Laporan Pendahuluan Hemoroid Instek.docx

  • Uploaded by: Luluk Marucchii
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendahuluan Hemoroid Instek.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,009
  • Pages: 29
LAPORAN PENDAHULUAN HEMORRHOID DI IBS RSUD NGUDI WALUYO WLINGI

Oleh ARFIANI RACHMAWATI NIM. 1301460055

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN MALANG 2017

A. KONSEP DASAR HEMORRHOID 1.

Pengertian Hemorrhoid Hemorrhoid adalah struktur anatomic yang normal yang ditemukan pada manusia sejak fetus. Hemorrhoid tersebut bersama dengan otot sfingter anus berfungsi menahan cairan feses dan gas sehingga memiliki fungsi social (Gray,1965; Storer, Goldberg, Nivatvong 1979; Keighley, Williams, 1993). Hemoroid adalah pelebaran vena pada pleksus hemoroidalis pada bagian bawah rektum dan atau anus. Pada dasarnya hemoroid merupakan keadaan non patologik, namun apabila menimbulkan keluhan, maka diperlukan tindakan. Pada umumnya dilatasi plexus hemorrhoid superior yang terbanyak dan tersering dikeluhkan penderita yaitu, yang disebut secara klinis sebagai penyakit hemorrhoid interna. Menurut penelitian Thomson (1975), hemorrhoid merupakan benjolan yang tampak menyerupai bantalan pada anorektum yang disebutnya sebagai bantalan vaskuler (vascular cushion). Secara anatomi dijumpa seluruhnya sebanyak 3 buah bantalan vascular, yaitu 2 buah terletak disebelah kanan (masing-masing sebuah di anterior dan posterior ) dan sebuah lagi terletak di kiri lateral. Penyakit hemorrhoid adalah suatu penyakit dengan manifestasi klinis berupa dilatasi vena plexus hemorrhoidalis superior dan atau vena plexus hemorrhoidalis inferior oleh peninggian tekanan vena akibat kebiasaan mengejan yang terlalu kuat dan berulang-ulang (prolonged straining).

2.

Anatomi Fisiologi Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rectum dan terbentang dari colon sigmoid sampai anus, colon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk lekukan huruf S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu colon sigmoid bersatu dengan rectum. Satu inci dari rectum dinamakan kanalis ani dan dilindungi oleh sfingter eksternus dan internus. Panjang rectum dan kanalis ani sekitar 15 cm.

gambar 1.1 : usus besar-rectum

Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri sesuai dengan suplai darah yang diterimanya. Arteri mesentrika superior memperdarahi belahan bagian kanan yaitu sekum, colon asendens dan dua pertiga proksimal colon tranversum, dan arteria mesentrika inferior memperdarahi belahan kiri yaitu sepertiga distal colon transversum, colon desendens, sigmoid dan bagian proksimal rectum. Suplai darah tambahan untuk rectum adalah melalui arteria sakralis media dan arteria hemoroidalis inferior dan media yang dicabangkan dari arteria iliaka interna dan aorta abdominalis. Alir balik vena dari colon dan rectum superior melalui vena mesentrika superior dan inferior dan vena hemoroidalis superior, yaitu bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah ke hati. Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistematik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior, media dan inferior, sehingga peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran darah balik ke dalam vena-vena ini.

Terdapat dua jenis peristaltik propulsif: (1)kontraksi lamban dan tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat beberapa haustra; (2) peristaltik massa, merupakan kontraksi yang melibatkan segmen colon. Gerakan peristaltik ini menggerakkan massa feces ke depan, akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh reflek gastrokolik setelah makan pertama masuk pada hari itu. Propulasi feces ke rectum mengakibatkan distensi dinding rectum dan merangsang reflek defekasi. Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna. Sfingter interna dikendalikan oleh sistem saraf otonom, dan sfingter eksterna berada di bawah kontrol volunter. Reflek defekasi terintegrasi pada segmen sakralis kedua dan keempat dari medula spinalis. Serabut-serabut parasimpatis mencapai rectum melalui saraf splangnikus panggul dan bertanggung jawab atas kontraksi rectum dan relaksasi sfingter interna. Pada waktu rectum yang mengalami distensi berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga menyebabkan sudut dan anulus anorektal menghilang. Otot-otot sfingter interna dan eksterna berelaksasi pada waktu anus tertarik atas melebihi tinggi massa feces. Defekasi dipercepat dengan adanya peningkatan tekanan intra-abdomen yang terjadi akibat kontraksi volunter. Otot-otot dada dengan glotis ditutup, dan kontraksi secara terus menerus dari otot-otot abdomen (manuver atau peregangan valsava). Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi volunter otot-otot sfingter eksterna dan levator ani. Dinding rectum secara bertahap akan relaks, dan keinginan untuk berdefekasi menghilang.

3.

