Laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum.docx

  • Uploaded by: Rmm bintang
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,632
  • Pages: 11
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KETUA UMUM HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM KOMISARIAT FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE 1437-1438 H / 2016-2017 M “IKHTIAR INTELEKTUAL KOMPREHENSIF MEWUJUDKAN KOMISARIAT INKLUSIF” PENDAHULUAN Menjadi seorang pemimpin merupakan pengorbanan kompleks disertai semangat tantangan membenahi orang lain disekitarnya meskipun dirinya sendiri belum tentu sudah berbenah. Ia hadir dan tumbuh di tengah kawan seperjuangannya dan ramai-ramai disokong ke atas langit hingga ia dapat dengan mudah terlihat dan menonjol daripada orang lain di sekitarnya. Paling menonjol serta paling terlihat membuat pemimpin akan selalu dinilai segala tingkah lakunya maupun tindak tanduknya oleh orang lain di sekitarnya. Hal tersebut tentu menjadi sebuah keadaan yang tidak menyenangkan apabila seorang pemimpin memang dengan tulus ikhlas memiliki niatan awal untuk mengangkat derajat kawan lain yang menyokongnya serta menjunjungnya. Bagaimana tidak ? Setelah menjadi pemimpin ia dituntut untuk memuaskan hasrat persona di sekilingnya supaya tidak kehilangan dukungan dan tetap tersokong ke umbul-umbul biru langit. Pada akhirnya semua perkataan terpaksa harus di moderatkan demi kesenangan orang sekelilingnya dan ragu untuk tegas serta berpihak pada keyakinan akan sebuah kebenaran. Ada saja resiko yang harus diterima seorang pemimpin terkait komentar, cercaan, hinaan maupun singgungan terhadap sikap yang ia ambil. Ketika moderat dianggap kurang tegas, ketika tegas dibilang kurang moderat, ketika marah dianggap tempramental, ketika diam dianggap tidak

peduli, ketika bercanda dianggap tidak serius, ketika serius dianggap terlalu kaku, ketika konsisten dibilang kurang rigid dan ketika tidak konsisten diprotes sebagai pemimpin yang tidak idealis. Semua itu termaktub dalam teorema seni memimpin dengan resiko ditinggal serta dibenci seumur hidup oleh pengikut. Persona laiknya Soekarno, Fidel Castro, Khadafi, Saddam Hussein serta banyak pemimpin dunia lainnya telah menjadi bukti nyata peristiwa seorang pemimpin yang ditinggalkan pengikut akibat sering marah dan mengungkap kekecewaan di muka umum. Mereka ditinggal akibat bisikan-bisikan kotor provokator dalam gorong-gorong gelap nirintrospeksi dan egoisentrisitas yang menghendaki kebenaran pada dirinya diterima umum dan memanfaatkan kebiasaan tempramen si pemimpin untuk dijadikan senjata utama di tiap khotbahnya. Pemimpin tersebut sudah melakukan hal yang benar karena niatan ikhlas kepemimpinannya demi kesejahteraan dan keamanan pengikutnya. Dan terbukti generasi berikutnya kembali menggali ajaran-ajarannya serta menimbun kekecewaan terhadap generasi sebelumnya yang telah menguburnya. “Kata-kata

hanyalah

perantara.

Yang

memunculkan

ketertarikan

seseorang dengan orang lain adalah unsur kesesuaian, tapi bukan kata-kata. Bahkan, jika seseorang melihat ratusan ribu mukjizat atau karamah pada diri nabi atau wali, namun tidak ada kesesuaian, maka semua itu tidak ada gunanya. Unsur keseusaian antara dua manusia itu tersembunyi, tak tampak oleh mata.” Rumi-

