LAPORAN
EVIDENCE BASE PRACTICE (EBP) PENGARUH PENYALURAN ENERGI FISIK SENAM AEROBIK DAN SENAM POCO-POCO PADA PASIEN SKIZOPRENIA TERHADAP PENURUNAN ANGKA PERILAKU KEKERASAN: SISTEMATIK REVIEW
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Disusun oleh : Diah Ernawati
NIM 318128
Dian Rahayu P
NIM 318130
Enisah
NIM 318132
Evi Rachmawati
NIM 318134
Femy Noviantari
NIM 318135
Gira Lugina
NIM 318136
Hikma Rismawati
NIM 318137
Minarti
NIM 318144
Singgih AK
NIM 318150
Suparji
NIM 318151
Yayah Zakiyah
NIM 318154
PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT TAHUN AJARAN 2018 / 2019
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN EVIDENCE BASE PRACTICE (EBP) PENGARUH PENYALURAN ENERGI FISIK PADA PASIEN SKIZOFERNIA DI KLINIK UTAMA NUR ILAHI
Disusun oleh: Diah Ernawati
NIM 318128
Dian Rahayu P
NIM 318130
Enisah
NIM 318132
Evi Rachmawati
NIM 318134
Femy Noviantari
NIM 318135
Gira Lugina
NIM 318136
Hikma Rismawati
NIM 318137
Minarti
NIM 318144
Singgih AK
NIM 318150
Suparji
NIM 318151
Yayah Zakiyah
NIM 318154
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal ______________________
Mengetahui,
Pembimbing Lapangan
Pembimbing Akademik
(..................................................)
(...........................................)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan anugerah dan perkenanNya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan EBP (Evidence Based Practice) untuk memenuhi syarat laporan keperawatan jiwa. Dengan selesainya Laporan Praktek Lapangan ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Allah SWT, Kepada team dosen keperawatan jiwa selaku pembimbing Kami menyadari bahwa laporan yang penulis buat, jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan penyusunan laporan selanjutnya agar laporan yang kami buat menjadi lebih baik. Akhir kata kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah berusaha membantu kelompok dalam penyusunan laporan ini dan kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami juga umumnya untuk kita semua. Semoga bimbingan dan kebaikan yang telah diberikan kepada kami selaku kelompokakan dapat ridho Allah SWT. Amin Wassalamualaikum Wr.Wb
Penyusun,
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG 1.1 FENOMENA Perubahan sosial ekonomi yang cepat dan situasi sosial politik yang tidak menentu menyebabkan semakin meningkatnya gangguan jiwa dalam kehidupan manusia. Penduduk yang mengalami berbagai permasalahan dan tekanan hidup dapat menjadi stress berat dan lama-kelamaan menjadi sakit jiwanya. Sebagai akibatnya, muncul gejala skizofrenia dimana jiwa dari individu menjadi terpecah dan terjadi disharmoni antara pikiran dan kemauan. Penderita skizofrenia akan mengalami gangguan dalam kognitif, emosional, persepsi serta gangguan dalam tingkah laku.Pasien skizofrenia kronis pada umumnya tidak mampu melaksanakan fungsi dasar secara mandiri, misalnya kebersihan diri, penampilan, dan sosialisasi. Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area individu, termasuk berpikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi serta berperilaku dengan sikap yang tidak dapat diterima secara sosial (Isaac, 2005). Berbagai penelitian melaporkan bahwa individu yang didiagnosa mengalami skizofrenia mempunyai angka lebih tinggi untuk mengalami perilaku kekerasan (American Psychiatric Association, 2010). Sebuah survey yang dilakukan Sulastri (2008, dalam Wahyuningsih, 2009) terhadap 18 klien perilaku kekerasan ditemukan 80% (14 orang) dengan diagnosa skizofrenia paranoid. Bentuk Perilaku kekerasan yang terbanyak dilakukan klien dalam satu tahun terakhir adalah kekerasan fisik pada diri sendiri yang menyebabkan cedera ringan (84%), kemudian diikuti oleh ancaman fisik (79%), penghinaan (77%) dan kekerasan verbal (70%). Sejumlah kecil perawat (20%) mengalami kekerasan fisik yang menyebabkan cedera serius (Elita dkk, 2012). Selain itu klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah, dan lain-lain (Stuart & Sundeen, 2007). Oleh karena itu, perlu diberikan intervensi yang tepat bagi klien dengan perilaku kekerasan karena beresiko untuk mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Berbagai metode intervesi keperawatan untuk mengontrol perilaku kekerasan salah satunya dengan penyaluran energi dimana merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara kontruktif dimana memungkinkan penembangan pola –pola penyaluran energi seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun lingkungan. Tujuan : menyalurkan
