Kurikulum Nasional Ilmu Bedah Saraf Indonesia Ed 2008

  • Uploaded by: Daryo Soemitro
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kurikulum Nasional Ilmu Bedah Saraf Indonesia Ed 2008 as PDF for free.

More details

  • Words: 6,971
  • Pages:
KOLEGIUM BEDAH SARAF INDONESIA ( K.B.S.I )

KURIKULUM NASIONAL PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF INDONESIA

Jakarta, 2007

ii

KURIKULUM NASIONAL PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF INDONESIA

Tim Penyusun Ketua

: Prof.dr. RM. Padmosanjoto Sp.BS

Anggota : Prof.DR.dr. Kahdar Wiriadisastra, Sp.BS DR.dr. P. Sudiharto, Sp.BS DR.dr. Hafid Badjamal,Sp.BS dr. Beny Wirjomartani, Sp.BS dr. Hilman Mahyuddin, Sp.BS dr. Daryo W. Soemitro, Sp.BS dr. Setyo Widi, Sp.BS dr. M.Z. Arifin, Sp.BS dr. Agus Turchan, Sp.BS

diterbitkan oleh :

KOLEGIUM BEDAH SARAF INDONESIA Jakarta - Februari 2007

iii

iv

DAFTAR ISI

Daftar Singkatan

7

BAB 1 Aturan Umum

1

Landasan Hukum ....................................................................... 1 Aturan Umum ............................................................................. 1 BAB 2 Pelaksanaan Pendidikan

3

Kompetensi Pengetahuan .......................................................... 3 Penggolongan penyakit ..............................................................3 Klasifikasi Tindakan .................................................................... 3 Target pencapaian kompetensi .................................................. 7 Pentahapan dan Tanggung Jawab ............................................. 8 Panduan Penugasan ................................................................ 12 Kisi-kisi penugasan Program Magister .................................... 13 Keterangan tabel Penugasan Program Magister ..................... 13 Kisi-kisi penugasan Program Profesi ....................................... 14 Keterangan tabel Penugasan Program Profesi ........................ 15 Bloom's Taxonomy

19

The Three Types of Learning .................................................... 19 Other Psychomotor Domains ................................................... 22



v

vi

DAFTAR SINGKATAN





KPBSI
 


Kurikulum Pendidikan Bedah Saraf Indonesia





KKI


Konsil Kedokteran Indonesia





MKKI
 


Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia





KBSI


Kolegium Bedah Saraf Indonesia





ICD 10



International Classification of Diseases





ICD 9 CM


International Classification od Diseases 9 Case Mixed





IPDS
 


Institusi Pendidikan Dokter Spesialis





KPS




Ketua Program Studi





SKS




Satuan Kredit Semester





PPDS-BS


Program Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Saraf





IK




Indeks Kesulitan





CPD




Continuing Professional Development


 




vii

viii

BAB 1 ATURAN UMUM

A. Landasan Hukum Kurikulum Pendidikan Bedah Saraf Indonesia (KPBSI) disusun dengan mengacu pada : 1. Keputusan KKI / MKKI. 2. Standar Pendidikan Bedah Saraf Indonesia. 3. Standar Profesi Bedah Saraf Indonesia. 4. Konsensus hasil rapat anggota KBSI. 5. Buku Katalog dan Kurikulum Program Studi Ilmu Bedah Indonesia 2006.

B. Aturan Umum 1. Lama pendidikan Dokter Spesialis Bedah Saraf adalah 11 Semester. 2. Dipandang dari sudut hukum, dikenal istilah Pengayaan, Magang dan Mandiri.





Untuk kepentingan kurikulum, istilah diatas disesuaikan dengan istilah TAHAP. ‣ Tahap I : Pengayaan, tanggung jawab sepenuhnya pada pendidik,

peserta didik tidak dapat dituntut. ‣ Tahap II : Magang, Pendidik dan peserta didik bertanggung jawab terhadap tuntunan. ‣ Tahap III : Mandiri, Peserta didik bertanggung jawab terhadap tuntutan hukum.

Tingkat penguasan materi belajar, dipergunakan Taksonomi Bloom, dimana 1

‣ Tingkat E (Enrichmen) dinamakan Pengayaan, dan diberi warna merah. ‣ Tingkat A (Assistance) dinamakan Magang, diberi warna kuning, ‣ Tingkat S (Self) dinamakan Mandiri, diberi warna hijau. (Lihat Lampiran)

3. Taksonomi Bloom membagi ✴ Kognitif (K) dibagi 6 tingkat. ✴ Psikhomotor (P) dibagi 5 tingkat. ✴ Afektif (A) dibagi 5 tingkat.

4. Tingkat penguasaan materi belajar ditetapkan sbb : ✴ Pengayaan (E), ranah pengetahuan menurut Bloom dikuasai sampai K6 ✴ Magang (A), ranah pengetahuan menurut Bloom dikuasai sampai P2.A3. ✴ Mandiri (S), ranah pengetahuan menurut Bloom dikuasai sampai P5.A5. 5. Target pendidikan Dokter Spesialis Bedah Saraf adalah mencapai tingkat Mandiri di Tahap III untuk penyakit bedah saraf gawat darurat maupun yang terbanyak dijumpai di Indonesia. 6. Batas penguasaan E, A dan S dapat dilihat dalam Matriks Global

(Tabel 2).

7. Penguasaan tingkat kemahiran disesuaikan dengan Matriks Global, apabila ada sisa waktu dapat dipergunakan untuk menambah pengetahuan di dalam maupun di luar negeri. 8. Penugasan (Tugas Jaga, Studi Kepustakaan, Referat, dll) diadakan di tiap tahap sesuai dengan tingkat Kemahiran. 9. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tingkat kemahiran ditiap tahap. 10. Pelaksanaan pendidikan, pemakaian alat untuk diagnostik maupun untuk pengobatan, mengacu pada Standar Profesi. 11. Kasus bedah saraf yang digunakan sebagai materi belajar diklasifikasikan sesuai ICD 10. 12. Tindakan bedah saraf mengacu pada ICD-9-CM dan tindakan yang menjadi materi pendidikan dikelompokkan dalam Indeks Kesulitan. 13. Kurikulum Nasional Bedah Saraf Indonesia disusun secara global dalam bentuk tabulasi agar dapat mudah dijadikan acuan masing-masing IPDS dalam menyusun Buku Panduan yang sesuai dengan aturan dan kebijakan fakultasnya.