BUNGAI RAMPAI KOMISARIAT Seorang mahasiswa dituntut memiliki orientasi yang jelas tentang arah gerak dan pengimplementasian pengetahuan teori yang ia miliki. Sebagai elemen masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, sebagai elemen masyarakat yang paling lama mengenyam pendidikan, sebagai elemen masyarakat yang telah mengalami proses sosialisasi politik terpanjang diantara angkatan muda, sebagai golongan yang akan memasuki lapisan teratas dari susunan kekuasaan, sebagai golongan yang paling sering terlibat dalam pemikiran, perbincangan serta penelitian berbagai masalah di masyarakat, tentunya mahasiswa sangat ditunggu perannya dalam menyejahterakan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitarnya. Ilmu yang telah diperoleh mahasiwa di bangku kuliah sudah seharusnya membumi dalam usaha peningkatan taraf hidup masyarakat dan menjadi mantra solutif bagi penyelesaian akar rumput permasalahan dinamika kemasyarakatan. Dalam usaha memperbaiki penghidupan masyarakat, tentu mahasiswa perlu dibekali dengan kemampuan berkomunikasi yang mumpuni, pengetahuan tentang struktur sosial kemasyarakatan, kemampuan agitasi dan persuasi yang handal, serta kemampuan penunjang lainnya yang berguna dalam penguraian dan penyelesaian problematika kemasyarakatan, dimana kemampuan-kemampuan tersebut jarang didapati mahasiswa ketika duduk di bangku perkuliahan. Untuk itu, perlu adanya suatu wadah yang dapat membentuk dan membekali mahasiswa agar mampu serta siap menjalankan amanah tanggungjawab kemasyarakatan. Perlu adanya suatu inkubator kemahasiswaan yang membentuk golongan terpelajar ini menjadi insan-insan yang bukan hanya cerdas secara intelektual, tapi juga cerdas secara sosial. HMI sebagai organisasi kemahasiswaan yang telah lama berdiri dan masih menunjukkan geliat eksistensinya di kancah aktivitas organisasi kemahasiswaan nasional tentu harus andil dan ikut berperan dalam arus perjuangan penyejahteraan masyarakat. Sistematika perkaderan yang komprehensif dan

unggul akan menjadi kelebihan tersendiri bagi komisariat dalam membentuk kadernya supaya mampu serta siap dalam arus perjuangan pemberdayaan masyarakat. Cita-cita luhur mewujudkan tatanan masyarakat yang diridhoi Allah SWT yang terformulasi dalam frasa kedua tujuan HMI tentu akan menjadi pemicu semangat juang kader dalam rangka merealisasikan dan mewujudkan secara nyata tujuan tersebut. Tapi apa hendak dikata, aras realita kadang belum terimplementasi dengan baik dengan idealita. HMI sepanjang perjalanannya memang kurang nampak dalam kegiatan-kegiatan semacam itu. Stigma yang muncul dalam mainset masyarakat umum selalu menyebutkan bahwa HMI adalah kawah candradimuka orang-orang elit-eksklusif, calon-calon birokrat, menteri bahkan wadah inkubator koruptor. Organisasi terlalu terpaku dengan proses perkaderan dan protokoler formal organisatorial, dan lupa akan tujuan utama yang harus dicapai. Frasa pertama tentang pembinaan mahasiswa menjadi insan ulil albab selalu menjadi fokus utama bahkan satu-satunya tujuan yang hendak dicapai. Pedoman perkaderan yang ruwet-njelimet menjadi topik bahasan keseharian dalam kepengurusan tanpa pernah memikirkan perjuangan yang harus dirancang dan dibangun karena mungkin tak ada pedomannya. Banyak apologi yang mengatakan bahwa frasa kedua dalam tujuan organisasi hanya akan diimplementasikan kader selepas kuliah, saat kembali bergumul dalam lingkungan masyarakat. Sementara organisasi hanya berkewajiban untuk memberi bekal kepada kader supaya siap nantinya saat terjun ke masyarakat. Sikap organisasi selalu memilih diam ketika mendengar adanya ketimpangan dan ketidakadilan di masyarakat. Selalu diam melihat penindasan dan penghisapan masyarakat terjadi di depan mata. Organisasi hanya angkat bicara ketika kepentingan atau eksistensinya terancam. Selalu vokal dan bergerak ketika ada masalah yang benefit bagi dirinya serta diam bergeming jika masalah tak ada kontraprestasinya. Organisasi hanya menyiapkan kadernya supaya aman melenggang bebas di dunia kerja dengan kelengkapan kemampuan organisatoris, kepemimpinan, diplomasi, skill lingual, manajemen sumber daya serta penyediaan

