ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA “Ny. A” DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA “Tn.F” MENDERITA HIPERTENSI DENGAN GANGGUAN NYERI DI DESA MEKAR JAYA KECAMATAN TIWORO TENGAH KABUPATEN MUNA BARAT
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh: LA HASINI NIM. 14401 2017 000 396
POLTEKKES KEMENKES KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN 2018
64
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA “Ny. A” DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA “Tn.F” MENDERITA HIPERTENSI DENGAN GANGGUAN NYERI DI DESA MEKAR JAYA KECAMATAN TIWORO TENGAH KABUPATEN MUNA BARAT
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan program Diploma III Keperawatan
Oleh:
LA HASINI NIM. 14401 2017 000 396
Oleh: LA HASINI NIM. 14401 2017 000 396
POLTEKKES KEMENKES KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN KENDARI 2018
64
64
64
64
RIWAYAT HIDUP
I.
II.
IDENTITAS DIRI a. Nama
: La Hasini
b. NIM
: 14401 2017 000 396
c. Tempat dan Tanggal Lahir
: Muna, 31 Desember
d. Jenis Kelamin
: Laki-Laki
e. Suku/Bangsa
: Muna/Indonesia
f. Agama
: Islam
g. Alamat
: Desa Mekar Jaya Kab. Muna Barat
JENJANG PENDIDIKAN a. SD
: SD Wapae
b. SMP
: SMP Kambara
c. SMA
: SPK Kendari
d. DIII Keperawatan
: Poltekkes Kemenkes Kendari
64
MOTTO
“Kesuksesan akan dapat anda raih apabila anda kuat dan terbiasa menghadapi masalah, tantangan dan hambatan secara mandiri”
“berbuat lah apa yang bisa kamu perbuat selagi itu masih berguna untuk mu dan orang lain tetapi janganlah kamu berbuat dan lebih baik diam bila itu membuatmu dan orang sekelilingmu merasa rugi dan tersakiti”
‘ PLAN DO AND ACTION”
64
ABSTRAK
LA HASINI, NIM. 14401 2017 000 396, “ ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA “Ny. A” DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA “Tn. F” MENDERITA HIPERTENSI DENGAN GANGGUAN NYERI DI DESA MEKAR JAYA KECAMATAN TIWORO TENGAH KABUPATEN MUNA BARAT TAHUN 2018”. Secara umum Penyakit hipertensi merupakan penyebab sistem kardiovaskuler dengan urutan ke tiga di Puskesmas Tiworo Tengah dengan 200 kasus Pada tahun 2017 (Profil Puskesmas Tiworo Tengah, 2017). Penyebab hipertensi antara lain adalah stres, usia, merokok, obesitas (kegemukan), alkohol, faktor keturunan, factor lingkungan (gaduh/bising). Pada dasarnya hipertensi bisa di cegah dengan kontrol teratur,minum obat teratur dan diit rendah garam dan lemak. Tujuan Karya Tulis Ilmiah ini adalah agar penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan keluarga pada Tn. L dengan salah satu anggota keluarga An. F Menderita Hipertensi mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Hasil studi kasus yang telah dilakukan pada keluarga Tn. L ditemukan dua masalagh keluarga yaitu ; “Resiko penyakit stroke berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terhadap perawatan penyakit hipertensi” dan “ketidak mampuan Keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang sakit yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan hipertensi”. Setelah dievaluasi masalah kesehatan tersebut dapat teratasi. Kesimpulan dari studi kasus ini adalah masih adanya kesenjangan data – data yang terjadi antara teori dan kasus kemungkinan disebabkan oleh persepsi yang berbeda antara peneliti dan responden serta tekhnik peneliti menggali informasi agak kurang tepat. Adapun saran yang dapat penulis berikan khususnya keluaraga Tn. L agar dapat memelihara, meningkatkan serta mengembangkan gaya hidup sehat dalam kehidupan sehari – hari dan menerapkan pengetahuan tentang kesehatan yang didapat pada saat penyuluhan. Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Konsep Keluarga, Hipertensi
64
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salahsatu syarat untuk menyelesaikan pendidikan D III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa dalam pelaksanaan,penyususnan dan penyelesaian karya tulis ilmiah ini banyak memperoleh bantuan, motivasi, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak.oleh karena itu, dengan segala kerendahan hatipenulis mengucapkan terima kasih kepada B a p a k Samsudin, S.Kep., Ns., M,Kep. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan selama penyususnan karya tulis ilmiah ini sehingga dapat terselesikan. Tak lupa pula dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Ibu Askrening, SKM.,M.Kes. selaku Direktur Poltekes Kemenkes Kendari. 2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Muna Barat yang telah memberikan Izin Penelitian. 3. Kepala Dinas Kesehatan Muna Barat yang memfasilitasi saya dalam melakukan Praktek Belajar Lapangan Di Lingkup Instansi Kesehatan Kabupaten Muna Barat 4. Kepala Puskesmas Tiworo Tengah yang telah memberikan izin penelitian dan membantu penulis dalam melakukan penelitian. 5. Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari Bapak Indriono Hadi,S.Kep.,Ns.,M.Kes. 6. Ibu Asminarsih Z.P, M.Kep., Sp.Kom selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan masukan dalam menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini 7. Ibu Nurfantri, M.Sc selaku selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan dalam menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini 8. Ibu Fitri Wijayati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan masukan dalam menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini 9. Bapak dan ibu dosen di lingkungan Poltekkes Kemenkes Kendari yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama duduk di bangku 64
perkuliahan, serta seluruh staf tata usaha yang tekah memberikan bantuan pelayanan kepada penulis dalam segala hal hingga Karya Tulis Ilmiah ini selesai 10. Terkhusus buat keluarga, Istri dan anak-anakku , yang telah memberikan dorongan moril, material dan spiritual. 11. Terimakasih kepada teman-teman angkatan yang tidak bisa saya sebut satupersatu yang telah banyak membantu dan menemani penulis dalam suka dan duka. Tidak ada yang dapat penulis berikan kecuali memohon kepada Allah SWT. Semoga segala bantuan dan andil yang telah diberikan oleh semuapihak selama ini mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis mengharapkan semoga karya tulis ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi kita semua, aamiin.
