Laporan Fl Phbs Fixx.docx

  • Uploaded by: Ineke Intania
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Fl Phbs Fixx.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,265
  • Pages: 25
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Perilaku hidup bersih dan sehat penting sekali dilakukan oleh setiap orang, mulai dari anak-anak, remaja hingga usia dewasa dan orangtua (Jababeka, 2017). Hal ini dikarenakan PHBS memiliki hubungan yang erat dengan kesehatan seseorang (Oktama, 2011). Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan perilaku yang dilakukan seseorang untuk selalu memperhatikan kebersihan, kesehatan, dan berperilaku sehat (Nonik, 2015). Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat yang saat ini disebut Pusat Promosi Kesehatan. Program PHBS dilaksanakan dalam berbagai tatanan, seperti tatanan rumah tangga (Erwidodo, 2017). Upaya peningkatan perilaku sehat di masyarakat belum menunjukkan hasil optimal. Dari hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2014 menunjukkan bahwa di Indonesia sebanyak 38.5% masyarakat masih merokok di dalam rumah ketika bersama anggota keluarga yang lain. Perokok laki-laki lebih tinggi dari perempuan (72% dibanding 28%). Selanjutnya 77.3% penduduk usia 15 tahun ke atas kurang melakukan aktivitas fisik, dengan kategori 82% kurang bergerak dan 11% tidak terbiasa melakukan aktivitas fisik. Berdasarkan hasil pendataan untuk PHBS tatanan rumah tangga provinsi Jawa Tengah sebanyak 68% keluarga belum menjadi peserta dana sehat dan sebesar 72% keluarga belum bebas asap rokok (Maryunani, 2013). PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2008). PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga berperilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat seseorang berhubungan dengan peningkatan kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan lingkungannya (Sinaga, 2003).

1

Mengingat begitu pentingnya PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di lingkungan rumah tangga sehingga dilakukan kegiatan Field Lab dengan topik tersebut. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan kesadarah masyarakat di tingkat rumah tangga mengenai PHBS serta menambah pengetahuan mahasiswa mengenai cara survey dan edukasi PHBS.

B. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapakan mahasiswa mampu melakukan KIE PHBS. Adapun learning outcome pembelajaran ini adalah diharapkan mahasiswa: 1. Mampu menjelaskan tentang dasar pelaksanaan KIE PHBS di masing-masing wilayah kerja puskesmas masing-masing kelompok mahasiswa. 2. Mampu menjelaskan indikator penilaian PHBS dalam tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan, dan tempat umum. 3. Mampu merinci manajemen program dan prosedur KIE PHBS keluarga yang memiliki bayi dan balita. 4. Mampu merinci manajemen program dan prosedur KIE PHBS keluarga yang tidak memiliki bayi dan balita di wilayah kerja masing-masing puskesmas.

2

BAB II KEGIATAN YANG DILAKUKAN

Kegiatan Field Lab topik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) telah dilaksanakan Kelompok B5 angkatan 2016 yang bertempat di Puskesmas Colomadu I, Karanganyar dengan 3 kali pertemuan tatap muka untuk pelaksanaan Field Lab dan 1 kali pertemuan untuk Koordinasi. Rincian kegiatan yang telah kami laksanakan adalah sebagai berikut : A. Koordinasi Persiapan Kegiatan Kegiatan ini dilakukan pada Hari Rabu, 26 September 2018. Kami beberapa perwakilan mahasiswa kelompok B5 datang ke Puskesmas Colomadu I pada Pukul 10.30 WIB untuk melakukan koordinasi dan menyerahkan berkasberkas Field Lab dari pihak fakultas kepada drg. E. Mardikaningtyas K., M.Kes selaku Kepala Puskesmas Colomadu 1. Pada pertemuan koordinasi ini, selain memberikan berkas-berkas untuk kegiatan Field Lab, kami juga mendapat pengarahan mengenai pelaksanaan kegiatan lapangan 1, 2, dan 3 nantinya.

