diencerkan dalam pipet leukosit kemudian dimasukan dalam kamar hitung Jumlah leukosit dihitung per ml LCS. Prosedure : Dipipet larutan TURK sampai tanda 1 Kemudia isap cairan otak sampai tanda 11 Kocoklah pipet benar-benar, buang 3-4 tetes Kemudia teteskan pada kamar hitung/ improved neubauer Hitung jumlah semua sel yang dilihat dalam sebuah bidang besar dengan memakai lensa objektif 10 x. B. Menghitung jenis sel leukosit Tujuan
: Untuk mengetahuin Prosentase segment dan limposit
Prinsip
: Dari tetesan cairan terletak diatas obyek glass kemudian dibuat hapusan seperti dalam hapusan darah kemudian dicat dengan cat giemsa atau wright
Prosedur
: 1. Sediaan dilihat dengan cara yang berlain-lainan tergantung sifat cairan itu a. Jika cairan jernih, tersangka tidak mengandungbanyak sel, pusinglah 10-15 ml bahan, cairan atas dibuang cari
sediment dicampur dengan beberapa tetes serum penderita itu sendiri. Buatlah sediaan apus dari campuran itu. b. Kalau cairan keruh sekali atau purulent, buatlah sediaan apus langsung memakai bahan itu, jika terdapat bekuan dalam cairan, bekuan itulah yang dipakai untuk membuat sediaan apus. 2. Dicat sediaan dengan wright / giemsa 3. Dilihat dibwah mikroskop
KIMIAWI. A. Test Pandy Tujuan : Untuk mengetahui adanya protein dalam cairan otak Prinsip : protein dalam cairan otak akan membuat kekeruhan dengan larutan jenuh phenol Yang dapat dinilai secara kualitatif. Prosedure : 1 ml reagent phandy dalam tabung serologi yang kecil bergaris tengah 7 mm Tambahkan 1 tetes cairan otak Segera baca hasil test tersebut dengan melihat kepada interprestasi hasil : o Negatif (-) : Tidak ada kekeruhan sedikit pun o Positif 1 (+1) : Ada opaescen ( 10-100 mg /dl ) o Positif 2 (+2) : Cairan keruh ( 100-300 mg/dl ) o Positif 3 (+3) : Sangat keruh (300-500 mg/dl ) o Positif 4 (+4 ) : Kekeruhan seperti susu dan terjadi endapan ( lebih dari 500 mg / dl ).
B. Test Nonne Apelt Tujuan : Untuk mengetahui adanya globulin dalam LCS Prinsip : Protein dalam cairan otak akan membentuk presipitat dengan larutan jenuh Amonim sulfat yang dapat dinilai secara kualitatif. Prosedure : Tarulah ½ - 1 ml reagent nonne apelt dalam tabung serologi Dengan hati-hati dimasukkan sama banyak cairan otak ke dalan tabung Tersebut, sehingga kedua macam cairan tinggi terpisah menyusun dua lapisan. Tenangkan selama beberapa menit kemudian selidikilah perbatasan kedua cairan tersebut. Hasil : (+) adanya cicncin putih.
C. Pemeriksaan Glukosa. ( Metode GOD-PAP ) Tujuan : Untuk mengetahui kadar glukosa dalam cairan otak Prinsip : D-Glukosa + H₂O + O₂
GOD
Ac.Gluconico + H₂O
2H₂O2 + 4-Aminofenazon + fenol
POD
quinonmeimine + 4 H₂
Hrydrogen peroksida yang terbentuk dalam reaksi ini bereaksi dengan 4-amoni antipyirine dan 4-hydroksibenzoic acid, adanya peroxcide ( POD ) dan membentuk N( 4 – Antypyryl ) P-benzoquinonemine.
Prosedure :
Disiapkan tabung reaksi
Dipipet masing-masing ke dalam tabung
Blanko
Standar
Sampel
Standar
-
10 ul
-
Sampel
-
-
10 ul
Reagen Kerja
1000 µl
1000 µl
1000 µl
Campur dan Inkubasi 15-40 menit pada suhu kamar Baca pada Photometer pada panjang gelombang 546 nm.
