Laporan-pendahuluan-febris-siap.docx

  • Uploaded by: asrofi achmad
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan-pendahuluan-febris-siap.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,862
  • Pages: 20
LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS Di Ruang Igd Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran

Di susun oleh : Ahmad Asrofi 16.1.1215

PROGRAM STUDY D-3 KEPERAWATAN AKADEMI KESEHATAN ASIH HUSADA SEMARANG 2019

LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

I. KONSEP DASAR PENYAKIT A. Pendahuluan Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Demam terjadi pada oral temperature >37,20. Demam biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus,

jamur atau parasit),

penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat-obatan (Kaneshiro & Zieve, 2010). Pasien dengan gejala febris dapat mempunyai diagnosis definitif bermacam-macam atau dengan kata lain febris merupakan gejala dari banyak penyakit. Febris dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lainnya. Salah satu penanganan demam adalah dengan memberikan obatobatan. Obat yang dapat mengatasi demam adalah obat anti pireutik, salah satu diantara obat anti pireutik ini adalah parasetamol.

B. Definisi Febris (demam) adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak

dalam

hipotalamus

anterior.

Suhu

tubuh

normal

dapat

dipertahankan, ada perubahan suhu lingkungan, karena adanya kemampuan pada pusat termoregulasi untuk mengatur keseimbangan antara panas yang diproduksi oleh jaringan, khususnya oleh otot dan hati, dengan panas yang hilang. Dalam keadaan febris, keseimbangan tersebut bergeser hingga terjadi peningkatan suhu dalam tubuh. (Ngastiyah, 2005)

Definisi demam (febris) adalah suhu rectal yang lebih dari 380C (100,4 0F). suhu normal dapat berfluktuasi sepanjang hari, berkisar antara 36,1 0C-380C (970F-100,4oF). Febris adalah peningkatan abnormal suhu badan rectal minimal 380C. demam merupakan tanda adanya masalah yang menjadi penyebab, buakan suatu penyakit dan tidak terjadi dengan sendirinya.

C. Klasifikasi Febris Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain adalah: 1. Demam septic Suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan mengigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik. 2. Demam remiten Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik. 3. Demam intermiten Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalamsatu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana. 4. Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang etrus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia. 5. Demam siklik

Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti: abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. (Nurarif & Kusuma, 2013) Menurut beberapa definisi tentang febris di atas, dapat disimpulkan bahwa febris adalah peningkatan abnormal suhu badan minimal 380C sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior.

D. Etiologi Penyebab febris selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya : perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit, dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yang menyertai demam. (aplikasi nanda) Febris umumnya terjadi akibat adanya gangguan pada hipotalamus, atau sebaliknya dapat disebabkan oleh setiap gangguan berikut: 1. Penyebab umum febris pada bayi antara lain infeksi saluran pernapasan atas dan bawah, faringitis, otitis media, dan infeksi virus umum dan

enteric. Reaksi vaksinasi dan pakaian yang terlalu tebal juga sering menjadi penyebab demam pada bayi. 2. Penyebab febris yang lebih serius antara lain infeksi saluran kemih, pneumonia, bakteremia, meningitis, osteomielitis, atritis septic, kanker, gangguan imunologik, keracunan atau overdosis obat, dan dehidrasi. (Muscari, 2001)

E. Manifestasi Klinis 1. Pasien gelisah (suhu lebih tinggi dari 37,8 C-40C) 2. Kulit kemerahan 3. Hangat pada sentuhan 4. Peningkatan frekuensi pernapasan 5. Menggigil 6. Dehidrasi 7. Kehilangan nafsu makan (Nurarif & Kusuma, 2013)

F. Patofisiologi Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai peningkatan set point (Julia,2000) Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) klien terhadap infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen.Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (noninfeksi). Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur

panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar

keringat.

Pengeluaran

panas

menurun,

terjadilah

ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan demam. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas sel makrofag dan sel limfosit T untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau system kekebalan tubuh.

Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau

krisis/flush. Menggigil, bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru. Krisis/flush, bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat normal. (Corwin, 2000)

G. Komplikasi Menurut Julia (2000), komplikasi yang sering terjadi pada penderita febris diantaranya adalah 1. Dehidrasi 2. Kejang demam

H. Pathway Infeksi zat asing masuk ke dalam tubuh

Merangsang sistem pertahanan

Dari dalam tubuh (pirogen endogen)

Melapaskan pirogen

Dari luar tubuh (pirogen eksogen)

Huda Nurarif, Amin & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda-NIC NOC. Jakarta: MediAction.

