BAB VII VLSM 7.1. Tujuan :
Mengenal penomeran IP dengan cara subnet
Mengenal dan memahami layer Internet
7.2. Dasar Teori Subnet adalah penomeran dengan
membagi network default menjadi
beberapa network . Dalam pembagian subnet terdapat 2 model yaitu :dengan masing masing subnet mempunyai jumlah anggota sama dan dengan jumlah anggota tidak sama atau dikenal dengan VLSM (Variable Length Subnet Mask) Penomeran net pada suatu subnet adalah dengan mengambil bit-bit dari sisi kiri pada bagian host id. Pada klas C default nomer host adalah 8 bit terakhir seperti pada contoh pemodelan network Klas C 11111111.11111111.11111111.00000000 |-------------------------------------|--------------| NETID
HOSTID
Sehingga jika akan dibuat 2 buah subnet pada klas C tersebut maka sebuah bit pada host id diambil untuk digunakan sebagai netid 11111111.11111111.11111111.10000000 |------------------------------------------|--------| NETID
HOSTID
Jika akan dibuat 4 buah subnet maka akan menjadi 11111111.11111111.11111111.11000000 |--------------------------------------------|--------| netid
hostid
dan seterusnya. Berikut ditunjukan suatu tabel contoh untuk beberapa kemungkinan: Nets
menyatakan banyaknya subnet yang dibuat
Hosts menyatakan banyaknya host dalam sebuah subnet Netmask menyatakan penulisan nomer netmaskingnya
1
Tabel 7.1. Contoh jumlah subnet Klas C, jumlah host per subnet dan netmask Nets
Hosts
netmask
2
126
255.255.255.128 (11111111.11111111.11111111.10000000)
4
62
255.255.255.192 (11111111.11111111.11111111.11000000)
8
30
255.255.255.224 (11111111.11111111.11111111.11100000)
16
14
255.255.255.240 (11111111.11111111.11111111.11110000)
32
6
255.255.255.248 (11111111.11111111.11111111.11111000)
64
2
255.255.255.252 (11111111.11111111.11111111.11111100)
Tabel 8.2. Contoh subnet Klas C, nomer net, nomer broadcast dan total host Netmask 128
192
224
Sub
Net
2
0
127
1
128
255
129
254
126
0
63
1
62
62
64
127
65
126
62
4
8
B'cast
Min
Max 126
Hosts 126
128
191
129
190
62
192
255
193
254
62
1
30
30
0
31
Total Hosts
32
63
33
62
30
64
95
65
94
30
96
127
97
126
30
128
159
129
158
30
160
191
161
190
30
192
223
193
222
30
224
255
225
254
30
252
248
240
Dimana : Subnet adalah jumlah subnet Networks adalah nomer network Broadcast adalah nomer broadcast
2
Min IP nomer IP terkecil dalam subnet tersebut Max IP nomer terbesar dalam subnet tersebut Host adalah jumlah total host dalam subnet tersebut Contoh jika sebuah network klas C mempunyai 4 buah subnet default maka Tabel 7.2. Contoh uraian pengelopokan IP subnet klas C Network ke 0
Broadcast 0
Netmask 0
192.168.1.0
192.168.1.63
255.255.255.192
Network ke 1
Broadcast 1
Netmask 1
Nmr Hosts 192.168.1.1 - 62 Hosts
192.168.1.64
192.168.1.127
255.255.255.192
192.168.1.65 -126
Network ke 2
Broadcast 2
Netmask 2
Hosts
192.168.1.128
192.168.1.191
255.255.255.192
192.168.1.129 -190
Network ke 3
Broadcast 3
Netmask 3
Hosts
192.168.1.192
192.168.1.255
255.255.255.192
192.168.1.193 -254
Gambar 7.1. Model subneting jaringan VLSM adalah pengembangan mekanisme subneting, dimana dalam VLSM dilakukan peningkatan dari kelemahan subneting klasik, yang mana dalam clasik subneting, subnet zeroes, dan subnet- ones tidak bisa digunakan. selain itu, dalam subnet classic, lokasi nomor IP tidak efisien. Pada metode VLSM subnetting yang digunakan berdasarkan jumlah host, sehingga akan semakin banyak jaringan yang akan dipisahkan. Tahapan perhitungan menggunakan VLSM IP Address yang ada dihitung menggunakan
3
CIDR selanjutnya baru dipecah kembali menggunakan VLSM. Maka setelah dilakukan perhitungan maka dapat dilihat subnet yang telah dipecah maka akan menjadi beberapa subnet lagi dengan mengganti subnetnya.
