Februari 2012
MODUL 2 “ IMUNODEFISIENSI”
Nama
: Moh. Fiqri Mahmudin
NIM
: 10 777 036
Kelompok
: 2 (Dua)
Pembimbing
: dr. Cristian Lopo Sp.THT dr. Andi Rifai
I. PENDAHULUAN 1.1 Skenario 2 ( Luka / ulkus dangkal dialat kelamin ) Seorang pemuda,24 tahun, datang dengan keluhan dialat kelamin yang berulang, luka tersebut disertai rasa nyeri, yang berawal dari bintil merah berkelompok. Penderita mengeluh buang air besar encer sebanyak 3-4x/hari, yang terjadi sejak 3 bulan yang lalu, tinja berisi ampas, tanpa darah dan lendir,serta kadang disertai dengan nyeri perut. Berat badan pasien turun lebih dari 10 kg, disertai demam yang tidak terus menerus, tidak mengigil dan tidak kejang. Pasien juga sering batuk berlendir, batuk berdarah, dan disertai sesak nafas. Pembesaran kelenjar getah bening hampir diseluruh tubuh. Perilaku seks pasien tidak aman, memiliki partner seks lebih dari satu orang dan jarang menggunakan kondom. 1.2 Kata Sulit Ulkus luka Kondom alat pengaman dalam berhubungan seks Nyeri suatu perasaan yang kurang menenangkan 1.3 Kata Kunci
Pemuda,24 tahun Luka dialat kelamin yang berulang Nyeri Bintil merah berkelompok BAB encer (3 bulan yang lalu), frekuensi > 4x sehari Tinja berampas, tidak disertai darah & lendir & nyeri perut BB menurun >10 kg Demam intermitten Tidak mengigil dan kejang Batuk berlendir, batuk berdarah dan sesak nafas Pembesaran kelenjar getah bening Prilaku seks yang tidak aman
1.4 Pertanyaan Jelaskan cara pengobatan penyakit HIV AIDS serta pencegahannya ! 1.5 Mind Map
Ggn.cairan & elektrolit Peny.glomerular
malignancy infeksi
peny.pd mata Peny.pd hepatobilier
Peny.pd ginjal
Kelainan muskuloskeletal Kelainan kulit
HIV-AIDS Peny.kardiovaskular
Peny.pd mulut
Peny.sist.pernapasan candidiasis ulcer
polymialgia Reiter’s syndrome Avaskular necrosis of bone
Infeksi malignancy mechanical vaskular Lung desease
malignancy Vascular lesion cardiomyopathy
Ggn.cairan & elektrolit Peny.glomerrular Peny.tubulointerstisial Peny.parenchymal
II. JAWABAN
P E N A T A L A K S A N A A N
• • • • • • • • • • •
Inhibitor reverse transcriptase nukleosida menghambat reverse transcriptase HIV, sehingga pertumbuhan rantai DNA dan replikasi HIV terhenti (NRTI)
Inhibitor reverse transcriptase nonnukleosida menghambat transkripsi RNA HIV menjadi DNA,suatu langkah penting dalam proses replikasi virus (NNRTI)
Inhibitor protease menghambat protease HIV, yang mencegah pematangan virus HIV infeksiosa (PI)
•Zidovudin (ZDV,Rertrovir) •Didanosin (ddi,videx) •Zalsitabin (ddc,HIVID) •Stavudin (D4t,zerit) •Lamivudin (epivir) •Abacavir (ziagen)
•Nevirapin (viramune) •Delavirdin (rescriptor) •Efavirenz (sustiva)
•Indinavir (crixivan) •Ritonavir (norvir) •Nelfinavir (viracept) •Sakuinavir (invirase,fortovase) •Amprenavir (agenerase) •Liponavir (kaletra)