Muna Barat, Juni 2018 Penulis
La Hasini
64
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Kesehatan yang baik atau kesejahteraan merupakan suatu kondisi dimana
tidak hanya terbebas dari penyakit. Menurut WHO sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental dan sosial bukan semata-mata bebas dari penyakit atau kelamahan. UU No.23 (1992) sehat adalah keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sakit menurut parkin’s adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan dalam beraktifitas sehari-hari baik aktifitas jasmani, rohani maupun sosial (Mubaraq, 2005). Hipertensi adalah suatu penekanan darah sistolik dan diastolik yang tidak normal, batas yang tepat dari kelainan ini tidak pasti. Nilai yang dapat diterima berbeda sesuai dengan usia dan jenis kelamin, namun pada umumnya sistolik yang berkisar antara 140 - 190 mmHg dan diastolik antara 90 – 95 mmHg dianggap merupakan garis batas dari hipertensi (Riyadi, 2011). Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah arterial abnormal yang langsung dan terus menerus. Pada umumnya hipertensi diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : Sistolik dikelompokan menjadi 3 yaitu : Hipertensi ringan : 140 - 159 mmHg, hipertensi sedang : 160 - 179 mmHg, hipertensi berat : >180 mmHg. Diastolik di kelompokan menjadi 3 yaitu : Hipertensi ringan 90 - 99, hipertensi sedang : 100 - 109 mmHg, hipertensi berat >110 mmHg (Brashers, 2008).
64
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg sistolik danatau sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak sedang makan obat antihipertensi (A.Aziz Rani, dkk, 2006). Menurut WHO dan The International Society Hypertension (ISH) saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia dan 3juta diantaranya meninggal dunia setiap tahunnya. Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) 2001 menunjukkan bahwa 8,3 persen penduduk menderita hipertensi meningkat menjadi 27,5 persen pada tahun 2004. Di Indonesia penyakit hipertensi disebut the silent killer. Penderita hipertensi semakin meningkat umur semakin tinggi resiko hipertensi pada umur 25 - 44 tahun prevalensi sebesar 29 persen, pada umur 45 - 46 tahun sebesar 51 persen pada umur lebih dari 65 tahun sebesar 65 persen. Wanita lebih banyak mengalami hipertensi dari pada pria. Hasil SKRT 2004 menunjukkan penyakit kardioveskuler merupakan penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20 - 35 persen dari kematian tersebut disebabkan oleh hipertensi (Depkes RI, 2009). Dari lensa Propinsi Hampir 65% dari 100% usia > 40 tahun menderita Hipertensi, sedangkan Hasil observasi di Puskesmas Tiworo Tengah sejak tanggal 14 Mei penulis memperoleh data kasus hipertensi dengan jumlah 200 kasus yang merupakan urutan ke 3 terbesar setelah Ispa dan Malgia. (Profil Puskesmas Tiworo Tengah 2017) Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan kita. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga, anggota keluarga yang lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi. Antara keluarga satu dan yang lainnya saling tergantung dan
64
berinteraksi. Apabila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota yang lainnya dan anggota keluarga yang ada disekitarnya (Cahyatin, 2009). Keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan meliputi, keluarga mampu mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan kelurga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongaan yang tepat sesuai dengan keadaan, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Mengenal keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan telah diketahui oleh keluarga sendiri. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesejahteraan keluarga. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga (Suprajitno, 2004). Pada pengkajian keluarga Ny. A didapatkan data bahwa keluarga tidak tahu cara mengenal anggota yang hipertensi di tandai dengan keluarga tidak tahu pengertian hipertensi, tanda dan gejala dan gejala hipertensi, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul “Asuhan Keperawatan Keluarga “Ny. A” Dengan Salah Satu Anggota Keluarga “Tn. F” Menderita Hipertensi Dengan Gangguan Nyeri di Desa Mekar Jaya Kecamatan Tiworo Tengah Kabupaten Muna Barat”.
