GENETIKA POPULASI
Nama NIM Kelompok Rombongan Asisten
:Putri Zaky Alvas Syahniar : B1A018043 : III : A2/I : Yana Setiani Putri
LABORATORIUM GENETIKA DAN MOLEKULER FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2019
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Data Perhitungan Rombongan A2 Data golongan darah : A=8 ; B=5 ; AB= 0 O=10 Jumlah total = 23 8
Frekuensi Fenotip A = 23 = 0,35 Frekuensi Fenotip B=
5 23
= 0,22 0
Frekuensi Fenotip AB= 23 = 0 10
Frekuensi Fenotip O= 23 = 0,43 𝐩+𝐪+𝐫 =𝟏 (𝐩 + 𝐪 + 𝐫)𝟐 = 𝐩𝟐 + 𝟐𝐩𝐫 + 𝐪𝟐 + 𝟐𝐪𝐫 + 𝟐𝐩𝐪 + 𝐫 𝟐 = 𝟏
Frekuensi alel Asumsikan IA = p , IB = q, IO = r Alel Io = r = √r 2 = √0,43 = 0,66 Alel IB = p + q + r = 1 =(p + r)2 = (q − 1)2 p2 + 2pr + r 2 = (1 − q)2 √ffA + ffO = 1 − q 1 − √ffA + ffO = q 1 − √0,35 + 0,43 = q 0,12=q Alel IA = p + q + r = 1 P= 1 - q - r P= 1 - (0,12) - (0,66) p= 0,22
Frekuensi genotip Golongan darah A (p2 + 2pr) Frekuensi genotip IA IA = P 2 = 0,05 Frekuensi genotip IA IO = 2pr = 0,29 Golongan darah B (q2 + 2qr) Frekuensi genotip IB IB = q2 = 0,01 Frekuensi genotip IB IO = 2qr = 0,15 Golongan darah AB (2pq) Frekuensi genotip IA IB = 2pq = 0,05 Golongan darah O (r 2 ) Frekuensi genotip IO IO = r 2 = 0,44 Tabel 1. Data Golongan Darah ABO Rombongan A1 – D2 Golongan Darah
Rombongan Jumlah A1
A2
B1
B2
C1
C2
D1
D2
A
7
8
5
5
7
5
5
5
47
B
5
5
7
7
6
7
8
6
51
AB
0
0
3
1
0
3
1
3
11
O
10
10
9
11
10
7
10
13
80
Jumlah
22
23
24
24
23
22
24
27
189
Tabel 2. Frekuensi Fenotipe Rombongan A1 – D2 Frekuensi Fenotipe
Rombongan A1
A2
B1
B2
C1
C2
D1
D2
A
0,31
0,35
0,2
0,21
0,3
0,23
0,21
0,18
B
0,22
0,22
0,29
0,29
0,26
0,32
0,33
0,22
AB
0
0
0,12
0,04
0
0,14
0,04
0,11
O
0,45
0,43
0,37
0,46
0,43
0,32
0,42
0,48
Tabel 3. Frekuensi Alel Rombongan A1 – D2 Rombongan Frekuensi Alel A1
A2
B1
B2
C1
C2
D1
D2
IA
0,20
0,22
0,15
0,15
0,2
0,17
0,14
0,12
IB
0,13
0,12
0,25
0,18
0,15
0,26
0,21
0,19
IO
0,67
0,66
0,6
0,67
0,65
0,57
0,65
0,69
Tabel 4. Frekuensi Genotipe Rombongan A1 – D2 Frekuensi Genotipe
Rombongan A1
A2
B1
B2
C1
C2
D1
D2
IAIA
0,04
0,05
0,02
0,02
0,04
0,03
0,02
0,01
IAIO
0,27
0,29
0,18
0,2
0,26
0,19
0,18
0,16
IBIB
0,02
0,01
0,06
0,03
0,02
0,07
0,04
0,03
IBIO
0,17
0,15
0,3
0,25
0,2
0,3
0,28
0,26
IAIB
0,05
0,05
0,07
0,05
0,06
0,09
0,06
0,04
IOIO
0,45
0,44
0,37
0,46
0,42
0,32
0,42
0,48
0.6
Frekuensi
0.5 0.4
A
0.3
B
0.2
AB
0.1
O
0 A1
A2
B1
B2
C1
C2
D1
D2
Rombongan
Frekuensi Alel
Grafik 1. Frekuensi Fenotipe Rombongan A1 – D2
0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0
IA
IB IO
A1
A2
B1
B2
C1
C2
D1
D2
Rombongan
Grafik 2. Frekuensi Alel Rombongan A1 – D2
Frekuensi Genotipe
0.6 0.5 IAIA
0.4
IAIO 0.3
IBIB
0.2
IBIO
0.1
IAIB IOIO
0 A1
A2
B1
B2
C1
C2
D1
D2
Rombongan
Grafik 3. Frekuensi Genotipe Rombongan A1 – D2
B. Pembahasan Genetika Genetika populasi adalah cabang dari ilmu genetika yang mempelajari gen-gen dalam populasi dan menguraikannya secara matematik akibat dari keturunan pada tingkat populasi (Suryo, 2011). Populasi mendelian adalah suatu kelompok individu yang berkembang biak secara seksual dan melakukan perkawinan secara acak. Populasi mendel mewariskan alelnya dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui hukum segregasi, hukum pemisahan dan pengelompokkan bebas dari hukum mendel. Lungkang gen merupakan kumpulan gen dalam suatu populasi pada suatu periode tertentu. Kumpulan gen ini terdiri dari atas semua alel pada semua lokus gen yang terdapat pada semua individu yang terdapat dalam populasi tersebut (Campbell et al., 1999). Hukum Hardy-Weinberg menjelaskan bahwa di dalam suatu populasi frekuensi alel dan frekuensi genotipnya selalu konstan dari generasi ke generasi berikutnya. Syarat dari hukum Hardy-Weinberg antara lain tidak adanya seleksi, tidak terjadi mutasi, tidak ada migrasi dan genetic drift, terjadi perkawinan acak, dan populasinya besar. Hukum Hardy-Weinberg berguna untuk mengetahui apakah suatu populasi sedang berevolusi atau tidak (Suryo, 2005). Namun, pada kenyataannya