Zidovudin (ZDV) dosis : 500 - 600 mg/hari 4 jam : 100 mg Didanosin (ddi) dosis : 2 x 100 mg, setiap 12 jam (BB < 60 kg) 2 x 125 mg, setiap 12 jam (BB > 60 kg) Zalsitabin (ddc) + (ZDV) dosis : 0,03 mg/kg BB 4 jam Kombinasi triple : saquinavir 1.800 mg/hari ZDV 600 mg/hari ddc 2,5 mg/hari double : ddc (2,5 mg/hari) + ZDV (600 mg/hari) ddc (2,5 mg/hari) + saquinavir (1,800 mg/hari) Stadium Lanjut Zidovudin (ZDV) DOSIS : 1000 mg/hari 4-5 kali(BB 70 kg)
Infeksi oportunistik
OBAT
Pneumocystis Carinii (pcp)
Trimethoprim (15mg/BB/hari) + sulfamethoksasol (75mg/BB/hari) + dapson (100mg/hari)
Toxoplasma gondii
Pyrimethamin + sulfadiasin 2 x 25 mg (3 hari) + 2-3 x 500 mg (4x/hari)
Candidiasis
Flukonazol 1 x 100 mg (5-10 hari)
Cryptococcus neoformans
Amphotericine B
Histoplasmosis
Amphotericine B
Coccidioidomycosis
Amphotericine B
Mycobacterium tuberculosis
Triple drug 9 bulan Double drug 18 bulan
Herpes virus
Asiklovir 1 x 400 mg, 5 x / hari (7-14 hari)
Cytomegalo virus
Ganciclovir, 1 gr cap, 3 x / hari
salmonella
Criptofloxasin 1 botol 200 mg IV
P E N C E G A H A N
0,2-0,8 mg/BB/hari 0,5-1,0 mg/BB/hari 0,5-1,0 mg/BB/hari
Menghindari kontak seksual dengan penderiita AIDS dan orang yang sering menggunakan obat bius IV Tidak mempunyai teman kencan seksual lebih dari satu orang,dia beresiko HIV-AIDS Tidak melakukan hubungan seks yang dapat merusak selaput lendir rektal,beresiko HIV-AIDS Penggunaan kondom Memberantas pengunaan obat bius IV dan melarang pengunaan jarum suntik bersama Resiko AIDS meningkat tidak donor : zat anti AIDS ELISA Dokter harus ketat mengenai indikasi medis transfusi darah autolog yang dianjurkan untuk dipakai
III. PEMBAHASAN 3.1 Terapi Farmakologi Inhibitor Transkriptase Balik Nukleosida 1. Zidovudin Dosis : Dewasa : Oral, 200 - 300 mg (2-3x/hari) I.V, 1-2 mg/kg/dose (infuse selama 1 jam), diberikan tiap 4 jam (6 kali sehari) Anak-anak (3 bulan-12 th) : Oral, 160 mg/m2 tiap 8 jam I.V, infuse continue, 20 mg/m2/jam Efek samping : anoreksia, lemah, rasa lelah, lesu, sakit kepala, nyeri otot, mual, dan insomnia. Perhatian dan IO : Zidovudin dapat menyebabkan penekanan sumsum tulang, seperti pd obat gansiklovir, interferon alfa,dapson, flusitosin, vinkristin atau vinblastin. Obat ini harus hati-hati digunakan pada pasien dengan granulositopenia. 2. Didanosin Indikasi : Pengobatan pada orang dewasa dan anak-anak yang terinfeksi HIV, dalam kombinasi dengan obat-obat antiretrovirus lain. Dosis : Anak-anak > 8 bulan : 120 mg/m2 dua kali sehari. Dewasa berdasarkan berat badan pasien < 60 / > 60 kg : Oral, 250 mg, 1 kali sehari Efek samping : diare, neuropati perifer dan pancreatitis. IO dan perhatian : penggunaan harus hati-hati pada pasien dengan riwayat pancreatitis dan neuropati perifer. Penggunaan bersama obat-obat yang menyebabakan pancreatitis ( misal: etambutol, pentamidin) atau neuropati (misal: etambutol, vinkristin,isoniazid) harus dihindari.