64
B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimanakah “Asuhan Keperawatan Keluarga “Ny. A” Dengan Salah Satu Anggota Keluarga “Tn. F” Menderita Hipertensi Dengan Gangguan Nyeri di Desa Mekar Jaya Kecamatan Tiworo Tengah Kabupaten Muna Barat? ”.
C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Memberikan Asuhan Keperawatan Keluarga “Ny. A” Dengan Salah Satu Anggota Keluarga “Tn. F” Menderita Hipertensi Dengan Gangguan Nyeri di Desa Mekar Jaya Kecamatan Tiworo Tengah Kabupaten Muna Barat”. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian “Asuhan Keperawatan Keluarga “Ny. A” Dengan Salah Satu Anggota Keluarga “Tn. F” Menderita Hipertensi Dengan Gangguan Nyeri di Desa Mekar Jaya Kecamatan Tiworo Tengah Kabupaten Muna Barat”. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa Keperawatan Keluarga “Ny. A” Dengan Salah Satu Anggota Keluarga “Tn. F” Menderita Hipertensi Dengan Gangguan Nyeri di Desa Mekar Jaya Kecamatan Tiworo Tengah Kabupaten Muna Barat”. c. Penulis mampu menyusun Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga “Ny. A” Dengan Salah Satu Anggota Keluarga “Tn. F” Menderita Hipertensi Dengan Gangguan Nyeri di Desa Mekar Jaya Kecamatan Tiworo Tengah Kabupaten Muna Barat”. d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. F. Dengan Nyeri Akut di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Tiworo Tengah, Kabupaten Muna Barat. 64
e. Penulis mampu melakukan evaluasi Keperawatan pada Tn. F. di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Tiworo Tengah, Kabupaten Muna Barat. D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat bagi penulis a. Mendapatkan pengalaman dan dapat menerapkan “Asuhan Keperawatan Keluarga “Ny. A” Dengan Salah Satu Anggota Keluarga “Tn. F” Menderita Hipertensi Dengan Gangguan Nyeri di Desa Mekar Jaya Kecamatan Tiworo Tengah Kabupaten Muna Barat”. b. Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu anggota keluaga terdiagnosa hipertensi. 2. Manfaat Bagi Institusi Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dan dapat dijadikan sebagai acuan ataupun refrensi dalam pembelajaran di kampus. 3. Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan Agar dapat menambah pengetahuan, ketrampilan dan dapat diterapkan dalam memberikan pelayanan “Asuhan Keperawatan Keluarga “Ny. A” Dengan Salah Satu Anggota Keluarga “Tn. F” Menderita Hipertensi Dengan Gangguan Nyeri di Desa Mekar Jaya Kecamatan Tiworo Tengah Kabupaten Muna Barat”. E. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan studi kasus, yaitu metode yang memberikan gambaran terhadap suatu kejadian atau keadaan yang
64
sedang berlangsung melalui proses keperawatan. Adapun metode penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu : 1. Wawancara Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya jawab yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien, bisa juga disebut dengan anamnesa. Wawancara berlangsung untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. 2. Observasi Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk diperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Observasi dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indra lainnya, melalui perabaan, sentuhan dan pendengaran. Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan alat panca indra. Mengobservasi tanda dan gejala yang dialami klien dan observasi keberhasilan standar asuhan keperawatan yang diberikan. 3. Studi kasus Melaukukan “Asuhan Keperawatan Keluarga “Ny. A” Dengan Salah Satu Anggota Keluarga “Tn. F” Menderita Hipertensi Dengan Gangguan Nyeri di Desa Mekar Jaya Kecamatan Tiworo Tengah Kabupaten Muna Barat”.
F.
Sistematika Penelitian Pada bagian ini diuraikan sistematika penulisan yang terdidiri dari bab I
sampai dengan bab 5 dengan susunan sebagai berikut :
64
BaBAB I
:
Bab ini berisi pendahuluan, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BABII
:
Bab ini berisi tinjauan pustaka, konsep keluarga, konsep keperawatan, konsep penyakit hipertensi, konsep asuhan keperawatan.
BaBAB III :
Bab ini berisi tentang pengkajian data anggota keluarga sampai dengan evaaluasi asuhan keperawatan keluarga.
BaBAB IV :
Bab ini membahas tentang kesenjangan antara teori yang didapat dan fakta yang ada dalam praktik
BaBAB V
:
Bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dari hasil pelaksanaan studi kasus yang telah dilakukan oleh penulis serta berisi saran-saran.