B. Hari I Pertemuan pertama dilakukan pada hari Rabu 3 September 2018, mahasiswa B5 datang tepat pada waktu yang telah ditentukan yaitu pukul 07.30 WIB. Setelah itu kami mengikuti Apel pagi bersama petugas Puskesmas dan melakukan perkenalan. Setelah selesai Apel kami berkumpul di Aula Puskesmas Colomadu I. Agenda pertama yang kami laksanakan adalah perkenalan dengan Kepala Puskesmas Colomadu I yaitu drg. E. Mardikaningtyas K., M.Kes dan juga Instruktur Lapangan, dr. Christiana Dwi S. Agenda kedua yaitu mendengarkan materi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang dijelaskan oleh dr. Christiana. Agenda selanjutnya adalah berdiskusi bersama Instruktur Lapangan terkait sistem survey PHBS yang akan dilakukan pada lapagan II. Dijelaskan bahwa kita akan melakukan survey di 2 desa, sehingga kelompok kami dibagi menjadi 2, dan satu anak melakukan survey dan edukasi di 5 rumah. Selain itu kami juga diberi 3

pengetahuan mengenai cara meningkatkan sambung rasa dalam menanyakan beberapa pertanyaan terkait PHBS pada penduduk dan membahas apa saja yang perlu dipersiapkan untuk lapangan selanjutnya. Agenda terakhir adalah melakukan konsultasi terkait BRK. C. Hari II Kelompok kami berangkat ke Puskesmas Colomadu I pukul 07.00 WIB dan tiba pada pukul 07.35 WIB. Lalu kami mengikuti apel seperti biasanya dan mendengarkan pengumuman dari pihak Puskesmas. Setelah itu kami berkumpul di aula puskesmas Colomadu untuk mendapat pengarahan singkat tentang pelaksanaan kegiatan lapangan 2 oleh dr. Christiana. Lalu setelah itu kami dibagi menjadi 2 kelompok untuk berangkat ke 2 desa, yaitu Desa Malangjiwan dan Desa Paulan. Hilya, Ken, Ineke, Iffah, Jessica, dan Hafiidh mendapat bagian untuk melakukan survei di Desa Malangjiwan sedangkan Ilyas, Yeremia, Hammam, Irene, Karissa, dan Isrotul ditempatkan di Desa Paulan. Sebelum melakukan survei ke masing – masing rumah, kami memberikan sosialisasi mengenai 6 langkah cuci tangan serta 5 moment hand hygiene di Posyandu desa Malangjiwan dan Paulan. Saat kami melakukan sosialisasi, semua warga sangat antusias mengikuti

gerakan 6 langkah cuci tangan. Setelah

melakukan simulasi gerakan cuci tangan 6 langkah, kami berpencar untuk melakukan survei pada masing-masing rumah. Kegiatan survei dimulai pukul 09.30 dan selesai kira – kira pukul 11.00 WIB. Dan mendapat hasil survei sekitar 58 rumah untuk 2 desa. Lalu kami kembali ke Puskesmas dan melaporkan kepada instruktur lapangan. Dan kami pun pulang dari puskesmas Colomadu pukul 12.00 WIB. D. Hari III Hari/Tanggal

: Rabu, 24 Oktober 2018

Waktu

: 07.30 s.d. selesai

Tempat

: Puskesmas Colomadu I, Karanganyar 4

Kegiatan

: Pada kegiatan ini akan dilaksanakan pemaparan hasil kegiatan,

penyerahan laporan Field Lab kepada pihak puskesmas..

BAB III PEMBAHASAN Pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) memiliki lima tatanan antara lain PHBS di tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum, dan tatanan sarana kesehatan. Kelompok B5 melakukan kegiatan penilaian tentang PHBS pada tatanan rumah tangga di desa sekitar Puskesmas Colomadu 1, tepatnya di Desa Paulan dan Desa Malangjiwan .Sumber data diperoleh dari hasil survey pada tiap rumah tangga di desa tersebut untuk menilai strata PHBS. Adapun indikator yang digunakan di Puskesmas Colomadu 1 terdiri atas 16 Indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga meliputi 4 kelompok indikator yaitu kelompok KIA dan gizi, kelompok kesehatan lingkungan, kelompok gaya hidup, dan kelompok upaya kesehatan masyarakat, dengan rincian sebagai berikut: A. KIA dan Gizi 1. Persalinan oleh tenaga kesehatan. 2. Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan. 3. Pemberian ASI eksklusif. 4. Penimbangan balita secara teratur. 5. Konsumsi makanan dengan gizi seimbang. B. Kesehatan Lingkungan 6. Penggunaan air bersih. 7. Penggunaan jamban sehat. 8. Kegiatan membuang sampah pada tempatnya. 9. Penggunaan lantai rumah kedap air C. Gaya Hidup 10. Adanya aktivitas fisik/berolahraga. 11. Tidak merokok. 12. Kebiasaan cuci tangan dengan sabun. 5

13. Kebiasaan menggosok gigi dua kali sehari. 14. Tidak menyalahgunakan minuman keras/narkoba. D. Upaya Kesehatan Masyarakat 15. Kepesertaan dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. 16. Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk. Selanjutnya

mahasiswa

melakukan

analisis

data

dengan

mengklasifikasikan strata rumah tangga sesuai kriteria PHBS di bawah ini : 1. 0 – 5

