LAPORAN
PRAKTIKUM
TEKNIK
PENANGANAN HASIL PERTANIAN
Karakteristik
Termal Bahan Hasil Pertanian
(Pengukuran
Nilai Kapasitas Kalor / Cp)
Oleh : Nama
: Andronikus Damanik
NPM
: 240110070031
Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 21 Oktober 2009 Waktu
: 10.00 – 12.00
Co. Ass
: Asep rovi nurjaman
LABORATORIUM TEKNIK PASCA PANEN JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2009
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam menangani bahan hasil pertanian, pengetahuan dan pemahaman mengenai karakteristik termal khususnya kapasitas kalor dari bahan hasil pertanian tersebut sangatlah penting untuk diketahui. Tidak hanya dalam proses penyimpanan, pada proses pengolahan lanjutan, nilai kapasitas kalor dari suatu bahan akan membantu kita dalam menentukan pengolahan yang tepat bagi bahan tersebut agar diperoleh produk pertanian yang lebih berkualitas. Untuk mengetahui kapasitas kalor dari bahan hasil pertanian maka yang perlu kita lakukan adalah dengan memasukkan bahan tersebut kedalam termos yang telah terisi air panas dengan massa dan suhu tertentu lalu menutup termos tersebut selama 15 menit. Setelah itu bahan tersebut dikeluarkan untuk selanjutnya diukur suhunya dan juga suhu air dalam termos tersebut. Dengan asumsi bahwa panas yang terdapat pada bahan setara dengan panas air ditermos tersebut, kita dapat menghitung panas spesifik pada bahan tersebut. Jadi dengan demikian kita dapat mengetahui berapa besarnya panas yang diserap oleh bahan hasil pertanian tersebut selama dimasukkan dalam termos. Tujuan Praktikum Menentukan Panas spesifik (Cp) dari beberapa jenis bahan.
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik termal bahan hasil pertanian sangat penting diketahui untuk membangun sebuah sistem pengolahan bahan hasil pertanian yang berhubungan dengan panas. Bahanbahan pertanian, baik tanaman maupun hewan beserta produknya, tidak lepas dari perlakuan panas. Proses-proses utama adalah pemanasan, pendinginan, dan pembekuan. Tujuan perlakuan
panas
pada
umumnya
adalah
pengawetan
atau
pencegahan
terhadap
pengecambahan. Pemanasan dan pendinginan bahan dapat dilakukan dengan konveksi, konduksi atau radiasi. Untuk menghitung proses-proses tersebut, pengetahuan tentang sifat panas seperti: panas spesifik, koefisien konduksi panas, koefisien difusi, koefisien absopsi atau emisi, sangat diperlukan. Dalam pemanasan dan pengeringan produk pertanian, adalah sangat penting untuk mengetahui berapa suhu harus diberikan dan untuk waktu berapa lama supaya tidak terjadi kerusakan. Sebagai contoh, kapasitas perkecambahan suatu benih turun dengan drastis apabila terkena panas yang berlebihan, sementara kualitas bahan-bahan lain mungkin memburuk. Ada beberapa macam karakteristik termal bahan hasil pertanian diantaranya : Panas spesifik (specific heat) Panas spesifik merupakan jumlah energi panas yang diserap atau dilepaskan oleh suatu berat bahan dalam suatu perubahan suhu, tanpa terjadi perubahan fasa bahan, atau jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kg bahan sebesar 1oC. Pengetahuan tentang panas spesifik sangat diperlukan untuk perhitungan proses-proses pemanasan atau pendinginan. Panas spesifik bahan-bahan pertanian sangat tergantung pada lengas bahan tersebut. Persamaan umum dari panas spesifik adalah sebagai berikut : Cp =
q m × ΔT
Dimana : Cp = panas spesifik (J/kg K) Q = energi panas (J) m = massa bahan (kg) ∆T = Perbedaan suhu (K) Pada suhu kamar, panas spesifik suatu bahan yang mengandung air dapat dihitung berdasarkan nilai-nilai panas spesifik dari bahan kering dan airnya: c = c d (1 − U1 ) + c w U1
Dimana : c = panas spesifik (J/kg K) cd = panas spesifik bahan kering