64
BAB II TINJAUAN TEORITIS
1. Konsep Teori Hipertensi A. Definisi Hipertensi Ilmu pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu peningkatan kronis (yaitu meningkat secara perlahan-lahan, bersifat menetap) dalam tekanan darah arteri sistolik yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi tidak peduli apa penyebabnya, mengikuti suau pola yang khas. (Wolff ; 2006 : 62). Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah tradisional tentang hipertensi “ringan” dan “sedang” gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada penyakit kardiovaskular. (Anderson : 2006 : 582). Darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang berada pada tingkatan diatas normal. Konsekwensi dan keadaan ini adalah timbulnya penyakit yang menggangu tubuh penderita. Dalam penyakit hipertensi merupakan masalah kesehatan dan memerlukan penanggulangan dengan baik. (Sudjaswandi : 2002 : 17). Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka lama) penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
64
Tekanan darah tinggi adalah salah satu resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. (weblog, wikipedia indonesia) B. Etiologi Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan penanggulangan yang baik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prevalensi hipertensi seperti umur, obesitas, asupan garam yang tinggi adanya riwayat hipertensi dalam keluarga. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu : 1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan hiperaktivitas
susunan
saraf
simpatis.
Dalam
defekekstesi
Na
peningkatan Na dan Ca intra selular dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. 2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal. Hipertensi vascular renal dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain. (Arif Manjoer. 2001 : 518) Penyebab hipertensi lainnya adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kalenjar adrenal yang menghasilkan hormone edinefrin (adrenalim) atau noredinefrin (noradrenalin) kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas), stress, alkohol, atau garam dalam makanan bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang yang memiliki kenaikan yang diturunkan stress
64
cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika stress berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal. (Weblog, Wikipedia indonesia). C. Patofisiologi Pada stadium permulaan hipertensi hipertrofi yang terjadi adalah difusi (konsentik). Pada masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena penyakit berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur dan akhirnya akibat terbatasnya aliran darah koroner menjadi eksentrik, berkurangnya rasio antara masa dan volume jantung akibat peningkatan volume diastolik akhir adalah khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksieleksi) penigkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik peningkatan konsumsi oksigen ke otot jantung serta penurunan efekefek mekanik pompa jantung. Diperburuk lagi bila disertai dengAn penyakit dalam jantung koroner. Walaupun tekanan perkusi koroner meningkat, tahanan pembumluh darah koroner juga meningkat sehingga cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan hemodinamik sirkulasi koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung. Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner yaitu : a. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi otot polar dalam resitensi seluruh badan. Kemudian terjadi valensi garam dan air mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh ini dan meningkatnya tahanan perifer.
64
b. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler per unit otot jantung bila timbul hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut dan gambaran hemodinamik ini Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktivitas mekanik ventrikel kiri. (Arif Manjoer. 2001 : 441) D. Tanda dan Gejala Pemeriksaan yang paling sederhana adalah palpasi hipertensi karateristik lama, untuk bertambah bila terjadi dibatasi ventrikel kiri iktusikordis bergerak kiri bawah, pada kultasi Pasien dengan hipertensi konsentri dapat ditemukan 5 bila sudah terjadi jantung didapatkan tanda-tanda rusiensi mitra velature. (Arif Mansjoer. 2001 : 442) Pada stadium ini hipertensi, tampak tanda-tanda rangsangan sipatis yang diakibatkan peningkatan aktivitas system neohormonal disertai hipertomia pada stadium, selanjutnya mekanisme kopensasi pada otot jantung berupa hiperpeuti. (Arir Mansjoer. 2001 : h 442) Gambaran klinis seperti sakit kepala adalah serta gejala gangguan fungsi distolik dan peningkatan tekanan pengsien ventrikel walaupun fungsi distolik masih normal, bila berkembang terus terjadi hipertensi eksentri dan akhirnya menjadi dilarasi ventrikel kemudian gejal banyak datang. Stadium ini kadang kala disertai dengan sirkulasi ada cadangan aliran darah ovoner dan makin membentuk kelaianan fungsi mekanik/pompa jantung yang selektif. (Mansjoer, 2001 : 442)
64
E. Komplikasi Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain masa berupa pendarahan vetria, bahkan gangguan pada penglihatan sampai kebutahan, gagal jantung, pecahnya darah otak. (Arif Mansjoer, 2001). F. Penatalaksanaan Pengbobatan dirujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal, pengobatan jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas dan moralitas terhadap penyakit kardiovascular dan menurunkan faktor resiko terhadap penyakit kardiovascular semaksimal mungkin. Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor fisiologis yaitu : menurunkan isi cairan intravascular dan non darah dengan neolistik menurunkan aktivitas susunan saraf simpatis dan respon kardiovascular terhadap rangsangan tahanan prifer dengan obat vasedilator. (Arif Manjoer, 2001) G. Pencegahan 1. Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alcohol 2. Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur dapat mengurangi ketegangan pikiran (strees) membantu menurunkan berat badan, dapat membakar lemak yang berlebihan. 3. Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan harus segera di kurangi) 4. Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan bersepeda paling sedikit 7 kali dalam seminggu. 5. Memperbanyak minum air putih, minum 8- 10 gelas/ hari.