Penyebab Hemorrhoid Beberapa kemungkinan penyebab hemorrhoid, seperti : a) BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama. Posisi seperti ini akan meningkatkan tekanan vena yang akhirnya dapat menyebabkan pelebaran vena. b) Obtipasi atau konstipasi kronis. Keadaan dimana seseorang kesulitan dalam proses BAB sehingga terkadang harus mengejan dengan berlebihan

dan lama. Meyebabkan peregangan muskulus sphincter ani terjadi berulang kali dan maka akan membuat peregangannya semakin buruk. c) Anatomi. Vena di daerah mesenterium tidak mempunyai katup sehigga darah mudah kembali, menyebabkan meningkatnya tekanan di pleksus hemoroidalis. d) Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh karena ada sekresi hormone relaksin.

e) Riwayat keluarga. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga penderita hemorrhoid berkemungkinan untuk menderita hemorrhoid, bukan karena hemorrhoid itu sendiri yang menurun tetapi lemahnya dinding pembuluh darah yang dapat diturunkan pada anggota keluarga yang lain. f) Diet rendah serat sehingga menimbulkan obstipasi g) Faktor umur. Pada umur tua terjadi degenerasi dari jaringan-jaringan tubuh, otot sfingter juga menjadi tipis dan atonis. Karena sfingternya lemah maka bisa menimbulkan prolaps. h) Faktor pekerjaan. Orang yang bekerja dengan duduk atau berdiri terlalu lama, atau harus mengangkat baranng berat mempunyai predisposisi untuk terkena hemorrhoid i) Faktor olahraga berat. Olahraga yang mengandalkan dan menggunakan kekuatan fisik yang berlebih seperti angkat besi, berkuda, dan bersepeda lebih dari 3 kali seminggu dengan durasi waktu lebih dari 30 menit akan menyebabkan peregangan m. sphincter ani terjadi berulang kali, dan semakin lama seseorang itu mengejan maka akan membuat peregangannya semakin bertambah buruk.

4.

Klasifikasi Hemoroid dibagi menjadi 2 berdasarkan letak pelebaran vena. Hemoroid interna, berada di atas linea dentata yang diliputi mukosa, tipikal untuk terjadi perdarahan maupun prolaps, namun tidak nyeri. . Hemoroid

interna

merupakan

pelebaran

dan

penonjolan

vena

hemorrhoidalis superior dan media yang timbul di sebelah proksimal dari

musculus sphincter ani. Hemorrhoid interna dapat dibagi menjadi beberapa derajat, yaitu: a. Derajat I :

benjolan kecil didalam kanalis anal. Keluhan : gangguan

defekasi berdarah. Pembengkakan hemorrhoid tampak pada pemeriksaan anoskopi, dan pembengkakan tersebut lebih jelas ketika penderita mengejan b. Derajat II : Hemoroid berupa benjolan yang lebih besar, yang tidak hanya menonjol ke dalam kanalis anal, tapi juga turun kearah lubang anus. Perdarahan dan prolaps, namun masih dapat masuk kembali dengan spontan. Keluhan : keluar cairan lender sedikit dari wasir dan terasa gatal. c. Derajat III: prolaps hemorrhoid terjadi saat defekasi atau mengejan. Benjolan hemoroid tidak dapat masuk kembali secara spontan sehingga membutuhkan usaha manual untuk memasukkannya. Keluhan: keluar cairan lendir dan feses cair (soiling). d. Derajat IV: Perdarahan prolaps, hemoroid yang telah berlangsung sangat lama dengan bagian yang tertutup kulit cukup luas, dan terjadi inkarserasi (tidak dapat masuk kembali dengan cara manual. Keluhan : cairan lendir lebih banyak keluar, nyeri. Tabel 1. Pembagian derajat hemoroid interna Hemoroid Interna Derajat

Berdarah

Menonjol

Reposisi

I

+

+

-

II

+

+

Spontan

III

+

+

Manual

IV

+

Tetap

Tidak dapat

Hemoroid eksterna merupakan pelebaran pleksus hemoroidalis inferior, terletak di sebelah bawah linea dentata, pada bagian yang dilapisi oleh kulit. Terjadi pembesaran seiring waktu, menghasilkan dilatasi dan cenderung menjadi trombosis berulang.. Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik, yaitu : a) Hemoroid eksterna akut. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, walaupun disebut hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung - ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. b) Hemoroid eksterna kronik. Disebut juga skin tag, berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah. Hemoroid interna merupakan varises dari v. hemoroidalis superior dan media, sedangkan hemoroid eksterna dari v. hemoroidalis inferior. Ada pula yang disebut dengan tipe campuran antara hemoroid interna dan eksterna.

5.