3. Stavudin Indikasi : merupakan obat yang diijinkan oleh FDA untuk pengobatan pasien yang terinfeksi HIV, dalam kombinasi dengan obat-obat antiretrovirus lain. Dosis: Bayi baru lahir: 0,5 mg/kg tiap 12 jam. Anak-anak : < 30 kg : 1 mg/kg tiap 12 jam, > 14 hari ≥30 kg : sama dengan dosis untuk dewasa Dewasa : ≤ 60 kg : 30 mg tiap 12 jam ≥ 60 kg : 40 mg tiap 12 jam Efek samping : neuropati perifer terkait dosis. Neuropati ini menyebabkan mati rasa, kesemutan, dan nyeri pada kaki yang biasanya akan hilang setelah dosis dihentikan. Perhatian dan IO : obat-obat yang menyebabkan neuropati (misalnya etambutol, isoniazid, fenitoin) harus digunakan secara hati-hati pada pasien yang menerima terapi Stavudin. Regimen yg mengandung stavudin, didanosin, dan/atau hidroksiurea dapat meningkatkan resiko neuropati perifer. Zidovudin dan stavudin tidak boleh digunakan secara bersamaan. 4. Lamivudin Indikasi : Lamivudin diizinkan oleh FDA untuk pengobatan infeksi HIV pada anak-anak dan dewasa dalam kombinasi dengan antiretrovirus lain. Dosis : Anak - anak 3 bln - 16 tahun : 4 mg / kg, 1 kali sehari. Max dose: 150 mg, 2 kali sehari. Anak - anak 2 - 17 tahun : 3 mg / kg, 1 kali sehari. Max dose : 100 mg/hari. Dewasa: 150 mg, 2 kali sehari atau 300 mg, 1 kali sehari. Efak samping : sakit kepala, mual, dan pancreatitis dilaporkan pada geriatri. Perhatian dan IO : Lamivudin dan Zalsitabin saling bersifat antagonis dan tidak boleh digunakan secara bersamaan.
5. Abakavir Dosis : Anak – anak : 8 mg / kg, 2 kali sehari. Max dose: 300 mg, 2 kali sehari, dalam kombinasi dengan antiretrovirus lain. Dewasa : 300 mg, 2 kali sehari atau 600 mg, 1 kali sehari dalam kombinasi dengan antiretrovirus lain. Efek samping : sindrom gastrointestinal, keluhan neurologis, dan suatu sindrom hipersensitivitas yang khas, mual, muntah, dan nyeri abdomen. Perhatian dan IO : Etanol dapat meningkatkan kadar Abakavir dalam plasma sebesar 41%, selain itu pasien sebelum memulai terapi dengan obat ini harus diberikan informasi terkait reaksi hipersensitivitas Inhibitor Transkriptase Balik Non Nukleosida 1. Nevirapin Indikasi : sebagai antiretrovirus yang diizinkan oleh FDA dalam kombinasi dengan antiretroviral lain. Pemberian Nevirapin intrapartum oral tunggal yang diikuti dengan dosis tunggal pada bayi baru lahir jauh lebih baik dalam mencegah penularan vertical HIV dibanding terapi Zidovudin. Dosis : Anak 2 bln - < 8 th : 4 mg / kg / dose, 1 kali sehari selama 14 hari. Dosis dapat ditingkatkan 7 mg / kg / dose setiap 12 jam. Dosis max : 200 mg, setiap 12 jam. Anak ≥ 8 th : 4 mg / kg / dose intitial, 1 kali sehari selama 14 hari. dapat ditingkatkan 4 mg / kg / dose setiap 12 jam. Dosis max : 200 mg / kg / dose, setiap 12 jam. Dewasa : 200 mg, 1 kali sehari selama 14 hari. dosis pemeliharaan : 200 mg, 2 kali sehari dalam kombinasi dengan antiretrovius lain. Efak samping : ruam, demam, rasa lelah, sakit kepala, mengantuk, mual, dan menigkatnya enzim - enzim hati. Perhatian dan IO : nevirapin menginduksi CYP3A4 sehingga pemberian bersamaan senyawa yang dimetabolisme oleh system ini dapat menurunkan kadar obat dalam plasma. Kombinasi Rifampin dan Ketokonazol pada pasien yang menerima nevirapin dikontraindikasikan