cw = panas spesifik air U1 = kadar lengas bahan (dihitung denganbasis basah) Panas spesifik tepung (kanji) kering dan tepung padian (gandum, cantel) adalah sekitar 1.54 kJ kg-1 oC-1 (0.37 kcal kg-1 oC-1). Panas spesifik untuk padi-padian lain pada kadar lengas yang berlainan bisa ditentukan menggunakan persamaan diatas. Panas spesifik bahan kering sayuran dan buah-buahan adalah 0.8-0.9 kJ kg-1 oC-1, dan untuk susu kering kaya lemak adalah 1.8-1.9 kJ kg-1 oC-1, menunjukkan bahwa panas spesifik bahan kering pada bahan yang berlainan adalah sangat berbeda. Panas spesifik untuk sayuran beku adalah kira-kira setengah dari nilai apabila diukur pada temperature kamar. Pada umumnya, nilainya antara 1.8 dan 2.0 kJ kg-1 oC-1 (0.43-0.48 kcal kg-1 oC-1). Nilai-nilai yang lebih rendah ditunjukkan pada bahan-bahan yang mempunyai lengas rendah. Pada umumnya, panas spesifik sedikit naik dengan naiknya suhu, tetapi untuk beberapa kasus diperoleh kecenderungan sebaliknya. Gambar 15 menunjukkan panas spesifik cantel sebagai fungsi suhu. Pada interval suhu tersebut perubahan panas spesifik terhadap suhu bisa dikategorikan linier. Gambar 1. Panas spesifik biji cantel sebagai fungsi suhu 0100090000032a0200000200a20100000000a201000026060f003a03574d464301000000000 00100fb990000000001000000180300000000000018030000010000006c0000000000000000 000000350000006f00000000000000000000006b1f00008913000020454d460000010018030 0001200000002000000000000000000000000000000d0120000d01a0000cc00000023010000 000000000000000000000000651c0300106f0400160000000c000000180000000a000000100 00000000000000000000009000000100000006e0700009d040000250000000c0000000e0000 80250000000c0000000e000080120000000c00000001000000520000007001000001000000a 4ffffff000000000000000000000000900100000000000004400022430061006c006900620072 006900000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000 0000000000000000000000000000000000012007c96120010000000e099120060971200e450 665de0991200d89612001000000048981200c49912008a4f665de0991200d89612002000000 06a45a95fd8961200e099120020000000ffffffff3c4b47011746a95fffffffffffff0180ffff01802fff 0180ffffffff00000000000800000008000043000000010000000000000058020000250000003 72e90010000020f0502020204030204ef0200a07b20004000000000000000009f00000000000 000430061006c0069006200720000000000b10b00baa09712000deaa85fb0d76560009b12000 c9712001e50a15f050000000100000048971200489712003d529f5f05000000709712003c4b4 7016476000800000000250000000c00000001000000250000000c0000000100000025000000
0c00000001000000180000000c0000000000000254000000540000000000000000000000350 000006f00000001000000558c874012aa87400000000057000000010000004c000000040000 0000000000000000006c0700009d040000500000002000f7f73600000046000000280000001c 0000004744494302000000ffffffffffffffff6f0700009e04000000000000460000001400000008 0000004744494303000000250000000c0000000e000080250000000c0000000e0000800e000 000140000000000000010000000140000000400000003010800050000000b02000000000500 00000c028e00e400040000002e0118001c000000fb020200010000000000bc02000000000102 022253797374656d0000000000000000000001003f3f3f3f3f3fa83f00003f3f3f00040000002d 010000040000002d01000004000000020101001c000000fb02f5ff0000000000009001000000 000440002243616c69627269000000000000000000000000000000000000000000000000000 40000002d010100040000002d010100040000002d010100050000000902000000020d000000 320a0a0000000100040000000000e4008e0020000600040000002d010000040000002d01000 0030000000000 Panas spesifik bahan hasil pertanian dapat diukur secara langsung dengan menggunakan bomb calorimeter atau dengan pendekatan menggunakan persamaanpersamaan berikut: Persamaan Siebel Siebel (1918) dan Toledo (1991), menyatakan bahwa panas spesifik untuk buahbuahan, sayuran dan konsentrat yang berasal dari tumbuhan yang tidak mengandung lemak memiliki nilai yang bervariasi sesuai dengan kadar airnya sehingga dengan demikian panas spesifik bahan merupakan rata-rata dari panas spesifik air dan panas spesifik padatannya. Persamaan Choi dan Okos (Toledo, 1991) Bila pada persamaan Siebel boleh dikatakan cukup sederhana, maka persamaan Choi dan Okos ini lebih detail lagi dengan memasukkan komposisi bahan non lemak seperti protein, karbohidrat serat dan abu. Panas spesifik (J/ kg K) merupakan fungsi suhu (°C). Berikut ini panas spesifik berbagai komponen bahan.