Manifestasi Klinis

a) Perdarahan. Perdarahan bisa terjadi pada grade 1-4. Perdarahn merupakan penentu utama kecurigaan adanya hemorrhoid pada grade 1, perdarah ini berhubungan dengan proses mengejan. Perdarah ini berbeda dengan gejala lainnya seperti pada adanya tumor. Perdarahan ini aka nada saat pasien mengejan dan berhenti berdarah saat pasien berhenti mengejan, sedangkan pada perdarah lain tidak seperti pola ini. b) Nyeri. Nyeri hebat hanya terjadi pada hemorrhoid eksterna dengan thrombosis nyeri tidak berhubungan dengan hemorrhoid interna, tapi bila pada hemorrhoid interna terjadi nyeri, ini merupakan tanda radang. c) Benjolan/ prolaps. Terjadi pada grade 2-4. Benjolan akan tampak, tapi bila dipegang atau diraba akan menghilang. Hal ini dikarenakan pada saat perabaan jari menekan vasa sehingga darah dalam vasa akan mengalir. Akibatnya benjolan akan menjadi kempis. Benjolan hanya akan teraba bila terjadi thrombus. Disini benjolan teraba keras.

6.

Diagnosis Hemorrhoid Diagnosis dari hemoroid dapat ditegakkan dari hasil pemeriksaan: 1. Anamnesa Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yang membutuhkan tekanan intra abdominal meninggi (mengejan), pasien sering duduk berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan. Pemeriksaan umum tidak boleh diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti sindrom hipertensi portal. Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi apalagi bila terjadi trombosis. Bila hemoroid interna mengalami prolaps, maka tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin akan dapat dilihat apabila penderita diminta mengejan 2. Inspeksi Hemoroid derajat I biasanya tidak menyebabkan suatu keluhan di region anal yang dapat ditegakkan dengan inspeksi saja. Pada hemoroid derajat II tidak terdapat benjolan mukosa yang keluar melalui anus, akan tetapi bagian

hemoroid

yang

tertutup

kulit

dapat

kelihatan

sebagai

pembengkakan yang jelas di 3 posisi utama, kanan depan (jam 7), kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral (jam 3). Hemoroid yang kecil terletak diantara ketiga posisi tersebut. Hemoroid derajat III dan IV yang besar akan segera dapat dikenali dengan adanya massa yang menonjol dari lubang anus yang bagian lainnya ditutupi kulit dan bagian dalamnya oleh mukosa yang berwarna keunguan atau merah. 3. Palpasi Hemoroid interna pada stadium awalnya merupakan pelebaran vena yang lunak dan mudah kolaps sehingga tidak dapat dideteksi dengan palpasi. Hanya setelah hemoroid berlangsung beberapa lama dan telah prolaps, sehingga jaringan ikat mukosa mengalami fibrosis, hemoroid dapat diraba.

7.

Pemeriksaan Tambahan 1. Rectal toucher (RT) Hemoroid interna stadium awal biasanya tidak teraba dan tidak nyeri. Hemoroid ini dapat teraba bila sudah ada thrombus atau fibrosis. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Thrombosis dan fibrosis bpada perabaan teraba padat dengan dasar lebar. Rectal toucher diperlukan. 2. Anuskopi Diperlukan untuk menilai hemoroid interna yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat kuadran. Hemoroid intern terlihat sebagai struktur vascular yang menonjol ke dalam lumen. Jika penderita diminta untuk mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata banyaknya benjolan, derajat, letak, besarnya, dan keadaan lain seperti polip, fissura ani, dan tumor ganas harus diperhatikan. 3. Proktosigmoidoskopi Diperlukan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau keganasan.

8.

Terapi Hemorrhoid Terapi hemoroid intern yang simptomatik harus ditetapkan secara perorangan. Hemoroid adalah normal karenanya tujuan terapi bukan untuk menghilangkan pleksus hemoroid, tapi untuk menghilangkan keluhan. Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama dan kedua dapat ditolong dengan tindakan local yang sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan. Hemoroid intern yang mengalami prolaps oleh karena udem umumnya dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan kompres local untuk mengurangi pembengkakan. Apabila ada penyakit radang usus besar yang mandasarinya, misalnya penyakit Crohn, terapi medic harus diberikan apabila hemoroid menjadi simptomatik. Pada dasarnya tujuan terapi hemoroid bukan untuk menghilangkan pleksus hemoroidal, tetapi untuk menghiangkan keluhan. Pada prinsipnya, terapi hemoroid terdiri atas 2 macam, yaitu:

8.1. Non operatif a. Diet tinggi serat untuk melancarkan buang air besar. Makanan tinggi serat membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan. b. Skleroterapi Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa didalam jaringan areolar yang longgar dibawah hemoroid interna dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotic dan meninggalkan parut. Untuk menghindari nyeri yang hebat suntukan harus diatas mucocutaneus junction (1-2 ml bahan diinjeksikan kekuadran simptomatik dengan alat hemorrhoid panjang dengan bantuan anoskopi) Penyulit penyuntikan termasuk infeksi,

reaksi hipersensitifitas terhadap obat yang disuntikkan. Terapi suntikan bahan sklerotik bersama dengan nasihat tentang makanan merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II. c. Ligasi dengan gelang karet Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi gelang karet menurut Baron. Dengan bantuan anuskopi, mukosa diatas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap kedalam tabung ligator khusus. Gelang karet didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat disekeliling muosa pleksus hemoroidalis tersebut. Nekrosis karena iskemia terjadi dalam beberapa hari mukosa bersama karet akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut akan terjadi pada pangkal hemoroid tersebut. Pada satu kali terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu dua sampai empat minggu. Penyulit utama dari ligasi ini ialah timbulnya nyeri karena terkenanya garis mukokuta. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh dari garis mukokuta. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan oleh infeksi. Perdarahan dapat terjadi pada waktu hemoroid mengalami nekrosis, biasanya setelah tujuh sampai sepuluh hari.

d. Bedah Beku (cryosurgery) Benjolan hemorrhoid dibekukan dengan CO2 atau NO2 sehingga terjadi nekrosis dan akhirnya fibrosis. Terapi ini jarang dipakai karena mukosa yang akan dibekukan (dibuat nekrosis) sukar untuk ditentukan luasnya. e. Infra Red Couter Tonjolan hemorrhoid di couter/ dilelehkan dengan infra merah. Sehingga terjadilah nekrosis dan akhirnya fibrosis. Terapi diulang tiap seminggu sekali.

8.2. Operatif, yaitu hemoroidektomi. Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan pada penderita dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami thrombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi. Ada 2 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi, yaitu: 1.

Eksisi hanya pada bagian yang benar-benar berlebih

2.

Eksisi sehemat mungkin dilakukan sehingga anoedema dan kuit normal tidak terganggu sphincter ani

8.2.1 Indikasi Operasi a)

Penderita dengan keluhan menahun dan hemoroid derajat III dan IV.

b) Perdarahan berulang dan anemia yang tidaksembuh dengan terapi lain yang lebih sederhana. c)

Hemoroid derajat IV dengan thrombus dan nyeri hebat.

8.2.2 Kontra Indikasi Komorbid yang berat : a)

penyakit kardiorespirasi yang berat

b)

penyakit sistemik yang berat seperti sirosis hepatis

c)

penyakit chron

d)

wanita hamil

8.2.3 Teknik operasi dapat dilakukan dengan 5 metode: 1.

Metode Langen-beck Untuk tonjolan yang soliter (hanya satu). Caranya dengan menjepit radiair hemorrhoid internus, mengadakan jahitan jelujur dibawah klem dengan catgut chromic no 2/0 dan melakukan eksisi diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jahitan dibawah klem diikat diikut kontinuitas mukosa.

2.

Metode Miligan Morgan Untuk tonjolan pada tiga tempat utama (3,7,11). Caranya dengan mengangkat vena yang varises kemudian dijahit walaupun sebenarnya metode miligan morgan originalnya tanpa jahitan. Sesuai prosedur aslinya, benjolan hemorrhoid dijepit kemudian dilakukan diseksi. Pedikel vaskuler diligasi dan luka dibiarkan terbuka agar terjadi granulasi. 1. Posisi lithotomy 2. Infiltrasi kulit perianal dan submukosa dengan larutan adrenalin: saline = 1 : 300.000 3. Kulit diatas tiap jaringan hemorrhoid utama dipegang dengan klem arteri dan ditarik 4. Ujung mukosa setiap jaringan hemorrhoid diperlakukan serupa diatas. 5. Insisi bentuk V pada anoderma dipangkal hemorrhoid kira-kira 1,5 – 3 cm dari anal verge. 6. Jaringan hemorrhoid dipisahkan dari spincter interna dengan jarak 1,5 – 2 cm 7. Dilakukan diatermi untuk menjamin hemostasis 8. Dilakukan transfixion dengan chromic/catgut 0 atau 1-0 pada pangkal hemorrhoid.

9. Eksisi jaringan hemorrhoid setelah transfiksi dan ligasi pangkal hemorrhoid, lalu biarkan luka tersebut tetap terbuka, serta tutup dengan kassa.

3.

Metode White-head Untuk hemorrhoid sirkuler/ berat. Caranya dengan melakukan insisi secara sirkular mengupas seluruh v. hemoriodalis dengan membebaskan mukosa dari submukosa, bagian yang prolaps dipotong, kemudian dijahit kembali.

4.