energi, destruktif ke konstruktif, mengekspresikan perasaan, meningkatkan hubungan interpersonal. Untuk mencapai hal tersebut di atas perlu di buat suatu pedoman pelaksanaan terapi aktivitas kelompok seperti terapi aktivitas kelompok penyaluran energi. (Keliat,2004:16). Bentuk terapy penyaluran energy telah banyak dikembangkan dengan menggunakan berbagai metode salah satunya adalah dengan senam atau gerak fisik. Dengan senam energy yang tertahan dapat disalurkan serta meningkatkan aliran darah ke otak sehingga O2 dapat terserap banyak di otak dan menimbulkan efek relaksan sehingga pasien bisa tidur dengan nyaman dan lebih rileks (Yulistanti,2003)
1.2 PREVALENSI World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa jumlah pasien gangguan jiwa cukup tinggi hingga mencapai 450 juta orang diseluruh dunia pada tahun 2013. Hasil Riset
Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan Indonesia memiliki prevalensi gangguan jiwa
berat sebesar 1,7 per mil meningkat dibandingkan hasil Riskesdas 2012 sebesar 1, 4 per mil. Beberapa daerah dengan gangguan jiwa berat terbanyak ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah dan Bali menempati urutan ke tiga dengan prevalensi sebesar 2,3 per mil3. Skizofrenia merupakan masalah utama gangguan jiwa di dunia, sebagian besar pasien yang masuk rumah sakit jiwa mengalami skizofrenia (85% dengan skizofrenia ) yang memerlukan rawat inap dan jalan cukup lama. Berbagai tanda dan gejala yang muncul pada pasien skizofrenia seperti perilaku disorganisasi bicara kacau dan perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah, delusi, halusinasi, kekacauan kognitif, dijadikan dasar profesi keperawatan dalam menegakkan diagnosis keperawatan.
1.3 GAMBARAN KASUS Kasus Shizoprenia dengan Perilaku Kekerasan di Klinik Utama Jiwa Nur Ilahi mencapai 60 % dari jumlah seluruh kasus yang ada. Dibandingkan dengan halusinasi 20 % Isolasi Sosial 15 % dan Depresi 5 %. Kunjungan dengan kasus shizoprenia dengan kasus perilaku kekerasan perlu adanya penyaluran energy yang konstruktif yang diajarkan dalam terapy aktivitas kelompok.
2
TUJUAN 1.1 Kelompok mahasiswa mampu untuk melaksanakan EBP dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien, dan keluarga 1.2 Kelompok
mahasiswa
mampu
merumuskan
kebutuhan
asuhan
keperawatan
berdasarkan evidence yang terbaru. 1.3 Kelompok mahasiswa mampu membuat rumusan pertanyaan klinis dengan menggunakan format PICOT. 1.4 Kelompok mahasiswa mampu melakukan pencarian evidence (hasil-hasil penelitian) terbaru sesuai dengan pertanyaan PICOT. 1.5 Kelompok mahasiswa mampu melakukan quality assessment/apraisal terhadap hasil penelitian yang ditemukan dengan menggunakan format. 1.6 Kelompok mahasiswa mampu melakukan riview terhadap jurnal tang terkait dengan rumusan PICOT. 1.7 Kelompok mahasiswa mampu menganalisa hasil jurnal dengan disesuaikan dengan outcome yang diharapkan. 1.8 Kelompok mahasiswa mampu mengintegrasikan hasil penelitian
terbaik dengan
pandangan ahli di ruangan dan praktik klinik serta memperhatikan nilai-nilai pasien dalam membuat asuhan/tindakan keperawatan yang berdasarkan pada EBP.
BAB II PELAKSANAAN EBP
2.1 TAHAP I Kasus Shizoprenia dengan Perilaku Kekerasan di Klinik Utama Jiwa Nur Ilahi mencapai 60 % dari jumlah seluruh kasus yang ada. Dibandingkan dengan halusinasi 20 % Isolasi Sosial 15 % dan Depresi 5 %. Kunjungan dengan kasus shizoprenia dengan kasus perilaku kekerasan perlu adanya penyaluran energy yang konstruktif yang diajarkan dalam terapy aktivitas kelompok.
