BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum cita-cita bangsa yang sekaligus merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia. Tujuan bangsa Indonesia tersebut adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan
ikut
melaksanakan
ketertiban
dunia
yang
berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Pada Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 72 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Nasional Pasal 1 yang dimaksud dengan Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Sistem Kesehatan Nasional, yang selanjutnya disingkat SKN adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Masa globalisasi menuntut adanya perkembangan dan perubahan di segala bidang, salah satu diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan berbagai inovasi yang dilakukan di bidang kesehatan, perubahan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, maka terjadi peningkatan usia harapan hidup warga Indonesia dan ini memberikan dampak tersendiri dalam upaya peningkatan derajat atau status kesehatan penduduk.
Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan hakikat pembangunan kesehatan yang termuat di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Agar tujuan dapat tercapai secara optimal, diperlukan partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat bersama petugas kesehatan. Hal ini menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam
1
2
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, dan lingkungan.
Peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia diberbagai bidang kehidupan mengakibatkan pergeseran pola kehidupan masyarakat diantaranya bidang kesehatan. Dengan berkembangnya paradigma sehat-sakit, saat ini telah terjadi pergeseran, antara lain perubahan upaya kuratif menjadi upaya preventif dan promotif, dan segi kegiatan yang pasif menunggu masyarakat berobat ke unitunit pelayanan kesehatan menjadi kegiatan penemuan kasus yang bersifat aktif. Hal ini akan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk ikut berperan serta secara aktif dalam upaya peningkatan status kesehatannya.
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan mengikuti seluruh kegiatan kesehatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan masalah kesehatan sampai penanggulangan masalah dengan melibatkan individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat.
Usaha untuk mencapai tujuan tersebut di atas perlu diselenggarakan dalam upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka program pembangunan yang menyeluruh, terarah, dan terpadu, dengan melalui pendekatan
promotif
(peningkatan)
kesehatan
masyarakat,
preventif
(pencegahan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif kesehatan masyarakat, sehingga Profesi Ners Stage Komunitas akan dapat berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan diharapkan, bila pembangunan kesehatan tersebut telah dilakukan dengan sebenar-benarnya dan berdasarkan atas Sistem Kesehatan Nasional (SKN).
Profesi Ners Stage Komunitas merupakan pencerminan dari pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang merupakan suatu bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat, agar mahasiswa memperoleh pengetahuan secara komprehensif sesuai mahasiswa.
dengan kebutuhan masyarakat
dan
kemampuan
3
Pada Sekolah Universitas Muhammadiyah Banjarmasin kegiatan ini harus dilakukan oleh setiap mahasiswa yang telah selesai mengikuti mata ajaran Keperawatan Komunitas dengan pendekatan pelayanan kesehatan utama (Primary Health Care).
Stage Komunitas adalah suatu tatanan yang nyata dalam memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan proses keperawatan kepada keluarga atau kelompok dan masyarakat, bersama-sama dengan upaya yang dilaksanakan di puskesmas. Dengan demikian, maka kegiatan komunitas yang dilaksanakan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Tahun Akademik 2017/2018 dan di wilayah kerja puskesmas dan mengikuti program-program yang akan dan sedang digarap oleh puskesmas yang bersangkutan.
Melalui Stage komunitas ini merupakan salah satu upaya peningkatan kemampuan dengan individu, keluarga, dan kelompok ditatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan menerapkan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, juga mahasiswa sebagai calon tenaga kesehatan diharapkan mempunyai pengalaman belajar di lingkup masyarakat (pedesaan) khususnya dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang ditemui selama berada di lapangan/lahan praktek. Selain itu juga, sebagai salah satu upaya menyiapkan tenaga perawat profesional serta mempunyai potensi keperawatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai, maka mahasiswa Program Profesi Ners A Universitas Muhammadiyah Banjarmasin kelompok 1 melaksanakan Praktek di Desa Biih Kecamatan dengan menggunakan 2 pendekatan, yaitu pendekatan kelompok dan masyarakat.
Pendekatan secara kelompok dilakukan dengan cara memberdayakan kader kesehatan dan PKK serta mendayagunakan kelompok Pengajian. Dengan pendekatan masing-masing komponen diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih nyata kepada masyarakat. Sedangkan pendekatan masyarakat sendiri dilakukan melalui kerja sama yang baik dengan instansi terkait dan seluruh komponen kota untuk mengikutsertakan warga dalam upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan. Masyarakat diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang terjadi di wilayahnya, membuat keputusan
4
tindakan kesehatan bagi anggota keluarga/masyarakatnya, mampu memberikan perawatan, menciptakan lingkungan yang sehat, serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Selain
itu,
selama
proses
belajar
klinik
di
komunitas,
mahasiswa
mengidentifikasi populasi dengan risiko tinggi dan sumber yang tersedia untuk bekerja sama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi perubahan komunitas dengan penerapan proses keperawatan komunitas dan pengorganisasian komunitas. Harapan yang ada, masyarakat akan mandiri dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.
1.2
TUJUAN 1.2.1 Tujuan Umum Setelah mengikuti kegiatan Profesi Ners Stage Komunitas, mahasiswa dapat memiliki pengalaman dalam memberikan perawatan kesehatan masyarakat dengan menggunakan metode atau pendekatan proses keperawatan baik terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. 1.2.2
Tujuan Khusus Setelah mengikuti kegiatan Profesi Ners Stage Komunitas, mahasiswa mampu: a. Mengkaji kebutuhan kesehatan komunitas. b. Merencanakan berdasarkan
intervensi diagnosis
keperawatan
kesehatan
kesehatan
komunitas
dan
komunitas kebutuhan
kesehatan utama dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi (ibu, anak, dan usia lanjut). c. Melaksanakan
keperawatan
kesehatan
komunitas
untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menggunakan sumber yang ada dan potensial serta menggunakan teknik tepat guna termasuk melakukan rujukan dan menyusun strategi pendidikan kesehatan. d. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan data yang berhubungan dengan tindakan keperawatan kesehatan komunitas. e. Mengevaluasi pelayanan keperawatan kesehatan berdasarkan hasil yang diharapkan atau kriteria yang telah ditetapkan.
5
f. Menghayati peranannya sebagai anggota tim kesehatan dan bekerja sama secara efektif dan efisien.