BAB IV HASIL PRAKTIKUM
A. POST ANALITIK 1. HARGA NORMAL MAKROSKOPIS : a. Warna
: Jernih / Bening
b. Kekeruhan
: Jernih
c. Sediment
: Tidak terdapat Endapan
d. Bekuan
: Tidak terdapat Bekuan
MIKROSKOPIS : Jumlah sel
: 0 sel /µl LCS
Jenis sel : Negatif ( - ) Tidak Terdapat Sel KIMIAWI : a. Test Pandy : a. Negatif (-) : Tidak ada kekeruhan sedikit pun b. Positif 1 (+1) : Ada opaescen ( 10-100 mg /dl ) c. Positif 2 (+2) : Cairan keruh ( 100-300 mg/dl ) d. Positif 3 (+3) : Sangat keruh (300-500 mg/dl ) e. Positif 4 (+4 ) : Kekeruhan seperti susu dan terjadi endapan ( lebih dari 500 mg / dl ). b. Test Nonne Apelt : (+) : terbentuk cicin putih (-) : Tidak terbentuk cincin Putih
c. Pemeriksaan Glukosa : 50-80 mg/ dl glukosa.
2. HASIL MAKROSKOPIS : Warna
: Kuning
Kekeruhan
: Keruh
Sediment
: Ada / terdapat Endapan ( + )
Bekuan
: Tidak terdapat Bekuan ( - )
MIKROSKOPIS : a. Hitung jumlah leukosit -
-
-
-
-
-
-
𝟏𝟏−𝟏 (𝟏𝟏−𝟏)−𝟏
P=
𝟏 𝒕
=
𝟏𝟎 𝟗
𝒙. .𝒑
N=
= 0 x 10 x
𝑨
𝟏𝟎 𝟗
x 9 = 0 sel/lcs
-
-
b. Hitung jenis leukosit Sel/Lp Segmen Limfosit
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
KIMIAWI : c. Test Pandy : Positif 2 (+2) : Cairan keruh ( 100-300 mg/dl ) d. Test Nonne Apelt : (+) : terbentuk cicin putih e. Pemeriksaan Glukosa : LCS : Abs Test x 100 = 0.4803 Abs Std
0.4658
x 100 = 103,11 mg / dl glukosa
Jumlah
100%
%
100%
3. DOKUMENTASI Pemriksaan Glukosa
Test PANDY.
Test NONNE APELT
B. PEMBAHASAN CAIRAN OTAK ( LCS )
Cairan otak ialah cairan jernih, tak berwarna yang 70 % dibuat oleh plexus choroideus di dalam ruang atauventrikel otak melalui transport akitf dan ultrafiltrasi, sedangkan 30% dibentuk pada tempat lain, termasukdpedim ventrikel dan rongga subarachnoid. Cairan otak ini pada orang dewasa diproduksi 500 ml setiap hari (21 ml/jam), walaupun hanya kurang lebih 120 ² 150 mll saja yang bersirkulasi.
Volume cairan otak pada neonates kurang lebih 10 ² 60 ml. seluruh cairan otak diganti secara lengkap kira-kira tiga kali sehari.Cairan otak bersirkulasi lambat dari tempat produksi di ventrikel, keluar melalui foramina Lushka dan Magendie pada ventrikel IV, bersirkulasi ke rongga-rongga yang mengelilingi hemisfer serebral dan medulla spinalis lalu direseorbsi melalui villi pada sinus dural, masuk kembali ke vena. Laju produksi cairan otak tersebut tidak tergantung pada gradient tekanan cairan otak vena, sedangkan resorbsi bergantung pada graien tekanan antara cairan otak dan darah vena pada sinus dural (normal : 60 - 80 mm air).Tekanan cairan otak normal dijaga dengan absorbs cairan otak dalam jumlah yang sama denganproduksinya. Sumbatan akan menyebabkan peningkatan jumlah cairan otak, menyebabkan hidrosephaluspada bayi dan anak, atau peningkatan tekanan cairan otak pada orang dewasa. Dari semua factor yangmengatur tingkat tekanan cairan otak, tekanan vena adalah yang terpenting, karena cairan yang terabsorbsipada akhirnaya akan mengalir ke system vena.Cairan otak dapat mendifusikan tekanan akibat hantaman keras pada tengkorak yang mungkinmenyebabkan cedera berat, sehingga cairan otak ini dapat berfungsi sebagai peredam kejut hidrolik(hydraulic shock absorber). Cairan otak juga membantu regulasi tekanan intracranial sehingga tak mudah berfluktuasi terhadap aliran darah, dan mengangkut nutrient dan produk sisa.Hamper semua konstituen yang ada di plasma darah, juga ditemukan dalam kadar merah di cairan otak,kecuali kadar chloride yang biasanya selalu tinggi. Akan tetapi, dalam susunannya cairan otak tidak boleh dipandang sama dengan cairan yang terjadi karena proses ultrafiltrasi dari plasma darah saja, oleh karena disamping proses filtrasi, juga terdapat factor sekresi dari plexus choroideus. Cairan otak bukanlah transudat semata.Beberapa penyakit dapat membuat elemen-elemen yang seharusnya dihambat oleh sawar darah-otak dapat menembus sawar tersebut. Erirosit dan lekosit dapat masuk ke cairan otak, bila terjadi rupture pembuluh darah atau reaksi menigeal terhadap iritasi. Bilirubin,