64
6. Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi seseorang yang memiliki riwayat penderita hipertensi. 7. Menjalani gaya hidup yang wajar mempelejari cara yang tepat untuk mengendalikan stress. (Bambang Sadewo, 2004)
2. Konsep Teori Keluarga 1. Definisi Keluarga Menurut Setiadi, (2008: 3), Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. Sedang Andarmoyo, (2012: 3), Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing–masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak dan nenek. Padila (2012: 19), mengemukakan keluarga sebagai dua atau lebih yang disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga. 2. Ciri-ciri Keluarga Ciri-ciri keluarga menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton dan Ali, (2010: 5), adalah: a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan. b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara. 64
c. Keluarga mempunyai suatu sistem tatanama (Nomen Clautur) termasuk perhitungan garis keturunan. d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota– anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak. e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah, atau rumah tangga. Ciri keluarga Indonesia, menurut Setiadi, ( 2008) adalah: a) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong royong. b) Dijiwai oleh kebudayaan ketimuran. c) Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan secara musyawarah. 3. Tipe keluarga Tipe keluarga menurut Harmoko, (2012: 22), tergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan: a. Secara Tradisional 1)
Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi keduanya.
2)
Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga yang lain yang masih mempunyi hubungan darah (kakek – nenek, paman, bibi).
b. Secara Modern
64
1) Tradisional nuclear, merupakan keluarga inti ayah, ibu, dan anak tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah. 2) Reconstituted nuclear, pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan
kembali
suami/istri,
tinggal
dalam
pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu dari bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah. 3) Middle Age/Aging Couple, suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier. 4) Dyadic Nuclear, suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah. 5) Single Parent, satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah. 6) Dual Carrier, suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak. 7) Commuter Married, suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
64
8) Single Adult, wanita atau pria dewasa tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin. 9) Three Generation, tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah. 10) Institusional, anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti. 11) Comunal, satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogamy dengan ank-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas. 12) Group marriage, suatu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya didalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak. 13) Unmaried Parent and Child, ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi. 14) Cohibing Coiple, dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin. 15) Gay and lesbian family, keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama. 4. Struktur keluarga Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Menurut Padila (2012: 24), ada beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia yang terdiri dari bermacammacam diantaranya adalah:
64
a. Patrilineal adalah keluarga yang sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah. b. Matrilineal adalah keluarga yang sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu. c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu. d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah. e. Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri. Ciri struktur keluarga menurut Setiadi (2008: 6) adalah: a. Terorganisasi Saling berhubungan,
saling ketergantungan
antara anggota
keluarga. b. Ada keterbatasan Setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masingmasing. c. Ada perbedaan dan kekhususan Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
64
6. Fungsi Keluarga Menurut Friedman (1998) dalam Setiadi (2008: 7), secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut: a. Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. b. Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah. c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. d. Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk meningkatkan kemampuan
individu
dalam
meningkatkan
penghasilan
untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. e. Fungsi
perawatan/pemeliharaan
kesehatan,
yaitu
fungsi
untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Menurut Setiadi, (2008: 11), ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya, adalah: a. Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan, kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
64
b. Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan keperawatan anak agar kesehatan selalu terpelihara, sehingga diharapakan menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. c. Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya. Namun dengan berubahnya pola hidup agraris menjadi industrialisasi, fungsi keluarga dalam Setiadi (2008), dikembangkan menjadi: a. Fungsi biologis Untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan merawat anggota keluarga. b. Fungsi psikologis Memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga, memberikan identitas keluarga. c. Fungsi sosialisasi Membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai tingkat perkembangan anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. d.
Fungsi ekonomi Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan pengguanaan penghasilan keluarga untuk
64
memenuhi kebutuhan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya. e.
Fungsi pendidikan Menyekolahkan
anak
untuk
memberikan
pengetahuan,
keterampilan, dan membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa, mendidik anak sesuai tingkat-tingkat perkembangannya. 7. Peran Keluarga Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran keluarga adalah tingakah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang
dalam
konteks
keluarga.