1.3
KEGIATAN 1.3.1 Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Profesi Ners Stage Komunitas dimulai dari tanggal 05 Maret 2019- 31 Maret 2019 1.3.2
Lokasi Kegiatan Kegiatan dilaksanakan di Desa Awang Bangkal Barat Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar
1.3.3
1.4
Kegiatan dan Jadwal kegiatan terlampir.
MANFAAT KEGIATAN 1.4.1 Untuk Mahasiswa Manfaat yang didapat dari Praktek ini bagi mahasiswa, antara lain : a. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata kepada masyarakat. b. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan keperawatan dan kebidanan komunitas. c. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan bijaksana dalam menghadapi dinamika masyarakat. d. Meningkatkan
keterampilan
komunikasi,
kemandirian,
dan
hubungan interpersonal. 1.4.2
Untuk Masyarakat Manfaat yang didapat dari Praktek ini bagi masyarakat, antara lain : a. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. b. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti, dan menyadari masalah kesehatan serta mengetahui cara penyelesaian masalah yang dialami masyarakat. c. Masyarakat
mengetahui
gambaran
status
kesehatannya
mempunyai upaya peningkatan status kesehatan tersebut.
dan
6
1.4.3 Untuk Institusi Pendidikan Manfaat yang didapat dari Praktek ini bagi pihak pendidikan, antara lain: a. Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Banjarmasin khususnya di bidang keperawatan komunitas. b. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model praktek keperawatan komunitas selanjutnya. 1.4.4
Untuk Profesi Kesehatan khususnya keperawatan Manfaat yang didapat dari Praktek ini bagi profesi keperawatan, antara lain : a. Upaya menyiapkan tenaga perawat yang profesional, berpotensi secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan terutama di lingkup keperawatan komunitas. b. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas sehingga profesi mampu mengembangkannya. c. Salah satu bukti profesionalisme keperawatan yang komprehensif telah terwujudkan.
1.5
SISTEMATIKA PENULISAN Dalam penyusunan laporan Asuhan Keperawatan Komunitas ini, penulis menggunakan metodologi pendekatan komprehensif melalui proses Asuhan Komunitas yang dituangkan dalam beberapa bab yaitu sebagai berikut : 1.5.1 Bab pertama, pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang, tujuan, manfaat, kegiatan, sistematika penulisan dan metodologi penulisan. 1.5.2 Bab kedua, tinjauan teoritis yang menguraikan tentang teori-teori terdiri dari : keperawatan kesehatan komunitas, tujuan dan fungsi keperawatan komunitas, sasaran, ruang lingkup perawatan kesehatan komunitas, kegiatan
praktek
keperawatan
komunitas,
prinsip
dasar,
model
pendekatan dan langkah-langkah proses keperawatan. 1.5.3 Bab ketiga, asuhan komunitas yang membahas tentang penerapan asuhan keperawatan dan kebidanan yang meliputi 2 (dua) tahapan yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan yang terdiri dari pengkajian, analisa data, penentuan masalah kesehatan (penapisan masalah kesehatan,
7
prioritas
masalah,
planning
of
action),
perencanaan
kegiatan,
pelaksanaan, dan evaluasi. 1.5.4 Bab keempat, penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
1.6
METODOLOGI PENULISAN Metode Asuhan Keperawatan Komunitas yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah melalui suatu kasus yang kemudian melaporkan langsung hasil asuhan keperawatan dan kebidanan yang dilaksanakan pada masyarakat atau komunitas dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi : pengkajian, analisa data, penapisan masalah, prioritas masalah, planning of action
(POA),
perencanaan
kegiatan
implementasi/pelaksanaan beserta evaluasi.
asuhan
komunitas,
8
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS
2.1
KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS Tujuan pembangunan kesehatan nasional adalah untuk mencapai hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dengan demikian, pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti penting dalam kehidupan nasional khususnya dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai salah satu modal dasar pembangunan nasional.
Berdasarkan pembangunan nasional yang ingin dicapai oleh pemerintah Indonesia, maka direncanakanlah suatu strategi pendekatan untuk menggalang potensi yang ada pada masyarakat sehingga masyarakat dapat berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatannya secara mandiri melalui perawatan kesehatan komunitas.
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis. Selanjutnya menetapkan langkah proses keperawatan sebagai proses pengumpulan data, pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Wolf, Weitzel dan Fuerst, 1979). Jadi, proses keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang bersifat ilmiah, dinamis, sistematis, kontinu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang langkah-langkahnya dimulai dari (1) pengkajian: pengumpulan data, analisis data, dan penentuan masalah, (2) diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan, dan evaluasi tindakan keperawatan (Wahit, 2005).
Proses keperawatan komunitas mencakup individu, keluarga dan kelompok khusus yang memerlukan pelayanan asuhan keperawatan. Dalam perawatan
9
kesehatan komunitas keterlibatan kader kesehatan, tokoh masyarakat formal dan informal, sangat diperlukan dalam setiap tahap pelayanan keperawatan secara terpadu dan menyeluruh sehingga masyarakat benar-benar mampu dan mandiri dalam setiap upaya pelayanan kesehatan dan keperawatan yang diberikan.
Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan komunitas. Sedangkan menurut American Nurses Association (ANA, 1980) didasarkan pada asumsi : 1.
Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks.
2.
Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan komponen pelayanan kesehatan.
3.
Keperawatan merupakan sub system pelayanan kesehatan , di mana hasil pendidikan dan penelitian melandasi praktek.
4.
Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan kesehatan utama.
Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-asumsi dasar mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu : 1.
Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan.
2.
Merupakan bidang khusus keperawatan.
3.
Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial (interaksi sosial dan peran serta masyarakat).
4.
Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.
5.
Ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif rehabilitatif dan resosiliatif dengan penekanan pada upaya preventif dan promotif.
6.
Melibatkan partisipasi masyarakat.
7.
Bekerja secara tim.
8.
Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku.
9.
Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah.
10. Bertujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
10
2.2
TUJUAN DAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS 2.2.1
Tujuan a.
Tujuan umum Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
b.
Tujuan khusus Untuk meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat dalam hal : 1.
Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.
2.
Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah.
3.
Merumuskan
berbagai
alternatif
pemecahan
masalah
kesehatan/keperawatan. 4.
Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi.
5.
Penilaian
hasil
kegiatan
dalam
memecahkan
masalah
kesehatan atau keperawatan. 6.
Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan/keperawatan.
7.
Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
8.
Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.