jaringan profesi. Hal inilah yang harus dikaji secara mendalam supaya tercipta formula solutif guna mengurai problematika organisasi yang kian hari makin kompleks dan sukar diurai akar permasalahnnya. Untuk itu, komisariat berusaha mengembalikan tujuan awal organisasi ke dalam jalur rel yang sesungguhnya serta kembali pada khittah perjuangan sebagai pedoman wajib bagi seluruh kader di HMI. Disebutkan bahwa pembentukan masyarakat cita HMI sudah tidak lagi diserahkan pada individu yang merupakan hasil kaderisasi yang dilakukan organisasi, tetapi sudah menjadi tanggungjawab organisasi secara langsung. Hal ini diwujudkan dalam usaha nyata organisasi secara langsung terhadap berbagai agenda perbaikan kehidupan masyarakat. Dengan demikian tanggungjawab organisasi secara langsung terdiri dari tanggungjawab atas pembentukan individu dan tanggungjawab atas pembentukan masyarakat. Dalam rangka mewujudkan impian tersebut, komisariat berkomitmen untuk membentuk kader-kader berintelektual komprehensif yang peka terhadap permasalahan sosial di lingkungannya dengan harapan akan terwujudnya komisariat yang bersifat inklusif, komisariat yang berguna bagi lingkungan di sekitarnya, dan memberi dampak nyata dalam perjuangan perbaikan taraf hidup masyarakat. KONDISI KEPENGURUSAN Rapat Anggota Komisariat periode 2015-2016 M yang diselenggarakan April hingga Mei 2016 silam menyiratkan tanda adanya arah gerak baru bagi komisariat yang mulai kembali menggeliat di tahun 2012 ini. Berbeda dengan periode sebelumnya, hasil sidang komisi mencerminkan adanya upaya reformatif untuk merombak strategi kerja di wilayah eksternal komisariat. Hal ini dipandang sebagai wujud usaha ekspansif komisariat setelah beberapa periode sebelumnya kepengurusan berkutat pada masalah internal yang memang belum cukup stabil. Kondisi ini selaras dengan apa yang tertuang dalam khittah perjuangan bahwa organisasi ini merupakan wadah perkaderan serta ajang perjuangan bagi para kader yang berproses di dalamnya. Maka dianggap penting dilakukannya

pembenahan lingkup kerja eksternal setelah lingkup internal komisariat dianggap cukup mapan menopang aras perjuangan. Dalam agenda rapat rutin tahunan tersebut lahir pula putusan mengenai formatur dan mide formatur pada sidang Pleno III. Akhirnya terpilihlah saya selaku formatur komisariat serta 3 mide formatur yang beranggotakan kanda Gilang Akbar Al-Ghiffari, kanda Wafiyullah Mubarrok dan kanda Luki Diktio Adikrama. Mide formatur dalam awal kepengurusan 2016-2017 sangat berperan terhadap masukan pertimbangan penentuan tema komisariat, penyusunan struktur kepengurusan serta sangat membantu dalam segala saran dan nasihat bagi kelangsungan komisariat di masa yang akan datang. Perjalanan kepengurusan dimulai dengan momen pelantikan yang didahului dengan gelaran diskusi publik bertemakan ekonomi kerakyatan bertempat di Universitas Proklamasi ’45, Babarsari, Yogyakarta. Pelantikan 40 pengurus komisariat ini berjalan hikmat dan penuh semangat optimis untuk berkontribusi penuh dalam kerja membangun komisariat. Setelah 2 minggu berselang diadakanlah rapat kerja komisariat setelah sebelumnya pengurus yang sudah dilantik mendapatkan transformasi kepengurusan dari demisionerdemisioner dan upgrading dari para senior serta alumni komisariat. Dalam raker tersebut poin-poin yang tertera dalam Garis Besar Haluan Kerja Komisariat menjadi tiang pancang pedoman pengurus dalam menentukan program kerja apa yang harus dilaksanakan dalam masa juang selama menjadi pengurus. Adapun unit yang terbentuk dalam rapat kerja kali ini yaitu unit Perkaderan, unit Pengembangan Sumber Daya Kader, unit Kajian & Media dan unit Advokasi Kemasyarakatan & Jaringan. Dalam perjalanan kepengurusan memang banyak kendala yang harus dihadapi serta dicari solusi terbaiknya demi optimalnya kerja pengurus Komisariat. Dimulai dari kebijakan kampus yang tidak kooperatif terhadap rekruitmen serta agenda-agenda perkaderan, kesibukan pengurus dalam menjalani jadwal perkuliahan dengan kegiatan organisasi serta berbagai dinamika mis-