Metode Ferguson Merupakan modifikasi dari metode Morgan-Milligan, dengan jalan insisi tertutup total atau sebagian dengan jahitan running absorbable. Penarikan kembali digunakan untuk membuka jaringan hemoridal. Caranya benjolan hemoroid ditampakkan melalui anuskopi kemudian dilakukan eksisi dan ligasi pada posisi anatomic hemoroid tersebut. •

Posisikan pasien secara tengkurap



Lakukan teknik anestesi nerve block dengan lidokain 1%



Masukkan Hill-Ferguson retractor untuk inspeksi kanalis anal yang lebih jelas



Lakukan klem pada hemorrhoid yang sudah prolapse dan Tarik ke tengah kanalis anal



Lakukan insisi secara elips untuk memisahkan bagian hemoroid teresebut dengan bagian distal dari klem



Eksisi hemoroid dengan gunting atau elektrokauter



Lakukan penjahitan pada daerah eksisi dengan benang chromic

5.

Stappled Hemorrhoid Surgery (Procedure for prolapse and hemorrhoids PPH) Prinsip dari PPH adalah mempertahankan fungsi jaringan hemorrhoid serta mengembalikan jaringan ke posisi semula. Jaringan hemorrhoid ini sebenarnya masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB sehingga tidak perlu dibuang semua. Mula-mula jaringan hemorrhoid yang prolaps didorong keatas dengan alat yang dinamakan dilator lalu dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian dengan menggunakan alat yang dinamakan circular stapler. Dengan memutar skrup yang ada diujung alat, maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan tersebut makan

suplai darah kejaringan tersebut akan terhenti sehingga jaringan hemorrhoid akan mengempis dengan sendirinya.

Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu : 1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan kerusakan dinding rektum. 2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang. 3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah dilaporkan. 4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler. Keuntungan penanganan dengan PPH antara lain nyeri minimal, tindakan berlangsung cepat anatar 20-45 menit, pasien pulih cepat sehingga rawat inap dirumah sakit menjadi singkat.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN a) Data Demografi Di dalam data demografi terdapat identitas pasien dan identitas penaggung jawab terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis. b) Riwayat kesehatan Perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada anus atau nyeri pada saat defekasi. c) Riwayat kesehatan sekarang Riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan utama pada klien. Biasanya klien yang mengalami hemoroid, didapatkan mengeluh terasa adanya tonjolan pada anus, terkadang merasa nyeri dan gatal pada daerah anus. Selain itu, terkadang klien datang ke rumah sakit dengan keluhan adanya perdarahan dari anus saat buang air besar (BAB) yang menyebabkan klien menjadi anemia. d) Riwayat kesehatan terdahulu Apakah klien pernah mengalami hemoroid sebelumnya.Apakah klien mempunyai alergi terhadap suatu obat, lingkungan, binatang atau terhadap cuaca. Klien juga ditanyakan apakah pernah menggunakan obat terutama untuk pengobatan hemoroid sebelumnya. e) Riwayat kesehatan keluarga Adakah riwayat hemoroid dalam keluarga. f) Pola fungsi kesehatan 1.

Pola nutrisi dan cairan Klien yang mengalami hemoroid mempunyai kebiasaan makan yang kurang serat dan jarang minum sehingga terjadi konstipasi.

2.

Pola eliminasi Klien yang mengalami hemoroid biasanya akan mengeluarkan darah berwarna merah terang. Dan keenggaanan untuk Bab sehingga terjadi konstipasi.

3.

Pola istirahat tidur Klien yang mengalami hemoroid, pola istirahat tidurnya akan terganggu hal ini berkaitan dengan rasa nyeri pada daerah anus

g) Pemeriksaan fisik 1)

Inspeksi

2)

Perhatikan tonjolan pada daerah anus klien, perhatikan adakah perdarahan dari daerah anus. Selain menginspeksi hemoroid pada klien, sebagai seorang perawat juga harus memperhatikan komplikasi yang terjadi, seperti terjadinya anemia yang dapat dilihat dengan konjungtiva anemis, capillary refill>3 detik, kulit klien pucat.

3)

J.

Palpasi : Palpasi area anal, adakah keluhan nyeri pada klien

DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang muncul pada keperawatan pre operatif, intra operatif, post operatif : (Doenges M.E, 1999)  1)

Diagnosa keperawatan Pre operatif

Resiko tinggi injury berhubungan dengan transfer + transport pasien ke branchart / meja operasi Hasil yang diharapkan : tidak terjadi injury pada pasien No 1.

Intervensi

Rasional

Bantu pasien untuk berpindah dari Menjaga pasien supaya tidak jatuh branchart / kursi roda ke meja operasi

2.

Angkat pasien dari branchart ke Memberikan keamanan kepada pasien meja operasi dengan 3 orang

3.

Dorong pasien ke ruang tindakan Memberikan keamanan kepada pasien (ruang OK) dengan hati-hati

2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan Hasil yang diharapkan : adanya saling pengertian tentang prosedur pembedahan dan penanganannya, berpartisipasi dalam program pengobatan,melakukan gaya hidup yang perlu No

Intervensi

Rasional

1.