9.
Lebih spesifik lagi adalah untuk menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka kematian bayi, ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
10. Tertanganinya kelompok-kelompok risiko tinggi yang rawan terhadap masalah kesehatan.
11
2.2.2 Fungsi a.
Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.
b.
Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya dalam kemandiriannya di bidang kesehatan.
c.
Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
d.
Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahannya
atau
kebutuhannya
sehingga
mendapatkan
penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhannya.
2.3
SASARAN Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah kesehatan/perawatan. 1. Individu Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan karena ketidakmampuan merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial. 2. Keluarga Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan keluargakeluarga yang ada di sekitarnya.
12
3. Kelompok Khusus Kelompok Khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk di antaranya adalah: a.
Kelompok
khusus
dengan
kebutuhan
khusus
sebagai
akibat
perkembangan dan pertumbuhannya, seperti: 1) ibu hamil; 2) bayi baru lahir; 3) balita; 4) anak usia sekolah; serta 5) usia lanjut. b.
Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, di antaranya adalah: 1) penderita penyakit menular, seperti: TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin dan lainnya; 2) penderita dengan penyakit tidak menular, seperti: penyakit Hipertensi, diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
c.
Kelompok yang mempunyai risiko terserang penyakit, di antaranya: 1) wanita tuna susila; 2) kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba; 3) kelompok-kelompok pekerja tertentu; dan lain-lain.
d.
Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, di antaranya adalah: 1) panti werdha; 2) panti asuhan; 3) pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial); serta 4) penitipan balita.
4. Masyarakat Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik, maupun kesehatan khususnya.
2.4
RUANG LINGKUP PERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS Ruang lingkup praktek keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan, pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif), dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,
13
kelompok, dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif, dan resosiliatif. 1.
Upaya Promotif Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan jalan memberikan :
2.
a.
Penyuluhan kesehatan
b.
Peningkatan gizi
c.
Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d.
Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e.
Olahraga secara teratur
f.
Rekreasi
g.
Pendidikan seks
Upaya Preventif Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat melalui kegiatan : a.
Imunisasi massal terhadap bayi, balita, dan ibu hamil.
b.
Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas, maupun kunjungan rumah.
c.
Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas, ataupun di rumah.
d. 3.
Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui.
Upaya Kuratif Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan : a.
Perawatan orang sakit di rumah (HomeNursing).
b.
Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah sakit.
c.
Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin, dan nifas.
d.
Perawatan payudara.
14
e. 4.
Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
Upaya Rehabilitatif Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderitapenderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui kegiatan : a.
Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah tulang, maupun kelainan bawaan.
b.
Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya TBC: latihan nafas dan batuk; penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.
5.
Upaya Resosiliatif Upaya resosiliatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga, dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, di antaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti khusus Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma, dan lain-lain. Disamping itu, upaya resosiliatif meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.
2.5
KEGIATAN PRAKTEK KEPERAWATAN KOMUNITAS Kegiatan praktek keperawatan komunitasyang dilakukan perawat mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan praktek keperawatan komunitas adalah sebagai berikut : 1.
Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga, kelompok khusus, baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health nursing), di perusahaan, di posyandu, di polindes, dan daerah binaan kesehatan masyarakat.
2.
Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
3.
Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi.
15
4.
Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi.
5.
Melaksanakan
rujukan
terhadap
kasus-kasus
yang
memerlukan
penanganan lebih lanjut. 6.
Penemuan kasus pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
7.
Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan.
8.
Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, melalui pengenalan masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan.
9.
Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan komunitas.
10. Mengadakan kerja sama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait. 11. Memberikan keteladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan.
2.6
PRINSIP DASAR Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu keperawatan, yang merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan, dan ilmu sosial (WHO, 1959). Suatu bidang dalam keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat (Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan Masyarakat, 1989). Dengan demikian ada 3 teori yang menjadi dasar ilmu perawatan kesehatan masyarakat yaitu : (1). Ilmu keperawatan, (2). Ilmu kesehatan masyarakat, dan (3). Ilmu sosial (peran serta masyarakat). 2.6.1 Ilmu keperawatan Konsep keperawatan dikarakteristikkan oleh 4 komponen konsep pokok yang menjadi paradigma dalam keperawatan, dimana menggambarkan hubungan teori-teori yang membentuk susunan yang mengatur teoriteori tersebut berhubungan satu dengan lainnya, yaitu : konsep manusia, konsep kesehatan, konsep masyarakat, dan konsep keperawatan. (Christine Ibrahim, 1986).
16
2.6.2
Ilmu kesehatan masyarakat Dalam mengaplikasikan praktek asuhan keperawatan dalam komunitas diperlukan pengetahuan penunjang yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, dalam melihat perspektif proses terjadinya masalah kesehatan masyarakat yang erat kaitannya dengan ilmu epidemiologi, ilmu statistik kesehatan sehingga masalah tersebut diketahui faktor penyebab dan alternatif pemecahannya. Termasuk juga diperlukan pemahaman tentang konsep puskesmas, PHC atau Posyandu, dan untuk merubah perilaku masyarakat diperlukan pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan masyarakat. (Soekidjo Notoadmojo, 2003).
2.6.3 Ilmu sosial Pengetahuan sosial kemasyarakatan penting untuk dipahami oleh seorang perawat kesehatan masyarakat dalam menjalankan tugasnya, sebab akan berhadapan dengan kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat.
Pengetahuan
sosial
yang
dimaksud
adalah
ilmu
pengembangan dan pengorganisasian masyarakat, pendekatan edukatif dan teori tentang pendekatan perubahan perilaku. Hal ini bisa dirasakan oleh petugas kesehatan saat menjalankan tugas, peran, dan fungsinya dalam keluarga, kelompok, atau masyarakat dengan berbagai latar belakang agama, budaya, pendidikan, ekonomi, norma, adat istiadat, dan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat. (Nasrul Effendi, 1999). Dengan memahami pengetahuan ilmu sosial petugas kesehatan masyarakat dapat melakukan pendekatan untuk merubah perilaku masyarakat ke arah yang positif dalam memelihara kesehatan keluarga, kelompok, dan masyarakat sehingga menuju kemandirian (self care), di mana mereka diharapkan dapat mengenal dan merumuskan masalah kesehatan yang mereka hadapi, memprioritaskan dan mencari alternatif pemecahan
masalah
melalui
perencanaan
bersama,
kemudian
melaksanakan kegiatan bersama berdasarkan perencanaan yang mereka buat serta menilai hasil yang telah dicapai.
