Laporan Praktikum Kemasan Transportasi.docx

  • Uploaded by: indahadipuspita
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Praktikum Kemasan Transportasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,883
  • Pages: 13
Laporan Praktikum

Hari, tanggal : Sabtut, 30 Desember 2017

Teknologi Pengemasan,

Golongan/kelompok : P2/02

Distribusi dan Transportasi

Dosen : Dr. Indah Yuliasih,STP.M.Si. Asisten : 1) Andi Reza Rahadian (F35117018) 2) Alfian Syayid A (F34140065)

KEMASAN TRANSPRORTASI

Ni Nyoman Indah Adi Puspita F34160052

Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor 2017

PENDAHULUAN Latar Belakang Transportasi adalah kegiatan pasca panen yang sangat penting karena biasanya produksi holtikultura hanya terpusat di beberapa daerah, sementara seluruh daerah dan bahkan luar negeri mengkonsumsinya. Dalam proses transportasi, produk sebagian besar akan mengalami berbagai perlakuan yang menyebabkan kerusakan yang dapat diakibatkan oleh suhu, kelembaban, gesekan, benturan, serta tekanan. Risiko fisik berupa gesekan dan benturan pada produk yang dikemas dapat disebabkan oleh penanganan secara manual, tekanan saat penggunaan alat-alat handling, tumbukan pada kendaraan, serta getaran pada kendaraan yang digunakan (Erfando 2011). Kemasan transportasi untuk komoditi hortikultura, khususnya ditujukan untuk melindungi produkdari kerusakan yang dapat menurunkan mutu produk, maka aspek teknis menjadi pertimbangan utama dalam perancangan kemasan tersebut. Aspek teknis perancangan mencakup pemilihan bahan kemasan, bentuk dan dimensi kemasan, serta uji-uji sifat fisik dan reologi yang berkaitan dengan aspek tersebut dan tetap mempertimbangkan sifat-sifat kritis komoditi hortikultura yang mempengaruhi perubahan mutu komoditi tersebut selama transportasi. Tujuan Praktikum ini bertujuan membuat box sesuai dengan dimensi yang ditetapkan oleh International Case Code dan menentukan efisiensi tumpukan box dalam suatu ruang. METODOLOGI Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah mistar, double tape dan gunting. Bahan yang digunakan adalah kertas karton atau manila.

Metode 1. Pembuatan Box Mulai

Kertas manila

Dibuat menjadi box dengan tipe 201 dan 320

Ditentukan dimensi dan efisiensi manila dengan menggunakan monogram yang sesuai

Selesai

2. Kemasan Transportasi Mulai

25 box manila dengan dimensi yang sama

Disusun menjadi beberapa variasi yaitu : 2x2, 2x3 , dan 3x33 Ditumpuk dengan buku (maksimal 10) dan kursi (apabila belum ada box yang rusak serta besi.

Diamati keadaan dimana terdapat box yang penyok

Dibandingkan dan ditentukan susunan yang paling efisien

Selesai

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan [Terlampir] Pembahasan Pengemasan dilakukan untuk meningkatkan keamanan produk selama transportasi, dan melindungi produk dari pencemaran, susut mutu dan susut bobot, serta memudahkan dalam penggunaan produk yang dikemas. Secara umum, pengemasan berfungsi untuk pemuatan produk pada wadah, perlindungan produk, kegunaan , dan informasi. Untuk keperluan transportasi, fungsi pengemasan diutamakan untuk pemuatan dan perlindungan. Sedangkan pengemasan eceran lebih dititik – beratkan pada fungsi kegunaan dan informasi produk (Peleg, 1985). Menurut Maezawa (1990), pengemasan dirancang untuk mengatasi faktor getaran dan benturan selama transportasi. Kemasan transportasi berperan dalam melindungi dan mewadahi produk saat penanganan dan transportasi hingga ke konsumen. Kemasan harus mampu menahan beban tumpukan, dampak pemuatan dan pembongkaran dari sarana transportasi, serta getaran dan benturan selama perjalanan (Waluyo, 1990). Dengan kata lain, kemasan harus mampu menahan beban dan bersifat kaku (rigid) sehingga tidak mentransfer beban apapun kepada produk (Hilton, 1993). Dalam merancang kemasan transportasi untuk komoditi hortikultura perlu diperhatikan persyaratan – persyaratan berikut (Soedibjo, 1972, diacu dalam Waluyo, 1990) : 1) Kemasan harus benar – benar berfungsi sebagai wadah yang