= sehat pratama

2. 6 – 10

= sehat madya

3. 11 – 15

= sehat utama

4. 16

= sehat paripurna Sementara itu, strata kelompok dihitung dengan rumus : Jumlah Sehat Utama + Jumlah Sehat Paripurna x 100% Jumlah KK Hasil yang diperoleh kemudian digolongkan sesuai kriteria di bawah ini:

1. 0 – 24,4%

= sehat pratama

2. 24,5% - 49,4%

= sehat madya

3. 49,5% - 74,4%

= sehat utama

≥ 74,5%

= sehat paripurna

A. PHBS DESA PAULAN

6

Tabel 3.1. Hasil Pemetaan PHBS Tatanan Rumah Tangga Desa Paulan Tahun 2018

Hasil Pemetaan PHBS Tatanan Rumah Tangga Desa Paulan Tahun 2018 30 25 20

25 26 25 25

25

27 27

20 20

15

24 25 24

23

19 15

10 5

Jumlah KK

7

0

Grafik 3.1. Hasil Pemetaan Indikator PHBS Desa Paulan Tahun 2018

Persentase Hasil Pemetaan PHBS Tatanan Rumah Tangga Desa Paulan Tahun 2018 Dana Sehat,PSN, 54% 68% Tidak Narkoba, 86%

Persalinan dan Periksa Nifas, 89% Kehamilan, 71%

Kesehatan Gigi dan Mulut, 89%

Penimbangan Balita, 89%

Cuci Tangan, 86%

Gizi, 93%

Tidak Merokok, 25% Aktivitas Fisik, 82% Lantai Rumah, 96%

ASI Eksklusif, 71%

Air Bersih, 89% Sampah, 96%

Jamban Sehat, 89%

Diagram 3.1 Presentase Hasil Pemetaan Indikator PHBS Desa Paulan Tahun 2018

7

Rekapitulasi Kriteria PHBS Tatanan Rumah Tangga Desa Paulan Tahun 2018

22

25

Sehat Paripurna

20

Sehat Utama

15

Sehat Madya

10 5

2

3

Sehat Pratama

1

0

Grafik 3.2. Rekapitulasi Kriteria PHBS Tatanan Rumah Tangga Desa Paulan Tahun 2018

Persentase Rekapitulasi Kriteria PHBS Tatanan Rumah Tangga Desa Paulan Tahun 2018 11%

4% 7% Sehat Paripurna Sehat Utama Sehat Madya

79%

Sehat Pratama

Diagram 3.2 Presentase Hasil Rekapitulasi Kriteria PHBS Tatanan Rumah Tangga Desa Paulan Tahun 2018

Dalam survey PHBS Tatanan Rumah Tangga di Desa Paulan didapatkan hasil dari 28 kepala keluarga (KK), 22 KK memiliki Strata Sehat Utama dan 2 KK telah memiliki Strata Sehat Paripurna. Dari perhitungan, didapatkan strata kelompok Desa Paulan adalah: (22 + 2)/28 x 100% = 92,85%. Artinya, berdasarkan survey ini didapatkan Strata Kelompok Sehat Paripurna (persentase >= 74,5 %). Hal tersebut menunjukkan bahwa program PHBS di Desa Paulan telah berjalan dengan cukup baik. Keberhasilan 8

program dipengaruhi oleh dua aspek yaitu monitoring dan evaluasi yang akurat oleh pihak puskesmas serta kesadaran masyarakat itu sendiri. Berdasarkan hasil pemetaan PHBS Tatanan Rumah Tangga di Desa Paulan, diperoleh tiga hasil dengan indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga yang tetinggi, sebagai berikut: 1) Kegiatan membuang sampah pada tempatnya (96%) 2) Penggunaan lantai rumah kedap air (96%) 3) Konsumsi makanan dengan gizi seimbang (93%) Berdasarkan analisis data di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat Desa Paulan sudah mengerti dan mandiri dalam hal membuang sampah pada tempatnya. Lantai rumah juga sudah memakai bahan kedap air. Dan konsumsi maknan masyarakat Desa Paulan juga sudah banyak yang memenuhi gizi seimbang. Meski sudah baik, tetap harus dilakukan monitoring dan evaluasi rutin kepada masyarakat Desa Paulan. Dan karena masih ada beberapa rumah maupun KK yang belum memenuhi indikator PHBS tersebut, perlu dilakukan penyuluhan agar semua masyarakat Desa Paulan memenuhi kriteria PHBS. Berdasarkan hasil pemetaan PHBS Tatanan Rumah Tangga di Desa Paulan, diperoleh tiga hasil dengan indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga yang terendah, sebagai berikut: 1) Tidak merokok (25%) 2) Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (54%) 3) Kepesertaan dalam jaminan pemeliharaan kesehatan (68%) Berikut rincian dari ketiga indikator tersebut berdasarkan hasil survey: 1. Tidak merokok Indikator ini memiliki nilai terendah dari keenambelas indikator yang ditanyakan dalam survey PHBS, yaitu hanya 7 rumah/kepala keluarga (KK) dari 28 KK yang rumahnya bebas dari asap rokok (persentase rumah bebas asap rokok yaitu 25%). Persentase rumah dengan perokok di dalamnya yang cukup tinggi, 75%, tentunya akan berisiko menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang berkaitan dengan asap rokok, seperti impotensi, kanker, penyakit pernapasan, dan 9