(
) (
)
(
) (
)
(
) (
)
(
) (
)
(
) (
)
Protein
:
C pp = 2008,2 + 1208,9 × 10 −3 T − 1312,9 × 10 −6 T 2
Lemak
:
C pf = 1984,2 + 1473,3 × 10 −3 T − 4800,8 × 10 −6 T 2
Karbohidrat
:
C pc = 1548,8 + 1962,5 × 10 −3 T − 5939,9 × 10 −6 T 2
Serat
:
C pfl = 1845,9 + 1930,6 × 10 −3 T − 4650,9 × 10 −6 T 2
:
C pa = 1092,6 + 1889,6 × 10 −3 T − 3681,7 × 10 −6 T 2
Abu
Air diatas titik beku :
(
) (
C pp = 4176,2 + 9,0862 × 10 −3 T − 5473,1 × 10 −6 T 2
)
Panas spesifik campuran diatas titik beku adalah :
C p = P( C pp ) + F( C cpc ) + C( C cpc ) + Fi( C pfi ) + A( C pa ) + M ( C waf )
Dimana P, F, C, Fi, A dan M merupakan fraksi massa dari protein, lemak, karbohidrat, serat, abu dan air. Heat Capacity of Liquid Water at 101.325 kPa ( 1 atm) Temperature
Heat Capacity Cp
o
C
K
Cal/groC
kJ/kg K
0
273.15
1.0080
4.22
10
283.15
1.0019
4.195
20
293.15
0.9989
4.185
30
303.15
0.9987
4.181
40
313.15
0.9987
4.181
50
323.15
0.9992
4.183
60
333.15
1.0001
4.187
70
343.15
1.0013
4.192
80
353.15
1.0029
4.199
90
363.15
1.0050
4.208
100
373.15
1.0076
4.219
Geankoplis, Christine J.,(1978) Termal data for some food product Specific Heat kJ/kgoC
Food product
Below Freezing
Above Freezing Fruit Apples
3.6
1.88
Bananas
3.35
1.76
Grapefruit
3.81
1.93
Peaches
3.78
1.93
Pineapples
3.68
1.88
watermelons
4.06
2.01
Termal data for some food product Food
Specific Heat Capacity Above Freezing
Below Freezing
Onions
3,81 kJ/kgoC
1,84 kJ/kgoC
Oranges
0.9 btu/lboF
0.43 btu/lboF
3.77 kJ/kgoC
1.8 kJ/kgoC
Specific Heat of Water Fase : Gas
: 1850 J/kg.0C
Liqud
: 4180 J/kg.0C
Solid
: 2060 J/kg.0C
(http://en.wikipedia.org) Konduktivitas termal (Thermal Conductivity) Konduktivitas termal merupakan jumlah panas yang dialirkan par satuan luas dan satuan ketebalan dari suatu bahan dalam satuan waktu dengan perubahan sebesar satu satuan suhu. Nilai konduktivitas termal suatu bahan hasil pertanian ditentukan oleh komposisinya dan juga dari persentase ruang kosong, bentuk, ukuran dam susunan ruang kosong serta faktor-faktor lain yang membatasi aliran panas. Menurut Choi dan Okos dalam Toledo (1991), konduktivitas termal bahan hasil pertanian ditentukan dengan persamaan : k = ∑ ( k i X vi ) Dimana : k = konduktivitas termal (W/m K) ki = komponen penyusun bahan Xvi = fraksi volume setiap komponen
Nilai konduktivitas termal dari komponen penyusun bahan yaitu :
(
Air murni
:
k w = 0,57109 + ( 0,0017625 T ) − 6,7306 × 10 −6 T 2
Es
:
k ic = 2,2196 − ( 0,0062489 T ) − 1,0154 × 10 −4 T 2
Protein
:
kp
Lemak
:
k f = 0,1807 + ( 0,0027604 T ) − 1,7749 × 10 −7 T 2
Karbohidrat
:
kc
Serat
:
k fi
Abu
:
ka
( = 0,1788 + ( 0,0011958 T ) − ( 2,7178 × 10
−6
T2
)
) )
( ) = 0,2014 + ( 0,0013874 T ) − ( 4,3312 × 10 T ) = 0,18331 + ( 0,0012497 T ) − ( 3,1683 × 10 T ) = 0,3296 + ( 0,001401 T ) − ( 2,9069 × 10 T ) −6
2
−6
−6
2
2
Nilai fraksi volume (Xvi) setiap komponen dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :
X
vi
=
X ρ
1 ρ = i ∑ X i ρi
i
i
Dimana : Xi = fraksi massa komponen ρi = densitas komponen penyusun bahan ρ = densitas bahan adapun nilai dari densitas komponen penyusun bahan (ρi) dapat diketahui dengan menggunakan persamaan-persamaan sebagai berikut : Air murni
:
ρ w = 997,18 + 0,0031439 T + 0,0037574 T 2
Es
:
ρ ic = 916,89 − 0,13071 T
Protein
:
ρ p = 1329,9 − 0,51814 T