2.2 TAHAP 2 Deskripsi PIOT P
:
Pasien Shizoprenia
I
:
Terapy Penyaluran Energy Senam Aerobic dan Poco-poco
O
:
Menurunkan angka perilaku kekerasan
T
:
1 Kali Pelaksanaan TAK
Intervensi PIOT : Pada Terapy aktivitas kelompok pasien shizoprenia perilaku kekerasan bagaimana efektifitas senam aerobic dan senam poco-poco terhadap penurunan angka perilaku kekerasan selama 1 kali pelaksaan terapy aktivitas kelompok
Etiologic Apakah Terapy aktivitas kelompok pasien shizoprenia perilaku kekerasan bagaimana efektifitas senam aerobic dan senam poco-poco terhadap penurunan angka perilaku kekerasan selama 1 kali pelaksaan terapy aktivitas kelompok
Diagnosis Pada Terapy aktivitas kelompok pasien shizoprenia perilaku kekerasan apakah efektifitas senam aerobic dan senam poco-poco terhadap penurunan angka perilaku kekerasan
Prognosis Pada Terapy aktivitas kelompok pasien shizoprenia perilaku kekerasan, bagaimana efektifitas senam aerobic dan senam poco-poco terhadap penurunan angka perilaku kekerasan
2.3 TAHAP 3 1). Kelompok menggunakan strategi pencarian tepat dan efektif. Strategi yang digunakan adalah memasukan PIOT dengan memasukan kata Shizoprenia, Terapy aktivitas kelompok, senam poco-poco dan senam aerobic, penyaluran energy. Query
Jumlah yang ditemukan
Waktu
Sumber : googgle Scholar Shizoprenia
578.000
10 : 14: 57
532
10 : 15: 29
Senam Aerobic
6
10 : 16: 08
Senam Poco-poco
2
10 : 18: 34
Terapy Aktivitas Kelompok
2). Diagram flow Jumlah artikel yang didapat (n=578.000 ) Jumlah artikel yang di-exclude (berdasarkan kriteria ekslusi) (n=532) Jumlah artikel yang layak (n=8)
Jumlah artikel yang exclude (berdasarkan kriteria insklusi) Jumlah artikel yang masuk dalam pengkajian (n=3)
(n=5)
2.4 TAHAP 4 a. Analisa CASP Checklist Pengaruh Terapi Senam Aerobic Low Impact Terhadap Skor Agression Self-Control Pada Pasien Dengan Risiko Perilaku Kekerasan di Ruang Sakura RSUD Banyumas
CASP Checklist: 11 pertanyaan untuk membantu Anda memahami Uji Coba Terkontrol Acak Randomized Controlled Trial Cara penggunaan: 3 prinsip dalam melakukan analisis jurnal: Apakah hasil studi nya valid? (Section A) Apa hasilnya? (Section B) Akankah hasilnya membantu secara lokal? (Section C) Hasil ya / jumlah pertanyaan : 16/22 : 72,7%
No
Pertanyaan
Fokus
Respon Iya
Tidak
Tidak dilaporkan
Section A: Apakah hasil studi nya valid? 1
Apakah studi tersebut
Studi populasi
√
menjelaskan
Intervensi yang
√
masalahnya secara focus
diberikan Kelopok
√
control/komparasi
2
Apakah pembagian pasien ke dalam kelompok intervensi
Hasil/ outcome
√
Bagaimana ini
√
dilakukan Apakah alokasi
dan control dilakukan
pasien dilakukan
secara acak
secara tersembunyi
√
dari peneliti dan pasien 3
Apakah semua pasien yang terlibat dalam penelitian dicatat dengan benar di
Apakah dihentikan lebih awal Apakah pasien dianalisis dalam
√ √
Komentar
kesimpulannya?
kelompok untuk
√
yang mereka acak 4
√
Apakah pasien, petuga kesehatan dan responden pada penelitian ini ‘Blind’ terhadap intervensi yang dilaksanakan?
5
√
Apakah waktu pelaksanaan untuk setiap grup sama?
6
√
Selain intervensi yang dilaksanakan, apakah setiap grup dipelakukan sama/adil?
Seciton B: Apa hasilnya? 7
Seberasa besar efek dari intervensi tersebut
apa outcome yang
√
diukur? Apakah hasil
√
dijelaskan secara spesifik hasil apa yang ditemukan untuk
√
Apa hasil dari setiap outcome yang
√
diukur 8
Seberapa tepat dan akurat efek intervensi?
Berapa confidence
√
limitnya
Seciton C: Akankah hasil membantu secara lokal? 9
Bisakah hasilnya
Apakah karakteristik
diterapkan
pasien sama dengan
populasi lokal, atau di
tempat
konteks saat ini
bekerja/populasi
dilingkungan
anda?
sekarang?