penyakit-penyakit lain bagi perokok aktif maupun bagi orang di sekitarnya (perokok pasif; istri, anak kecil, dan lainnya). Masih banyaknya warga yang merokok kemungkinan disebabkan karena:  Merokok sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian wargaDesa Paulan. Pengaruh kebiasaan lingkungan sekitar membuat warga yang lain menjadi mengikuti kebiasaan merokok.  Beberapa remaja warga Desa Paulan merokok karea ikut-ikutan teman.  Menurut sebagian warga Desa Paulan, merokok dirasakan enak dan menyenangkan, serta membuat rasa ketagihan sehingga ingin terus merokok.  Kurangnya pengetahuan mengenai bahaya merokok dan belum mengerti bagaimana caranya supaya bisa berhenti merokok. Upayayangdapat dilakukan dalam rangka meningkatkan angka rumah yang bebas asap rokok antara lain:  Dilakukan sosialisasi berkesinambungan mengenai dampak buruk merokok.  Dilakukan kunjungan berkala guna memberikan pendekatan pada warga tentang dampak negatif merokok. 2. Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk Indikator PSN menempati urutan kedua dari bawah setelah indikator tidak merokok, yaitu hanya 15 rumah/kepala keluarga (KK) dari 28 KK yang. Dengan kata lain, baru 54% keluarga yang anggota keluarganya melakukan pemberantasan sarang nyamuk. Meskipun persentase tersebut sudah cukup tinggi, hampir setengah penduduk masyarakat Desa Paulan masih belum rutin melakukan pemberantasan sarang nyamuk. Hal ini tentunya akan berisiko menimbulkan berbagai masalah kesehatan, salah satuya demam berdarah (DB). Masih banyaknya warga yang tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk kemungkinan disebabkan karena:

10

 Masih ada warga yang belum mengerti tujuan dan manfaat dari kegiatan pemberantasan sarang nyamuk.  Beberapa warga hanya melakukan PSN pada bak-bak mandi yang ada di kamar mandi, tidak pada bak/wadah yang ada di luar rumah. Upayayangdapatdilakukan dalam rangka meningkatkan angka rumah yang bebas asap rokok antara lain:  Dilakukan sosialisasi berkesinambungan mengenai pentingnya melakukan pemberatasan sarang nyamuk (PSN).  Dilakukan kunjungan berkala dan survey apakah ada sarang nyamuk/jentik-jentik guna mematau apakah masyarakat setempat sudah melakukan PSN. 3. Kepesertaan dalam jaminan pemeliharaan kesehatan Indikator Dana Sehat menempati urutan ketiga dari bawah setelah indikator tidak merokok dan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk, yaitu dari 28 keluarga yang diwawancara hanya 19 keluarga yang anggota keluarganya menjadi peserta jaminan pemeliharaan kesehatan, seperti Askes, BPJS, Jamsostek, Jamkesmas, dan sejenisnya rokok. Dengan kata lain, baru 68% keluarga yang anggota keluarganya memiliki dana sehat. Meskipun persentase tersebut sudah cukup tinggi, akan tetapi pemerintah Indonesia berharap bahwa nantinya semua warga Indonesia akan menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional supaya program ini bisa benar-benar berjalan dengan baik dan dapat tercapai pemerataan akses kesehatan bagi semua masyarakat Indonesia. Masih adanya keluarga yang belum menjadi peserta jaminan kesehatan kemungkinan dikarenakan:  Masih ada warga yang belum mengerti fungsi dari jaminan pemeliharaan

kesehatan,

bagaimana

alur

pendaftaran

dan

mekanisme saat menjadi peserta jaminan pemeliharaan kesehatan.  Karena faktor ekonomi, sebagian warga merasa tidak mampu untuk membayar iuran apabila menjadi peserta jaminan kesehatan. Terlebih jika harus mendaftarkan seluruh anggota keluarga, maka warga merasa keberatan. 11