2. Evavirenz Indikasi : sebagai antiretroviral yang diizinkan oleh FDA dalam kombinasi dengan antiretroviral lain, merupakan antiretroviral pertama yang diizinkan untuk pemberian 1 kali sehari. Dosis : Anak ≥ 3 th : disesuaikan dengan berat badan 10 – 15 kg : 200 mg, 1 kali sehari. 15 – 20 kg : 250 mg, 1 kali sehari 20 – 25 kg : 300 mg, 1 kali sehari 25 – 32,5 kg : 350 mg, 1 kali sehari 32,5 – 40 kg : 400mg, 1 kali sehari >40 kg : 600 mg, 1 kali sehari. Dewasa : 600 mg, 1 kali sehari. Efek samping : sakit kepala, pening, mimpi yang tidak biasa, gangguan konsentrasi, dan ruam. Perhatian dan IO : Efavirenz dapat menurunkan kadar fenobarbital, fenitoin, karbamazepin, dan metadon dengan menginduksi CYP 450. 3. Delavirdin Indikasi : sebagai antiretroviral untuk dewasa yang diizinkan oleh FDA, kombinasi 3 obat dengan regiment ini terbukti dapat meningkatkan efikasi obat. Dosis : Umur ≥ 16 th dan dewasa : oral, 400 mg, 3 kali sehari. Efek samping : ruam yang terjadi pada minggu pertama penggunaan obat dan akan menghilang meski terapi dilanjutkan, ruam dapat berupa macula, papula, eritema, dan pruritis. Inhibitor Protease 1. Sakunavir Indikasi : sebagai antiretroviral pertama yang diizinkan oleh FDA untuk terapi infeksi HIV, sakunavir lazim dikombinasi dengan ritonavir karena interaksi farmakokinetiknya yang menguntungkan. Dosis : Dewasa : Oral, 1200 mg, tiap 8 jam.
Efek samping : gangguan GI termasuk mual, muntah, diare, dan gangguan abdomen. Perhatian dan IO : tidak boleh digunakan bersamaan turunan ergot, sisaprid, triazolam atau midzolam. Sakunavir merupakan inhibitor CYP3A4 lemah tapi dapat menyebabkab aritmia jantung atau sedasi yang lama. 2. Indinavir Indikasi: sebagai antiretroviral yang diizinkan oleh FDA untuk anak-anak dan dewasa, dalam dikombinasi dengan zidovudin dan lamivudin dapat menuingkatkan ketahanan hidup pasien HIV. Dosis: Anak 4-15 th: 500mg/m2,setiap 8 jam Dewasa : Oral Ritonavir 100 – 200 mg, 2 kali sehari + Indinavir, 800 mg, 2 kali sehari. Ritonavir 400 mg, 2 kali sehari + Indinavir, 400 mg, 2 kali sehari Efek samping : kristaluria, endapan indinavir dan metabolitnya dapat menyebabkan kolik ginjal. Perhatian dan IO : pasien yang menerima indinavir harus minum paling sedikit 72 ons cairan setiap hari. 3. Ritonavir Indikasi : merupakan antiretroviral yang diizinkan FDA untuk pasien anak dan dewasa. Pada pasien yang terinfeksi HIV-1 yang rentan dan pasien dengan penyakit tahap lanjut. Dosis : Anak > 1 bulan : 350 – 400 mg / m2, 2 kali sehari (dosis maksimum 600 mg). Dosis intitial : 250 mg / m2, 2 kali sehari selama 2 hari atau 500 mg / m2, 1 kali sehari. Dewasa : 600 mg, 2 kali sehari. Efek samping : gangguan GI seperti mual, muntah, nyeri abdomen, dan perubahan rasa. Parestesia perifer dan perioral juga umum terjadi. Perhatiaan dan IO : untuk meminimalkan intoleransi pada dewasa dan remaja maka dosis awal diberikan 300 mg tiap 12 jam dan secara bertahap dapat ditingkatkan sampai 600 mg tiap 12 jam.
