Kulit Anfisman Diskusi.docx

  • Uploaded by: Satria Gogo
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kulit Anfisman Diskusi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 728
  • Pages: 4
Percobaan: III. a. Rasa-rasa panas dan dingin: Pertanyaan: 1. Pada percobaan dengan alcohol atau dengan eter pada kulit. Mula-mula ditimbulkan perasaan dingin dahulu kemudian disusul dengan perasaan panas? Terangkan! Jawab: Alkohol atau CH3COOH merupakan nama dari asam asetat yaitu larutan senyawa yang bersifat asam. Alkohol atau asam asetat dalam suhu ruangan berwujud cair dan memiliki titik didih yang cukup tinggi dibandingkan eter. Ketika alkohol atau asam asetat bersentuhan dengan kulit dan kemudian diberikan tiupan akan timbul sensasi dingin akibat reaksi oksidasi alkohol yaitu reaksi pengikatan oksigen. Pada saat alkohol atau eter pertama bersentuhan dengan kulit, mula-mula timbul rasa dingin dahulu, kemudian disusul dengan perasaan panas. Hal ini dikarenakan oleh reaksi endoterm yang memerlukan panas untuk dapat menguap, dimana panas diambil dari tubuh kita saat alkohol dioleskan di tangan. Oleh karena itu, kita merasakan dingin saat alkohol menguap. Setelah alcohol telah menguap seluruhnya, tubuh akan kembali melakukan keseimbangan suhu dengan mengalirkan panas dari lingkungan menuju kulit, dalam hal ini adalah punggung tangan sehingga terasa panas dan kembali normal, bila suatu rangsang tetap diberikan secara terus-menerus pada suatu reseptor, frekuensi potensial aksi di saraf sensorik lama-kelamaan akan menurun. Hal ini yang dinamakan dengan adaptasi. Dengan adanya proses adaptasi pada tubuh seseorang, rasa panas yang dirasakan pada percobaan meniup punggung tangan dengan mengoleskan alkohol sebelumnya akan hilang (Nb: coba lihat di hal 585 guyton maaf nggak bisa nyimpulkan :) ) 2. Apakah rasa-rasa panas atau dingin itu dirasakan terus-menerus? Jawab: Rasa panas atau dingin tidak dirasakan terus menerus karena pada percobaan yang menggunakan alkohol, alkohol terus menguap sehingga rasa dingin lama kelamaan akan hilang. Setelah alkohol menguap, tubuh akan menyesuaikan dengan suhu tubuh normal (homeostasis). Rasa dingin dari air es lebih cepat terasa daripada rasa panas, karena tubuh melepaskan kalor dan merasakan perubahan suhu yang cukup drastis, yaitu dari 37 Derajat Celcius (suhu normal tubuh) ke 0 derajat Celcius. Sedangkan rasa panas lebih cepat hilang karena tubuh melakukan kesetimbangan panas dengan menyerap panas dan air bersuhu lingkungan kurang lebih 37 derajat Celcius, dengan kata lain, perubahan suhu tidak terlalu besar.

III. b. Reaksi-reaksi di kulit

Pertanyaan: Di daerah manakah dari tubuh masing-masing rasa itu terpadat? Jawab: Dari percobaan diatas, untuk reaksi kulit yang menggunakan air panas, rasa yang terpadat adalah di bagian punggung tangan dan lengan bawah. Untuk reaksi kulit yang menggunakan air dingin, rasa yang terpadat ada pada bagian pipi, dan untuk reaksi kulit yang menggunakan pensil (sentuhan), rasa yang terpadat terdapat pada bagian kuduk. Jumlah ujung dingin atau hangat dalam setiap daerah permukaan tubuh sangat kecil, sehingga sulit untuk menilai degradasi suhu bila daerah kecil dirangsang. Tetapi, apabila daerah tubuh yang luas dirangsang, isyarat suhu dari seluruh daerah tersebut dijumlahkan. Sejatinya seseorang dapat mencapai kemampuan maksimum untuk membedakan varian suhu yang kecil bila seluruh tubuh mengalami perubahan suhu secara serentak. Tetapi untuk percobaan ini, tentunya akan didapatkan hasil yang bervariasi, karena tergantung juga dengan ketebalan kulit, dan faktor-faktor lainnya. Untuk mahasiswa coba ini, bagian pipi merupakan bagian yang paling peka, sementara punggung tangan merupakan bagian yang kurang peka. IV. Neo-sensibilitas IV. b. Diskriminasi rasa tekan: Pertanyaan: Adakah perbedaan diskriminasi, bila ujung-ujung jangka ditekankan secara simultan dan suksesif? Jawab: Ada. Perbedaan yang terjadi saat percobaan di tempat tersebut menunjukkan bahwa di setiap bagian tubuh memiliki nilai ambang diskriminasi rasa tekan yang berbeda, tergantung pada kepadatan dari saraf reseptor raba. Dua rangsangan pada ujung jangka dapat dirasakan sebagai satu rangsangan bila kedua ujung jangka mengenai dua reseptor yang berbeda namun hanya dilayani oleh satu unit sensorik (simultant), dan akan terasa sebagai dua rangsangan bila dilayani oleh unit sensorik yang berbeda. Jarak minimum antara dua rangsangan yang masih bisa dirasakan terpisah disebut nilai ambang dua titik. IV. c. Diskriminasi kekuatan rangsangan. Hukum Weber-Fechner Pertanyaan: Bagaimanakah bunyi hokum Weber-Fechner? Dapatkah hukum ini diperlihatkan dengan percobaan tersebut di atas? Jawab:

IV. d. Kemampuan Diskriminasi Pertanyaan: Gambarlah jalur-jalur dari semua rasa-rasa sensoris: raba, tekan, nyeri, panas, dan dingin! Jawab:

BAB II HASIL PENGAMATAN

2.3.3 Diskriminasi kekuatan rangsangan-hukum Weber-fechner Ulangan (g) no.

Beban Awal (g)

I

II

III

Rerata

1 beban awal 5 g

95

95

75

88,3

2 beban awal 10 g

90

34

90

71,3

3 beban awal 50 g

125

125

139

129,7

4 beban awal 100 g

109

40

110

86,3

5 beban awal 200 g

142

60

114

105,3

Hubungan antara beban awal terhadap beban yang dirasakan 140 120 100 80 60 East

40 20 0 0

50

100

150

200

Related Documents

Kulit
August 2019 59
Kulit
June 2020 35
Kulit
April 2020 35

More Documents from "hanalia zahara"