Dorong

pasien

untuk Pasien mampu berkomunikasi dengan orang

mengekspresikan khususnya

perasaan, lain

mengenai

pikiran,

perasaan, pandangan dirinya 2.

Dorong pasien untuk bertanya Memberikan

keyakinan

kepada

pasien

mengenai masalah, penanganan, tentang penyakitmya perkembangan

dan

prognosa

kesehatan 3.

Berikan informasi yang dapat Membina hubungan saling percaya dipercaya dan diperkuat dengan informasi yang telah diberikan

4.

Jelaskan tujuan dan persiapan Memberikan untuk diagnostic

informasi

untuk

penatalaksanaan diagnostik selanjutnya

3) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang tindakan operasi Hasil yang diharapkan : pasien melaporkan takut dan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani No 1.

Intervensi

Rasional

Tinjau ulang keadaan penyakit dan Memberikan pengetahuan pada pasien yang harapan masa depan

2.

Observasi

tingkah

dapat memilih berdasarkan informasi laku

yang Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan

menunjukkan tingkat ansietas

peka rangsang dan insomnia. Ansietas berat yang berkembang ke dalam keadaan panik dapat menimbulkan perasaan ternacam dan teror

3.

Berikan

lingkungan

keterbukaan

dan

perhatian, Penerimaan dan motivasi dari orang terdekat penerimaan memberikan poin penuh untuk menjalani

privasi untuk pasien atau orang kehidupan selanjutnya yang lebih baik terdekat, anjurkan bahwa orang terdekat

ada

kapanpun

saat

diinginkan 

Diagnosa Keperawatan Intra Operatif 1) Resiko tinggi terjadi ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi trakea, pembengkakan, perdarahan dan spasme laryngeal

Hasil yang diharapkan : mempertahankan jalan nafas pasien dengan mencegah aspirasi No

Intervensi (kolaborasi dengan tim

Rasional

anesthesi) 1.

Pantau

frekuensi

pernafasan, Pernafasan secara normal, kadang-kadang

kedalaman dan kerja nafas

cepat, tetapi berkembangnya distress pada pernafasan merupakan indikasi kompresi trakea karena edema atau perdarahan

2.

Auskultasi

suara

nafas,

catat Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

adanya suara ronchi

ronchi. Ronchi merupakan indikasi adanya obstruksi

spasme

laringeal

yang

membutuhkan evaluasi dan intervensi segera 3.

Kaji adanya dispneu, stridor dan Indikator obstruksi trakhea atau spasme sianosis, perhatikan kualitas suara

laring yang membutuhkan evaluasi dan intervensi segera

4.

Pertahankan alat intubasi di dekat Terkenanya jalan nafas dapat menciptakan pasien

suasana yang mengancam kehidupan yang memerlukan tindakan darurat

5.

Pantau

perubahan

tanda-tanda Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri,

vital, terutama peningkatan nadi menentukan pilihan intervensi, menentukan dan penurunan tekanan dara, atau efektivitas terapi pernafasan cepat dan dalam

2) Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan perdarahan Hasil yang diharapkan : mempertahankan keseimbangan cairan, adekuat yang dibuktikan dengan tanda vital stabil, nadi perifer normal, turgor kulit baik dan membran mukosa lembab No 1.

Intervensi Awasi pengeluaran

pemasukan

Rasional dan Membandingkan keluaran aktual dan yang diantisipasi membantu dalam evaluasi stasis atau kerusakan ginjal

2.

Awasi tanda vital, evaluasi nadi, Sebagai indikator hidrasi atau volume pengisian kapiler, turgor kulit,dan sirkulasi dan kebutuhan intervensi

membran mukosa 3.

Berikan cairan IV

Untuk mempertahankan volume sirkulasi

4.

Ukur dan timbang berat badan

Memberikan perkiraan kebutuhan akan penggantian volume cairan dan keefektifan pengobatan

5.

Periksa adanya perubahan dalam Dehidrasi berat menurunkan cairan jantung status mental dan sensori

dan perfusi jaringan terutama jaringan otak

3) Potensial injury (ketinggalan instrumen, kasa dan injury kulit) berhubungan dengan tindakan operasi, pemasangan arde yang tidak kuat Hasil yang diharapkan : Injury tidak terjadi No 1.

Intervensi Pertahankan

Rasional

keadaan

asepsis Untuk mempertahankan keadaan asepsis selama

selama pembedahan

2.

operasi berlangsung

Mengatur posisi yang sesuai untuk Posisi yang sesuai diperlukan untuk memudahkan pasien

pembedahan dan untuk menjamin keamanan fisiologis pasien, posisi yang diberkan pada saat pembedahan disesuaikan dengan kondisi pasien

3.