suatu populasi di alam tidak pernah stabil dan selalu mengalami evolusi. Di alam, proses seleksi selalu terjadi, begitu juga dengan mutasi meskipun dalam laju yang lambat. Adanya proses seleksi dan mutasi tersebut maka akan mengubah frekuensi alel dan genotip suatu populasi. Migrasi yaitu perpindahan suatu organisme dari atau menuju suatu populasi juga akan mengurangi atau menambah frekuensi alel dan genotip. Frekuensi alel, fenotip, dan genotip suatu populasi dapat diketahui melalui persamaan p2+2pq+q2=1. Dengan diketahuinya frekuensinya maka dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinan adanya suatu penyakit genetik di dalam suatu populasi (Sofro, 1994). Genetic drift adalah hilangnya/lepasnya frekuensi alel secara kebetulan atau dapat dikatakan merupakan perubahan acak pada frekuensi gen pada populasi kecil yang disebabkan oleh kematian, migrasi atau isolasi. Pada populasi kecil kehilangan sedikit anggotanya akan membuat perbedaan besar. Genetic drift dapat disebabkan oleh dua kategori situasi yaitu the bottleneck effect dan the founder effect. Bottleneck effect, dapat terjadi ketika ada bencana alam seperti
kebakaran, gempa bumi, habisnya cadangan makanan dan penyakit yang mewabah dapat mengurangi sejumlah individu dalam populasi. Bottleneck effect terjadi ketika populasi yang bertahan hidup sangat sedikit, misal tinggal satu dosen
sehingga
genpool
(komposisi
genetik
suatu
populasi)
tidak
merepresentasikan populasi awal. Founder effect. Ketika sejumlah kecil organisme bermigrasi dari populasi yang besar dan menetap sebagai populasi yang baru di suatu tempat the founder effect dapat terjadi. Jelasnya adalah genpool kelompok migrasi yang lebih kecil biasanya tidak merepresentasikan genpool populasi yang besar. Beberapa alel akan absen sementara itu yang lain akan ada secara sedikit atau berlebihan. Sebagai konsekuensi, ketika individuindividu bereproduksi dan jumlah founding population meningkat, frekuensi gennya berbeda dari populasi awalnya (Gardner, 1984). Hasil pengamatan dan perhitungan rombongan I atau A2 frekuensi golongan darah O lebih tinggi dari golongan darah lain yaitu berjumlah 10, sedangkan golongan darah AB memiliki frekuensi paling rendah yaitu 0, frekuensi golongan darah B berjumlah 7, dan frekuensi golongan darah A berjumlah 8. Data tersebut rupanya juga berlaku pada rombongan lain. Total golongan darah A adalah 47, golongan darah B 51, golongan darah AB 11 sedangkan golongan darah O adalah 80. Melalui data tersebut dapat diketahui frekuensi fenotip golongan darah A yaitu 0,35, golongan darah B 0,22, golongan darah AB 0, dan golongan darah O sebesar 0,43. Setelah diketahui frekuensi fenotipnya, maka dapat dicari frekuensi alel dan genotip melalu perhitungan persamaan Hardy-Weinberg. Frekuensi alel IA sebesar 0,22, alel IB sebesar 0,12, dan alel O sebesar 0,66. Frekuensi genotip golongan darah A homozigot sebesar 0,05 dan A heterozigot sebesar 0,29. Golongan darah B memiliki frekuensi genotip sebesar 0,01 untuk homozigot dan 0,15 untuk heterozigot. Frekuensi genotip golongan darah AB sebesar 0,05 dan golongan darah O memiliki frekuensi genotip sebesar 0,44. Hal tersebut dikarenakan frekuensi alel Io lebih banyak dari alel lain, alel 𝐼 𝑂 ada pada hampir pada semua genotip golongan darah menyebabkan peluang munculnya golongan darah O lebih tinggi dari golongan darah lain. Frekuensi yang rendah pada golongan darah AB disebabkan karena peluang munculnya alel 𝐼 𝐴 𝐼 𝐵 dari suatu persilangan alel jumlahnya lebih sempit.
DAFTAR REFERENSI Campbell, N. A., Reece & Mitcell, 1999. Biology. Fifth Edition. New York: Addison Wesley Longman, Inc. Gardner, E. J. & D. P. Snustad, 1984. Principle of Genetics. New York: John Wiley and Sons. Sofro, A. S. M., 1994. Keanekaragaman Genetik. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset. Suryo, 2005. Genetika. Yogyakarta: UGM Press. Suryo, 2011. Genetika. Yogyakarta: UGM Press.