4. Nelfinavir Indikasi : sebagai antiretroviral pada dewasa dan anak yang diizinkan oleh FDA terutama pada infeksi HIV-1, pada pasien yang belum pernah mendapat inhibitor protease HIV dan lamivudin. Dosis: Anak 2 - 13 th : 45 - 55 mg / kg, 2 kali sehari atau 25 – 35 mg / kg, 3 kali sehari, diberikan bersama dengan makanan. Dewasa : 750 mg, 3 kali sehari dan diberikan bersama dengan makanan. Efek samping : diare (paling sering terjadi), diabetes, intoleransi glukosa, peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol. Perhatian dan IO : karena obat ini dimetabolisme oleh CYP3A4 maka pemberian bersama obat yang dapat menginduksi CYP3A4, misalnya rifampin dikontraindikasikan. 5. Amprenavir Indikasi : sebagai antiretroviral dalam kombinasi dengan antiretroviral lain untuk anak dan dewasa yang diizinkan oleh FDA. Dosis : Anak 4-12 th atau 13-16 th (< 50 kg) : 20 mg / kg, 2 kali sehari atau 15 mmg / kg, 3 kali sehari. Dosis maksimum: 2400 mg / kg. Dewasa : 1200 mg / kg, 2 kali sehari. Efek samping : mual, muntah, feses encer, hiperglikemia, rasa lelah, parestesia, dan sakit kepala. Perhatian dan IO : dengan obat yang menginduksi CYP3A4 dan obat yang dimetabolisme oleh CYP3A4. 6. Lopinavir Indikasi : sebagai antiretroviral untuk anak dan dewasa yang diizinkan oleh FDA. Dosis : Anak 6 bulan-12 tahun : berdasarkan berat badan 7 - 15 kg : 12 mg / kg, 2 kali sehari 15 - 40 kg : 10 mg / kg, 2 kali sehari > 40 kg : 800 mg / ritonavir 200 mg, 1 kali sehari.
Dewasa : lopinavir 800 mg / ritonavir 200 mg, 1 kali sehari atau lopinavir 400 mg / ritonavir 100 mg, 1 kali sehari. Efak samping : gangguan GI, diare, dan mual. Perhatian dan IO : tidak boleh diberikan bersama obat yang menginduksi CYP3A4, seperti Rifampin. 3.2 Terapi Non Farmakologi Tindakan pencegahan yang dapat menurunkan resiko penularan infeksi HIV antara lain: 1. Memberikan pendidikan dan pengetahuan mengenai patofisiologi dan penyebaran infeksi HIV. 2. Kontak seksual antara homoseksual sebaiknya memakai kondom. 3. Kurangi jumlah pasangan seksual dan memakai kondom. 4. Tidak memakai alat suntik secara bersama-sama. 5. Memberikan alat suntik dengan pembersih atau mengganti alat suntik ( sekali pakai). 6. Menghindari aktivitas seksual yang beresiko (anal). 7. Orang normal dengan pasangan yang beresiko sebaiknya menggunakan teknik seks yang aman. 8. Wanita dengan HIV : memakai kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dan tidak memberikan ASI. 9. Pakai kondom dari lateks.
DAFTAR PUSTAKA 1. Bani-Sadr F, Palmer P, Scieux C, Molina JM. Ninety-six-week efficacy of combination therapy with lamivudine and tenofovir in patients coinfected with HIV-1 and wild-type hepatitis B virus. Clin Infect Dis 2004; 39: 1062-4. http://amedeo.com/lit.php?id=15472862 2. DeJesus E, McCarty D, Farthing CF, et al. Once-daily versus twice-daily lamivudine, in combination with zidovudine and efavirenz, for the treatment of antiretroviral-naive adults with HIV infection: a randomized equivalence trial. Clin Infect Dis 2004; 39: 411-8. http://amedeo.com/lit.php?id=15307010 3. Miller V, Stark T, Loeliger AE, Lange JM. The impact of the M184V substitution in HIV-1 reverse transcriptase on treatment response. HIV Med 2002, 3:135-45. http://amedeo.com/lit.php?id=12010361 4. Sension MG, Bellos NC, Johnson J, et al. Lamivudine 300 mg QD versus continued lamivudine 150 mg BID with stavudine and a protease inhibitor in suppressed patients. HIV Clin Trials 2002; 3:36170. http://amedeo.com/lit.php?id=12407485