koordinasi kerja antar pengurus. Kesemuanya merupakan dinamika organisasi yang wajar dan tidak terlalu menguras serta mengalihkan fokus terhadap kinerja pengurus dalam menyelesaikan program kerja. Awal kepengurusan hingga akhir kepengurusan berjalan relatif lancar dari mulai koordinasi kerja, komunikasi kepada kader dalam realissai beberapa program kerja. Namun di pertengahan kepengurusan mulai nampak adanya keluhan beberapa ketua unit maupun staf unit terhadap kinerja kawan lain di unitnya masing-masing. Beberapa staf unit memang mulai menunjukkan ketidakaktifannya dan seringkali absen dalam beberapa kegiatan bersama. Menanggapi situasi tersebut komisariat pun melayangkan beberapa surat panggilan kepada pengurus yang tidak aktif dengan menyesuaikan antara jenis surat dengan kadar ketidakaktifannya tersebut. Pada pertengahan kepengurusan kita mengadakan rapat Pleno II untuk mengevaluasi dan membahas kinerja kepengurusan serta mengeluarkan berbagai kebijakan guna menunjang hasil evaluasi tersebut. Keputusan penting dalam rapat ini utamanya adalah adanya reshuffle staf unit serta keputusan memberhentikan bebrapa pengurus yang tidak menampakkan kinerja yang optimal selama masa kepengurusan. Disamping itu beberapa kebijakan berkenaan dengan proker serta keaktifan aktivitas kader di komisariat cukup banyak yang lahir dalam rapat pleno kali ini. Setelah diadakannya forum rapat Pleno II memang banyak inisiasi dan kebijakan yang lahir sebagai langkah strategis komisariat dalam menuntaskan amanah kerjanya pada forum rapat kerja terdahulu. Namun dalam rentang waktu antara Pleno II dengan Pleno III, beberapa inisiasi serta kebijakan tersebut beberapa memang belum dapat terealisasi dengan berbagai kendala yang masih dalam taraf kewajaran. Begitupun dalam rentang waktu antara Pleno III dengan persiapan RAK, tetap saja beberapa program kerja belum menemui penuntasan yang optimal. Dalam periode ini memang banyak kendala serta kekurangan yang hadir dalam kepengurusan, namun dari kendala serta kekurangan itu kita belajar