Jika berbeda, apa
√
√
perbedaannya
Pasien banyak sedangkan dikita sedikit
10
Apakah hasil
Apakah infomasi
penelitian ini pencing
yang anda inginkan
secara klinis untuk
sudah terdapat
dipertimbangkan?
dalam penelitian
√
Jika tidak, apakah akan berpengaruh
√
terhadap pengambilan keputusan 11
Apakah manfaatnya
Meskipun tidak
sepadan dengan
tercantum dalam
bahaya dan biaya yang
penelitian, bagaiman
dibutuhkan?
menurut anda
√
Efektifitas Senam Aerobic Low Impact Terhadap Aggression Self Control Pada Pasien Dengan Resiko Perilaku Kekerasan CASP Checklist: 11 pertanyaan untuk membantu Anda memahami Uji Coba Terkontrol Acak Randomized Controlled Trial Cara penggunaan: 3 prinsip dalam melakukan analisis jurnal: Apakah hasil studi nya valid? (Section A) Apa hasilnya? (Section B) Akankah hasilnya membantu secara lokal? (Section C) Hasil ya / jumlah pertanyaan : 16/22 : 72,7%
No
Pertanyaan
Fokus
Respon Iya
Tidak
Tidak dilaporkan
Section A: Apakah hasil studi nya valid? 1
Apakah studi tersebut
Studi populasi
√
menjelaskan
Intervensi yang
√
masalahnya secara focus
diberikan Kelopok
√
control/komparasi
2
Apakah pembagian pasien ke dalam kelompok intervensi
Hasil/ outcome
√
Bagaimana ini
√
dilakukan √
Apakah alokasi
dan control dilakukan
pasien dilakukan
secara acak
secara tersembunyi dari peneliti dan √
pasien 3
Apakah semua pasien yang terlibat dalam penelitian
Apakah dihentikan
√
lebih awal Apakah pasien
dicatat dengan benar
dianalisis dalam
di
kelompok untuk
kesimpulannya?
yang mereka acak
√
Komentar
4
√
Apakah pasien, petuga kesehatan dan responden pada penelitian ini ‘Blind’ terhadap intervensi yang dilaksanakan?
5
√
Apakah waktu pelaksanaan untuk setiap grup sama?
6
√
Selain intervensi yang dilaksanakan, apakah setiap grup dipelakukan sama/adil?
Seciton B: Apa hasilnya? 7
Seberasa besar efek dari intervensi tersebut
apa outcome yang
√
diukur? Apakah hasil
√
dijelaskan secara spesifik hasil apa yang ditemukan untuk
√
Apa hasil dari setiap outcome yang
√
diukur 8
Seberapa tepat dan akurat efek intervensi?
Berapa confidence
√
limitnya
Seciton C: Akankah hasil membantu secara lokal? 9
Bisakah hasilnya
Apakah karakteristik
diterapkan
pasien sama dengan
populasi lokal, atau di
tempat
konteks saat ini
bekerja/populasi
dilingkungan
anda?
sekarang?
√
Jika berbeda, apa perbedaannya
Pasien √
ditempat
penelitian banyak di lahan praktek sedikit 10
Apakah hasil
Apakah infomasi
penelitian ini pencing
yang anda inginkan
secara klinis untuk
sudah terdapat
dipertimbangkan?
dalam penelitian
√
Jika tidak, apakah akan berpengaruh
√
terhadap pengambilan keputusan 11
Apakah manfaatnya
Meskipun tidak
sepadan dengan
tercantum dalam
bahaya dan biaya yang
penelitian, bagaiman
dibutuhkan?
menurut anda
√
Terapi Aktivitas Kelompok Penyaluran Energi: Senam Poco-Poco Menurunkan Gejala Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizoprenia CASP Checklist: 11 pertanyaan untuk membantu Anda memahami Uji Coba Terkontrol Acak Randomized Controlled Trial Cara penggunaan: 3 prinsip dalam melakukan analisis jurnal: Apakah hasil studi nya valid? (Section A) Apa hasilnya? (Section B) Akankah hasilnya membantu secara lokal? (Section C) Hasil ya / jumlah pertanyaan : 13/22 : 59%
No
Pertanyaan
Fokus
Respon Iya
Tidak
Tidak dilaporkan
Section A: Apakah hasil studi nya valid? 1
Apakah studi tersebut
Studi populasi
√
menjelaskan
Intervensi yang
√
masalahnya secara focus
diberikan √
Kelopok control/komparasi
2
Apakah pembagian pasien ke dalam kelompok intervensi
Hasil/ outcome
√
Bagaimana ini
√
dilakukan √
Apakah alokasi
dan control dilakukan
pasien dilakukan
secara acak
secara tersembunyi dari peneliti dan √
pasien 3
Apakah semua pasien yang terlibat dalam penelitian
Apakah dihentikan
√
lebih awal Apakah pasien
dicatat dengan benar
dianalisis dalam
di
kelompok untuk
kesimpulannya?
yang mereka acak
√
Komentar
4
√
Apakah pasien, petuga kesehatan dan responden pada penelitian ini ‘Blind’ terhadap intervensi yang dilaksanakan?