secara normal tidak ditemukan, tetapi dapat ditemukanpada cairan spinal pasca perdarahan intra cranial. Sawar darah cairan otak jga dapat terbuka secarareversible pada hipertensi, kejang, hiperkapnia, dan injeksi bahan kontras radiografik.
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS Pemeriksaan makroskopis meliputi warna, kekeruhan, pH, konsistensi (bekuan), dan berat jenis : 1. Warna § Normal warna LCS tampak jernih, ujud dan viskositasnya sebanding air. § Merah muda → perdarahan trauma akibat pungsi. § Merah tua atau coklat → perdarahan subarakhnoid akibat hemolisis dan akan terlihat jelas sesudah disentrifuge. § Hijau atau keabu-abuan → pus. § Coklat → terbentuknya methemalbumin pada hematoma subdural kronik. § Xanthokromia → mengacu pada warna kekuning-kuningan biasanya akibat pelepasan
hemoglobin
dari
eritrosit
yang
lisis
(perdarahan
intraserebral/subarachnoid); tetapi mungkin juga disebabkan oleh kadar protein tinggi, khususnya jika melebihi 200 mg/dl. 2. Kekeruhan § Normal → tidak ada kekeruhan atau jernih. Walaupun demikian LCS yang jernih terdapat juga pada meningitis luetika, tabes dorsalis, poliomyelitis, dan meningitis tuberkulosa. § Keruh → ringan seperti kabut mulai tampak jika jumlah lekosit 200-500/ul3, eritrosit > 400/ml, mikroorganisme (bakteri, fungi, amoeba), aspirasi lemak epidural sewaktu dilakukan pungsi, atau media kontras radiografi.
3. Konsistensi bekuan Terjadinya bekuan menandakan bahwa banyak darah masuk ke dalam cairan pungsi pada waktu pungsi; darah dalam LCS yang disebabkan perdarahan subarachnoid tidak membeku. § Normal → tidak terlihat bekuan § Bekuan → banyaknya fibrinogen yang berubah menjadi fibrin. Disebabkan oleh trauma pungsi, meningitis supurativa, atau meningitis tuberkulosa. Jendalan
sangat halus dapat terlihat setelah LCS didiamkan di dalam almari es selama 1224 jam. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS Eritrosit dan leukosit masuk ke dalam LCS jika ada kerusakan pada pembuluh darah atau sebagai akibat reaksi terhadap iritasi. Bilirubin yang dalam keadaan normal tidak ada dalam LCS, mungkin dapat ditemukan dalam LCS seorang yang tidak menderita ikterus setelah terjadi perdarahan intrakranial. Bilirubin itu adalah bilirubin tidak dikonjugasi dan karena itu menandakan adanya katabolisme hemoglobin setempat dalam SSP. Perhitungan sel lekosit dan eritrosit harus segera dilakukan, hal ini dikarenakan 40% dari lekosit dapat lisis setelah 2 jam, sedangkan eritrosit akan lisis setelah 1 jam pada suhu ruangan. Perhitungan jumlah eritrosit LCS memiliki nilai diagnostik terbatas yaitu untuk differensial diagnosis trama pungsi vs hemorhagi subarakhnoid dan koreksi jumlah lekosit LCS dan protein untuk kontaminasi darah tepi yang ada kaitannya dengan trauma pungsi. Nilai rujukan normal pada anak dan dewasa untuk jumlah lekosit (monosit dan limposit) adalah 0 – 5 sel/ul, sedangkan untuk neonatus 0 – 30 sel/ul. Walaupun belum ada kesepakatan batas tertinggi normal netropil dalam LCS sebagai patokan dapat dipergunakan sampai angka 7%, hal ini dapat disebabkan adanya kontaminasi minimal dari darah tepi. Sedangkan monosit (14%) lebih rendah dibandingkan limposit (86%), tingginya perbedaan ini dapat disebabkan karena monosit sering diklasifikasikan sebagai limposit. Pada tahap dini meningitis bakteria akut, netrofil biasanya lebih dari 60%. Peningkatan monosit biasanya diikuti peningkatan limposit, netropil, dan sel plasma merupakan cirri khas meningitis tuberkulosa, meningitis fungi, dan meningitis bakteria kronis. Sedangkan pada meningoensepalitis virus pada awalnya terjadi netrofilia kemudian berubah ke respons limposit.
