Langkah-Langkah Penelitian Sejarah OLEH TIM SISWAPEDIA · DIPUBLIKASIKAN 30/12/2014 · DI UPDATE 12/06/2015
Gambar. Ilustrasi wawancara kepada pelaku atau saksi sejarah untuk diabil keterangannya (Sumber: panegara.pta-banjarmasin.go.id)
Langkah-Langkah Penelitian Sejarah – Mungkin diantara kita ada yang bertanya, mengapa penelitian sejarah harus dilakukan dan apa tujuannya?, apa sajakah langkah-langkah penelitian sejarah itu?. Ini adalah pertanyaan yang sangat bagus. Kita perlu mengingat bahwa sejarah merupakan salah satu ilmu pengetahuan sehingga dalam perkembangannya sejarah harus dilakukan melalui penelitian.
Lalu, apa yang dinamakan dengan ilmu?, bagaimana ciri-cirinya?. Secara bahasa, ilmu berasal dari bahasa Arab yakni ‘alama yang memiliki arti pengetahuan. Kata pengetahuan disejajarkan dengan kata science dalam bahasa Inggris. Kata science sendiri berasal dari bahasa Yunani kuno dari kata scio atau scire yang memiliki arti pengetahuan. Berbicara terkait ilmu, pada hakekatnya suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila tersusun secara sistematis dari suatu subjek yang pasti. Oleh karena itulah
suatu pengetahuan belum tentu bisa dikatakan sebagai ilmu namun suatu ilmu sudah barang tentu mengandung suatu pengetahuan. Ada enam ciri-ciri ilmu pengetahuan antara lain memiliki seperangkat pengetahuan yang sistematis, memiliki metode penelitian yang efektif, memiliki objek kajian, memiliki rumusan kebenaran secara umum, bersifat objektif serta dapat memberikan sebuah perkiraan. Ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis pasti memiliki metode yang efektif. Metode ini secara umum dapat dianggap sebagai sebuah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menerangkan objek-objek yang menjadi bahan kajiannya. Begitu pun dalam sejarah. Di dalam ilmu pengetahuan sejarah, sebuah langkah-langkah penelitian sejarah harus dilakukan untuk menerangkan sebuah fakta penting yang menyangkut kehidupan manusia di masa lampau. Dari fakta-fakta masa lampau ini jika saling dihubungkan akan menghasilkan rumusan kebenaran secara umum atau yang kita sebut sebagai teori. Kebenaran ini adalah kebenaran menurut ilmu pengetahuan yakni kebenaran yang bersifat rasional, empiris dan sementara. Rasional itu berarti harus sesuai dengan logika ilmu pengetahuan. Empiris itu berarti bahwa kebenaran harus bersifat fakta, bukan opini. Sedangkan sementara berarti bahwa kebenaran ilmu pengetahuan ini tidaklah bersifat mutlak. Jika suatu saat suatu teori dapat dibantah dengan bukti dan teori yang lebih kuat, maka perubahan teori yang selama ini digunakan bisa saja terjadi. Inilah yang menyebabkan ilmu pengetahuan akan selalu berkembang.
Lalu, apa sajakah langkah-langkah penelitian sejarah itu? Langkah-langkah penelitian sejarah antara lain sebagai berikut: 1. Heuristik Heuristik berasal dari bahasa Yunani yakni dari kata heurishein yang artinya memperoleh atau menemukan. G.J. Reiner (1997) berpendapat bahwa
heuristik merupakan suatu teknik untuk mencari dan mengumpulkan sumber. Nah, dalam hal ini seorang sejarawan yang sedang melakukan penelitian akan berusaha mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang berupa jejakjejak peristiwa sejarah. Sebelum mengumpulkan jejak-jejak sejarah seorang peneliti diharuskan telah menentukan dan memahami atau menguasai topik penelitiannya. Dengan kata lain, seorang peneliti harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang informasi peristiwa yang tengah diselidiki. Hal ini dikarenakan jejak-jejak sejarah sangatlah beragam. Kita ingat bahwa sejarah terdiri dari begitu banyak periode yang terbagi-bagi atas begitu banyak bidang seperti politik, sosial, ekonomi, militer, budaya dan sebagainya. Nah, untuk mempermudah dalam penelitian, maka dilakukan upaya penggolongan atau klasifikasi terhadap sumber sejarah yang dikumpulkan. Sumber sejarah secara umum dapat dibedakan menjadi sumber sejarah primer (dibuat oleh tangan pertama) dan sekunder (dibuat berdasarkan sumber tangan pertama). Sumber primer harus ditentukan lebih dahulu (diutamakan). Kita bisa mencari sumber ini dengan mengumpulkan keterangan para saksi mata sejarah yang ada dalam dokumen, catatan rapat, arsip organisasi dan sebagainya. Selain itu kita juga bisa mengambil sumber primer dengan cara meng-interview atau mewawancarai langsung si pelaku atau saksi sejarah yang masih hidup. Nah, jika hal ini dirasa cukup sulit, maka pengumpulan sumber sejarah sekunder bisa dilakukan. Sumber ini bisa di dapat dari majalah, buku-buku, koran dan sebagainya. 