2

BAB 2 PELAKSANAAN PENDIDIKAN MATERI PENDIDIKAN A. Kompetensi Pengetahuan 1. Keilmuan di bidang bedah saraf dikelompokkan dalam a. Ilmu dasar pendukung ilmu bedah saraf, terdiri dari ‣ Ilmu bedah dasar. ‣ Ilmu-ilmu dasar, a.l. neuroanatomi, neurofisiologi, neuropatologi, neurofarmakologi, neuro-endokrinologi. ‣ Ilmu klinik dasar, a.l. neurologi, neuroradiologi, neuro-onkologi dan elektrofisiologi klinik. b. Ilmu bedah saraf. 2. Kisi-kisi materi dipilah sesuai dengan tahap kompetensi yang harus dikuasai pada setiap tahap. 3. Penguasaan keilmuan diperoleh secara didaktik, bimbingan klinik oleh staf pendidik maupun proses pengembangan secara mandiri.

B. Penggolongan penyakit 1. Penyakit dikelompokan berdasarkan : a. Kongenital. b. Infeksi. c. Neoplasma. d. Trauma.

e. Degenerasi. f. Vaskuler. g. Fungsional .

2. Masing-masing kelompok diatas, dipilah berdasarkan lokalisasi. 3. Pada setiap lokalisasi, diuraikan jenis jenis penyakit yang menjadi materi pendidikan yang harus dikuasai, disesuaikan dengan ICD 10.

C. Klasifikasi Tindakan 1. Pembagian jenis tindakan dilandaskan pada klasifikasi ICD-9-CM. 2. Setiap jenis tindakan ditentukan Indeks Kesulitan (IK). 3. Indeks Kesulitan

3

✴ Merupakan pengelompokan tingkat kesulitan dari setiap jenis tindakan. ✴ Indeks Kesulitan akan menentukan kewenangan peserta didik. ✴ Ditetapkan 4 tingkat IK, yaitu ‣ IK 1 : Tindakan bedah saraf mandiri pada tahap II. ‣ IK 2 : Tindakan bedah saraf mandiri pada tahap III. ‣ IK 3 : Tindakan bedah saraf magang pada tahap III. ‣ IK 4 : Tindakan bedah saraf pengayaan pada tahap III.

Tabel 1 Matriks Hubungan Antara Jenis Tindakan Dengan Indeks Kesulitan KLASIFIKASI TINDAKAN (ICD-9-CM)

IK 1 IK 2 IK 3 IK 4

OPERASI PADA SISTEM SARAF 1. Insisi / eksisi tulang, duramater dan otak 01.0 Pungsi Kranial 01.1 Prosedur diagnostik pada tengkorak, meningen atau otak ๏ Biopsi Kranium ๏ Biopsi meningen dan otak ‣ Burr hole ‣ Open Biopsy ‣ Dengan alat canggih

    

01.2 Kraniotomi dan kraniektomi (tidak memotong dura atau otak) ๏ Supratentorial ๏ Infratentorial ‣ Permukaan oksipital ‣ CPA

  

01.3 Insisi meningen dan otak Meningen ‣ Di luar daerah sinus venosus ‣ Di daerah sinus venosus ‣ Jaringan otak kortikal • Serebrum • Serebellum ‣ Jaringan otak subkortikal • Serebrum dan serebellum

01.4 Operasi pada talamus dan globus palidus 01.5 Eksisi dan destruksi lainnya pada meningen dan otak Reseksi dan dekortikasi Lobektomi Hemisferektomi 01.6 Eksisi lesi kranium 4

         

KLASIFIKASI TINDAKAN (ICD-9-CM) 2. Operasi lainnya pada tulang tengkorak, meningen dan otak 02.0 Kranioplasti Membuka sutura Dekompresi dan mengangkat fragmen fraktur Bone graft dan operasi plastik pada kranium 02.1 Reparasi meningen Menjahit duramater Menutup fistula, repair meningokel dan grafting Ligasi sinus venosus dan a. meningea media 02.2 Ventrikulostomi Anastomosi ventrikel ke : ‣ Ruang subarakhnoid atau sisterna ‣ Eksternal drainase

IK 1 IK 2 IK 3 IK 4

     

  

Dengan alat canggih

OPERASI PADA SISTEM SARAF 02.3 Pirau ventrikuler ekstrakranial VP shunt 02.4 Revisi, irigasi dan pengangkatan pirau Revisi malfungsi pirau Pengangkatan shunt 02.9 Tindakan lainnya Pemasangan dan pelepasan neurostimulator Pemasangan dan pengangkatan traksi kepala 3. Operasi pada medula spinalis dan kanalis spinalis 03.0 Eksplorasi dan dekompresi kanalis spinalis Operasi Konvensional Dekompresi laminektomi, laminotomi dan foraminotomi Mengangkat benda asing dari intra kanal Eksplorasi radiks Operasi Canggih 03.1 Risotomi 03.2 Kordotomi Perkutaneus kordotomi Stereotaktik kordotomi Traktotomi Transeksi traktus medula spinalis 03.3 Prosedur diagnostik pada medula spinalis dan kanalis spinalis

    

   

   

5

KLASIFIKASI TINDAKAN (ICD-9-CM) Spinal tap Biopsi medula spinalis atau meningen 03.4 Eksisi atau destruksi lesi medula spinalis atau meningen Kuret, debridemen atau reseksi 03.5 Operasi plastik pada struktur medula spinalis Riper meningokel atau meningo-mielokel Riper fraktur vertebra atau dekompresi 03.6 Lisis perlekanan medula spinalis dan radiks 03.7 Pirau subarahnoid 03.8 Penyuntikan bahan destruksi ke kanalis spinalis 03.9 Operasi lainnya Insersi kateter ke kanalis spinalis Penyuntikan anaestesi ke kanalis spinalis untuk analgetik Pemasangan implan neurostimulator 4. Operasi pada saraf kranial dan saraf tepi 04.0 Insisi, divisi dan eksisi saraf kranial dan saraf tepi Eksisi akustik neuroma melalui kraniotomi Neurotomi retrogaserian Debridemen saraf tepi Eksisi atau reseksi saraf tepi

IK 1 IK 2 IK 3 IK 4           

   