 Kurang adanya kepercayaan sebagian masyarakat terhadap program jaminan pemeliharaan kesehatan.  Beberapa warga tidak mengikuti program jaminan pemeliharaan kesehatan karena usia yag sudah tua. Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan angka keikutsertaan masyarakat dalam jaminan kesehatan antara lain:  Memberikan sosialisai serta wawasan menganai pentingnya penggunaan jaminan pemeliharaan kesehatan sehingga warga bisa lebih mengerti dan paham.  Memberikan sosialisasi mengenai tata cara mengikuti jamninan pemeliharaan kesehatan.

Berdasarkan hasil pemetaan PHBS Tatanan Rumah Tangga di Desa Paulan, didapatkan hasil 1 KK yang masih berada di strata Sehat Pratama. Hal tersebut disebabkan karena kondisi pemilik rumah yang tinggal seorang diri dan usianya yang sudah tua, membuat beberapa indikator PHBS tidak dapat dinilai, misalnya terkait kesehatan,pemeriksaan

kehamilan,

pertolongan pemberian

persalinan oleh tenaga ASI

eksklusif,

dan

penimbangan balita.

12

B. PHBS DESA MALANGJIWAN

Tabel 3.2. Hasil Pemetaan PHBS Tatanan Rumah Tangga Desa MalangjiwanTahun 2018

Hasil Pemetaan PHBS Tatanan Rumah Tangga Desa Malangjiwan Tahun 2018 35 30 25 20 15 10 5 0

KK

Grafik 3.3Hasil Pemetaan PHBS Tatanan Rumah Tangga Desa Malangjiwan 2018

13

Persentase Hasil Pemetaan PHBS Tatanan Rumah Tangga Desa Malangjiwan Tahun 2018 Dana Sehat, 67% PSN, 87%

Tidak Narkoba, 97% Kesehatan Gigi dan Mulut, 93%

Persalinan dan Nifas, 83% Periksa Kehamilan, 93% Asi Ekslusif, 77% Penimbangan Balita, 80% Gizi, 87%

Cuci Tangan, 87% Tidak Merokok, 50% Fisik, Aktivitas

Air Bersih, 93%

77% Lantai Rumah, 97%

Sampah, 87%

Jamban Sehat, 97%

Diagram 3.3 Presentase Hasil Pemetaan Indikator PHBS Desa MalangjiwanTahun 2018

Rekapitulasi Kriteria PHBS Tatanan Rumah Tangga Desa Mlangjiwan Tahun 2018 30 25

26

20 15 10 5 0

3 Sehat Paripurna

Sehat Utama

1

0

Sehat Madya

Sehat Pratama

Grafik 3.4 Hasil Rekapitulasi Kriteria PHBS Tatanan Rumah Tangga Desa MalangjiwanTahun 2018

14

Persentase Rekapitulasi Kriteria PHBS Tatanan Rumah Tangga Desa Malangjiwan Tahun 2018 Sehat Pratama Sehat Madya Sehat 3% Paripurna 0% 10%

Sehat Utama 87%

Diagram 3.4 Presentase Hasil Rekapitulasi Kriteria PHBS Tatanan Rumah Tangga Desa MalangjiwanTahun 2018

Dalam survey PHBS Tatanan Rumah Tangga di Desa Malangjiwan didapatkan hasil dari 30 kepala keluarga (KK), 26 KK memiliki Strata Sehat Utama dan 3 KK telah memiliki Strata Sehat Paripurna. Dari perhitungan, didapatkan strata kelompok Desa Malangjiwan adalah: (26 + 3)/30 x 100% = 96,667% Artinya, berdasarkan survey ini didapatkan Strata Kelompok Sehat Paripurna (persentase >= 74,5 %). Hal tersebut menunjukkan bahwa program PHBS di Desa Malangjiwantelah berjalan dengan cukup baik. Keberhasilan program dipengaruhi oleh dua aspek yaitu monitoring dan evaluasi yang akurat oleh pihak puskesmas serta kesadaran masyarakat itu sendiri.K Berdasarkan hasil pemetaan PHBS Tatanan Rumah Tangga di Desa Paulan, diperoleh dua hasil dengan indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga yang tertinggi, sebagai berikut: 1) Penggunaan Jamban Sehat (97%) 2) Penggunaan lantai rumah kedap air (97%) 3) Tidak Mengonsumsi Narkoba dan minum minuman keras (97%)