5
√
Apakah waktu pelaksanaan untuk setiap grup sama?
6
√
Selain intervensi yang dilaksanakan, apakah setiap grup dipelakukan sama/adil?
Seciton B: Apa hasilnya? 7
Seberasa besar efek dari intervensi tersebut
apa outcome yang
√
diukur? Apakah hasil
√
dijelaskan secara spesifik hasil apa yang ditemukan untuk
√
Apa hasil dari setiap outcome yang
√
diukur 8
Seberapa tepat dan akurat efek intervensi?
Berapa confidence
√
limitnya
Seciton C: Akankah hasil membantu secara lokal? 9
Bisakah hasilnya
Apakah karakteristik
diterapkan
pasien sama dengan
populasi lokal, atau di
tempat
konteks saat ini
bekerja/populasi
dilingkungan
anda?
sekarang?
√
Jika berbeda, apa perbedaannya
Pasien √
ditempat penelitian
banyak di lahan praktek sedikit 10
Apakah hasil
Apakah infomasi
penelitian ini pencing
yang anda inginkan
secara klinis untuk
sudah terdapat
dipertimbangkan?
dalam penelitian
√
Jika tidak, apakah akan berpengaruh
√
terhadap pengambilan keputusan 11
Apakah manfaatnya
Meskipun tidak
sepadan dengan
tercantum dalam
bahaya dan biaya yang
penelitian, bagaiman
dibutuhkan?
menurut anda
√
b. Laporan analisa dan level evidence
N
Authors
o
Tempat/
Method
Negara
s
Population dan
Instrumen
sample
yang
Hasil
Skor
Level
CASP
Evidan
digunakan 1
ce
Harki
Banyumas
Quasy
60 Pasien Perilaku
Senam Aerobic
Hasil yang didapat terdapat pengaruh
16/22 :
Level 6
Isnuur
,
eksperi
kekerasan
low Impact
peningkatan aggression self control,
72,7%
/ 3b
Indonesia
men
30 kelompok
dimana senam aerobic efektif untuk
Dkk
eksperimen dan 30
menyalurkan energy yang tertahan
Tahun
kelompok kontrol
pada pasien jiwa.
Akhmad
2011
2
Nadzla
Riau,
Quasy
34 Pasien Perilaku
Senam Aerobic
Hasil yang didapat terapat
16/22 :
Level 6
kirana,
Indonesia
eksperi
kekerasan
low Impact
peningkatan skor rata-rata aggression
72,7%
/ 3b
men
17 kelompok
Dkk
3
Tahun
eksperimen 17
2014
kelompok kontrol
Desak
Bali,
Made Ari Indonesia Dwi
Self Control
Pra
22 Pasien Perilaku
Senam poco-
Hasil yang didapatkan terdapat
13/22 :
Level 6
eksprim
kekerasan
poco
penurunan perilaku kekerasan pada
59 %
/ 3b
en
pasien skizofrenia
Jayanti, Dkk Tahun 2019
2.5 TAHAP 5 Poin feedback A. Hasil analisa jurnal Jurnal pertama adalah quasy eksperimen dengan rancangan penelitian pre-testpost-test with control group. Dilakukan pada tanggal 31 Juli 2009 – 14 Agustus 2009. Dengan total responden 60 pasien, terbagi dalam 30 pasien di kelompok eksperimen dan 30 pasien di kelompok kontrol. Perlakuan yang dimaksud yaitu dengan memberikan terapi senam aerobik dengan 2 kali dalam satu minggu senam Aerobic – Low Impact dalam satu minggu, sedangkan kelompok kontrolnya yaitu pasien perilaku kekerasan yang tidak diberi senam Aerobic – Low Impact . Langkah pertama dilakukan pengukuran, lalu dilakukan perlakuan, kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya. Waktu pretest dan post test dilakukan berbarengan antara dua kelompok sampel. Senam aerobic low impact dar Senam Aerobic Low-Impact yang dilakukan pada zona hijau (Yulistanti, 2003). Lembar Obsevasi Five-point rating scale Aggression Self-Control adalah salah satu skala outcome kesehatan psikososisal yang terdapat di Nursing Outcomes Classification, Skor Agression Self-Control digunakan untuk mengukur kemampuan kontrol diri terhadap adanya kemungkinan tindakan untuk melakukan penyerangan, perlawanan, dan perusakan secara fisik. Skor Agression Self-Control diukur dengan 22 poin penilaian, total skor 22-110. Hasil yang didapatkan adalah adanya peningkatan skor Aggresion Self-Control. Olahraga aerobik dapat berhasil dalam mengatasi stres emosi kekhawatiran, depressi, keletihan dan kebingungan yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya perilaku kekerasan pada pasien derngan gangguan jiwa. Senam aerobic dengan meningkatkan mengandalkan penyaluran
energi danpenyerapan oksigen yang berimbang dapat
endorphin yang memiliki efek relaksan sehingga dapat mengurangi risiko kekerasan secara efektif . Penelitian jurnal kedua memakai quasi experimental design dengan rancangan pretest-posttest design with control group. Penelitian dilakukan di RSJ Tampan Provinsi Riau dengan jumlah sampel sebanyak 34 pasien dengan resiko perilaku kekerasan yang dibagi menjadi 17 orang sebagai kelompok eksperimen dan 17 orang sebagai kelompok kontrol yang diambil menggunakan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Alat ukur yang digunakan pada kedua kelompok adalah kuesioner aggression self control yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Pada kelompok eksperimen diberikan intervensi berupa pemberian senam aerobic low impact tiga kali dalam seminggu selama 2 minggu berturut-turut, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan intervensi. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan Scor aggression self control yang cukup signifikan pada responden kelompok eksperimen dimana terjadi