17
2.7
MODEL PENDEKATAN Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat
yangditujukan
kepada
individu,
keluarga,
kelompok
dan
masyarakat secara keseluruhan adalah pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach) yang dituangkan dalam proses keperawatan dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang dikaitkan dengan upaya kesehatan dasar (PHC).
Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah yang dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat akan dapat diatasi oleh perawat melalui keterampilan melaksanakan intervensi keperawatan sebagai bidang keahliannya dalam melaksanakan profesinya sebagai perawat kesehatan masyarakat.
Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan pendekatan terhadap keluarga binaan disebut sebagai family approach, maka bila pembinaan keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke puskesmas yang dinilai memerlukan tindak lanjut disebut dengan case approach, sedangkan bila pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survei mawas diri dengan melibatkan partisipasi masyarakat disebut community approach.
2.8
LANGKAH-LANGKAH PROSES KEPERAWATAN Langkah-langkah dalam proses keperawatan di antaranya adalah sebagai berikut : (1) Proses keperawatan terbagi dalam empat tahap yaitu: identifikasi, pengumpulan data, rencana dan kegiatan, serta penilaian (Depkes RI). (2) Proses keperawatan terbagi dalam enam tahap yaitu: membina hubungan saling percaya dengan klien, pengkajian, penentuan tujuan bersama, merencanakan tindakan bersama klien, melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana, dan hasil evaluasi (Freeman). (3) Proses keperawatan terbagi dalam empat tahap yaitu: pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (SG Bailon).
18
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya langkah-langkah dalam proses keperawatan komunitas adalah : 1.
Pengkajian
2.
Diagnosis keperawatan
3.
Perencanaan atau intervensi
4.
Pelaksanaan atau implementasi
5.
Evaluasi atau penilaian
Langkah-langkah dalam proses keperawatan di atas akan dibahas satu persatu dan lebih mendalam. 1.
Pengkajian (assessment) Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga, atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat dalam mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat adalah : a. Pengumpulan Data Tujuan pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus, masyarakat melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan menggunakan instrumen pengumpulan data dalam menghimpun informasi, sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi, dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, data yang dikumpulkan harus akurat dan dapat dilakukan analisa data untuk pemecahan masalah. Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas menurut Anderson dan Mc Forlane (1958) terdiri dari inti komunitas yaitu meliputi demografi, populasi, nilai-nilai keyakinan, dan riwayat individu termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan faktor lingkungannya adalah lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi serta rekreasi.
19
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan objektif. Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas yang diungkapkan secara langsung melalui lisan. Sedangkan data objektif merupakan
data
yang
diperoleh
melalui
suatu
pemeriksaan,
pengamatan, dan pengukuran. Sumber data yang dikumpulkan dalam tahap pengkajian dapat berupa data primer atau data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh pengkaji yang dalam hal ini mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok, dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber yang tepercaya misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesehatan klien, atau medical record (Wahit, 2005). Ada berbagai cara dalam pengumpulan data yaitu sebagai berikut : 1. Wawancara atau anamnesa Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk tanya jawab antara perawat dengan pasien atau keluarga pasien, maupun masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan ramah, terbuka, menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pasien atau keluarga pasien dan selanjutnya hasil wawancara atau anmnesa dicatat dalam format proses keperawatan. 2. Pengamatan Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi aspek fisik, psikologis, dan sikap dalam rangka menegakkan diagnosis keperawatan. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat dalam format proses keperawatan. 3. Pemeriksaan fisik Dalam keperawatan komunitas di mana salah satunya asuhan keperawatan yang diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya membantu menegakkan diagnosis keperawatan dengan cara : inspeksi (yaitu melakukan pengamatan pada bagian tubuh pasien atau keluarga yang sakit), palpasi (yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
20
meraba pada bagian tubuh yang mengalami gangguan), auskultasi (yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan bunyi bagian tubuh tertentu dan biasanya perawat komunitas menggunakan stetoskop sebagai alat bantu untuk mendengarkan denyut jantung, bising usus, suara paru, dan sebagainya), dan perkusi (adalah cara pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mengetukkan jari telunjuk atau alat reflexhammer pada bagian tubuh yang diperiksa). Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara sebagai berikut : (1) Klasifikasi data atau kategorisasi data dengan cara : a.
Karakteristik demografi
b.
Karakteristik geografi
c.
Karakteristik sosial ekonomi
d.
Sumber dan pelayanan kesehatan (Anderson & MC Farlene 1988).
(2) Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan Telly. (3) Tabulasi data (4) Interpretasi data b. Analisa Data Analisa data adalah kemampuan untuk mengaitkan data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan. Tujuan dari analisa data adalah sebagai berikut : (1) Menetapkan kebutuhan komunitas (2) Menetapkan kekuatan (3) Mengidentifikasi pola respons komunitas (4) Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan. Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa data memerlukan pemikiran yang kritis. Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor stresor yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di komunitas. Selanjutnya dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan. Menurut
21
Mueke (1987) masalah tersebut terdiri dari: 1) masalah sehat-sakit; 2) karakteristik populasi; serta 3) karakteristik lingkungan. c. Perumusan Masalah Kesehatan Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan
yang
dihadapi
oleh
masyarakat,
sekaligus
dapat
dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin dapat diatasi sekaligus. Oleh karena itu, diperlukan prioritas masalah. Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria, di antaranya adalah: 1.
Perhatian masyarakat
2.
Prevalensi kejadian
3.
Berat ringannya masalah
4.
Kemungkinan masalah untuk diatasi
5.
Tersedianya sumber daya masyarakat
6.
Aspek politis
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Abraham H. Maslow yaitu sebagai berikut : 1.
Keadaan yang mengancam kehidupan
2.
Keadaan yang mengancam kesehatan
3.
Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas sesuai dengan prioritas (penapisan) yang digunakan dalam keperawatan komunitas adalah format penapisan menurut Mueke, dengan format yaitu sebagai berikut:
22
JUMLAH SKORE
Sumber daya orang
Sumber daya peralatan
Sumber daya dana
Sumber daya waktu
Sumber daya tempat
Sesuai dengan program pemerintah
Kemungkinan untuk diatasi
Tersedia Sumber
Minat masyarakat
Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
Besarnya risiko
Jumlah yang berisiko
Diagnosa Keperawatan Komunitas
Sesuai dengan peran perawat komunitas
Kriteria Penapisan
Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk menentukan tindakan yang lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan mempertimbangkan: 1) masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat; 2) kebijaksanaan nasional dan wilayah setempat; 3) kemampuan dan sumber daya masyarakat, dan 4) keterlibatan, partisipasi, dan peran serta masyarakat. Kriteria skala prioritas : 1) Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan emosi masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan urgensinya untuk segera ditanggulangi. 2) Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu kurun waktu tertentu. 3) Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah-masalah tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. 4) Kemungkinan
masalah
mempertimbangkan
untuk
berbagai
dapat alternatif
dikelola dalam
dengan cara-cara
pengelolaan masalah-masalah yang menyangkut biaya, sumber daya, sarana yang tersedia dan kesulitan yang mungkin timbul (Effendi Nasrul, 1995).
23
2.
Diagnosis keperawatan Diagnosis keperawatan adalah respons individu pada masalah kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul. Jadi, yang dimaksud dengan diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat, dan pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
Dengan
demikian diagnosis
keperawatan ditetapkan
berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosis keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual) maupun yang mungkin akan terjadi (potensial). Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat antara lain : 1) masalah yang ditetapkan dari data umum; b) masalah yang dianalisa dari
kesenjangan
pelayanan
kesehatan.
Diagnosis
keperawatan
mengandung komponen utama yaitu sebagai berikut : a. Problem (masalah) Problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya terjadi. b. Etiologi (penyebab) Menunjukkan penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapat memberikan arah terhadap intervensi keperawatan yang meliputi : 1) Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. 2) Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan sosial. 3) Interaksi perilaku dan lingkungan. c. Sign atau symptom (tanda dan gejala) Merupakan informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa atau serangkaian petunjuk timbulnya suatu masalah. Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut : 1) Dengan rumus PES (Problem + Etiologi + Symptom) 2) Dengan rumus PE (Problem + Etiologi)
24
Jadi, menegakkan diagnosa keperawatan minimal harus mengandung dua komponen tersebut di atas, di samping mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah 2. Sumber daya yang tersedia dari masyarakat 3. Partisipasi dan peran serta masyarakat 3.
Perencanaan (intervensi) keperawatan Perencanaan
keperawatan
adalah
penyusunan
rencana
tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Jadi, perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana asuhan keperawatan disusun harus mencakup: perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan, dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan. a. Perumusan tujuan Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi kriteria yaitu sebagai berikut : 1) Berfokus pada masyarakat 2) Jelas dan singkat 3) Dapat diukur dan diobservasi 4) Realistik 5) Ada target waktu 6) Melibatkan peran serta masyarakat Dalam pencapaian tujuan dengan menggunakan formulasi kriteria yang mencakup yaitu sebagai berikut : T = S + P + K.1 + K.2 Keterangan : T
=
Tujuan
S
=
Subjek
P
=
Predikat
K.1
=
Kondisi
K.2
=
Kriteria
Selain itu dalam perumusan tujuan :
25
1) Dibuat berdasarkan goal = sasaran dibagi hasil akhir yang diharapkan 2) Perilaku yang diharapkan berubah
S =
Spesifik
M =
Measurable atau dapat diukur
A =
Attainable atau dapat dicapai
R =
Relevant/Realistic atau sesuai
T =
Time-Bound atau waktu tertentu
S =
Sustainable atau berkelanjutan
b. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan Langkah-langkah
dalam
perencanaan
keperawatan
kesehatan
masyarakat yaitu sebagai berikut : 1. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan. 2. Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan. 3. Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan melalui kegiatan musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini. 4. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia. 5. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat dirasakan masyarakat. 6. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai. 7. Tindakan harus bersifat realistik. 8. Disusun secara berurutan. c. Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan Penentuan kriteria dalam perencanaan keperawatan komunitas adalah sebagai berikut : 1.
Menggunakan kata kerja yang tepat.
2.
Dapat dimodifikasikan.
3.
Bersifat spesifik : 1) Siapa yang melakukannya ? 2) Apa yang dilakukan ? 3) Di mana dilakukan ? 4) Kapan dilakukan ? 5) Bagaimana melakukan ?
26
6) Frekuensi melakukan ?
4.
Pelaksanaan (implementasi) keperawatan Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan perawat kesehatan masyarakat harus bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya, dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat. Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan komunitas adalah sebagai berikut : a. Inovatif Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan berdasarkan iman dan takwa (IMTAQ). b. Integrated Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerja sama dengan sesama profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat berdasarkan asas kemitraan. c. Rasional Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang telah disusun. d. Mampu dan mandiri Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten. e. Ugem Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan komunitas dengan strategi komunitas organisasi dan partnerships in community. Selain prinsip di atas, prinsip lain yang perlu diperhatikan adalah : a.
Berdasarkan respons masyarakat.
b.
Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia pada masyarakat.
27
c.
Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan diri sendiri serta lingkungannya.
d.
Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
e.
Mempertimbangkan kebutuhan kesehatan dan perawatan masyarakat secara essential.
f.
Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
g.
Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan perawatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan yaitu : 1) Keterpaduan antara: biaya, tenaga, waktu, lokasi, sarana dan prasarana dengan pelayanan kesehatan maupun lintas sektor lainnya. 2) Keterlibatan petugas kesehatan lain, kader, dan tokoh masyarakat dalam rangka alih peran. 3) Tindakan keperawatan yang dilakukan dicatat dan didokumentasikan. 4) Adanya penyelenggaraan sistem rujukan baik medis maupun rujukan kesehatan. Level pencegahan dalam praktek keperawatan komunitas terdiri atas : a) Pencegahan Primer Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidakfungsinya dan diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit. b) Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat untuk menghambat proses patologis, sehingga memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan. c) Pencegahan Tersier Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi ketidakmampuan stabil atau menetap atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi optimal dari ketidakmampuannya.
28
5. Penilaian/Evaluasi Evaluasi
memuat
keberhasilan
proses
dan
keberhasilan
tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya. Evaluasi dilakukan atas respons komunitas terhadap program kesehatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input) pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output). Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian yaitu : a) daya guna; b) hasil guna; c) kelayakan; serta d) kecukupan. Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian menurut Narul Effendy, 1998 adalah sebagai berikut : a.
Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
b.
Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan pelaksanaan.
c.
Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa evaluasi dilakukan dengan melihat respons komunitas terhadap program kesehatan. Macam evaluasi: (1) formatif dan summatif, (2) input, procces, dan output. Fokus evaluasi adalah : a) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan. b) Perkembangan atau kemajuan proses. c) Efisiensi biaya. d) Efektivitas kerja. e) Dampak : apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam jangka waktu berapa.
29
Perubahan ini dapat diamati seperti gambar di bawah ini
Gambar 2.1 Peran memandirikan klien dalam menanggulang masalah kesehatan Keterangan:
: Peran Masyarakat
: Peran Perawat
Pada gambar di atas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan klien dalam menanggulangi masalah kesehatan. Pada awalnya peran perawat lebih besar dari pada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar dari pada perawat. Kegunaan evaluasi adalah sebagai berikut : 1) Menentukan perkembangan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan. 2) Menilai hasil guna, daya guna, dan produktivitas asuhan keperawatan yang diberikan. 3) Menilai asuhan keperawatan dan sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun rencana baru dalam proses keperawatan. Dalam hasil evaluasi, terdapat tiga kemungkinan yaitu : 1) Tujuan tercapai Apabila
individu,
keluarga,
kelompok,
dan
masyarakat
telah
menunjukkan kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. 2) Tujuan tercapai sebagian Apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu dicari penyebab dan cara memperbaikinya atau mengatasinya. 3) Tujuan tidak tercapai Apabila
individu,
keluarga,
kelompok,
dan
masyarakat
tidak
menunjukkan perubahan kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru. Dalam hal ini perlu dikaji secara mendalam apakah terdapat problem dalam data, analisis, diagnosis, tindakan, dan faktor-faktor yang lain yang tidak sesuai sehingga menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
30
Tujuan akhir dari perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait dengan lima tugas keluarga yaitu : mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan
31
BAB 3 LAPORAN ASUHAN KOMUNITAS DALAM PRAKTIK STAGE KEPERAWATAN KOMUNITAS DI DESA AWANG BANGKAL BARAT KECAMATAN KARANG INTAN KABUPATEN BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 3.1
PENGKAJIAN 3.1.1 Data Demografi Desa Awang Bangkal Barat Wilayah Desa Awang Bangkal Barat dengan luas wilayah 3229 Hektar. Desa Awang Bangkal Barat terletak pada posisi 114.973218 BT / 3.489469LS , dengan ketinggian kurang lebih 250 M diatas permukaan laut. Bersadarkan cerita tetua masyarakat menyatakan bahwa pada awalnya Desa Awang Bangkal Barat ini merupakan bagian dari Desa Awang Bangkal , namun setelah adanya pertambahan penduduk dan pembangunan wilayah ini yang semakin meningkat maka para tokoh masyarakat mempunyai inisiatif untuk mengembangkan wilayah ini dengan menjadikan wilayah tersendiri /Pemekeran Desa, oleh karena itu sekitar tahun 1980 bernama Desa Awang Bangkal Barat . Wilayah Desa Awang Bangkal Barat berada di kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar yang terdiri dari 7 RT dan 2 RW , dimana sebagian besar wilayah ini merupakan tanah garapan berupa tanah pertanian dan perkebunan serta lahan tambang galian "C" Berdasarkan Imformasi dari tetua masyarakat Desa Awang Bangkal Barat , maka dapat disusun yang pernah menjabat sebagai Pambakal Awang Bangkal Barat Sebagai Berikut : 1. H. JAILANI Periode tahun 1980 sampai 1990 2. H.MURJANI Periode tahun 1990 sampai 2001 3. HUSAIRI Periode tahun 2001 sampai 2006 4. H.RUSPANDI.S.AP Periode tahun 2006 sampai sekarang
3.1.2
Tabulasi Data Penduduk Setelah dilakukan wawancara dan observasi pada pengkajian data tanggal 6 maret sampai 11 Maret didapatkan data sebagai berikut: JUMLAH KK : 824 KK JUMLAH JIWA: 2715 jiwa
32
3.1.2.1 Total jumlah warga Per RT Warga Per RT RT 1
Jumlah 252
Persen (%) 9,3
RT 2 RT 3 RT 4 RT 5 RT 6 RT 7 Total
468 577 556 338 315 209 2715
17,2 21,3 20,5 12,4 11,6 7,7 100
Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk paling banyak adalah RT 3 dengan jumlah penduduk 577 orang (21,3%). Sedangkan penduduk dengan jumlah sedikit adalah RT 7 dengan jumlah 209 orang (7,7%)
3.1.2.2 Total berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Pria Wanita Total
Jumlah 1395 1320 2715
Persen (%) 51,4 48,6 100
Berdasarkan data di atas, jumlah penduduk di Desa Awang Bangkal Barat berdasarkan jenis kelamin adalah wanita dengan jumlah 1320 orang (48,6%). Sedangkan jumlah pria di Desa Awang Bangkal Barat dalah 1395 orang (51,4%).
3.1.2.3 Total Distribusi Warga Berdasarkan Umur Usia 0-6 tahun 7-12 tahun 13-15 tahun 16-59 tahun 60-69 tahun > 70 tahun
Jumlah 301 306 159 1792 107 50
Persen (%) 11,1 11,4 5,8 66 3,9 1,8
Total
2715
100,0
33
Berdasarkan tabel di atas, umur terbanyak adalah 16-59 tahun yaitu 1792 orang (66%). Sedangkan umur 70 tahun ke atas adalah 50 orang (1,8%) dengan persentasi terendah.
3.1.3 Data Kesehatan Penduduk 3.1.3.1 Total Penyakit Tuberkolosis Rekap Pendataan Sasaran Terpadu UPT Puskesmas Karang Intan 2 Tahun 2019 Diagnosis TB Tidak Ya Total
Jumlah 2698 17 2715
Persentase (%) 99,4 0,6 100,0
Berdasarkan data di atas dari total jumlah penduduk yang masuk kategori yaitu 17 orang yang didiagnosis terkena penyakit tuberkulosis. Sedangkan dari hasil pendataan yang kelompok lakukan dari 420 KK di dapatkan total penyakit tuberkolosis sebanyak 2 KK. 3.1.3.2 Total Minum Obat TB Teratur Diagnosis TB Tidak Ya Total
Jumlah
Persentase (%) 0 2 2
0 100 100
Berdasarkan data di atas dari total jumlah penduduk yang masuk kategori yaitu 2 KK ada yang mengkonsumsi obat tuberkulosis. 3.1.3.3 Total Penyakit Hipertensi Rekap Pendataan Sasaran Terpadu UPT Puskesmas Karang Intan 2 Tahun 2019. Diagnosis Hipertensi Ya Tidak Total
Jumlah 166 2549 2715
Persentase (%) 6.1 93.9 100,0
Berdasarkan data di atas jumlah penduduk dengan Penyakit Hipertensi adalah 166 orang (6,1%).