dapat diisi produk. 2) Kemasan harus tahan dan tidak berubah bentuk selama pengangkutan. 3) Permukaan bagian dalam kemasan harus halus sehingga produk tidak rusak selama pengangkutan. 4) Ventilasi kemasan harus cukup, sehingga dapat mengeluarkan gas hasil metabolisme produk dan menurunkan panas yang timbul. Selain itu, juga dapat menahan laju transpirasi dan respirasi dari produk. 5) Bahan untuk kemasan harus cukup kering sehingga beratnya tetap (konstan), dan tidak mengabsorpsi air dan perisa (flavour) produk. 6) Kemasan harus bersih dan tidak memindahkan infeksi penyakit ke produk, bahan kemasan juga harus tahan serangan jamur, gigitan serangga dan tikus. 7) Kemasan harus mudah diangkat dan dapat disusun pada bak – bak alat angkut dengan sistem pallet (khusus untuk ekspor). 8) Kemasan harus ekonomis dan bahan kemasan terdapat di sentra produksi. Pengemasan yang tepat dapat mengurangi kerusakan mekanis karena dampak getaran dan beban kompresi pada saat transportasi (Iswahyudi 2015). Produk yang telah mengalamai kerusakan mekanis akan lebih rentan terhadap kerusakan fisiologis dan biologis .Untuk itu, produk perlu dilindungi dengan cara merancang serta menggunakan kemasan transportasi dengan memperhatikan jumlah dan dimensi komoditas yang dikemas, konstruksi dan dimensi yang dikemas, jenis kemasan yang digunakan, serta sifat fisiologis pasca panen produk. Bahan kemasan distribusi/transportasi untuk komoditas buah-buahan dan sayuran segar yang sering digunakan di Indonesia adalah karung goni, keranjang bambu, peti kayu dan peti karton gelombang. Pemilihan kemasan umumnya didasarkan pada kesesuaian dengan jenis komoditas yang dikemas dan jarak yang akan ditempuh. Kemasan kayu merupakan kemasan untuk pengiriman yang paling kuat dan kokoh, tetapi kekuatannya tergantung pada ketebalan bahan yang digunakan. Peti-peti dan krat-krat kayu yang dipaku adalah jenis kemasan kayu yang biasa digunakan untuk kemasan komoditas hortikultura . Peti-peti atau krat-krat diberi celah diantara bilah bilah krat yang dipaku atau diikat dengan kawat agar memungkinkan terjadinya penetrasi udara (Silvia 2006).

Kemasan berbentuk keranjang dapat dibuat dengan bambu, daun kelapa, daun pandan dan rotan. Keranjang dari bambu merupakan alat pengemas yang banyak dipakai untuk komoditi segar. Bentuk keranjang bambu umumnya persegi atau bulat. Kelemahan dari keranjang bambu adalah kurang kuat, tidak mampu melindungi komoditi dari kerusakan mekanis, tetapi kemasan keranjang bambu mempunyai harga yang lebih murah daripada kemasan lainnya. Kelebihan keranjang bambu yaitu dapat diperbaiki dengan memberikan unsur bahan penguat pada

sisi-sisinya

sehingga

dalam

proses

penyusunan,

pemuatan

dan

pembongkaran komoditi tidak banyak mengalami kerusakan (Silvia 2006). Kemasan peti karton pada umumnya digunakan sebagai kemasan ekspor karena harganya relatif masih mahal. Selain itu, kekuatan peti karton tidak sebaik peti kayu tetapi lebih kuat dari pada karung yang akan diuraikan kemudian. Peti karton