Gambar 7.8 Pemecahan VLSM Dalam penerapan IP Address menggunakan metode VLSM agar tetap dapat berkomunikasi kedalam jaringan internet sebaiknya pengelolaan network-nya dapat memenuhi persyaratan, sebagai berikut: 1. routing protocol yang digunakan harus mampu membawa informasi mengenai notasi prefix untuk setiap rute broadcastnya (routing protocol : RIP, IGRP, EIGRP, OSPF dan lainnya, bahan bacaan lanjut protocol routing : CNAP 1-2), 2. semua perangkat router yang digunakan dalam jaringan harus mendukung metode VLSM yan menggunakan algoritma penerus packet informasi Manfaat VLSM: 1. Efisien menggunakan alamat IP karena alamat IP yang dialokasikan sesuai dengan kebutuhan ruang host setiap subnet. 2. VLSM mendukung hirarkis menangani desain sehingga dapat secara efektif mendukung rute agregasi, juga disebut route summarization.
4
3. Berhasil mengurangi jumlah rute di routing table oleh berbagai jaringan subnets dalam satu ringkasan alamat. Misalnya subnets 192.168.10.0/24, 192.168.11.0/24 dan 192.168.12.0/24 semua akan dapat diringkas menjadi 192.168.8.0/21. 7.3. Bahan dan alat percobaan
HUB/Switch
PC/Host
Sistem Operasi Win-XP
7.4. Langkah kerja percobaan 1. Buat semua komputer terhubung ke switch/hub yang sama 2. Buatlah 2 buah group atau kelompok PC-Host dalam LAB, masing masing group akan dikelompokkan dalam sub-net. Buat 2 buah subnet yang menampung 100 PC dan buat 4 buah subnet yang menampung 50 PC. 3. Edit properti network pada windows xp seperti pada tabel isian percobaan yang di atas dengan mengganti nomer broadcast dan nomer netmask, serta sesuaikan dengan nomer IP Host masing-masing, termasuk subnet 1-2 dan 1-4. 4. Nomer gateway dan dns boleh dikosongkan 5. Berilah perintah ping ke komputer lain yang satu group maupun yang tidak dalam satu group masing-masing catat hasilnya 6. Berilah perintah ping ke host lain yang satu group dan yang bukan satu group/subnetnya catat hasilnya 7. Lakukan percobaan percobaan seperti di atas dan catatlah hasilnya
7.5. Hasil Subnet I ada 100 PC I/100 Class 0, rentan IP = 192.168.1. 0 – 127 subnet mask= 255.255.255.128 (11111111.11111111.11111111.10000000 = 255.255.255.128) IP yang digunakan 192.168.1.60
5
Class 1, rentan IP = 192.168.1. 128 – 255 subnet mask = 255.255.255.128 (11111111.11111111.11111111.10000000 = 255.255.255.128)
Subnet II ada 50 PC II/50 Class 0 = 192.168.1. 0 – 63 subnet mask = 255.255.255.192 (11111111.11111111.11111111.11000000 = 255.255.255.192) IP yang digunakan 192.168.1.57 Class 1 = 192.168.1. 64 – 127 subnet mask = = 255.255.255.192 (11111111.11111111.11111111.11000000 = 255.255.255.192) Class 2 = 192.168.1. 128 – 191 subnet mask = 255.255.255.192 (11111111.11111111.11111111.11000000 = 255.255.255.192) Class 3 = 192.168.1. 192 – 255 subnet mask = 255.255.255.192 (11111111.11111111.11111111.11000000 = 255.255.255.192)
7.6. Kesimpulan Jika percobaan I ada 100 PC, maka nilai subnet mask I (255.255.255.128) bisa/cukup untuk menampung 100 PC dengan range nomor IP mulai dari 1-126 atau 129-254. Komputer I IP
: 192.168.1.60
Subnet mask : 255.255.255.128
Melakukan ping ke :
6
Komputer II IP
: 192.168.1.61
Subnet mask : 255.255.255.128 Maka hasilnya akan berhasil, yaitu dengan tertulisnya “reply from....”. jika komputer I melakukan ping ke nomor IP diluar range 1-126, maka hasilnya akan muncul status “destination host unreachable”
Jika percobaan II ada 50 PC, maka bilai subnet percobaan II (255.255.255.192) cukup untuk menampung 50 PC dengan range nomor IP mulai dari 1-62 atau 65-126 atau 129-190 atau 192-254. Komputer I IP
: 192.168.1.50
Subnet mask : 255.255.255.192
Melakukan ping ke : Komputer II IP
: 192.168.1.53
Subnet mask : 255.255.255.192 Maka hasilnya akan berhasil, yaitu dengan tertulisnya “reply from....”. jika komputer I melakukan ping ke nomor IP diluar range 1-62, maka hasilnya akan muncul status “destination host unreachable” karena sudah berbeda nomor subnet.
7