I. Pemeriksaan Penunjang Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi

permukaan atau sinar tembus rutin. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi. 1. Pemeriksaan laboratorium a. Hematologi Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus. b. Kimia darah Pemeriksaan elektrolit, kadar glukosa, blood urea nitrogen dan kreatinin harus dilakukan. c. Imunorologi Widal : pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibody di dalam darah terhadap antigen kuman Salmonella typhi. Hasil positif dinytakan dengan adanya aglutinasi. Hasil negative palsu dapat disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah mendapatkan terapi antibiotika, waktu pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit, keadaan umum pasien buruk, dan adanya penyakit imunologik lain. d. Urinalis Protein: bervariasi dari negative sampai positif (akibat demam) Leukosit dan eritrosit normal : bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit e. Mikrobiologi Sediaan apus dan kultur dari tenggorok, uretra, anus, serviks dan vagina harus dibuat dalam situasi yang tepat. Pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien yang demam disertai batuk-batuk. Pemeriksaan kultur darah dan kultur cairan abnormal serta urin diperlukan untuk mengetahui komplikasi yang muncul. f. Radiologi Pembuatan foto toraks biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan untuk setiap penyakit demam yang signifikan.

g. Biologi molekuler Dengan PCR (Polymerase Chain Reaction), dilakukan dengan perbanyakan DNA kuman yang kemudian diidentifikasi dengan DNA probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat dalam jumlah sedikit (sensifitas tinggi) serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula. Specimen yang digunakan dapat berupa darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi (Soedarto, 2007)

J. Penatalaksanaan 1. Secara fisik a. Mengawasi kondisi klien dengan pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan apakan klien tidur gelisah, sering terkejut atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata klien cenderung melirik keatas atau apakah klien mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu. b. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan c. Jalan napas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak d. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya e. Tidur yang cukup agar metabolism berkurang f. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak, lipat paha. Tujuannya untuk menurunkan suhu tubuh di permukaan tubuh klien. 2. Obat-obatan antipiretik Antipiretik bekerja secarasentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan

prostaglandin

dengan

jalan

menghambat

enzim

cyclooxygenase sehingga set poin hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas di atas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi (Suriadi dan Yuliani, R., 2001) k. Fokus pengkajian kegawat daruratan a. Airway Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan : – Chin lift / jaw trust – Suction / hisap – Guedel airway – Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral. b. Breathing Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi, whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada. c. Circulation TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut d. Disability Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS. Adapun cara yang cukup jelasa dan cepat adalah Awake :A Respon bicara :V Respon nyeri Tidak ada respon :U e. Eksposure Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera

yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang, maka imobilisasi in line harus dikerjakan

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Data dasar pengkajian pasien dengan febris adalah : 1. Aktivitas atau istirahat Gejala yang ditemukan pada kasus febris antara lain kelemahan, malaise, kelelahan, merasa gelisah dan ansietas, cepat lelah dan insomnia. 2. Sirkulasi Tanda takikardi, kemerahan, tekanan darah hipotensi, kulit membrane mukosa kotor, turgor buruk, kering dan lidah pecah-pecah akan ditemukan pada pasien febris. 3. Integritas ego Gejala seperti ansietas, emosi, kesal dan faktor stress serta tanda seperti menolak dan depresi juga akan ditemukan dalam pengkajian integrits ego pasien. 4. Eliminasi Pengkajian eiminasi akan menemukan gejala tekstur feses yang bervariasi dari lunak sampai bau atau berair, perdarahan per rectal dan riwayat batu ginjal dengan tanda menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik dan ada haemoroid. 5. Makanan dan cairan Pasien akan mengalami anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan dan tidak toleran terhadap diet. Dan tanda yang ditemukan berupa penurunan lemak sub kutan, kelemahan hingga inflamasi rongga mulut. 6. Hygiene Pasien akan mengalami ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri dan bau badan.

7. Nyeri atau ketidaknyamanan Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah akan dialami pasien dengan titik nyeri yang dapat berpindah. 8. Keamanan Pasien mengalami anemia hemolitik, vaskulotis, arthritis dan peningkatan suhu tubuh dengan kemungkinan muncul lesi kulit.