15

Berdasarkan analisis data di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat Desa Malangjiwan sudah mengerti dan mandiri dalam hal Penggunaan Jamban Sehat.Lantai rumah juga sudah memakai bahan kedap air. Selain itu masyarakat di sana juga sudah mengetahui dampak negative penggunaan narkoba dan minum – minuman keras. Meski sudah baik, tetap harus dilakukan monitoring dan evaluasi rutin kepada masyarakat Desa Malangjiwan. Dan karena masih ada beberapa rumah maupun KK yang belum memenuhi indikator PHBS tersebut, perlu dilakukan penyuluhan agar semua masyarakat Desa Malangjiwan memenuhi kriteria PHBS. Berdasarkan hasil pemetaan PHBS Tatanan Rumah Tangga di Desa Malangjiwan, diperoleh empat hasil dengan indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga yang terendah, sebagai berikut: 1) Tidak merokok (50%) 2) Penggunaan Dana Sehat (67%) 3) Pemberian ASI (77%) 4) Aktivitas Fisik(77%)

Berikut rincian dari kedua indikator tersebut berdasarkan hasil survey: 1. Tidak merokok Indikator ini memiliki nilai terendah dari keenambelas indikator yang ditanyakan dalam survey PHBS, yaitu hanya 15 rumah/kepala keluarga (KK) dari 30 KK yang rumahnya bebas dari asap rokok (persentase rumah bebas asap rokok yaitu 50%). Persentase rumah dengan perokok di dalamnya yang sama tinggi, 50%, tentunya akan berisiko menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang berkaitan dengan asap rokok, seperti impotensi, kanker, penyakit pernapasan, dan penyakit-penyakit lain bagi perokok aktif maupun bagi orang di sekitarnya (perokok pasif; istri, anak kecil, dan lainnya). Masih banyaknya warga yang merokok kemungkinan disebabkan karena:

16

 Merokok

sudah

menjadi

kebiasaan

bagi

sebagian

wargaDesa

Malangjiwan. Pengaruh kebiasaan lingkungan sekitar membuat warga yang lain menjadi mengikuti kebiasaan merokok.  Beberapa remaja warga Desa Malangjiwan merokok karena ikut-ikutan teman.  Menurut sebagian warga Desa Malangjiwan, merokok dirasakan enak dan menyenangkan, serta membuat rasa ketagihan sehingga ingin terus merokok.  Kurangnya pengetahuan mengenai bahaya merokok dan belum mengerti bagaimana caranya supaya bisa berhenti merokok. Upayayang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan angka rumah yang bebas asap rokok antara lain:  Dilakukan sosialisasi berkesinambungan mengenai dampak buruk merokok  Dilakukan kunjungan berkala guna memberikan pendekatan pada warga tentang dampak negatif merokok 2. Keikutsertaan dalam jaminan pemeliharaan kesehatan Indikator Dana Sehat menempati urutan kedua dari bawah setelah indikator tidak merokok yaitu dari 30 keluarga yang diwawancara hanya 21 keluarga yang anggota keluarganya menjadi peserta jaminan pemeliharaan kesehatan, seperti Askes, BPJS, Jamsostek, Jamkesmas, dan sejenisnya. Dengan kata lain, baru 67% keluarga yang anggota keluarganya memiliki dana sehat. Meskipun persentase tersebut sudah cukup tinggi, akan tetapi pemerintah Indonesia berharap bahwa nantinya semua warga Indonesia akan menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional supaya program ini bisa benar-benar berjalan dengan baik dan dapat tercapai pemerataan akses Fkesehatan bagi semua masyarakat Indonesia. Masih adanya keluarga yang belum menjadi peserta jaminan kesehatan kemungkinan dikarenakan: 

Masih ada warga yang belum mengerti fungsi dari jaminan pemeliharaan kesehatan, bagaimana alur pendaftaran dan mekanisme saat menjadi peserta jaminan pemeliharaan kesehatan. 17



Karena faktor ekonomi, sebagian warga merasa tidak mampu untuk membayar iuran apabila menjadi peserta jaminan kesehatan. Terlebih jika harus mendaftarkan seluruh anggota keluarga, maka warga merasa keberatan.



Kurang adanya kepercayaan sebagian masyarakat terhadap program jaminan pemeliharaan kesehatan.