Jadi
peranan
keluarga
menggambarkan seperangkap perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan dalam individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Menurut Setiadi (2008: 14), setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing antara lain adalah: a. Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayong, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga, dan juga sebagai anggota masyarakat, kelompok sosial tertentu
64
b. Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafka tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu Anak berperan sebagai spisikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual
3. Konsep Asuhan Keperawatan A. Asuhan Keperawatan Keluarga Proses keperawatan merupakan intisari dari keperawatan yang menjadi pusat semua tindakan keperawatan. Langkah-langkah proses keperawatan keluarga, (Ali, 2010: 57). adalah: 1. Pengkajian Pengkajian adalah tahapan seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya, (Harmoko, 2012: 70). Hal-hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: a. Pengumpulan Data 1) Data umum terdiri dari: identitas kepala keluarga, tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga, aktivitas rekreasi 2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga terdiri dari: tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
64
3) Data lingkungan terdiri dari: karakteristik dan denah rumah, karakteristik tetangga dan komunitasnya, mobilitas keluarga, perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga. 4) Struktur keluarga terdiri dari: pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur dan peran keluarga, nilai dan norma keluarga. 5) Fungsi Keluarga terdiri dari Fungsi Afektif, Fungsi Sosial, Fungsi
pemenuhan
(perawatan/pemeliharaan)
kesehatan,
Fungsi reproduksi, Fungsi ekonomi 6) Stres dan koping keluarga terdiri dari stresor jangka pendek dan panjang, kemampuan keluarrga berespon terhadap situasi/streaos, strategi koping yang digunakan, strategi adaptasi disfungsional 7) Pemeriksaan Fisik 8) Harapan Keluarga b. Analisa Data Setelah data terkumpul (dalam format pengkajian) maka selanjutnya dilakukan analisa data yaitu mengkaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk
membuat
kesimpulan
dalam
kesehatan dan keperawatan keluarga. Cara analisa data adalah :
64
menentukan
masalah
1) Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang terkumpul dalam format pengkajian 2) Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan biopsiko – social dan spiritual 3) Membandingkan dengan standart 4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan, (Setiadi, 2008: 48). 2. Perumusan Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan kesimpulan yang ditarik dari data yang dikumpulkan tentang pasien. Diagnosa keperawatan berfungsi sebagai alat untuk menggambarkan masalah pasien yang dapat ditangani oleh perawat, (Andarmoyo, 2012: 95). Diagnosa keperawatan
keluarga
dirumuskan
berdasarkan
data
yang
didapatkan pada pengkajian, komponen diagnose keperawatan meliputi : a. Masalah (Problem) Adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan masalah (tidak terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga atau anggota keluarga) yang diidentifikasi oleh perawat melalui pengkajian. Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan secara jelas dan sesingkat mungkin. Daftar diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi perawatan kesehatan berdasarkan NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) dalam Setiadi (2008:50) adalah sebagai berikut:
64
1)
Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan
2)
Perubahan pemeliharaan kesehatan
3)
Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan
4)
Perilaku mencari pertolongan kesehatan
5) Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik keluarga 6)
Resiko terhadap penularan penyakit
b. Penyebab (etiologi) Adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga
yaitu sebagai
berikut: 1) Mengenal masalah kesehatan keluarga 2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat 3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit 4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat 5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat. Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga menurut Mubarak (2011:105) adalah : 1) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan kesalahan persepsi). 2) Ketidakmauan (sikap dan motivasi). 3) Ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga,
64
baik financial, fasilitas, system pendukung, lingkungan fisik, dan psikologis). c. Tanda (sign) Adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab, (Suprajitno, 2004: 43). Tipologi diagnosa keperawatan keluarga menurut Suprajitno (2004: 43) dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat. 2) Diagnosis risiko/risiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat. 3) Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat tingkatkan. d. Prioritas Diagnosa Keperawatan Skoring
dilakukan
bila
perawat
merumuskan
diagnosis
keperawatan lebih dari satu masalah. Prioritas masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan proses skoring sebagai berikut.
64
Tabel 2.1: Skala Bailon dan Maglaya (1978) No 1
2
3
4
Kriteria Sifat Masalah - Tidak/kurang sehat - Ancaman kesehatan - Krisis Kemungkinan masalah dapat diubah - Dengan mudah - Hanya sebagian - Tidak dapat Potensial masalah untuk dicegah - Tinggi - Cukup - Rendah Menonjolnya masalah - Masalah berat dan harus segera diatasi - Masalah dirasakan tetapi tidak perlu segera diatasi - Masalah tidak dirasakan
Skor
Bobot
3 2 1
1
2 1 0
2
3 2 1
1
2 1 1 0
Sumber : (Wahit Iqbal Mubarak, 2011 : 105).