peningkatan kemampuan pasien dalam mengendalikan diri terhadap adanya perilaku kekerasan yang meliputi tindakan untuk melakukan penyerangan, perlawanan, dan perusakan secara fisik. Pada jurnal ketiga tentang senam Poco-Poco metode yang dilakukan menggunakan Pra eksperimental dengan rancangan One-group pre-post test design. Tekhnik sampel menggunakan Purposive sampling dengan jumlah sampel 22 orang. Alat ukur berupa lembar obervasi gejala perilaku kekerasan. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan rerata risiko perilaku kekerasan. Menunjukkan bahwa senam poco-poco menurunkan gejala perilaku kekerasan. Penatalaksanaan perilaku kekerasan melalui pendekatan kelompok adalah terapi aktivitas kelompok penyaluran energi. Aktivitas yang digunakan berupa tari dan gerak, dimana tujuan melakukan tari dan gerak tersebut adalah untuk menyalurkan energi pasien. Kecemasan dan kemarahan terbukti dapat dikurangi secara efektif dengan melakukan gerakan ritmik pada beat tertentu setelah melakukan olahraga aerobik (Daley, 2002). Pemberian senam poco-poco memberikan kegiatan bermanfaat bagi pasien dan menyenangkan sehingga bermanfaat mengubah pola berpikir, perasaan dan perilaku pasien dalam kemampuan adaptasinya terhadap stresor. Pasien yang memiliki kemampuan beradaptasi dengan baik terhadap kejadian yang tidak menyenangkan akan mampu menunjukkan perilaku yang konstruktif.. Pasien juga dapat berinteraksi dengan pasien yang lain sehingga meningkatkan kemampuan sosialisasinya, rasa percaya diri, kemampuan ekspresi diri dan rasa empati (Desak made ,2019). Peningkatan skor aggression self control yang cukup signifikan akan berdampak peningkatan kemampuan pasien dalam mengendalikan diri terhadap adanya perilaku kekerasan yang meliputi tindakan untuk melakukan penyerangan, perlawanan, dan perusakan secara fisik (Nadzla Kirana,2014). Aktivitas fisik berupa senam poco-poco memberikan kegiatan positif bagi pasien, sehingga pasien mampu berfokus pada masalah yang dihadapi pasien saat ini, menciptakan suasana rileks, aman, dan menyenangkan sehingga merangsang pelepasan zat kimia Gamma Amino Butyic Acid (GABA), enkefallin, atau beta endorphin yang dapat mengeleminasi neurotransmiter rasa tertekan, cemas, dan stres sehingga menciptakan ketenangan dan memperbaiki suasana hati (mood) sehingga pasien tidak menunjukkan gejala risiko perilaku kekerasan (Gani, 2013). Terdapat banyak penelitian tentang pengaru terapi olahraga dan aktivitas fisik terhadap gangguan kejiwaan, namun sebagian besar dari penelian tersebut lebih banyak dilakukan terhadap pasien dengan gangguan depresi (Lawlor & Hopker, 2001). Faulkner dan Sparkes (1999) melakukan sebuah uji tentang pengaruh senam sebagai terapi bagi pasien dengan skizofrenia, dan didapatkan hasil bahwa dengan
rentang waktu 10 minggu dapat membantu mengurangi gangguan halusinasi dengar dan meningkatkan pola tidur yang lebih baik. (Daley, 2002). Sejumlah penelitian lain tentang aktivitas fisik dan terapi olahraga terhadap gangguan kejiwaan memberikan, bahwa aktivitas fisik tersebut dapat meningkatkan kepercayaan pasien terhadap orang lain (Campbell & Foxcroft, 2008), dan juga membantu mengontrol kemarahan pasien (Hassmen, Koivula & Uutela, 2000). Marah adalah perasaan yang timbul sebagai respons terhadap perasaan cemas yang dirasakan sebagai ancaman ( Stuart & Sundeen, 1987 cit Keliat 1996). Marah merupakan salah satu gejala perilaku kekerasan, perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu dimana dia berisiko memperlihatkan secara psikologis, emosional dan seksual melukai orang lain maupun diri sendiri (Nanda, 2005). Senam aerobic dan senam poco-poco keduanya mampu meningkatkan aggression self control serta sebagai penyaluran energy yang negative, Aktivitas fisik yang
menurun dapat berdampak salah satunya pada sirkulasi darah yang tidak
maksimal diedarkan keseluruh tubuh. Hal ini diakibatkan karena pembuluh darah yang tidak elastis. Akibatnya oksigen dan nutrisi yang dibawa keseluruh tubuh menurun,
yang
berdampak
pada
penurunan metabolisme energi yang akan
mempengaruhi fungsi organ tubuh (Rudolf, 2007 dalam Purnamasari, Made, Suarnatha, &
Ketut,
2013).