Beberapa warga tidak mengikuti program jaminan pemeliharaan kesehatan karena usia yag sudah tua. Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan angka

keikutsertaan masyarakat dalam jaminan kesehatan antara lain: 

Memberikan sosialisai serta wawasan menganai pentingnya penggunaan jaminan pemeliharaan kesehatan sehingga warga bisa lebih mengerti dan paham.



Memberikan sosialisasi mengenai tata cara mengikuti jamninan pemeliharaan kesehatan.

3. Pemberian ASI Eksklusif Dari 30 KK yang dilakukan survey hanya 23 KK atau sekitar 77% yang menerapkan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan tanpa makanan tambahan lain. Meski sudah cukup besar, akan tetapi angka tersebut perlu ditingkatkan lagi, mengingat betapa pentingnya pemberian ASI ekslusif. ASI mengandung nutrisi yang baik untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Selain itu, ASI yang mengandung antibodi juga dapat meningkatkan sistem imun bayi sehingga bayi menjadi tidak mudah terserang penyakit. Masih belum optimalnya pemberian ASI eksklusif mungkin disebabkan oleh 

Masih minimnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa makanan tambahan.



Mayoritas masyarakat bekerja di pabrik, sehingga terkadang kesulitan untuk memberikan ASI eksklusif saat jam bekerja dan memilih alternatif dengan menggunakan susu formmula yang lebih praktis. Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan angka pemberian ASI eksklusif antara lain: 18



Memberikan edukasi tentang pentingnya pemberian ASI esklusif terhadap kesehatan bayi, serta pengetahuan bahwa yang dimaksud dengan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan adalah tanpa pemberian makanan tambahan lain maupun susu formula.

4. Aktivitas Fisik Indikator aktivitas fisik memiliki jumlah yang sama dengan indikator pemberian ASI eksklusif, yakni sebesar 77% atau meliputi 23 KK dari 30 KK yang di survey. Angka tersebut sebenarnya sudah cukup tinggi, tapi diperlukan upaya untuk dapat meningkatkannya lagi. Aktivitas fisik sebenarnya merupakan hal yangsederhana , karena meliputi aktivitas seharihari, seperti menyapu, memasak , mencangkul, berjalan dll.

Meski

sederhana, tetapi aktivitas fisik memberikan pengaruh yang baik terhadap kesehatan dan juga kebugaran jasmani. Beberapa kemungkinan

yang menyebabkan kurang optimalnya

pencapaian indikator aktivitas fisik antara lain : 

Kurangnya pemahaman masyarakat tentang

pentingnya melakukan

olahraga maupun aktivitas fisik. 

Mayoritas masyarakat masih sibuk bekerja sehingga jarang meluangkan waktu khusus untuk berolahraga dan apabila sudah melakukan aktivitas fisik masih belum memenuhi 30 menit , 2 kali seminggu. Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan aktivitas fisik masyarakat antara lain:

 Memberikan penyuluhan kepada masyarakat terkait pentingnya melakukan aktivitas fisik secara rutin.  Menyediakan program-program yang dapat memfasilitasi masyarakat untuk melakukan aktivitas fisik, misalnya senam bersama tiap hari Minggu

Berdasarkan hasil pemetaan PHBS Tatanan Rumah Tangga di Desa Malangjiwan, didapatkan hasil 1 KK yang masih berada di strata Sehat Madya, yaitu rumah milik Bapak Slamet. Kondisi beliau yang tidak memiliki anak dan istrinya yang telah meninggal, membuat beberapa indikator PHBS tidak dapat 19

dinilai, misalnya terkait pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, pemeriksaan kehamilan, pemberian ASI eksklusif, dan penimbangan balita.

Berdasarkan hasil pemetaan PHBS Tatanan Rumah Tangga di Desa Paulan dan Malangjiwan, didapatkan total KK yang disurvey PHBS sejumlah 58 KK. Dari total 58 KK didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Sehat Pratama sebanyak 1 KK. 2. Sehat Madya sebanyak 4 KK. 3. Sehat Utama sebanyak 48 KK. 4. Sehat Paripura sebanyak 5 KK. Dari hasil tersebut, didapatkan rata-rata strata rumah tangga/KK di Desa Paulan dan Malangjiwan adalah Sehat Utama. Kondisi ini sudahbaik, tetapi masih didapatkan KK dengan strata Sehat Pratama dan Sehat Madya, menandakan PHBS di Desa Paulan dan Malangjiwan belum begitu merata. Tetapi, total data yang disurvey tidak cukup untuk menggambarkan strata PHBS Kecamatan Colomadu, sehingga perlu dilakukan survey PHBS kembali dengan cakupan yang lebih luas.