B. Diagnosa Keperawatan 1. Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi. 2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d hipovolemia 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan yang menurun. 4. Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan pengobatan dan prognosis berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat.

C. Analisa Data Diagnosa yang muncul: Dx Keperawatan &

Batasan Karakteristik

data focus

Fator yang berhubungan

Hipertermia (0007)

1. konvulsi

1. anastesia

Ds:

2. kulit kemerahan

2. penurunan

Ibu

klien

mengatakan kliennya panas

respirasi 3. dehidrasi

Do: a.

b.

3. peningkatan suhu Suhu tubuh klien

tubuh

lebih dari 370C

normal

Kulit

terasa

hangat c.

Kulit

terlihat

kemerahan d.

Kejang

e.

Takikardi

f.

takipnea

di

atas

4. pemajanan lingkugan

yang

panas

4. kejang

5. penyakit

5. takikardi

6. pemakaian

6. takipnea

pakaian yang tidak

7. kulit terasa hangat

sesuai

dengan

suhu lingkungan 7. peningkatan

laju

metabolism 8. medikasi 9. trauma 10.

aktivitas

berlebihan Ketidakseimbangan

1. Kram abdomen

1. Factor biologis

nutrisi kurang dari

2. Nyeri abdomen

2. Factor ekonomi

kebutuhan

3. Menghindari

3. Ketidakmampuan

tubuh

(00002)

makanan 4. Berat badan 20 %

Ds a. Ibu

klien

mengatakan kliennya susah makan b. Ibu

Klien

mengatakan kliennya mengalami muntah Do a. Klien lemas

untuk

tampak dan

memiliki stamina

tak

atau lebih dibawah berat badan ideal

mengabsorbsi nutrien 4. Ketdakmampuan

5. Kerapuhan kapiler

untuk

6. Diare

makanan

7. Kehilangan rambut berlebihan 8. Bising

5. Ketidakmampuan menelan makanan

usus

hiperaktif 9. Kurang makanan 10. Kurang informasi 11. Kurang minat pada makanan

mencerna

6. Factor psikologis

b. Berat badan klien

12. Penurunan

mengalami

beratbadan dengan

penurunan

asupan

c. Klien

terlihat

tidak memilki nafsu makan

makanan

adekuat 13. Kesalahan konsepsi

d. Membran mukosa klien pucat

14. Kesalahan informasi

e. Adanya sariawan f. Klien

tampak

menghindari

15. Membrane mukosa pucat 16. Ketidakmampuan

makanan

memakan makanan 17. Tonus

otot

menurun 18. Mengeluh gangguan

sensasi

rasa 19. Mengeluh asupan makanan berkurang 20. Cepat

kenyang

setelah makan 21. Sariawan rongga mulut

Ketidakefektifan perfusi

jaringan

perifer (00204) Ds: a.

Ibu

klien

mengatakan kliennya lemas

Do: a.

Kulit

menjadi

kering b. Capillary refill >3 detik c.

Terjadi peurunan nadi

D. Intervensi NO.

DIAGNOSA

TUJUAN

INTERVENSI

NOC:

NIC:

1. Hidration

Temperature regulation

2. Adherence behavior

(pengaturansuhu)

3. Immune status

1. Monitor suhu minimal

KEPERAWATAN 1.

Hipertermia(00007)

4. Risk control

tiapdua jam

5. Risk detection

2. Rencklienan

Kriteriahasil:

monitoring

1. Keseimbangan

secara kontinyu

antaraproduksi

panas, 3. Monitor

suhu

tekanan

panas yang diterima, dan

darah,

kehilangan panas

respiratory rate

2. Seimbangan

diterima,

suhu kulit

dan 5. Monitor

kehilangan panas selama

hipertermi

28

hipotermi

hari

kehidupan

dan

antara 4. Monitor warna dan

produksi panas, panas yang

nadi

pertama

tanda-tanda

6. Tingkatkan

dan

intake

cairan dan nutrisi

3. Keseimbangan asam basa 7. Selimuti pasien untuk bayi baru lahir

mencegah

4. Temperature stabil : 36,5 – 37,5°C

kehangatan tubuh 8. Ajarkan pada orang

5. Tidak ada kejang

tua

6. Tidak

mencegah

ada

perubahan

warna kulit 7. Pengendalian

8. Pengendalian

risiko:

risiko:

matahari

pengaturan suhu dan kemungkinan

efek

negative

dari

kedinginan

Pengendalian paparan

tentang

pentingnya

proses menular

risiko:

cara keletih

risiko: 9. Diskusikan

hipotermia 9. Pengendalian

pasien

klien ibat panas

hipertermia

10.