OPERASI PADA SISTEM SARAF 04.1 Prosedur diagnostik susunan saraf tepi Perkutaneus biopsi saraf kranial atau saraf tepi Operasi biopsi saraf kranial dan saraf tepi 04.2 Destruksi saraf kranial dan saraf tepi Penyuntikan bahan neurolitik Radiofrekuensi 04.3 Penjahitan saraf kranial atau saraf tepi 04.4 Lisis perlekatan dan dekompresi saraf kranial dan saraf tepi Dekompresi n. trigeminus dan saraf kranial lainnya Dekompresi Carpar / Tarsal Tunnel 04.5 Nerve graft saraf kranial dan saraf tepi 04.6 Transplantasi saraf kranial dan saraf tepi 04.7 Neuroplasti saraf kranial dan saraf tepi lainnya 04.8 Penyuntikan ke saraf tepi 04.9 Operasi lainnya pada saraf kranial dan saraf tepi 5. Operasi pada saraf atau ganglion simpatis 05.0 Divisi saraf atau ganglion simfatis 6

   

       

KLASIFIKASI TINDAKAN (ICD-9-CM)

IK 1 IK 2 IK 3 IK 4 

05.1 Prosedur diagnostik pada saraf atau ganglion simfatis 05.2 Simpatektomi 05.3 Penyuntikan pada saraf atau ganglion simfatis 05.8 Operasi lain pada saraf atau ganglion simfatis 05.9 Operasi lain pada susunan saraf

   

OPERASI PADA SISTEM ENDOKRIN 7. Operasi pada kelenjar hipofise dan pineale 07.1 Prosedur diagnostik pada kelenjar hipofise & kelenjar pineale Trans-kranial Trans-sfenoidal 07.5 Operasi pada kelenjar pineale 07.6 Hipofisektomi Trans-kranial Trans-sfenoid 07.7 Operasi lain pada hipofise

     

D. Target pencapaian kompetensi 1. Dalam tahap I, peserta didik menguasai ilmu-ilmu dasar dan ilmu bedah dasar. 2. Dalam tahap II, peserta didik kompeten untuk melakukan diagnosa dan tindakan bedah saraf terhadap kasus-kasus dengan IK 1 di kranium

dan saraf tepi. 3. Dalam tahap III, ✴ peserta didik kompeten untuk melakukan diagnosa dan tindakan bedah saraf terhadap kasus dengan IK 2 di kranium dan saraf tepi. ✴ peserta didik kompeten untuk melakukan diagnosa dan tindakan bedah saraf terhadap kasus dengan IK 1 dan IK 2 di spinal. 4. Tindakan bedah saraf dengan IK 3 dan IK 4 ✴ Tindakan bedah saraf yang menggunakan alat canggih (mikroskop, stereotaktik, endoskopi, dll) ataupun bedah saraf fungsional. ✴ Kompetensi peserta didik hanya maksimal sebatas magang, tidak boleh melakkan secara mandiri.

7

E. Pentahapan dan Tanggung Jawab Ditinjau dari pentahapan yang ditetapkan oleh KKI / MKKI, maka pendidikan bedah saraf yang lamanya 11 semester dibagi dalam 3 tahap. 1. Tahap I : ✴ Berlangsung selama 3 semester, yaitu semester 1 s/d 3 ✴ Peserta didik mengikuti Program Magister, Profesi Bedah Dasar dan Bedah Saraf Dasar 2. Tahap II : ✴ Berlangsung selama 4 semester, yaitu semester 4 s/d 7 ✴ Peserta didik mengikuti lanjutan Program Magister dan Program Bedah Saraf Dasar, bila diperlukan masih harus mengikuti Program Bedah Dasar. ✴ Dalam tahap ini, peserta didik sudah boleh diberi kewenangan melakukan tindakan bedah saraf sebagai bagian dari Program Profesi Bedah Saraf, bergantung jenis kasus dan indeks kesulitan (tabel 1) 3. Tahap III : ✴ Berlangsung selama 4 semester, yaitu semester 8 s/d 11. ✴ Dalam tahap ini masih ada pengayaan dari Program Profesi Bedah Saraf. ✴ Pada ahir tahap III, dilakukan uji kompetensi nasional oleh KBSI

Tabel 2 MATRIKS GLOBAL Hubungan Antara Program Magister dan Program Pendidikan Profesi Dalam Tahap Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Saraf

PROGRAM MAGISTER ( Beban dihitung dengan SKS )

>=40SKS

Program Magister Neurologi Tesis Program Profesi Bedah Saraf Pogram Bedah Dasar Program Bedah Saraf Dasar

PROGRAM KEPROFESIAN ( Beban dihitung berdasarkan Kompetensi ) GOLONGAN PENYAKIT & LOKALISASI KONGENITAL ICD 10 - Bab XVII

8

Kranial Spinal

INEKSI ICD 10 - Bab I Kranium

Supratentorial NEOPLASMA ICD 10 - Bab II Infratentorial

Spinal Saraf Tepi

Kranial TRAUMA ICD 10 - Bab XIX Spinal Saraf Tepi DEGENERASI ICD 10 - Bab VI & XIII VASKULER ICD 10 - Bab IX

Spinal Saraf Tepi Intrakranial Spinal

FUNGSIONAL ICD 10 - Bab VI & XXI

Tabel 3 Hubungan Antara Jenis Penyakit dan Tingkat Pembekalan Dalam Tahap Pendidikan

Kongenital Kranial Mikrosefal ( Kraniostenosis ) Hidrocephalus

Bab XVII

Q 75.0 Q03.9

.

.

.

.

.

.

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5

P5.A5

2

1

.

9

• Simpel • Kompleks / malfungsi pirau Q 07.6 Kista Arahnoid Q 01.1 Meningokel Anterior Q 01.2. Meningokel Posterior Q 75.8 Deformitas kranium Q 03.1 Dandy Walker Malformaion Spinal Q 05 Spinal Disrafisme Q 67.5 Deformitas Atlanto-oksipital Sindr Arnold-Chiary / Siringomieli Q07.0/Q87.2 Infeksi Abses Serebri Tuberkuloma Infeksi Komensal / turun Kelainan Parasiter • Cacing • Jamur Spondilitis Tbc Morbus Hansen

K6

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5 P5.A5 K6

3

3

P5.A5

2

1

P5.A5

3

3

P5.A5

3

5

2

2

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5

P5.A5

K6

P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5 P5.A5

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5 P5.A5

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5

P5.A5

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5

P5.A5

1

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5

P5.A5

1

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5

P5.A5

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3

P2.A3

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5

.