bagaimana menghadapi persoalan dalam kepengurusan. Komisariat akan dewasa karena masalah, komisariat akan maju apabila kepengurusannya memang tahan guncangan dan selalu memiliki upaya solutif guna mencari penyelesaian permasalahan yang ada. SELAYANG PANDANG 1) Rapat Pimpinan Komisariat I Rapimko I merupakan rapat rutin beranggotakan pimpinan-pimpinan komisariat yang umum diikuti oleh ketua umum komisariat-korkom serta sekretaris umum komisariat, yang diadakan oleh HMI tingkatan Cabang. Khusus untuk Rapimko I, hal yang menjadi konten rapat merupakan transformasi-transformasi serta koordinasi dari pengurus Cabang perihal arahan teknis program kerja korkom & komisariat. Poin-poin hasil dari rapat ini saya lampirkan pada halaman lampiran laporan pertanggungjawaban. 2) Rapat Pimpinan Komisariat II Rapimko II merupakan rapat rutin beranggotakan pimpinan-pimpinan komisariat yang umum diikuti oleh ketua umum komisariat-korkom serta sekretaris umum komisariat, yang diadakan oleh HMI tingkatan Cabang. Khusus untuk Rapimko II, hal yang menjadi konten rapat merupakan proses evaluasi akan kinerja komisariat serta penyampaian kendala serta saran dari komisariat-komisariat & korkom. 3) Musyawarah Komisariat HMI Koordinator Komisariat UMY Catatan mengenai Muskom HMI Korkom UMY adalah masalah mengenai jadwal digelarnya acara ini. Muskom merupakan agenda akbar komisariatkomisariat di wilayah cakupan suatu Universitas. Ada lima komisariat dalam lingkup korkom ini, yaitu komisariat Fakultas Agama Islam, Eksakta, Ekonomi&Bisnis, Ilmu Sosial dan Politik dan Hukum. Tanggal dimulainya pembukaan muskom tidak sesuai dengan jadwal yang dicanangkan oleh forum Rapat Pimpinan Komisariat terakhir yang menyatakan bahwa periodisasi suatu

korkom dapat diperbaharui dengan diadakannya muskom pada rentang waktu antara bulan Januari hingga Februari. Dampak dari tidak liniernya periodisasi regenarasi di tingkatan komisariat, korkom, cabang, badko dan PB akan berakibat pada banyak hal. Pertama regenerasi struktur kepemimpinan di atas maupun dibawahnya akan menjadi terhambat. Belum lagi adanya gangguan bagi komisariat dalam melangsungkan kegiatan-kegiatannya mengingat pelaksanaan muskom tahun 2016 berada dalam rentang waktu bulan November-Desember, dimana pada bulan tersebut komisariat sedang dalam tingkat aktivitas yang tinggi sehingga menuntut adanya keleluasaan dan keoptimalan dalam melangsungkan program kerja. Persiapan serta pelaksanaan muskom memang membutuhkan banyak tenaga mengingat dinamika luar biasa yang akan terjadi dalam momentum tersebut. Mau tak mau akibat penempatan waktu pelaksanaan muskom UMY yang tidak tepat berdampak pada kinerja komisariat yang terhambat. 4) Konferensi HMI Cabang Yogyakarta 2016-2017 M Konferensi cabang tahun ini penuh dengan catatan buruk dalam hal ke khidmatan, efektifitas serta hubungan kultural antar komisariat-korkom seHMI cabang Yogyakarta. Dinamika yang timbul merupakan sebuah tanda bahwa organisasi ini memanglah besar dan mengandung banyak perspektif serta pemikiran yang beragam dari tiap kader di dalamnya. Saya dengan segala kerendahan hati memohon maaf apabila dalam laporan pertanggungjawaban ini kurang membahas lebih jauh mengenai dinamika konferca 2016-2017 M dengan pertimbangan banyak sekali pandangan yang kabur akibat terlalu banyak distorsi perspektif yang ada. Jelasnya jika kita menilik dengan kacamata obyektifitas, tindakan kekerasan fisik antar sesama insan intelektualis merupakan hal yang sangat tidak dibenarkan menurut etiket tata cara kehidupan akademisi manapun. Seorang intelektualis hendaknya berkonfrontasi secara pemikiran dan menghindari penyamaan bentuk dengan jenis konfrontasi masyarakat pada elemen lainnya, tukang ojek semisal.