2. Verifikasi atau Kritik Sumber Nah, setelah semua sumber sejarah terkumpul langkah penelitian sejarah selanjutnya yakni proses verifikasi atau kritik sumber. Pada proses ini semua sumber sejarah akan diuji tentang keasliannya dan kredibilitasnya. a. Keaslian Sumber atau Otentisitas (kritik ekstern) Seorang sejarawan atau peneliti dapat mengecek keaslian sumber sejarah dari segi fisiknya. Misalnya jika sumber sejarah tersebut berupa tulisan, maka bisa dilakukan pengecekan usia kertas atau tinta yang digunakan, bahan
kertas, bahasa yang digunakan, gaya tulisan yang digunakan dll. Hasil pengecekan akan dicocokkan dengan keadaan sesuai masa tejadinya peristiwa sejarah yang sedang diteliti -apakah sama atau tidak?-. b. Kesahihan Sumber atau Kredibilitas (kritik intern) Kesaksian tokoh atau pelaku sejarah atau saksi sejarah merupakan hal pokok atau primer untuk sebuah sumber sejarah namun bisa saja sumber sejarah yang satu ini mengalami kesalahan atau kekeliruan. Gilbert J. Garraghan (Tahun 1957) berpendapat bahwa kekeliruan saksi ini dapat disebabkan oleh dua hal yakni: 1) Kekeliruan saksi dalam menjelaskan, menginterpretasikan serta menarik kesimpulan dari suatu sumber sejarah. 2) Kekeliruan dalam sumber formal yang digunakan. Kekeliruan ini dapat disebabkan karena disengaja, keterangan saksi yang tidak bisa dipercaya atau para saksi yang secara terbukti tidak jujur, tidak cermat atau tidak mampu menjelaskan kesaksiannya dengan benar dan baik. Nah, untuk meminimalisir kekeliruan ini, maka seorang peneliti harus menelusuri kredibilitas sumber berdasarkan proses-proses dalam kesaksian. 3. Interpretasi atau penafsiran Interpretasi dalam sejarah merupakan penafsiran kembali terhadap suatu peristiwa sejarah yang kemudian akan memberikan pandangan atau pendapat teoritis yang ilmiah. Interpretasi atau penafsiran dapat dilakukan dengan cara menganalisis sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah yang telah diverifikasi sehingga nantinya akan diperoleh makna dan hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lainnya. Hasil dari interperetasi adalah sejarah sebagai kisah yang isinya bisa saja bersifat subjektif antara peneliti yang satu dengan peneliti lainnya meskipun topik yang diteliti sama. 4. Historiografi Sebuah peristiwa sejarah itu berjalan secara berkesinambungan yang berarti bahwa bisa jadi pada sebuah peristiwa akan bisa disusul dengan terjadinya
peristiwa lainnya dan begitu seterusnya sehingga membentuk semacam cerita yang tak terputus. Nah, di historiografi ini, kisah yang panjang tersebut akan dipisahkan dalam beberapa periode dimana setiap periode akan mengisahkan suatu kejadian yang khas. Historiografi merupakan puncak dari sebuah penelitian sejarah dimana pada bagian akhir dari ini, seorang peneliti atau sejahrawan akan menyusun suatu kisah sejarah sesuai kaedah keilmuan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni kecermatan dalam penyusunan kronologis, penafsiran sejarah harus seobjektif mungkin (walaupun sulit untuk dihindari), penulisan sejarah harus mudah dimengerti dan sesuai dengan kaidah bahasa, peristiwa sejarah mana sajakah yang dianggap patut untuk dicatat, menghubungkan peristiwa- peristiwa tersebut satu sama lain dan penggunaan sumber-sumber. Pemahaman tentang langkah-langkah penelitian sejarah ini sangat diperlukan oleh seseorang yang hendak melakukan penelitian terhadap penelitian sejarah. [color-box]Hendrayana.2009.Sejarah 1 : Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah Jilid 1. Solo: PT. Titian Ilmu. Listiyani,Dwi Ari.2009.Sejarah 1 : Untuk SMA/MA Kelas X .Jakarta: Grahadi. Tarunasena.2009. Memahami Sejarah. Bandung:CV. Armico. Wardaya.2009.Cakrawala Sejarah. Surakarta:PT. Widya Duta Grafika.[/color-box]