Lemak
:
ρ f = 925,59 − 0,41757 T
Karbohidrat
:
ρ c = 1599,1 − 0,31046 T
Serat
:
ρ fi = 1311,5 − 0,36589 T
Abu
:
ρ a = 2423,8 − 0,28063 T
Difusivitas termal (Thermal diffusivity) Difusivitas termal merupakan karakteristik termal yang digunakan untuk menentukan laju aliran energi panas di dalam bahan hasil pertanian yang berwujud padat pada berbagai bentuk. Karakteristik ini berhubungan dengan kemampuan bahan untuk mengalirkan energi
panas dan kemampuan untuk menyimpan energi panas. Difusivitas termal dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : α=
k Cp × ρ
Dimana : α k Cp ρ
= difusivitas termal (m2/s) = konduktivitas termal (W/m K) = panas spesifik (J/kg K) = densitas massa (kg/m3)
Entalpi (Enthalpy) Entalpi merupakan kandungan energi panas dari suatu bahan. Secara umum entalpi digunakan untuk mengukur energi dalam uap air, yaitu Q = m ( h 2 − h1 ) Dimana : Q m h1 h2
= jumlah energi panas (J) = massa (kg) = entalpi pada suhu T1 (J/kg) = entalpi pada suhu T2 (J/kg)
Koefisien konduksi panas Laju atau kecepatan pemanasan dan pendinginan suatu bahan, seperti profil perkembangan suhu didalamnya, sangat tergantung pada koefisien konduksi atau penghantaran panas, dan pengetahuan terhadap parameter ini sangat diperlukan untuk keperluan perhitungan. Seperti pada panas spesifik, koefisien konduksi panas tergantung pada kandungan lengas dan suhu, dan untuk bahan-bahan berongga (porous), misalnya kumpulan bijian, juga tergantung pada porositas bahan. Untuk bahan-bahan berserat, arah aliran panas, sejajar atau memotong serat, juga merupakan salah satu factor penentu. Gambar 16 memperlihatkan koefisien-koefisien konduksi panas berbagai produk pertanian sebagai fungsi lengas. Koefisien konduksi panas yang relatif tinggi pada gandum disebabkan karena porositasnya yang rendah. Efek porositas pada koefisien konduksi panas diperlihatkan pada Gb.17. Semakin tinggi porositas, semakin rendah koefisien konduksi panasnya. Koefisien konduksi panas bijian dalam bentuk tunggal dalam tumpukan berbeda dengan koefisien dalam kesatuan kumpulannya. Gambar 18 menyajikan koefisien konduksi panas butiran gandum sebagai fungsi lengasnya. Efek suhu terhadap koefisien konduksi panas berlainan tergantung sifat bahannya. Koefisien konduksi panas pada air sedikit meningkat terhadap suhu, dan berdasarkan hal ini, kelakuan yang sama diperkirakan terjadi pada bahan-bahan yang mempunyai kadar lengas
tinggi. Meski demikian, hasil pengukuran beberapa bahan justru menunjukkan hasil sebaliknya. Gambar 19 misalnya, menampilkan koefisien konduksi panas untuk kentang sebagai fungsi suhu. Seperti terlihat pada gambar tersebut, nilai λ turun dengan meningkatnya suhu. Gambar 20 menampilkan koefisien konduksi panas buah bit (sugar beet), sejajar dan melintang arah serat. Nilainya selalu lebih tinggi pada arah yang sejajar serat. Koefisien konduksi panas cacahan rumput alfalfa sebagai fungsi kadar lengas ditunjukkan pada Gb. 21 untuk berbagai tingkat berat volume (relatif terhadap kandungan bahan kering). Seperti ditunjukkan pada banyak data, koefisien konduksi panas pada kumpulan bijian dan cacahan rumputan adalah rendah. Dengan demikian, panas biologis yang muncul selama penyimpanan dalam volume yang besar ditransfer ke lingkungan dengan lambat.