3

2

P5.A5

2

1

1

. G 06.0

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5

P5.A5

3

3

G 07

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5

P5.A5

3

3

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5

P5.A5

2

1

. B 65-B 83

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5

P5.A5

1

1

B 35- B 49

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5

P5.A5

1

1

A 23

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5

P5.A5

3

1

A 30.9

K6

K6

P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5 P5.A5 P5.A5

P5.A5

1

1

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5 P5.A5

P5.A5

3

5

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5 P5.A5

P5.A5

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5 P5.A5

P5.A5

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5 P5.A5

P5.A5

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5 P5.A5

P5.A5

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5

P5.A5

2

2

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5

P5.A5

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5

P5.A5

3

3

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5

P5.A5

3

3

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3

P2.A3

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3

P2.A3

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5

P5.A5

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3

P2.A3

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5

P5.A5

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3

P2.A3

2

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3

P2.A3

2

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3

P2.A3

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5

P5.A5

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3

P2.A3

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5

P5.A5

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3

P2.A3

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5

P5.A5

Neoplasma Kranium D 76.0 Granuloma Eosinofilik C 90.2 Plasmositoma D 16 Osteoma M 85.0 Fibrous Displasia Q 85.9 Hamartoma C 79.5 Tumor Metastase Neurofibrosarkom / Osteosarkom C41.0 Supratentorial C 71.9 Glioma Glioma simpel Glioma kompleks M 93.92 Ependymoma C 71.9 Pleksus Papiloma C 70 Meningioma simpel Meningioma kompleks D 26.7 Tumor Sella simpel Tumor Sella kompleks D.35.3 Kraniofaringioma C 75.3, D 35.4 Tumor daerah Pineal Body C 79.5 Tumor Metastase simpel C 79.5 Tumor Metastase kompleks D 18.0 Angioma simpel D 18.0 Angioma kompleks Infratentorial : Glioma C 71.9 • Simpel 10

K6

. .

. .

2 2 4

4

3

2

3

2 2

1

2

1

2

2

. . K6

2

1

• Kompleks Akustic Neuroma Meningioma simpel Meningioma kompleks Medulloblastoma Colesteatoma Ependymoma Pleksus Papiloma Angioma simpel Angioma kompleks Tumor Spinal Glioma Meningioma Ependimoma Schwanoma Angioma Tumor Saraf Tepi Schwanoma Trauma Trauma Kranial Depressed Fracture Epidural Hematoma Subdural Hematoma Acut Subdural Hematoma Kronik Intracerebral Hematoma Intraventricular Hematoma Trauma tembus (benda asing) Bocoran likuor Karotis-Kavernosus Fistul Trauma Medula Spinalis Kompresi Medula Kompresi Radiks Trauma Saraf Perifer Lesi Saraf Tepi Lesi Pleksus Degeneratif Spinal Degenerasi diskus intervertebral Lumbal Servikal Spondilolistesis Kanal Stenosis Saraf Perifer Entrapment syndrome Vaskuler Intrakranial AVM Simpel

C 71.9

K6

K6

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3

P2.A3

D 33.3

K6

K6

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3

P2.A3

C 70

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5

P5.A5

2 2 2

2

C 70

K6

K6

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3

P2.A3

2

C 71.6

K6

K6

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3

P2.A3

2

H 71

K6

K6

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3

P2.A3

1

M 9392, C 71.9

K6

K6

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3

P2.A3

1

C 71.9

K6

K6

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3

P2.A3

D.18.5

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5

P5.A5

D 18.5

K6

K6

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3

P2.A3

1 2

1 2

.

2

D 33.4

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3

P2.A3

D 32.1

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5

P5.A5

D 33.4

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3

P2.A3

D 36.1

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5

P5.A5

D 18.5

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P2.A3

P2.A3

P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5 P5.A5 P5.A5

P5.A5

1

1

2

1

2

2

2

1

. D 36.1

K6

K6

. . S 02

K6

P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5 P5.A5 P5.A5

P5.A5

4

8

S 06.4

K6

P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5 P5.A5 P5.A5

P5.A5

5

5

S 06.5

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5 P5.A5

P5.A5

S 06.5

K6

K6

P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5 P5.A5 P5.A5

P5.A5

3

3

S 06.8

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5

S 06.9

K6

K6

T 14.1

K6 K6

5

3

P5.A5

3

5

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5

P5.A5

2

1

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5

P5.A5

1

1

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5

P5.A5

1

2

.

K6

K6

K6

K6

P2.A3

P2.A3

1

. T 08

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5

P5.A5

2

2

T 08

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5

P5.A5

2

2

P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5

P5.A5

2

1

K6

P2.A3

P2.A3

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5

P5.A5

. K6

K6

K6

.

K6

1

. . M 51

.

M51.9

K6

M 50.9

.

K6

K6

K6

K6

K6

K6

P2.A3

P2.A3

5

5 4

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5

P5.A5

3

1

K6

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5

P5.A5

2

3

P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A5 P5.A5

P5.A5

2

1

. K6

K6

2

3

. . .

K6

K6

P2.A3 P2.A3 P5.A5

P5.A5

11

AVM Kompleks Aneurysm Cavernoma Spontaneous ICH Spinal AVM AV fistula Fungsional Movement Disorder simpel Movement Disorder kompleks Pain Surgery simpel Pain Surgery kompleks Epilepsi Intracranial compression syndr Psichosurgery

K6

K6

P2.A3

P2.A3

2

.

K6

K6

P2.A3

P2.A3

3

.

K6

K6

P2.A3

P2.A3

P2.A3 P2.A3 P5.A5

P5.A5

.

.

K6

K6

K6

K6

2 3

3

. .

K6

K6

P2.A3

P2.A3

1

.

K6

K6

P2.A3

P2.A3

1

.

1

R 25.8

.

K6

K6

P2.A3

P5.A5

R 25.8

.

K6

K6

K6

K6

R 52.9

.

K6

K6

P2.A3

P5.A5

R 52.9

.

K6

K6

K6

K6

G 40.9

.

K6

K6

P2.A3

P2.A3

2

.