Senam aerobic dengan mengandalkan penyaluran
energy dan penyerapan oksigen yang berimbang dapat meningkatkan endorphin yang memiliki efek relaksan sehingga dapat mengurangi risiko kekerasan secara efektif (Yulistanti,2003). Pada klien dengan diagnose resiko perilaku kekerasan hasil penelitian ini agar dapat diaplikasikan oleh responden untuk membantu meningkatkan aggression self control secara efektif dan efisien sehingga mampu meningkatkan kemampuan dalam mengendalikan diri terhadap perilaku menciderai diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. (Nadzla Kirana, 2014). Keteraturan gerakan menjadi salah satu faktor penting peningkatan skor Agression Self-Control, selain itu pemberian terapi senam yang efektif adalah sebanyak 2-3 kali pertemuan tiap minggu, dan idealnya adalah dilakukan tidak kurang dari 4 minggu dengan durasi selama 20-30 menit terapi senam aerobic, (Harki, 2011).
Pemberian terapy senam poco-poco memberikan kegiatan bermanfaat bagi pasien dan menyenangkan sehingga bermanfaat mengubah pola berpikir, perasaan dan perilaku pasien dalam kemampuan adaptasinya terhadap stresor. Pasien yang memiliki kemampuan beradaptasi dengan baik terhadap kejadian yang tidak menyenangkan akan mampu menunjukkan perilaku yang konstruktif.. Pasien juga dapat berinteraksi dengan pasien yang lain sehingga meningkatkan kemampuan sosialisasinya, rasa percaya diri, kemampuan ekspresi diri dan rasa empati (Desak,2019).
B. Pertimbangan kemampuan klinik perawat di ruangan Agar ketiga jurnal dapat diterapkan perlu adanya latihan dan persiapan pada perawat ataupun petugas pendamping dilapangan serta komintmen yang terjalin dari pucuk pimpinan dan semua aspek manajemen dan ruangan agar tercipta pelayanan yang bermutu. Dimana pasien perilaku kekerasan dapat menyalurkan energy nya dan meningkatkan pengendalian diri dalam mencegah perilaku yang merusak diri sendiri, orang lain, lingkungan sekitar dan masyarakat. C. Pertimbangan kemampuan klinik mahasiswa Diharapkan kedua intervensi dilaksanakan dengan baik bisa dijadikan bahan pelajaran bagi mahasiswa yang praktek di lapangan tempat dilakukan intervensi tersebut. Mahasiwa mempunyai referensi untuk melakukan penelitian akan dampaknya serta dapat mengembangkan penelitian-penelitin lain untuk kemajuan intervensi gangguan kejiwaan, sehingga ada banyak pilihan intervensi yang bisa dikembangkan dan meningkatkan angka kesembuhan pasien dengan gangguan jiwa dimana tingkat kontrol perilaku kekerasan meningkat.