hilangnya

sinar

10. Beritahu

tentang

indikasi

terjadinya

keletihan

dan

penanganann emergency

yang

diperlukan 11. Ajarkan indikasi dari hipotermia

dan

penanganan

yang

diperlukan

yang

diperlukan 12. Berikan anti piretik jika diperlukan 2.

Ketidakseimbangan

NOC:

nutrisi kurang dari 1. Nutritional status kebutuhan (00002)

NIC Weight

tubuh 2. Nutritional status: Food (1260) and fluid intake

Management

3. Nutritional

status:

nutrient intake

2. Jelaskan

peningkatan badan

sesuai

dengan tujuan

dengan tinggi badan

klien

mengenai

pentingnya pemberian

berat

badan

dan

kehilagan berat badan

3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi ada

keluarga

makanan, penambahan

2. Berat badan ideal sesuai

4. Tidak

keluarga

klien

Kriteria Hasil:

berat

hubungan

dengan

4. Weight control

1. Adanya

1. Bina

3. Jelaskan kelurga klien tentang kondisi berat

tanda

malnutrisi

badan klien 4. Jelaskan resiko dari

5. Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan

kekurangan badan 5. Berikan

6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

berat

motivasi

keluarga klien untuk meningkatkan

berat

badan klien 6. Pantau porsi Makan klien 7. Anjurkan klien maka nterat ur

3.

Ketidakefektifan perfusi

NOC:

NIC:

jaringan 1. Circulation Status

perifer (00204)

2. Tussue Cerebral

Perfusion

Peripheral : Management

Sensation

Kriteria Hasil:

1. Monitor

adanya

Mendemonstrasikan status

daerah tertentu yang

sirkulasi

hanya peka terhadap

yang

ditandai

dengan:

panas/dingin/tajam/tu

1. Tekanan

systole

dan

diastole dalam rentang yang diharapakan 2. Tidak

ada

ortostatik

hipertensi 3. Tidak ada tanda-tanda peningkatan intrakranial

mpul 2. Monitor

adanya

paretese 3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau laserasi 4. Gunakan

sarung

tangan untuk proteksi 5. Kolaborasi pemberian analgetik 6. Batasi gerakan pada kepala,

leher

punggung

E. Implementasi Setelah melakukan rencana tindakan (intervensi), maka selanjutnya adalah melakukan implementasi. Implementasi untuk pasien dengan febris antara lain seperti memberikan kompres, menganjurkan pasien untuk memakai baju yang tipis, menganjurkan pasien untuk banyak minum air putih, memonitor suhu tubuh pasien, dan kolaborasi pemberian antipiretik.

F. Evaluasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka pantau suhu tubuh pasien, apakah sudah turun atau kembali normal. Jika belum maka lakukan intervensi selanjutnya.

dan

DAFTAR PUSTAKA

Corwin. (2000). Hand Book Of Pathofisiologi. Jakarta:EGC Huda Nurarif, Amin & Kusuma, Hardhi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda-NIC NOC. Jakarta: MediAction Johnson, M., et all. (2010). Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Julia Klaartje Kadang, SpA (2015). Metode Tepat Mengatasi Demam. www. Google. Com diakses tanggal 22 Januari 2018. Kaneshiro, N.K., and Zieve, D. (2010). Fever. University of Washington. Available from

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000980.htm.

Diakses pada tanggal 22 Januari 2018 pukul 22.00 Nanda. (2015).

Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan

Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika. Robert, (2007), Penyakit – Penyakit Tropis, Artikel diakses dari ww.who_peditric.com Santosa, Budi. (2007). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika. Sinarty hartanto. (2003). Klien Demam Perlu Kompres. www. Pediatrik. Com/knal.php. diakses tanggal 22 Januari 2018. Soedarto, (2007), Sinopsis Kedokteran Tropis. Surabaya: Airlangga Universitas Press.

More Documents from "asrofi achmad"