20

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan Pelaksanaan survey PHBS di Desa Paulan dan Desa Malangjiwan berjalan dengan baik. Dari hasil survey didapatkan 28 Kepala Keluarga (KK), 22 KK memiliki Strata Sehat Utama dan 2 KK memiliki Strata Sehat Paripurna. Dan didapatkan strata kelompok Desa Paulan sebesar 92,85%, itu artinya program PHBS di Desa Paulan berjalan dengan baik. Sedangkan

di Desa Malangjiwan didapatkan 30 Kepala Keluarga (KK), 26

memiliki Strata Sehat Utama dan 3 KK memiliki Strata Sehat Paripurna. Dan didapatkan strata kelompok Desa Malangjiwan. Dan didapatkan strata kelompok Desa Malangjiwan sebesar 96,66%, itu artinya program PHBS di Desa Malangjiwan berjalan dengan baik. B. Saran a. Field Lab 

Untuk kegiatan survey PHBS di lapangan, dari pihak FL bisa menentukan target minimal rumah tangga yang dilakukan survey. Karena berdasarkan informasi ada kelompok lain yang kegiatan survey PHBS-nya hingga sore hari, mungkin dari kejadian tersebut bisa dipertimbangkan untuk diadakan target minimal dan maksimal.



Perihal pretest, kami ingin memberi saran untuk bisa dipertimbangkan. Soal yang diberikan kepada mahasiswa lebih baik bersumber dari modul yang sudah diberikan oleh pihak FL.



Perihal Buku Rencana Kerja, kami ingin memberi saran untuk kotak validasi mungkin bisa diberi tanda kelanjutan seperti diberikan tanda tangan dari pihak FL

b. Puskesmas

21



Dalam kegiatan survey PHBS diharapkan mahasiswa mampu menggali informasi yang lebih jelas dengan kondisi waktu kurang lebih 10 menit, agar bisa mencari rumah lain yang bisa dilakukan survey PHBS.



Pada saat melakukan survey, sebagian dari kami mendapati beberapa rumah yang sedang tidak ada tuan rumahnya. Mungkin untuk kedepannya bisa dilakukan pemberitahuan terkait diadakannya survey PHBS.

c. Masyarakat a. Desa Paulan 

Diadakan survey PHBS di sekitar lingkungan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan pola hidup bersih dan sehat. Kami berharap masyarakat bisa menjaga kebersihan dan memiliki pola hidup yang sehat agar terhindar dari penyakit.



Terutama untuk perihal merokok, dianjurkan untuk menguragi kebiasaan tersebut agar lingkungan sekitarnya dapat terhindar dari asap rokok. Sangat ditekan bagi keluarga yang anggota keluarganya merokok dan ada bayi, untuk tidak merokok terlebih dahulu.



Masyarakat di Desa Paulan masih sangat kurang akan keikutsertaan dalam jaminan kesehatan seperti BPJS. Saran yang bisa diutarakan yaitu adanya peninjauan untuk penggunaan BPJS atau

asuransi

lainnya

dengan

diadakannya

survey

dan

pemberitahuan secara berkala. b. Desa Malangjiwan 

Masyarakat di Desa Malangjiwan ini perlu diadakan seperti peninjauan tentang keikutsertaan menjadi peserta jaminan kesehatan, karena dari hasil survey kami masyarakat Desa Malangjiwan perlu diperhatikan.



Perihal kebiasaan merokok, di Desa Malangjiwan ini masih terbilang masyarakat setempat masih memiliki kebiasaan yang tidak baik. Saran yang dapat diutarakan, dibutuhkan untuk diadakan peninjauan dan penyuluhan terkait bahaya merokok. 22

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. (2008). Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: Depkes RI. Erwidodo. (2017). Laporan Kegiatan. Diakses Oktober 23, 2017, dari https://www.pdfcoke.com/document/345871433/LAPORAN-KEGIATAN-F2 Jababeka. (2017). Poin Penting dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: Liputan 6. Maryunani, A. (2013). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: Trans Info Media. Nonik. (2015). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Diakses October 23, 2017, dari https://www.pdfcoke.com/doc/283163200/Perilaku-Hidup-Bersih-Dan-Sehat Oktama, H. (2011). Hubungan Kesehatan dengan Perilaku. Pekanbaru. Sinaga, D. H. (2003). Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

23

LAMPIRAN

24

25

Related Documents

Fl
November 2019 30
Kebijakan Phbs
June 2020 29
Phbs Sd.docx
December 2019 29

More Documents from "Herlin Ajeng Nurrahma"