BAB III PENUTUP
1. KESIMPULAN Aktivitas fisik yang menyenangkan dan teratur dilakukan dapat memberikan asupan oksigen yang maksimal bagi otak dan tubuh sehingga memacu relaksan dan rasa tenang sehingga energy dapat disalurkan dengan baik. dan kontrol diri terhadap pencegahan tindakan perusakan terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan dapat dicegah. Senam aerobic low impact dan senam poco-poco terbukti efektif dalam penyaluran energy dan peningkatan skor aggression self control. Dimana hasil penelitian membuktikan peningkatan hasil sebelum dan setelah dilakukan penelitian. Dimana responden masingmasing penelitian menunjukkan sikap tenang dan tidak terjadi serangan. Kedua aktivitas fisik ini dapat diterapkan karena tidak ada kesulitan dalam pelaksanaannya, gerakan-gerakannya juga lebih simple dibandingkan dengan yoga yang harus berkonsentrasi ataupun dengan zumba yang terlalu keras dan cepat. Sehingga bisa diterapkan pada instansi yang konsen merawat pasien dengan gangguan kejiwaan untuk variasi intervensi keperawatan, sehingga tingkat kemajuan pasien dapat lebih signifikan.
2. SARAN Bagi pasien dengan resiko perilaku kekerasan hasil penelitian ini agar dapat diaplikasikan oleh instansi lapagnan untuk membantu meningkatkan aggression self control secara efektif dan efisien sehingga mampumeningkatkan kemampuan dalam mengendalikan diri
terhadap perilaku menciderai diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan. Sehingga gangguan kejiwaan yang dimiliki nya yaitu perilaku kekerasan dapat dikontrol dengan baik dan pasien dapat hidup dengan normal bersama keluarga dan lingkungan sekitarnya dan dapat lebih produktif untuk melanjutkan hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
American Psychiatric Association (APA). (2010). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (DSM IV-TR). (4th ed).Washington DC: Author. Ann Isaacs, (2005). Panduan Belajar : Keperawatan Kesehatan jiwa & Psikiatrik. Edisi 3 (terjemahan). Jakarta : Penerbit buku Kedokteran EGC. Campbell P, Foxcroft D, 2008, Exercise Therapy For Schizophrenia (Protocol), The Cochrane Collaboration. Published by JohnWiley & Sons, Ltd, Liverpool. Daley, A. J, 2002, Exercise Therapy And Mental Health In Clinical Populations: Is Exercise Therapy A Worthwhile Intervention?. Advances in Psychiatric Treatment, vol. 8, pp. 262– 270. Desak Made Ari Dwi Jayanti, dkk (2019), Terapi Aktivitas Kelompok Penyaluran Energy : Senam Poco-Poco Menurunkan Gejala Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizoprenia Sport and Fitnes Journal. Vol 7,No.1, Januari 2019:85-92. Elita, V., dkk. 2011. Persepsi perawat tentang perilaku kekerasan yang dilakukan pasien di ruang rawat inap jiwa. Jurnal Ners Indonesia. Vol. 1, no. 2. Diperoleh tanggal 10 November 2013 dari http://ejournal.unri.ac.id/ Gani. 2013.Senam Kesehatan :Aplikasi
Senam
Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Mulia
Merdeka. Harki Isnuur Akhmad, 2011. Pengaruh Terapi Senam Aerobic Low Impact Terhadap skor Agression Self-Control Pada pasien Dengan Risiko Perilaku Kekerasan Di Ruang Sakura RSUD Banyumas. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Vol 7, No.3, Oktober 2011. Hassmen, P, Koivula, N, Uutela A, 2000, Physical Exercise And Psychological Wellbeing A Population Study In Finland. PreventiveMedicine ;30(1):17–25. Keliat, 1999, Proses keperawatan kesehatan jiwa, EGC, Jakarta. Keliat, B. A. (2010). Model praktik keperawatan profesional jiwa. Jakarta: EGC. Nadzla Kirana, 2014. Efektifitas Senam Aerobic Low Impact Terhadap Aggresion Self Control Pada pasien Dengan Resiko Perilaku Kekerasan. JOM PSIK Vol 1, No 2, Oktober 2014. NANDA International, 2005, Nursing Diagnoses: Definiton And Classification 20032005,Philadelphia: Author. Purnamasari, M., Made, N., Sukawana, Wayan, I., Suarnatha, Ketut. (2013). Pengaruh senam aerobik low impact terhadap penurunan tingkat depresi pada narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Denpasar. Diperoleh tanggal 25 November 2013 dari http://ojs.unud.ac.id/ Stuart, G.W., & Sundeen, S. J. (2007). Buku saku keperawatan jiwa. (Edisi 5). Jakarta: EGC. Wahyuningsih, D. (2009). Pengaruh assertive training terhadap perilaku kekerasan pada klien skizofrenia. Diperoleh tanggal 9 November 2013 dari http://lontar.ui.ac.id/ Yulistanti, Y. (2003). Tingkat depresi sebelum dan setelah melakukan terapi senam aerobic low impact pada pasien gangguan jiwa di RS Ghrasia Propinsi DIY. Diperoleh tanggal 8 Desember 2013 dari http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/