K6

K6

P2.A3

P2.A3

2

.

K6

K6

K6

K6

1 4 2

1

PENUGASAN A. Panduan Penugasan 1. Penugasan ke peserta didik meliputi Program Magister dan Program Pendidikan Profesi. 2. Program Magister dilaksanakan selama 4 semester dan diakhiri dengan Tesis; Program Pendidikan Profesi dilaksanakan sampai dengan semester 11 dan diakhiri dengan uji kompetensi oleh Kolegium Bedah Saraf Indonesia 3. Program Pendidikan Profesi meliputi bidang pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian, termasuk didalamnya tugas-tugas yang bersifat tehnis dan administratif. Masing-masing bidang tersebut di atas kemudian dipilah secara rinci dalam berbagai tugas dan selanjutnya dipadukan dalam satu kerangka keterkaitan antara satu tugas dan lainnya sesuai tingkat kompetensi. 4. Keterkaitan antara berbagai tugas divisualisasikan dalam tabel Matriks Hubungan Antara Penugasan dan Tahap Pendidikan (lihat tabel 4). 5. Berdasarkan tabel 3 ini, penugasan terhadap peserta didik yang diuraikan dalam Buku Panduan di setiap IPDS, dapat ditetapkan oleh masing-masing KPS. 6. Dalam rangkaian hirarki tanggung jawab, peserta didik dalam menjalankan berbagai kegiatan yang menjadi tugasnya, diatur sebagai berikut : 12

✴ Setiap peserta didik dalam menjalankan kegiatannya, dikordinasi oleh penanggung jawab / kordinatornya. ✴ Kordinator bertugas mengatur agar pelaksanaan tugas dari peserta didik yang berada dalam tanggung-jawabnya, dapat terselenggara dengan baik. ✴ Kordinator bertanggung jawab pada Chief Residen. ✴ Chief Residen bertanggung jawab pada KPS. ✴ Dalam keadaan dipandang perlu, KPS berhak merubah tugas yang telah dibebankan. 7. Kegiatan yang berhubungan dengan materi pendidikan / kompetensi, dipertanggung jawabkan oleh peserta didik langsung kepada KPS atau konsulen yang bertanggung-jawab untuk itu.

B. Kisi-kisi penugasan Program Magister Tabel 3 Matriks Hubungan Antara Penugasan Program Magister dan Tahap Pendidikan PENUGASAN

S1

Program Magister Neurologi



Program Bedah Dasar Program Bedah Saraf Dasar



TAHAP I S2 S3

  

  

Pembuatan Tesis

S4

   

TAHAP II S5 S6

S7

 



C. Keterangan tabel Penugasan Program Magister ๏ Program magister dalam program pendidikan dokter spesialis bedah saraf (PPDS BS) mengikuti program magister neurologi. ๏ Program Magister dilaksanakan selama 4 semester, 3 semester dalam tahap 1 dan 1 semester di tahap 2. ๏ Bobot Program Magister minimal 40 SKS ๏ Program Bedah Dasar dilaksanakan selama 2 semester pada tahap 1, bila diperlukan pelaksanaan dapat diundur di semester 4-5 (tahap 2). ๏ Tesis diselesaikan dalam semester 4, dapat diperpanjang maksimal sampai semester 6.

13

D. Kisi-kisi penugasan Program Profesi Tabel 4 Matriks Hubungan Antara Penugasan Program Profesi dan Tahap Pendidikan PENUGASAN

Tugas Ruangan ✴ Melatih kemampuan pengenalan gejala neurologi ✴ Memantau & mencatat perkembangan pasien rawat inap ‣ Di ruang perawatan bedah saraf ‣ Di ruang Neurointensive ✴ Memeriksa & follow up pasien rawat inap kasus IK 1 ‣ Di ruang perawatan bedah saraf ‣ Di ruang Neurointensive ✴ Memeriksa & follow up pasien rawat inap kasus IK 2 ‣ Di ruang perawatan bedah saraf ‣ Di ruang Neurointensive ✴ Penanggung jawab pengelolaan seluruh pasien ruangan ‣ Di ruang perawatan bedah saraf ‣ Di ruang Neurointensive Tugas Jaga ✴ Asisten Jaga Emergensi ✴ Jaga Emergensi Pasien Dalam ✴ Jaga Emergensi Pasien Luar ✴ Kordinator pengaturan jaga Tugas di Poliklinik ✴ Asisten poliklinik ✴ Dokter poliklinik bedah saraf ✴ Kordinator kegiatan poliklinik Tugas persiapan pasien operasi ✴ Memeriksa kelengkapan dokumen pasien ruang ke / dari OK ✴ Penaggung jawab pelaksanaan instruksi konsulen pra / pasca bedah Tugas di Kamar Operasi ✴ Asisten operator kasus IK 1 ✴ Asisten operator kasus IK 2 ✴ Operator kasus IK 1 ✴ Operator kasus IK2 ✴ Kordinator kegiatan operasi 14

TAHAP II

TAHAP III

S 4 S 5 S 6 S 7 S 8 S 9 S10 S11 





















































































































































 

























































































Tugas kegiatan akademik ✴ Menghadiri forum ilmiah di bagian (tutorial, refarat, laporan, asesmen, dll) ✴ Menyajikan makalah untuk forum di bagian, nasional, intenasional ✴ Mengikuti ujian / penilaian berkala ✴ Mengikuti ujian nasional Tugas penelitian ✴ Menentukan judul dan disain penelitian ✴ Koleksi kepustakaan dan data ✴ Menyerahkan hasil penelitian / skripsi Penugasan Residen ✴ Residen tingkat pengayaan ✴ Residen tingkat magang ✴ Residen tingkat mandiri ✴ Wakil Chief Residen ✴ Chief Residen













































 

















 





























































E. Keterangan tabel Penugasan Program Profesi Pengaturan tugas ✴



Bobot penugasan di setiap bidang kegiatan diberikan secara bertahap, sebagai berikut : ‣ Tanggung jawab penugasan diatur berturut turut mulai dari kegiatan administrasi, penatalaksanaan pasien, dan terahir penanggung jawab / kordinator dari semua tugas yang ada di bidang kegiatan tersebut. ‣ Kompetensi dilatih mulai dari penugasan yang sifatnya mengenal gejala neurologi, kemudian membuat diagnosa, merencanakan pengobatan, membuat konsul ruangan dan permintaan pemeriksaan penunjang dan terahir melakukan follow up. ‣ Tingkat kesulitan kasus dimulai dari menangani kasus dengan IK 1 di ruang rawat, IK 2 di ruang rawat, IK 1 di ruang neurointensif dan terahir IK 2 di ruang neurointensif Peserta didik dalam pengaturan pekerjaan bertanggung jawab pada kordinator, dalam kompetensi bertanggung jawab pada konsulen / KPS.