METODOLOGI Alat dan Bahan Alat
: 1. Timbangan analitik untuk menimbang massa bahan 2. Termos berjumlah dua sebagai wadah tempat meletakkan bahan dan air panas
agar diketahui kapasitas kalor bahan 3. Water Heater sebagai alat untuk memanaskan air yang akan dimasukkan ke termos 4. Electronic Thermometer sebagai alat pengukur suhu pada bagian dalam bahan 5. Stopwatch atau alat pencatat waktu sebagai alat yang digunakan untuk mengontrol lamanya bahan berada dalam termos 6. Gelas ukur untuk mengukur volume air yang masuk kedalam termos tersebut Bahan : Jeruk, Bawang. Prosedur Percobaan Panaskan air dengan menggunakan water heater Timbang bahan (jeruk dan apel) tersebut dengan menggunakan timbangan analitik serta mengukur suhu awal bahan yang diasumsikan sama dengan suhu ruangan Setelah air tersebut panas, yang selanjutnya dilakukan adalah menimbang air panas tersebut dengan menggunakan timbangaan analitik Masukkan air panas ke dalam termos dan ukur suhu air dalam termos tersebut Setelah suhu awal dari bahan dan air telah kita dapatkan maka kita tinggal memasukkan bahan kedalam termos (satu termos hanya boleh diisi oleh satu bahan) Menutup termos dan membiarkannya selama 15 menit Setelah 15 menit berlalu, selanjutnya adalah membuka termos tersebut lalu mengukur suhu akhir air dan suhu akhir buah dengan menancapkan termometer tersebut kedalam bahan. Menghitung Cp dan Cp’ masing-masing bahan tersebut dengan menggunakan persamaan: Dengan asumsi panas yang hilangdari termos diabaikan qa = qb m a × Cp a × ΔTa = m b × Cp b × ΔTb Cp b =
m a × Cp a × ΔTa m b × ΔTb
Dengan asumsi panas yang hilang dari termos diperhitungkan qa = qb
[ ( m a × Cp a ) + kpt ] × ΔTa = m b × Cp b × ΔTb [ ( m a × Cp a ) + kpt ] × ΔTa Cp = b
m b × ΔTb
Dimana : ma mb
= massa air panas (kg) = massa bahan (kg)
Cpa = panas spesifik air (kJ/kg °C) Cpb = panas spesif bahan (kJ/kg °C) ∆ Ta = perbedaan suhu air (°C) = Ta1 – Ta2 ∆ Tb = perbedaan suhu bahan (°C) = Tb1 – Tb2 Kpt = kehilangan panas pada termos (kJ/°C)
HASIL PERCOBAAN mb
Tb1
ma
Ta1
Tb2
Ta2
Cpb
Jeruk Nipis
5,31
27
159.64
84
67
78
18,84
Bawang
2,41
27
279,31
87
49
83
8,306
Pada tabel diatas mb dan ma dalam satuan gram(g) sedangkan Tb1, Tb2, Ta1 dan Ta2 dalam celcius (°C). Untuk nilai Cpb dan Cpb’ dalam satuan kJ/ kg °C. Jeruk Nipis Cp b =
m a × Cp a × ΔTa m b × ΔTb
0,15964 × 4,18 × ( 84 − 78) 0,00531 × ( 67 − 27 ) 0,667 × 6 = 0,00531 × 40 4,002 = = 18,84 kJ 0 kg C 0,2124 =
Bawang Cp b =
m a × Cp a × ΔTa m b × ΔTb
0,27931 × 4,18 × ( 87 − 83) 0,00241 × ( 49 − 27 ) 1,1675 × 4 = 0,00241 × 22 4,67 = = 88,07 kJ 0 kg C 0,05302 =
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini kami mengukur suhu bahan hasil pertanian setelah direndam dalam termos yang berisi air panas. Dalam praktikum ini bahan hasil pertanian yang kita gunakan adalah bawang dan jeruk nipis. Setelah merendam bahan pada termos selama 15 menit ukurlah menggunakan termometer dengan menempelkannya pada bahan. Dari data yang kita peroleh dan juga hasil perhitungan, maka kita dapat melihat bahwa panas spesifik pada bawang lebih besar daripada panas spesifik dari jeruk. Melihat dari data diatas dapat dinyatakan bahwa nilai panas spesifik dari Bawang 18,84 kJ/kgK dan jeruk 88.07 kJ/kgK. Hal ini berbeda dengan literature yang didapatkan, Earle(1983) dalam table termal data for some food product menyatakan