34
Sedangkan dari hasil pendataan yang kelompok lakukan dari 420 KK di dapatkan total penyakit hipertensi sesuai dengan klasifikasi yang kami dapatkan yaitu sebagai berikut: Tekanan Darah Frequency Hipotensi
Percent
25
6.0
Normal
141
33.6
Pre Hipertensi
107
25.5
Hipertensi Derajat 1
127
30.2
Hipertensi Derajat 2
20
4.8
420
100.0
Total
3.1.3.4 Total Minum Obat Hipertensi Secara Teratur Minum Obat Hipertensi Secara Teratur Ya Tidak Total
Jumlah 62 85 147
Persen (%) 42.2 57.8 100,0
Berdasarkan data di atas jumlah KK dengan Minum Obat Hipertensi Secara Teratur adalah 62 KK (42.2%) dan yang tidak minum obat dengan teratur sebanyak 85 orang (57.8%) 3.1.3.5 Total Dilakukan Pemeriksaan Tekanan Darah Pemeriksaan tekanan Darah Ya
Jumlah KK 420
Persentase 100,0
0 420
0 100,0
Tidak Total
Berdasarkan data di atas jumlah KK dengan Dilakukan Pemeriksaan Tekanan Darah adalah 420 orang (100%).
3.1.3.6 Kartu Jaminan Kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional Frequency
Percent
Ada
119
28.3
Tidak Ada
301
71.7
Total
420
100.0
35
Berdasarkan data di atas, jumlah KK yang memiliki kartu jaminan kesehatan adalah 119 KK (28.3%). Sedangkan yang tidak memiliki kartu jaminan kesehatan adalah
301 orang
(71,7%). 3.1.3.7 Penyakit lainnya menurut Rekap Pendataan Sasaran Terpadu UPT Puskesmas Karang Intan 2 Tahun 2019 Penyakit lainnya Jumlah 32 7
DM Orang Dengan Ganggaun Jiwa Lain-lainnya
68
Berdasarkan data di atas, penyakit lainnya yang banyak diderita penduduk Desa Awang Bangkal Barat selain Hipertensi adalah 32 orang Diabetes Militus, 7 orang dengan Gangguan Jiwa dan penyakit lainnya 68 orang.
3.1.3.8
Fasilitas Air Bersih dan Jamban Keluarga a. Sarana Air Bersih Sarana Air Bersih Ya
Jumlah KK 420
Persen (%) 100,0
Tidak
0
0
Total
569
100,0
Berdasarkan
tabel
di
atas,
100%
penduduk
desa
mempunyai sarana air bersih di lingkungan rumah. b.
Sumber Air Sumber Air PDAM,sumur pompa, sumur gali Sumur terbuka, air sungai, danau/telaga Total
Jumlah 420
Persen (%) 100,0
0
0
420
100,0
36
Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk yang menggunakan sumber air PDAM, sumur pompa, sumur gali adalah 420 KK (100%). c.
Jamban Keluarga Jamban Frequency Ada Tidak Ada Total
Percent 354
84.3
66
15.7
420
100.0
Berdasarkan tabel di atas, dari total jumlah KK sebanyak 354 (84.3%) penduduk memiliki jamban keluarga di rumah.
3.1.7.2 Data Reproduksi a. Total Penggunaan Alat Kontrasepsi Rekap Pendataan Sasaran Terpadu UPT Puskesmas Karang Intan 2 Tahun 2019. Penggunaan Alat Kontrasepsi Ya Tidak Total
Jumlah 399 921 1320
Persen (%) 30,2 69,8 100,0
Berdasarkan data di atas jumlah Penggunaan Alat Kontrasepsi adalah 399 orang (30,2%). Sedangkan jumlah persentasi yang tidak menggunakan alat kontrasepsi adalah 921 orang (69,8%).
37
3.2 No 1
ANALISIS DATA Data Subyektif 1. Saat
Data Objektif
pengkajian, - Kunjungan kami lakukan dari
masyarakat
RT 01-07, data yang telah
mengatakan penyakit
didapatkan 420 KK. Masalah
yang di derita 6 bulan
kesehatan paling banyak yang
terakhir
kebanyakan
kami dapatkan selama
hipertensi
pendataan ialah kasus
2. Masyarakat mengatakan
tidak
membatasi
untuk
makanan
hipertensi pada semua RT. Dengan rata-rata sistole TD 140-200.
yang
- Total penyakit hipertensi yang
dikonsumsi 3. Sebagian Masyarakat mengatakan tekanan
bahwa darahnya -
kadang meningkat 4. Sebagian masyarakat mengatakan rutin
tidak dalam
diderita penduduk ialah 147 KK
Masalah
Penyebab
Kesiapan meningkatkan
kurang pemahaman terhadap
manajemen kesehatan
penyakit hipertensi
38
mengontrol
tekanan
darahnya 2
Keluarga mengatakan
Pembuangan sampah kurang
Kurang pengetahuan warga
Lingkungan yang kurang
membuang sampah secara
memadai, sampah di timbun, petugas
mengenali lingkungan yang
memenuhi syarat kesehatan di
langsung tanpa
kebersihan kadang tidak sampai
sehat, rumah yang sehat,
wilayah Awang Bangkal Barat
membedakan yang mana
untuk mengambil sampah
serta pengelolaan sampah
Kec. Karang Intan.
sampah kering dan basah
masyarakat di wilayah tertentu. Dan
yang benar
sampah organik dan non organik tampak bercampur menjadi 1
39
3.3
Penapisan Masalah
N O 1
MASALAH KESEHATAN Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan b/d kurang pemahaman terhadap penyakit hipertensi
2
Kurang pengetahuan warga mengenali lingkungan yang sehat, rumah yang sehat, serta pengelolaan sampah yang benar b/d Lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan di wilayah Awang Bangkal Barat Kec. Karang Intan.