mempunyai

bobot

yang

ringan

sehingga

akan

mempermudah

pembongkaran dan diding petinya yang halus (Silvia 2006). Kemasan karung yang umum digunakan untuk mengemas komoditas segar hortikultura adalah karung goni, kantong kertas, karung kain, karung plastik dan karung rajut/jala. Sifat kemasan jenis ini hanya membantu sedikit dalam melindungi komoditi dari tekanan/ pergeseran antara komoditi yang satu dengan lainnya. Ventilasi atau lubang-lubang udara pada kebanyakan karung umumnya kurang sempurna, sehingga panas hasil respirasi sukar keluar dan terkumpul di dalamnya. Hal ini dapat merusak komoditi. Kemasan karung sering dipakai untuk pengangkutan jarak dekat dan komoditi yang dikemas biasanya mempunya i tekstur yang tebal (Silvia 2006). Pada praktikum kemasan transportasi ini digunakan dua macam tipe dalam pembuatan box yang meliputi tipe slotted 201 dan telescope 320. Perbedaan dari keduanya terletak pada perbandingan Length – Width – Height (L : W : H). Tipe slotted 201 memiliki perbandingan Length – Width – Height berturut-turut 2 : 1 : 2. Sedangkan tipe telescope 320 memiliki proporsi perbandingan Length – Width – Height berturut-turut 2 :1 : 1. Dimensi kemasan dan cara penyusunan akan mempengaruhi efisiensi pemanfaatan ruang bak pick-up sebagai alat transportasi yang biasa digunakan petani. Analisis efisiensi muatan telah banyak digunakan dengan berbagai macam

ukuran kemasan dan luasan bak alat transportasi dengan tujuan efisiensi distribusi produk yang dijual sehingga dapat memaksimalkan pengiriman (Qanytah dan Ambarsari 2011). Pada praktikum ini, tiga kelompok menggunakan ukuran box tipe slotted 201, dan tiga kelompok lainnya menggunakan tipe telescope 320. Kelompok 1 dengan panjang box 42 mm, kelompok 2 yaitu 52 mm, kelompok 3 yaitu 60 mm, kelompok 4 yaitu 56 mm, kelompok 5 yaitu 64 mm, serta kelompok 6 yaitu 48 mm. Variasi susunan baris dan lajur ditentukan yaitu 2x2, 2x3, dan 3x3. Kelompok 1 (tipe 201, panjang 42 mm) diantara ketiga variasi suusnan yang digunakan, susunan 2x3 dapat menahan beban paling banyak yaitu 10 buku+1 kursi+1 beban besi. Kelompok 2 (tipe 201, panjang 52 mm) diantara ketiga variasi susunan yang digunakan, susunan 3x3 dapat menahan beban paling berat yaitu 10 buku+1 kursi+1 beban besi. Kelompok 3 (tipe 202, panjang 60 mm), diantara ketiga variasi susunan, susunan 3x3 dapat menahan beban paling berat yaitu 10 buku + 2 kursi+1 beban besi. Kelompok 4 (tipe 320, panjang56 mm) diantara ketiga variasi susunan yang digunakan, susunan 3x3 dapat menahan beban paling banyak yaitu 10 buku+1 kursi. Kelompok 5 (tipe 320, panjang 64 mm) ketiga variasi susunan dapat menahan beban yang sama yaitu 10 buku+1 kursi. Kelompok 6 (tipe 320, panjang 48 mm) diantara ketiga variasi suusnan yang digunakan, susunan 3x3 dapat menahan beban paling banyak yaitu 10 buku+1 kursi. Regular Slotted Container

memiliki spesifikasi yaitu konstruksi

sederhana, sangat populer, kurang kuat tumpukan, ekonomi dalam penyimpanan, dan efisien. Sedangkan Telescopic Container memiliki spesifikasi yaitu mudah dibuka, cukup efisien, mudah untuk pengangkutan, dibuat untuk meningkatkan kekuatan tumpuk tetapi kurang ekonomis. Secara umum,Telescopic Container lebih efektif dan memiliki kekuatan yang lebih kuat daripada Regular Slotted Container .Hal ini disebabkan box dengan jenis ini memiliki dimensi panjang, lebar dan tinggi dengan bagian atas akan tepat melengkapi ukuran dari box bagian bawah dan menutup box ini dengan rapat (Pathare et al 2014).