Melihat kejadian yang tidak diharapkan tersebut, menurut hemat saya perlu adanya pembenahan sistem perkaderan yang nyatanya masih melahirkan kader-kader beringas yang tak paham tata krama serta memilih jalan kekerasan sebagai tindakan akhir penyelesai dialektika organisasi. Tindakan yang keluar dari etika sosial tentunya haram bagi organisasi yang mengutamakan pembentukan kepribadian dalam segala kegiatan kaderisasinya ini. Disamping pembenahan di sisi perkaderan, ketegasan aturan organisatorial perlu hadir dalam mengiringi dinamika organisasi yang ada. Dalam hal ini, majelis syuro organisasi perlu dibentuk untuk menertibkan dan menjaga marwah kondusifitas forum-forum akbar di HMI cabang Yogyakarta. Lembaga yang menjadi pengadil serta penengah wajib hadir demi terantisipasinya kemungkinan terburuk dalam sebuah forum serta adanya ketaatan kader yang ikut andil di dalamnya. Dalam berbagai proses audiensi serta rekonsiliasi, komisariat terlibat aktif demi pulih-sehatnya jalinan ikatan persaudaraan antar komisariat-korkom se-HMI cabang Yogyakarta. Kembalinya kondusifitas dalam rangka mencetak kader di HMI Cabang Yogyakarta merupakan harapan yang mutlak dibutuhkan komisariat dalam waktu dekat ini. SEKEDAR UNTUK DISAMPAIKAN Pengelolaan Alumni Komisariat Kultur yang ada dalam HMI merupakan kultur silaturahmi. Selama ini komisariat menemui banyak kendala akan hubungan silaturahmi dengan para senior dan alumni. Untuk menyiasati kendala tersebut maka dibuatlah grup obrolan daring menggunakan aplikasi Whats App untuk mengakomodir komunikasi antara komisariat dengan senior & alumni. Dalam grup tersebut telah bergabung 40 alumni & senior ditambah saya selaku

imam

komisariat.

Harapan

akan

adanya

grup

tersebut

adalah

terjembataninya tali koordinasi antar komisariat dengan alumni & senior. Adapun

batasan pengikut dalam grup dari elemen komisariat terbatas hanya ketua komisariat saja. Hal ini telah melalui berbagai pertimbangan terutam supaya aspek kondusifitas forum grup tetap terjaga. PENUTUP Ucapan terimakasih saya haturkan kepada jajaran pengurus HMI Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis periode 2016/2017, seluruh kader komisariat, senior dan alumni komisariat atas seluruh daya dukung yang diberikan. Telah sampai pada waktunya dimana kepengurusan berakhir dan generasi baru harus segera menggantikan kendali kemudi yang dulunya dititipkan pada pengurus periode 2016/2017. Tak banyak perubahan yang hadir dalam periode ini, kekurangan serta kelemahan senantiasa hadir dan menuntut untuk segera diperbaiki demi kelancaran proses perkaderan dan perjuangan dalam mencapai tujuan organisasi yang selalu kita idam-idamkan. Terakhir, harapan akan adanya semangat berproses di HMI dalam diri kader sangat saya tunggu-tunggu adanya. Jangan cepat lelah apalagi mengeluh dalam berproses di rumah ini. Masih panjang jalan yang harus dilewati dalam rangka membesarkan dan membenahi organisasi. Komisariat sungguhlah lingkup yang kecil bagi seorang kader, masih terbentang luas dan panjang lorong keindahan intelektualitas dan pengetahuan berorganisasi dalam HMI. Jangan takut masuk dan terus merangsek ke dalam. Was-was dan rasa takut hanyalah milik para pengecut. Mengkritik dan mengomel tanpa adanya semangat untuk merubah hanyalah pekerjaan seorang pandir. “Sungguh kasihan orang yang sampai ke laut dan ia merasa puas mendapat sedikit atau sebotol air, sementara mutiara dan ratusan ribu bendabenda berharga dalam laut bisa dikumpulkan” (Maulana Jalaluddin Rumi) Ketua Umum RMM. Sukma Patriadjati

Related Documents


More Documents from "adhyasta"