Bantu penutupan luka operasi

Untuk

mencegah

mengabsorbsi

kontaminasi

drainage,

dan

luka,

membantu

penutupan insisi, jika penyembuhan luka terjadi tanpa komplikasi, jahitan bisa dibuka biasanya setelah 7 sampai 10 hari tergantung letak lukanya 4.

Monitor

terjadinya

hipothermi Monitoring

malignan

diperlukan

kejadian untuk

hipothermi mencegah

malignan terjadinya

komplikasi berupa kerusakan sistem sarafpusat atau bahkan kematian. Monitoring secara kontinu diperlukan

untuk

menentukan

tindakan

pencegahan dan penanganan sedini mungkin sehingga tidak menimbulkan komplikasi yang dapat merugikan pasien  Diagnosa Keperawatan Post Operatif

4) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan bedah terhadap jaringan atau otot dan pasca operasi Hasil yang diharapkan : melaporkan nyeri hilang atau terkontrol, menunjukkan kemampuan mengadakan relaksasi dan mengalihkan perhatian dengan aktif sesuai situasi No 1.

Intervensi

Rasional

Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik Mencegah hiper ekstensi leher dan verbal maupun non verbal, catat melindungi integritas garis jahitan lokasi, intensitas (skala 0-10) dan lamanya

2.

Letakkan pasien dalam posisisemi Membantu fowler dan sokong kepala atau kembali

untuk

perhatian

memfokuskan dan membantu

leher dengan bantal pasir atau pasien untuk mengatasi nyeri atau rasa bantal kecil 3.

tidak nyaman secara lebih efektif

Anjurkan

pasien

untuk Menurunkan nyeri dan rasa tidak

menggunakan tehnik relaksasi, nyama, meningkatkan istirahat seperti imajinasi, musik yang lembut, relaksasi progresif 4.

Kolaborasi dengan tim medis Analgesik menurunkan rasa nyeri dalam pemberian obat analgesic

pasien

5) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, kateter dan trauma jaringan Hasil yang diharapkan : pasien mencapai waktu penyembuhan dan tidak mengalami infeksi No 1.

Intervensi

Rasional

Awasi tanda vital

Pasien yang mengalami perubahan tanda vital beresiko untuk syok bedah atau

septik

sehubungan

dengan

manipulasi atau instrumentasi 2.

Observasi dan drainage luka

Adanya drain dapat meningkatkan resiko

infeksi

yang

diindikasikan

dengan eritema dan drainage purulent 3.

Pantau suhu tubuh dan frekuensi Mencegah terjadinya infeksi nadi, perubahan jenis drainage luka,

atau

peningkatan

area

kemerahan dan nyeri tekan di sekitar tempat operasi 4.

Kolaborasi dengan tim medis Antibiotik mencegah terjadinya infeksi dalam pemberian antibiotik

luka pada pasien

DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi IV. Sjamsuhidajat R, dkk, (199), Buku Ajar Ilmu Bedah. Arthur C. Guyton, (1997), Buku Ajar Fisiologi Kkedokteran Engram Barbara, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Alimul, H. A. A. 2007. Riset keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Ariyoni, D. 2011. Asuhan keperawatan hemoroid. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website http://desiariyoni.wordpress.com/2011/03/23/. Carpenito, L. J. 2001. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC. Chandrasoma, T. 2006. Ringkasan patologi anatomi. Edisi2. Jakarta: EGC. Corwin, E. J. 2000. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC. Doenges, M. E. 2000. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC. Guyton, A. C. Hall, S. E. 1997. Fisiologi Kedokteran. Irawati Setiawan. Edisi 9. Jakarta: EGC.

Jong, W. D. Syamsuhidayat, R. 2000. Buku ajar ilmu bedah, Editor: R. Syamsuhidajat, W. D. Jong, Edisi revisi. Jakarta:EGC. Mansjoer, A. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Media Aeskulapius. Nanda. 2011. Pedoman diagnosa keperawatan, Alih Bahasa Budi Sentosa. Jakarta: Arima Medika.

LAPORAN PENDAHULUAN TEKNIK INSTRUMENTASI HEMOROIDEKTOMY DI IBS RSUD NGUDI WALUYO WLINGI

Oleh ARFIANI RACHMAWATI NIM. 1301460055

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN MALANG 2017 INSTEK HAEMORRHOIDEKTOMY

1.

Pengertian/Definisi Adalah

suatu

cara

haemorrhoidektomy. 2.

Indikasi

melakukan

instrumentasi

pada

operasi

Haemorroid 3.

Tujuan a. Mengatur alat secara sitematis dimeja instrument b. Memperlancar handling instrument c. Mempertahankan kesterilan alat-alat instrument

4.

Persiapan pasien a. Meja operasi bagian bawah kaki ditekuk dibawah b. Pasang benower (penopang kaki), posisi tidur litotomy c. Pasang plat diatermi di bawah lekukan kaki d. Letakkan tempat sampah dibawah meja operasi di depan operator

5.