Skoring: 1) Tentukan skor untuk setiap kriteria 2) Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan bobot
3) Jumlahkan skor untuk semua criteria, (Andarmoyo, 2012:100). 2. Perencanaan Keperawatan Keluarga Rencana keperawatan keluarga adalah kumpulan tindakan yang direncanakan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah kesehatan / masalah keperawatan yang telah diidentifikasi, (Mubarak, 2011: 106). Langkah-langkah dalam mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga menurut Wahit Iqbal Mubarak (2011: 106) adalah: a. Menentukan sasaran atau goal 64
Sasaran merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala upaya. b. Menentukan tujuan atau objektif Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih terperinci tentang hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan yang akan dilakukan. c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan Tindakan keperawatan yang dipilih sangat bergantung pada sifat masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan masalah. d. Menentukan kriteria dan standart kriteria Kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan, sedangkan standar menunjukkan tingkat penampilan yang diinginkan untuk membandingkan bahwa perilaku yang menjadi tujuan tindakan keperawatan telah tercapai. Klasifikasi intervensi menurut Wright dan Leahay dalam Sulistyo Andarmoyo (2012: 104). a. Kognitif Intervensi diarahkan pada aspek kognitif pada fungsi keluarga, yang meliputi pemberian informasi, gagasan baru tentang suatu keadaan dan mengemukakan pengalaman. b. Afektif
64
Intervensi diarahkan pada aspek afektif fungsi keluarga, dirancang untuk mengubah emosi keluarga agar dapat memecahkan masalah secara afektif. c. Psikomotor Intervensi diarahkan untuk membantu keluarga berinteraksi / bertingkah laku, berkomunikasi secara afektif dengan anggota keluarga lainnya yang sifatnya berbeda – beda. 3. Pelaksanaan Pelaksanaan keperawatan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk mendapatkan perbaikan kea rah perilaku hidup sehat. Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga didasarkan kepada asuhan keperawatan yang telah disusun, (Harmoko 2012: 97). 4. Tahap Evaluasi Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Metode evaluasi a Evaluasi formatif (proses) Adalah
evaluasi
yang
dilakukan
selama
proses
asuhan
keperawatan dan bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, sistem
64
penulisan evaluasi formatif inii biasanya ditulis dalam catatan kemajuan atau menggunakan sistem SOAP. b. Evaluasi sumatif (hasil) Adalah evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara keseluruhan, sistem penulisan evaluasi sumatif ini dalam bentuk catatan naratif atau laporan ringkasan
B. Asuhan Keperawatan Hipertensi Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek keperawatan. Hal ini biasanya disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu teknik dan keterampilan interversional dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien (Doengoes ; 2001) 1. Pengkajian Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dari pasien guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada. (Doengoes ; 2001) Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut (Doengoes ; 2001) adalah: Data dasar pengkajian pasien ( Doengoes, Marilynn E : 2000 ) adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas/ Istirahat a. Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton. b. Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea. 64
2. Sirkulasi a. Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi, perspirasi. b. Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda. 3. Integritas Ego a. Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan). b. Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara. 4. Eliminasi a. Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu). 5. Makanan/cairan a. Gejala : Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini (meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretik b. Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.
64
6. Neurosensori a. Genjala : Keluhan pening/pusing, sakit kepala, subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis). b. Tanda : Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses pikir, penurunan keuatan genggaman tangan. 7. Nyeri/ ketidaknyaman a. Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), sakit kepala. 8. Pernafasan a. Gejala : Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja takipnea, ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok. b. Tanda : Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis. 9. Keamanan a. Gejala : Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural
2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. (Aziz Alimul; 2009) Nanda menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, Keluarga dan masyarakat tentang masalah 64
kesehatan aktual atau potensial. Sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh data. Dimana menurut Nanda diartikan sebagai defensial karakteristik definisi karakteristik tersebut dinamakan tanda dan gejala suatu yang dapat diobservasi dan gejala sesuai yang dirasakan oleh klien. Menurut (Doengoes ; 2001), diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada pasien dengan hipertensi adalah : a.
Resiko Tinggi Penurunan Curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi ditandai dengan tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis actual
b.
Nyeri sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler selebral ditandai dengan melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regiu suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu
c.
Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai dengan laporan verbal tentang kelebihan atau kelemahan
d.
Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan dengan kebutuhan metabolik ditandai dengan berat badan 10% - 20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh
e.
Koping,
individual,
infektif
berhubungan
dengan
krisis
situasional/maturasional, perubahan hidup beragam ditandai dengan menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
64
f.
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan / daya ingat ditandai dengan menyatakan masalah, meminta informasi.
3.