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
4
4
4
5
3
2
4
4
3
3
2
4
4
4
2
2
3
3
3
3
3
3
Keterangan 1. Kriteria Penapisan A. Sesuai dengan peran perawat komunitas B. Jumlah yang berisiko C. Besarnya risiko D. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan E. Minat masyarakat F. Kemungkinan untuk diatasi G. Sesuai dengan program pemerintah H. Sumber daya tempat I. Sumber daya waktu J. Sumber daya dana
L 2
Tot al 40
Prior itas 1
3
37
2
40
K. Sumber daya peralatan L. Sumber daya orang
2. Keterangan pembobotan : 1. Sangat rendah 2. Rendah 3. Cukup 4. Tinggi 5. Sangat tinggi
3.4 Prioritas Masalah
1.
Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan b/d kurang pemahaman terhadap penyakit hipertensi
2.
Kurang pengetahuan warga mengenali lingkungan yang sehat, rumah yang sehat, serta pengelolaan sampah yang benar b/d Lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan di wilayah Awang Bangkal Barat Kec. Karang Intan.
3.5 Planning of Action (POA)
1.
Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan b/d kurang pemahaman terhadap penyakit hipertensi
Kegiatan Kegiatan
Sasaran
Waktu
Penanggung
Penanggung Jawab Tempat
Jawab
(Masyarakat)
(mahasiswa) Pemberian
Warga
pelayanan
Awang
desa
kesehatan gratis Bangkal Barat :
Ahmad
Bidan
Gifari
seluruh kader
(Mahasiswa)
Pemeriksaan Kecamatan
desa
dan Balai Desa Awang Bangkal
Barat
Kecamatan Karang Intan
Tekanan Darah
Karang Intan
Penyuluhan :
Warga
-
Pemberian
Awang
Bangkal
pendidikan
Bangkal Barat
Kecamatan Karang
kesehatan
Kecamatan
Intan
desa
Balai Desa Awang
tentang Diet Karang Intan pada penderita Hipertensi
41
Barat
42
2.
Kurang pengetahuan warga mengenali lingkungan yang sehat, rumah yang sehat, serta pengelolaan sampah yang benar b/d Lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan di wilayah Awang Bangkal Barat Kec. Karang Intan.
Kegiatan
Sasaran
Penyuluhan
Warga Desa Awang Bangkal Pemberian informasi Barat kesehatan tentang Kecamatan Karang Intan pengelolaan sampah
Penyuluhan
tentang Warga Desa Awang Bangkal Cuci Tangan dan Barat PHBS di SD dan TK Kecamatan Karang Intan -
Waktu
Penanggung
Penanggung
Jawab
Jawab
(mahasiswa)
(masyarakat)
Ahmad Gifari
Kepala Desa Awang Bangkal Barat dan pihak sekolah Kecamatan Karang Intan
Tempat
Balai Desa Awang Bangkal Barat
Sekolah Dasar TK
&
43
3.5 Perencanaan Keperawatan No `1.
2
Diagnosa Keperawatan Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan b/d kurang pemahaman terhadap penyakit hipertensi
NOC
NIC
Setelah dilakukan 1. Pengkajian tindakan keperawatan - Kaji tingkat pengetahuan klien terkait selama 5 kali pertemuan, masalah penyakit hipertensi, penyebab, komunitas menunjukan tanda dan gejala serta nutrisi untuk prilaku kepatuhan dengan penderita hipertensi kriteria hasil : 2. Pendidikan Kesehatan kepada - TUM : individu/keluarga Peningkatan - Berikan pendidikan kesehatan tentang pengetahuan klien penyakit hipertensi penyebab dan masalah penyakit tanda gejala, serta penanganan dan hipertensi nutrisi bagi penderita hipertensi - Berikan penjelasan dengan bahasa - TUK : yang mudah dimengerti dan pelan, peningkatan ulangi bila diperlukan. pengetahuan terkait - Motivasi peningkatan status kesehatan masalah kesehatan klien klien serta mampu - Fasilitasi menggunakan layanan memodifikasi kesehatan yang sesuai kebutuhan. kebutuhan nutrisi - Mencari informasi yang berhubungan yang ada dengan kesehatan dari berbagai dilingkungan sumber keluarga - Memiliki rasa tanggung jawab untuk membuat pilihan yang sehat - Keluarga mengetahui tentang pengertian, tanda gejala dan cara penanganan penyakit. 3. Pemeriksaan berkala tekanan darah Kurang Setelah dilakukan 1. memberikan pengetahuan terkait pengetahuan tindakan keperawatan lingkungan yang sehat warga mengenali selama 5 kali pertemuan, 2. membuat komunitas dalam perencanaan lingkungan yang komunitas menunjukan pembangunan TPST sehat, rumah yang lingkungan yang 3. membuat komunitas berpartisipasi dalam sehat, serta memenuhi syarat melaksanakan pembangunan TPST pengelolaan kesehatan dengan kriteria 4. membuat komunitas berpartisipasi dalam sampah yang hasil : memelihara dan memanfaatkan benar b/d - Komunitas pembangunan TPST Lingkungan yang mampu 5. membuat masyarakat berpartisipasi dalam kurang memenuhi mengenali pengelolaan sampah berbasis 3R syarat kesehatan lingkungan yang di wilayah Awang sehat
44
Bangkal Barat Kec. Karang Intan.
-
Komunitas mampu melakukan pengelolaan sampah
45
DAFTAR PUSTAKA Herdman & Kamitsuru (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Edisi 11. Jakarta : EGC
Mubarak. Wahit Iqbal (2005), Pengantar Keperawatan Komunitas 1, Jakarta : Sagung Seto
Mubarak. Wahit Iqbal (2013), Ilmu Keperawatan Komunitas , Jakarta : Sagung Seto
Mubarak. Wahit Ikbal. Chayatin Nurul. Santoso Bambang Adi (2009), Ilmu Keperawatan Komunitas buku 2 Konsep dan Aplikasi, Jakarta : Salemba Medika
Naomi. E. Ervin (2014), Advanced Community Helth Nursing Practice: Population-Focused Care, New Jersey: Pearson Education Inc
Nasrul Effendi (2011), Perawatan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: EGC.
Palestin. Bondan (2015), Model Kemitraan Keperawatan Komunitas Dalam Pengembangan Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd 2008
from
http://bondankomunitas.blogspot.com/2007/01/model-
kemitraan-keperawatan-komunitas_ 10. html