PENUTUP Simpulan Kemasan transportasi merupakan kemasan yang berperan dalam sarana transportasi atau distribusi dan penyimpanan di gudang. Kemasan transportasi yang umum digunakan saat ini adalah kemasan peti karton (corrugated box). Bentuk kemasan peti karton diantaranya adalah Regular Slotted Container dan Telescopic Container. Kemasan transportasi dapat dibuat dengan ukuran atau dimensi yang mengikuti standar internasional ( International Code Case). Secara umum, Telescopic Container

lebih efektif dan memiliki kekuatan yang lebih

kuat daripada Regular Slotted Container . Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa variasi susunan box sangat menentukan kekuatan, efektivitas dan efisiensi suatu kemasan transportasi Saran Pembuatan box menggunakan waktu yang sangat lama. Akan lebih baik apabila box sudah diuat sebelum waktu praktikum.

DAFTAR PUSTAKA Erfando T. 2011. Perancangan desain kemasan transportasi buah salak untuk kebutuhan ekspor dengan metode Quality Function Development. [Skripsi]. Depok(ID): Universitas Indonesia. Hilton DJ. 1993. Impact and Vibration Damage to Fruit during Handling and Transportation. In: Champ, B. R., E. Highley and G. I. Jhonson, editor. Iswahyudi .2015. Perancangan kemasan transportasi buah jambu air (Syzygium aqueum) cv Camplong. J.Keteknikan Pertanian. 3(1) : 65-70. Maezawa, E. 1990. Cushioning package design. Japan International Cooperation Agency. Japan : Japan Packaging Institute.

Peleg K. 1985. Produce handling, packaging and distribution. Westport, Connecticut: AVI Publishing Corporation Inc. Postharvest Handling of Tropical Fruits. Proceedings of An International Conference, Chiang Mai, Thailand, 19 – 23 July 1993 Pathare, Pankaj B, dan Umezuruike LO. 2014. Structural design of corrugated boxes for horticultural produce: a review. Biosystems Engineering 125(2) : 128-140 Qanytah, Ambarsari I. 2011. Efisiensi penggunaan kemasan kardus distribusi mangga arumanis. J. Litbang Pertanian 30 (11) : 34-38. Silvia A. 2006. Perancangan sistem manajemen basis data untuk kemasan transportasi komoditas hortikultura (buah-buahan dan sayuran). [Skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Waluyo, S. B. 1990. Pengkajian dampak getaran mekanik pengangkutan truk terhadap jeruk dalam kemasan. [Tesis].Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Kelompok

LAMPIRAN Variasi Susunan Baris dan Beban Lajur 2x2

Panjang Kotak (mm)

8 buku + 1 kursi

42

10 buku + 1 kursi + 1 beban besi

42

6 buku + 1 kursi

42

6 buku + 1 kursi

52

10 buku + 2 kursi

52

10 buku + 1 kursi + 1 beban besi

52

10 buku + 1

60

2x3

1

3x3

2x2

2x3 2

3x3

3

2x2

kursi + 1 beban besi

2x3

6 buku + 1 kursi

60

10 buku + 2 kursi + 1 beban besi

60

6 buku + 1 kursi

56

9 buku + 1 kursi

56

10 buku + 1 kursi

56

3x3

2x2

2x3

4

3x3

2x2

5

10 buku + 1 kursi

64

10 buku + 1 kursi

64

10 buku + 1 kursi

64

6 buku + 1 kursi

48

6 buku + 1 kursi

48

10 buku + 1 kursi

48

2x3

3x3

2x2

6

2x3

3x3

Related Documents


More Documents from "Kurnia Baso"