Persiapan alat A. Alat on steril -

Meja operasi

-

Lampu opersi

-

Meja mayo

-

Meja instrument

-

Tempat waskom

-

Gunting hipafix/verban

-

Mesin diathermi dan ground

-

Tempat sampah medis

B. Persiapan alat steril 1. Di meja instrument 

Scort steril

4 buah



Handuk kecil steril

4 buah



Doek besar

3 buah



Doek sedang

2 buah



Doek kecil

4 buah



Doek kombinasi

1 buah



Sarung meja mayo

1 buah



Bengkok

1 buah



Cooter

1 buah

2. Di meja mayo 

Handvad mess no.3

1 buah



Gunting metzembaum

1 buah



Gunting mayo/kasar

1 buah



Pinset chirurgis

2 buah



Pinset anatomis

2 buah



Disinfeksi klem

1 bauh



Duk klem

5 buah



Arteri klem van kocher bengkok

2 buah



Arteri klem van kocher kecil

2 buah



Nald voelder

1 buah



Gunting lurus

1 buah



Alise klem/beckock

1 buah



Cuching/kom

1/1 buah



Langenbeck

2 buah



Speculum anus

1 buah



Anuscop

1 buah

3. Bahan habis pakai 

Kasa

2 bendel



Jelly

secukupnya



Deppers

3 buah



Mess no. 10

1 buah



Cairan normal saline 0,9%

1 buah (500 cc)



Sufratulle

1 buah/kembar



Betadine 10%

secukupnya



Handsone sesuai kebutuhan & ukuran



Mersilk 2-0

1 buah



Cromic no. 0

2 buah

C. Teknik instrumentasi 1. Setelah pasien diberikan anastesi SAB dan diposisikan litotomy pada benower, kemudian pasang ground couter dibawah kaki. 2. Perawat sirkuler membersihkan lapangan operasi dengan saflon dan kasa kering, perawat instrument melakukan surgical scrubing 3. Perawat instrument mengenakan skort/gown steril dan handscone steril kemudian membantu operator dan asisten untuk mengenakan gown dan handscone 4. Berikan desinfeksi klem (1), deepres dan povidon iodine 10% dalam cucing pada asisten untuk melakukan desinfeksi pada lapangan operasi 5. Lakukan drapping dengan memberikan : a. Duk kombinasi (1) untuk bagian bawah badan b. Duk kecil (1) untuk bagian bawah area operasi c. Duk kecil (1) untuk bagian belakang gaun operator Fiksasi dengan duk klem (4) 6. Dekatkan meja mayo dan linen lalu pasang kabel coutter. 7. Berikan kasa basah dan kering pada operator untuk membersihkan lapangan operasi dari povidon iodine 8. Berikan pada operator kasa tampon yang sudah difiksasi dengan mersilk 2.0 untuk menyumbat lubang anus, supaya feses tidak keluar mengotori area operasi. Dan berikan arteri klem van kocker untuk memfiksasi benang pada duk. 9. Berikan speculum anus yang sudah diolesi dengan jelly. Berikan injeksi ph cain kepada operator. Berikan allis klem untuk menjepit hemorroid. Kemudian berikan ateri klem van pean sedang kepada operator untuk menjepit hemorroid. Kemudian berikan gunting meszembum

kepada

operator

untuk

memotong

hemorrid.

Kemudian berikan nald foeder dengan benang cromic no 0 dengan jarum ron kecil kepada operator untuk melakukan ligasi. Berikan gunting mayo kepada asisten untuk memotong sisa benang ligasi. Hal ini dilakukan pada tiga tempat yaitu arah jam 11, 3, 7.

10. Setelah proses pemotongan selesai, berikan kasa basah pada operator untuk mengevaluasi perdarahan. Setelah perdarah tidak ditemukan lagi berikan kasa basah untuk membersihkan sisa/ bekas darah lalu kasa kering. Kemudian tutup dengan kasa kering dan fiksasi dengan hipafik. 11. Operasi selesai, alat-alat dibersihkan 12. Perawat instrument menginventaris alat – alat dan bahan habis pakai, kemudian mencuci dan menata alat-alat pada instrument set, serta merapikan kembali ruangan

DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta. Jong, W. D. Syamsuhidayat, R. 2000. Buku ajar ilmu bedah, Editor: R. Syamsuhidajat, W. D. Jong, Edisi revisi. Jakarta:EGC.

Related Documents

Hemoroid
October 2019 37
Hemoroid
November 2019 22
Laporan Pendahuluan
June 2020 84
Hemoroid Cya.docx
April 2020 15

More Documents from "adel lita"

Angket.docx
December 2019 7
Lembar Supervisi Karu.docx
November 2019 14
Bab I Seminar Kmb.docx
July 2020 15
Leaflet E.docx
November 2019 34