Spesimen yang Mengandung Darah Adakalanya perlu untuk mengetahui jumlah leukosit atau kadar protein dalam LCS yang mengandung darah oleh trauma pungsi. Satu cara kasar untuk meniadakan pengaruh dari darah trauma ialah dengan menganggap bahwa darah itu berisi 1-2 lekosit per 1000 eritrosit; demikian kalau dalam LCS hanya ada darah yang berasal dari trauma pungsi didapat 20.000 eritrosit/ul maka jumlah lekosit tidak lebih dari 30-40 per ul. Kecuali jika dalam darah pasien itu ada leukositosis tegas, maka menemukan lebih dari 45 leukosit/ul menunjukkan ada pleiositosis yang sudah ada sebelum pungsi. Selain itu perdarahan oleh trauma pungsi menambah sekitar 1 mg protein/dl untuk setiap 1000 eritrosit/ul.
PEMERIKSAAN KIMIA Analisa kimia LCS dapat banyak membantu dalam diagnosis atau menilai prognosis terhadap penderita. Pemeriksaan rutin yang sering dilakukan adalah penetapan protein secara kualitatif, kadar protein, dan kadar glukosa. ANALISA LABORATORIUM PROTEIN KUALITATIF Dalam keadaan normal, cairan otak hanya mengandung sedikit sekali protein, karena sawar darah-otak tidak dapat ditembus oleh protein-protein plasma yang besar molekulnya. Konsentrasi normal kurang dari 1% dari kadar protein dalam serum yang nilainya 5-8 g/dl. Perbandingan antara albumin dan globulin lebih besar dalam LCS daripada dalam plasma karena molekul albumin lebih kecil sehingga lebih mudah melalui sawar endotel. Ada bermacam-macam sebab konsentrasi protein meningkat. Satu di antaranya adalah permeabilitas sawar darah-otak yang menigkat oleh radang. Pada meningitis yang berat, semua jenis protein dapat menembus ke dalam LCS, termasuk juga fibrinogen yang molekulnya besar sekali. Pada meningitis purulenta, protein dalam LCS lebih meningkat lagi oleh karena bakteri dan sel-sel, baik yang utuh maupun yang rusak menambah protein ke dalam LCS. GLUKOSA Menyusutnya kadar glukosa dalam LCS paling mengesankan pada meningitis purulenta di mana kominasi metabolisme leukosit dan bakteri dapat menurunkan kadar glukosa menjadi nol. Metabolisme glukosa adalah satu proses aktif yang tetap masih dapat berlanjut setelah sampel diaspirasi; karena it penetapan glukosa harus segera dilakukan apabila ada persangkaan bahwa LCS berisi granulosit dan bakteri. Karena semua macam mikroorganisme menggunakan glukosa, maka penurunan kadar glukosa dapat disebabkan oleh fungi, protozoa, bakteri tuberculosis, dan bakteri piogen. Meningitis oleh virus hanya sedikit merendahkan kadar glukosa dalam LCS.