Tugas ruangan ✴

Residen yang bertugas di ruangan, bertanggung jawab pada Penanggung Jawab Ruangan

15





Residen tingkat pengayaan bertugas dalam kegiatan administratif dengan kompetensi sampai batas mengenal gejala neurologi dan mempelajari aspek menejemen pasien ruang rawat. Residen tingkat magang bertanggung jawab dalam : ‣ Melakukan follow-up pasien rawat inap. ‣ Bertanggung jawab atas perawatan luka dan segala tindakan di ruang rawat.

Tugas Jaga ✴

Tugas jaga di bagian bedah saraf dimulai dari semester 4, dengan urutan pengaturan tugas sbb : ‣ Dokter Jaga 1 ( kompetensi tingkat 1 ) : Asisten jaga emergensi, ‣ Dokter Jaga 2 ( kompetensi tingkat 2 ) : Dokter jaga emergensi di lingkungan rumah sakit pendidikan ‣ Dokter Jaga 3 ( kompetensi tingkat 3 ): sama seperti dokter jaga 1, ditambah dokter jaga emergensi di rumah sakit jejaring.

Tugas Poliklinik ✴ ✴

Asisten di poliklinik terbatas pada membuat status dan memeriksa / mengenal gejala neurologi Penanggung jawab pasien poliklinik ‣ Adalah peserta didik tingkat mandiri, mampu menegakkan diagnosa dan merencanakan pemeriksaan lanjutan atau tindakan pengobatan. ‣ Tidak diijinkan membuat keputusan, harus selalu dilaporkan ke konsulen penanggung jawab poliklinik dan melaporan pada forum asesmen.

Tugas Persiapan Operasi ✴ ✴



Yang dimaksud dokumen pasien adalah status pasien dan semua hasil pemeriksaan penunjang. Tanggung jawab atas kelengkapan dokumen saat pasien dikirim ataupun kembali dari kamar operasi ada pada peserta didik dengan tingkat kompetensi terendah. Peserta didik tingkat mandiri, bertanggung jawab atas pelaksanaan instruksi yang diberikan konsulen, menyangkut antara lain : ‣ Tindakan atau pengobatan spesifik pra bedah di ruang rawat atau sebelum pasien dioperasi ‣ Persiapan alat atau instrumen khusus ‣ Follow up pasca bedah terhadap hal khusus

Tugas Kamar Operasi ✴

16

Asisten operator bertugas untuk : ‣ Mengatur posisi pasien dan mempersiapkan daerah operasi. ‣ Menulis laporan operasi sesuai arahan operator.





Asisten operasi harus memenuhi jumlah kasus sesuai ketetapan dan dinyatakan lulus instruksi oleh konsulen, sebelum dapat menjadi operator mandiri. Residen mandiri yang akan melakukan operasi, melakujkan dahulu panthom / diskusi atas kasus yang akan dioperasi dengan konsulen penanggung jawab pasien.

Tugas Akademik ✴



Kegiatan akademik berlangsung selama masa pendidikan dan dipilah dalam berbagai tugas : ‣ Mengikuti kegiatan forum ilmiah di bagian, prtemuan nasional maupun internasional. ‣ Membuat berbagai laporan, antara lain laporan pasien rawat inap, laporan jaga, laporan poliklinik, laporan kematian, laporan operasi, laporan kegiatan operasi mingguan. ‣ Membuat makalah dalam bahasa Indonesia maupun Inggris. ‣ Presentasi kasus, studi literatur maupun hasil penelitian. Mengikuti ujian lokal maupun ujian ahir nasional.

Tugas penelitian ✴



Seluruh peserta didik harus membuat sekurang-kurangnya satu penelitian yang menjadi bagian dari tugas ahir, sebelum dapat mengikuti ujian nasional bedah saraf. Kegiatan penelitian sudah dimulai sejak semester 4, sekurangkurangnya sudah menentukan judul dan membuat disain penelitian.

Chief Residen ✴





✴ ✴

Untuk dapat menjadi Chief Residen, peserta didik harus sudah pernah menjadi penanggung jawab ruang rawat inap, ruang neurointensif, poliklinik dan penangung jawab kamar operasi. Chief residen bertugas mengkordinasikan semua pekerjaan / tugas pendidikan, pelayanan dan penelitian, baik yang terprogram maupun tidak, agar dapat terselesaikan oleh seluruh residen secara merata dan sesuai kompetensinya. Tidak setiap residen otomatis menjadi Chief Residen, penentuan ditetapkan oleh KPS berdasarkan prestasi akademik dan kemampuan menejerial. Chief Residen bertanggung jawab pada KPS. Chief Residen dibantu oleh Wakil Chief Residen.

KRITERIA PENCAPAIAN KOMPETENSI, PEMANTAUAN DAN EVALUASI 1. Kriteria pencapaian kompetensi ditentukan berdasarkan jumlah tindakan dan jenis kasus. IPDS menentukan jumlah minimal tindakan dan

17

jenis kasus yang harus dipenuhi pada setiap tahap pendidikan, sebelum peserta didik dapat diuji atau naik peringkat. ✴ Enrichment (pengayaan) diuji pada tahap I, II atau III. ✴ Assistant (magang) diuji pada tahap II dan III. ✴ Self (mandiri) diuji hanya di tahap III. 2. Pada tahap III, ✴ Kasus-kasus yang ditentukan sudah harus mencapai tahap mandiri, diuji kompetensi. ✴ Kasus-kasus yang masih dalam tahap magang atau pengayaan, diuji pengetahuan dasarnya (K6), sedangkan kompetensinya akan dikembangkan dalam CPD. 3. Aktifitas kegiatan peserta didik dicatat dalam Log Book dan penilaian kompetensi pada setiap tahap pendidikan, ditetapkan oleh masingmasing IPDS. 4. KBSI menetapkan jumlah minimal tindakan dan jenis kasus yang harus dipenuhi peserta didik selama masa pendidikan. 5. Peserta didik berhak diuji kompetensi dalam Ujian Nasional Bedah Saraf setelah memenuhi jumlah minimal tindakan dan jenis kasus yang ditetapkan KBSI.