bahwa nilai panas spesifik dari bawang 3.81 kJ/kgoC. Dan dari http://www.engineeringtoolbox.com menyebutkan bahwa nilai panas spesifik dari Jeruk sebesar 3.81 kJ/kgoC, sedangkan untuk jeruk nilai panas spesifiknya sebesar 3.77 kJ/kgoC. Perbedaan panas spesifik antara literatur dan percobaan yang cukup jauh sebenarnya masih dalam tahap yang wajar. Hal ini karena metode dan alat yang digunakan dalam pengukuran belum tentu sama, seperti misalnya lama perendaman bahan yang digunakan untuk literatur tersebut belum tentu sama dengan lama perendaman bahan yang kami lakukan. Ini tentu sangat mempengaruhi karena semakin lama bahan tersebut direndam maka suhunya akan bertambah sedangkan suhu air perendamnya akan berkurang. Faktor lain yang juga sangat mempengaruhi adalah alat yang digunakan dalam merendam bahan tersebut. bila kita menggunakan termos dari plastik sebagai media rendam, maka bisa saja alat yang digunakan dalam mengukur data pada literatur tersebut menggunakan bahan yang lain yang kehilangan panasnya kecil, sehingga panas yang diperoleh bahan dapat lebih banyak. Jadi dengan beberapa faktor dan pertimbangan diatas, wajarlah bila data yang diperoleh tidak mendekati data literatur. Dari percobaan tersebut juga terjadi perpindahan panas dari air panas ke bahan-bahan. Hal tersebut dapat terlihat dari meningkatnya suhu jeruk dari 270C menjadi 670C untuk jeruk. Pada bawang dari terjadi kenaikan suhu dari 270C menjadi 490C. Dari hasil yang didapat terjdi perbedaan yang cukup besar antara nilai teoritis dan hasil perhitungan. Hal ini dikarenakan : Kesalahan pembacaan skala pada termometer untuk penentuan besarnya suhu dari air dan bahan hasil pertanian. Pada saat pengukuran suhu bahan akhir (Tb2) dimana pada pengukuran suhu, termometer ditempatkan kurang masuk kedalam bahan, sehingga hasil yang didapat kurang akurat.
Dari data tersebut kita dapat menyimpukkan bahwa semakin besar kadar air suatu bahan maka panas spesifik bahan tersebut juga akan semakin besar pula.
KESIMPULAN Panas spesifik suatu bahan berbanding lurus dengan kandungan air bahan tersebut, sehingga semakin tinggi kadar air suatu bahan hasil pertanian maka semakin besar pula panas
spesifik dari bahan tersebut. contohnya panas spesifik pada jeruk lebih besar daripada apel. Nilai panas spesifik hasil perhitungan dan referensi cukup berbeda. Ini karena metoda dan alat yang digunakan dalam pengukuran belum tentu sama, sehingga wajar bila ada perbedaan, selain itu jenis bahan yang digunakan juga belum tentu sama. Semakin besar nilai kehilangan panas pada termos maka semakin besar pula panas spesifik bahan yang terdapat dalam termos tersebut, dengan asumsi bahwa suhu akhir bahan setelah dipanaskan antara dua termos berbeda, selisihnya tidak besar.
Daftar Pustaka Zein, Sudaryanto, Ujang Suhadi, Sawitri, Ulfi Ibrahim. 2005. Teknik Penanganan Hasil Pertanian. Bandung: Pustaka Giratuna
Rusendi, Dadi, Ir. Msc., Sudaryanto, Sarifah Nurjanah, Asri Widyasanti. 2006. Penuntun praktikum MK. Teknik penanganan hasil pertanian. Earle, R.L.1983.Unit Operations in Food Processing.2nd ed.Pergamon Press International Library. Oxfrod. http://www.engineeringtoolbox.com/specific-heat-capacity-food-24295.html. http://en.wikipedia.org/wiki/ specific-heat-capacity. http://www.bambangpurwantana.staff.ugm.ac.id/PengetahuanBahan/PengBhn03.doc.