Konsentrasi elektrolit dalam cairan otak dipengaruhi oleh perubahan dalam elektrolit plasma, namun ada juga yang tidak terpengaruh. Kebanyakan zat-zat yang terkandung dalam cairan otak hampir sama atau lebih rendah dibandingkan dalam plasma. Eritrosit dan leukosit masuk ke dalam cairan otak bila da kerusakan pada pembuluh atau sebagai reaksi adanya iritasi atau inflamasi. Bilirubin secara fisiologi tidak ditemukan dalam cairan otak, namun dapat ditemukan bila terjadi perdarahan intrakranial. Bilirubin tersebut merupakan bilirubin
indirek, karena adanya katabolisme hemoglobin setempat pada susunan saraf pusat. Bila didalam plasma terjadi peningkatan bilirubin direk, maka dalam cairan otak juga akan meningkat sebanding dengan plasma. Keseimbangan antara tekanan normal yang terpelihara pada cairan otak, karena absorpsi dan produksi yang seimbang. Absorpsi terutama terjadi oleh villi arachnoidales dan corpusculare pacchioni. Walaupun terus menerus ada produksi dan resorpsi cairan otak dan terus menerus juga ada pertukaran zat antara cairan otak dan darah, ada stagnasi tegas dalam kantong lumbal lebih tinggi dibandingkan dengan cairan otak dalam ventriculus dan cisterna magna.
Komposis dari Liquor Cerebrospinalis / cairan otak : Cairan serebrospinal yang normal adalah air jernih dan tidak berwarna dan mengandung selsel sangat sedikit. Kebanyakan dari mereka adalah limfosit (hingga 3 per mikroliter CSF) dan dalam kasus yang jarang terjadi, monosit . Limfosit didominasi limfosit T , hanya sekitar 1% dari limfosit dalam CSF adalah B-limfosit (sedangkan proporsi limfosit B untuk semua limfosit dalam darah sekitar 5-10%).
kandungan protein dari CSF adalah dengan sekitar 0,15 - 0,45 gram per liter minuman keras, jauh di bawah rata - rata kandungan protein serum (15 gram per liter) Properti ini dapat digunakan untuk menggunakan paralel pengukuran albumin dalam CSF dan serum, gangguan daripenghalang darah-CSF untuk mendiagnosa. Kandungan gula normal adalah 50 sampai 70% dari serum kadar gula darah
Kesimpulan : Dari Pemeriksaan Lcs diperoleh hasil: MAKROSKOPIS : Warna
: Kuning
Kekeruhan
: Keruh
Sediment
: Ada / terdapat Endapan ( + )
Bekuan
: Tidak terdapat Bekuan ( - )
MIKROSKOPIS : a. Hitung jumlah leukosit : 0 sel/lcs b. Hitung jenis leukosit : 0 % sel KIMIAWI : a. Test Pandy : Positif 2 (+2) : Cairan keruh ( 100-300 mg/dl ) b. Test Nonne Apelt : (+) : terbentuk cicin putih c. Pemeriksaan Glukosa : 103,11 mg / dl glukosa
DAFTAR PUSTAKA
http://www.lymphnotes.com/article.php/id/151 (Diakses Apil 05, 2010). Sistemlimfatik. http://www.edusehat.com/index.php?option=com_content&task=view&id=54 &Itemid=50 (Diakses Apil 05, 2010). Neuropatologi Web: “Cerebrospinal Fluid” (Diakses Apil 05, 2010). Guyton and Hall,1997, Fisiologi Kedokteran,Edisi 9, EGC:Jakarta Ranson and Clark. The Anatomy of the nervous system, its development and function. 10th ed. Philadelphia: WB Sounders, 1959, 71-77 http://oktavia-nurse.blogspot.com/2012/04/makalah-cairan-serebrospinal.html http://meilindaadhasari.blogspot.com/2011/11/cairan-otak-liquor-cerebro-spinalis-lcs.html http://aceh-laboratorium.blogspot.com/2012/01/pengertian-cairan-otak-lcs.html http://noviihantari.blogspot.com/2011/05/liquor-cerebro-spinalis-lcs.html http://rizqimurtafiah.blogspot.com/2011/09/liquor-cerebrospinalis.html