18

BLOOM'S TAXONOMY

A. The Three Types of Learning There is more than one type of learning. A committee of colleges, led by Benjamin Bloom, identified three domains of educational activities: *Cognitive: mental skills (Knowledge) *Affective: growth in feelings or emotional areas (Attitude) *Psychomotor: manual or physical skills (Skills) Since the work was produced by higher education, the words tend to be a little bigger than we normally use. Domains can be thought of as categories. Trainers often refer to these three domains as KSA (Knowledge, Skills, and Attitude). This taxonomy of learning behaviors can be thought of as "the goals of the training process." That is, after the training session, the learner should have acquired new skills, knowledge, and/or attitudes. The committee also produced an elaborate compilation for the cognitive and affective domains, but none for the psychomotor domain. Their explanation for this oversight was that they have little experience in teaching manual skills within the college level (I guess they never thought to check with their sports or drama department). This compilation divides the three domains into subdivisions, starting from the simplest behavior to the most complex. The divisions outlined are not absolutes and there are other systems or hierarchies that have been devised in the educational and training world. However, Bloom's taxonomy is easily understood and is probably the most widely applied one in use today.

Cognitive (1) The cognitive domain involves knowledge and the development of intellectual skills. This includes the recall or recognition of specific facts, procedural patterns, and concepts that serve in the development of intellectual abilities and skills. There are six major categories, which are listed in order below, starting from the simplest behavior to the most complex. The categories can be thought of as degrees of difficulties. That is, the first one must be mastered before the next one can take place.

Category

Example and Key Words

Knowledge: Recall data or information.

Examples: Recite a policy. Quote prices from memory to a customer. Knows the safety rules. Key Words: defines, describes, identifies, knows, labels, lists, matches, names, outlines, recalls, recognizes, reproduces, selects, states. Examples: Rewrites the principles of test writing. Explain in oneís own words the steps for performing a complex task. Translates an equation into a computer spreadsheet. Key Words: comprehends, converts, defends, distinguishes, estimates, explains, extends, generalizes, gives Examples, infers, interprets, paraphrases, predicts, rewrites, summarizes, translates. Examples: Use a manual to calculate an employeeís vacation time. Apply laws of statistics to evaluate the reliability of a written test. Key Words: applies, changes, computes, constructs, demonstrates, discovers, manipulates, modifies, operates, predicts, prepares, produces, relates, shows, solves, uses.

Comprehension: Understand the meaning, translation, interpolation, and interpretation of instructions and problems. State a problem in one's own words. Application: Use a concept in a new situation or unprompted use of an abstraction. Applies what was learned in the classroom into novel situations in the work place.

19

Examples: Troubleshoot a piece of equipment by using logical deduction. Recognize logical fallacies in reasoning. Gathers information from a department and selects the required tasks for training. Key Words: analyzes, breaks down, compares, contrasts, diagrams, deconstructs, differentiates, discriminates, distinguishes, identifies, illustrates, infers, outlines, relates, selects, separates. Examples: Synthesis: Builds a structure or pattern from Write a company operations or process manual. Design a machine to perform a specific task. Integrates training from several sources to solve a problem. Revises and process diverse elements. Put parts toto improve the outcome. gether to form a whole, with em- Key Words: phasis on creating a new mean- categorizes, combines, compiles, composes, creates, devises, designs, explains, gening or structure. erates, modifies, organizes, plans, rearranges, reconstructs, relates, reorganizes, revises, rewrites, summarizes, tells, writes. Examples: Evaluation: Make judgments about the value Select the most effective solution. Hire the most qualified candidate. Explain and justify a new budget. of ideas or materials. Key Words: Appraises, compares, concludes, contrasts, criticizes, critiques, defends, describes, discriminates, evaluates, explains, interprets, justifies, relates, summarizes, supports.

Analysis: Separates material or concepts into component parts so that its organizational structure may be understood. Distinguishes between facts and inferences.

Affective (2) This domain includes the manner in which we deal with things emotionally, such as feelings, values, appreciation, enthusiasms, motivations, and attitudes. The five major categories are listed from the simplest behavior to the most complex:

Category

Example and Key Words

Examples: Listen to others with respect. Listen for and remember the name of newly introduced people. Key Words: asks, chooses, describes, follows, gives, holds, identifies, locates, names, points to, selects, sits, erects, replies, uses. Examples: Responding to Phenomena: Participates in class discussions. Gives a presentation. Questions new Active participation on the part of the concepts, models, etc. in order to fully understand them. Know the learners. Attends and reacts to a particular ideals, safety rules and practices them. phenomenon. Learning outcomes may Key Words: emphasize compliance in responding, will- answers, assists, aids, complies, conforms, discusses, greets, helps, laingness to respond, or satisfaction in rebels, performs, practices, presents, reads, recites, reports, selects, tells, sponding (motivation). writes. Examples: Valuing: Demonstrates belief in the democratic process. Is sensitive towards indiThe worth or value a person attaches to a and cultural differences (value diversity). Shows the ability to solve particular object, phenomenon, or behavior. vidual problems. Proposes a plan to social improvement and follows through with This ranges from simple acceptance to the commitment. Informs management on matters that one feels strongly more complex state of commitment. Valuing about. is based on the internalization of a set of Key Words: specified values, while clues to these values completes, demonstrates, differentiates, explains, follows, forms, initiates, are expressed in the learnerís overt behavior invites, joins, justifies, proposes, reads, reports, selects, shares, studies, and are often identifiable. works.

Receiving Phenomena: Awareness, willingness to hear, selected attention.

20

Organization: Organizes values into priorities by contrasting different values, resolving conflicts between them, and creating an unique value system. The emphasis is on comparing, relating, and synthesizing values.

Internalizing values (characterization): Has a value system that controls their behavior. The behavior is pervasive, consistent, predictable, and most importantly, characteristic of the learner. Instructional objectives are concerned with the student's general patterns of adjustment (personal, social, emotional).

Examples: Recognizes the need for balance between freedom and responsible behavior. Accepts responsibility for oneís behavior. Explains the role of systematic planning in solving problems. Accepts professional ethical standards. Creates a life plan in harmony with abilities, interests, and beliefs. Prioritizes time effectively to meet the needs of the organization, family, and self. Key Words: adheres, alters, arranges, combines, compares, completes, defends, explains, formulates, generalizes, identifies, integrates, modifies, orders, organizes, prepares, relates, synthesizes. Examples: Shows self-reliance when working independently. Cooperates in group activities (displays teamwork). Uses an objective approach in problem solving. Displays a professional commitment to ethical practice on a daily basis. Revises judgments and changes behavior in light of new evidence. Values people for what they are, not how they look. Key Words: acts, discriminates, displays, influences, listens, modifies, performs, practices, proposes, qualifies, questions, revises, serves, solves, verifies.

Psychomotor (3) The psychomotor domain includes physical movement, coordination, and use of the motor-skill areas. Development of these skills requires practice and is measured in terms of speed, precision, distance, procedures, or techniques in execution. The seven major categories are listed from the simplest behavior to the most complex:

Category

Example and Key Words

Perception: The ability to use sensory cues to guide motor activity. This ranges from sensory stimulation, through cue selection, to translation.

Examples: Detects non-verbal communication cues. Estimate where a ball will land after it is thrown and then moving to the correct location to catch the ball. Adjusts heat of stove to correct temperature by smell and taste of food. Adjusts the height of the forks on a forklift by comparing where the forks are in relation to the pallet. Key Words: chooses, describes, detects, differentiates, distinguishes, identifies, isolates, relates, selects. Examples: Knows and acts upon a sequence of steps in a manufacturing process. Recognize oneís abilities and limitations. Shows desire to learn a new process (motivation). NOTE: This subdivision of Psychomotor is closely related with the "Responding to phenomena" subdivision of the Affective domain. Key Words: begins, displays, explains, moves, proceeds, reacts, shows, states, volunteers. Examples: Performs a mathematical equation as demonstrated. Follows instructions to build a model. Responds hand-signals of instructor while learning to operate a forklift. Key Words: copies, traces, follows, react, reproduce, responds Examples: Use a peronal computer. Repair a leaking faucet. Drive a car. Key Words: assembles, calibrates, constructs, dismantles, displays, fastens, fixes, grinds, heats, manipulates, measures, mends, mixes, organizes, sketches.

Set: Readiness to act. It includes mental, physical, and emotional sets. These three sets are dispositions that predetermine a personís response to different situations (sometimes called mindsets). Guided Response: The early stages in learning a complex skill that includes imitation and trial and error. Adequacy of performance is achieved by practicing. Mechanism: This is the intermediate stage in learning a complex skill. Learned responses have become habitual and the movements can be performed with some confidence and proficiency.

21

Complex Overt Response: The skillful performance of motor acts that involve complex movement patterns. Proficiency is indicated by a quick, accurate, and highly coordinated performance, requiring a minimum of energy. This category includes performing without hesitation, and automatic performance. For example, players are often utter sounds of satisfaction or expletives as soon as they hit a tennis ball or throw a football, because they can tell by the feel of the act what the result will produce. Adaptation: Skills are well developed and the individual can modify movement patterns to fit special requirements.

Examples: Maneuvers a car into a tight parallel parking spot. Operates a computer quickly and accurately. Displays competence while playing the piano. Key Words: assembles, builds, calibrates, constructs, dismantles, displays, fastens, fixes, grinds, heats, manipulates, measures, mends, mixes, organizes, sketches. NOTE: The Key Words are the same as Mechanism, but will have adverbs or adjectives that indicate that the performance is quicker, better, more accurate, etc.

Examples: Responds effectively to unexpected experiences. Modifies instruction to meet the needs of the learners. Perform a task with a machine that it was not originally intended to do (machine is not damaged and there is no danger in performing the new task). Key Words: adapts, alters, changes, rearranges, reorganizes, revises, varies. Origination: Creating new movement patterns Examples: Constructs a new theory. Develops a new and comto fit a particular situation or specific problem. prehensive training programming. Creates a new gymnastic rouLearning outcomes emphasize creativity based tine. upon highly developed skills. Key Words: arranges, builds, combines, composes, constructs, creates, designs, initiate, makes, originates.

B. Other Psychomotor Domains As mentioned earlier, the committee did not produce a compilation for the psychomotor domain model, but others have. The one discussed above is by Simpson (1972). There are two other popular versions: Dave's:(4) *Imitation: Observing and patterning behavior after someone else. Performance may be of low quality. Example: Copying a work of art. *Manipulation: Being able to perform certain actions by following instructions and practicing. Example: Creating work on one's own, after taking lessons, or reading about it. *Precision: Refining, becoming more exact. Few errors are apparent. Example: Working and reworking something, so it will be "just right." *Articulation: Coordinating a series of actions, achieving harmony and internal consistency. Example: Producing a video that involves music, drama, color, sound, etc. *Naturalization: Having high level performance become natural, without needing to think much about it. Examples: Michael Jordan playing basketball, Nancy Lopez hitting a golf ball, etc. Harrow's:(5) *Reflex movements - Reactions that are not learned. *Fundamental movements - Basic movements such as walking, or grasping. *Perception - Response to stimuli such as visual, auditory, kinesthetic, or tactile discrimination. *Physical abilities - Stamina that must be developed for further development such as strength and agility. *Skilled movements - Advanced learned movements as one would find in sports or acting. *No discursive communication - Effective body language, such as gestures and facial expressions.

22

Reference 1. Bloom B. S. (1956). Taxonomy of Educational Objectives, Handbook I: The Cognitive Domain. New York: David McKay Co Inc. 2. Krathwohl, D. R., Bloom, B. S., & Bertram, B. M. (1973). Taxonomy of Educational Objectives, the Classification of Educational Goals. Handbook II: Affective Domain. New York: David McKay Co., Inc. 3. Simpson E. J. (1972). The Classification of Educational Objectives in the Psychomotor Domain. Washington, DC: Gryphon House. 4. Dave, R. H. (1975). Developing and Writing Behavioural Objectives. (R J Armstrong, ed.) Educational Innovators Press. 5. Harrow, Anita (1972) A taxonomy of psychomotor domain: a guide for developing behavioral objectives. New York: David McKay.



23

Related Documents


More Documents from ""