Intervensi Intervensi keperawatan merupakan tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil yang sudah diharapkan (Dongoes ; 2000). Perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi adalah :
RENCANA KEPERAWATAN
NO DX 1
DIANGOSA KEPERAWATAN DAN KOLABORASI Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
TUJUAN (NOC)
INTERVENSI (NIC)
NOC : Cardiac Pump effectiveness Circulation Status Vital Sign Status Kriteria Hasil: • Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi) • Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan • Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites • Tidak ada penurunan kesadaran
NIC : Cardiac Care • Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi) • Catat adanya disritmia jantung • Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput • Monitor status kardiovaskuler • Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung • Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi • Monitor balance cairan • Monitor adanya perubahan tekanan darah • Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia • Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan • Monitor toleransi aktivitas pasien • Monitor adanya dyspneu, fatigue,
64
•
2
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
NOC : Energy conservation Self Care : ADLs Kriteria Hasil : • Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR • Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
64
tekipneu dan ortopneu Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring • Monitor TD, nadi, suhu, dan RR • Catat adanya fluktuasi tekanan darah • Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri • Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan • Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas • Monitor kualitas dari nadi • Monitor adanya pulsus paradoksus • Monitor adanya pulsus alterans • Monitor jumlah dan irama jantung • Monitor bunyi jantung • Monitor frekuensi dan irama pernapasan • Monitor suara paru • Monitor pola pernapasan abnormal • Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit • Monitor sianosis perifer • Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik) • Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign NIC : Energy Management • Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas • Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan • Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan • Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat • Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan • Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas • Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien Activity Therapy
•
• •
• • • • • • • •
3
Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
NOC : Pain Level, Pain control, Comfort level Kriteria Hasil : • Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) • Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri • Mampu mengenali 64
Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran terapi yang tepat. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
NIC : Pain Management •
• • • • •
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau Evaluasi bersama pasien dan tim
• •
nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa • nyaman setelah nyeri berkurang • Tanda vital dalam rentang normal • • • • • • • • •
kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration • Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat • Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi • Cek riwayat alergi • Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu • Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri • Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal • Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur • Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali • Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat 64
•
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
4
Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita klien
Setelah dilakukan Anxiety Reduction tindakan keperawatan • Gunakan pendekatan yang selama 3 x 24 jam, menenangkan cemas pasien berkurang • Nyatakan dengan jelas harapan dengan kriteria hasil: terhadap pelaku pasien Anxiety Control • Jelaskan semua prosedur dan apa yang Coping dirasakan selama prosedur Vital Sign Status • Temani pasien untuk memberikan • Menunjukan teknik keamanan dan mengurangi takut untuk mengontrol • Berikan informasi faktual mengenai cemas è teknik nafas diagnosis, tindakan prognosis dalam • Dorong keluarga untuk menemani • Postur tubuh pasien anak rileks dan ekspresi • Lakukan back / neck rub wajah tidak tegang • Dengarkan dengan penuh perhatian • Mengungkapkan • Identifikasi tingkat kecemasan cemas berkurang • Bantu pasien mengenal situasi yang • TTV dbn menimbulkan kecemasan TD = 110-130/ 70-80 • Dorong pasien untuk mengungkapkan mmHg perasaan, ketakutan, persepsi RR = 14 – 24 x/ menit • Instruksikan pasien menggunakan N = 60 -100 x/ menit teknik relaksasi S = 365 – 375 0C • Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
5
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
NOC : Kowlwdge : disease process Kowledge : health Behavior Kriteria Hasil : • Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan • Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar • Pasien dan keluarga mampu menjelaskan 64
NIC : Teaching : disease Process • Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik • Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat. • Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat • Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat • Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat • Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
kembali apa yang • dijelaskan perawat/tim • kesehatan lainnya. •
• •
• • •
Hindari harapan yang kosong Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit Diskusikan pilihan terapi atau penanganan Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat
4. Implementasi Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategis
keperawatan
(tindakan
keperawatan)
yang
telah
direncanakan.
(Doengoes ; 2001). Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan pencegahan penyakit. Pemulihan kesehatan dan mempasilitas koping perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik. Jika klien mempunyai
keinginan
untuk
berpatisipasi
dalam
pelaksanaan
tindakan
keperawatan selama tahap pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan
64
data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien tindakan. 5.
Evaluasi Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai
sejauh mana tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Doengoes ; 2001). Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Sehingga dari SOAP yang telah di dapat maka dari Nursing Outcome Clasification dapat disimpulakn evaluasi nya sebagai berikut: 1. Curah jantung tetap terkontrol, status kardiovaskular baik dan ritme jantung stabil 2. Klien dapat beraktivitas seperti biasa 3. Nyeri terkontrol; hilang 4. Cemas teratasi; hilang 5. Klien mengerti dan tidak sering bertanya.
64
BAB III TINJAUAN KASUS
Pasien merupakan seorang Laki-laki berusia 70 tahun dengan inisial Tn. F bertempat tinggal di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Tiworo Tengah Kab. Muna Barat dengan diagnosa medis Hipertensi, pasien masuk ke Puskesmas tanggal 12 Mei 2018, selama di puskesmas yang bertanggung jawab atas Tn. F, adalah Ny. A berusia 42 tahun pekerjaan wiraswasta dan hubungan dengan pasien adalah anak. A. Pengkajian 1. Data Umum a. Identitas kepala keluarga Nama KK
: Tn. R, umur 45 tahun, pendidikan tidak Tamat
Sekolah Dasar, pekerjaan Nelayan Tabel 3.1 : Komposisi Keluarga No
Nama
Sex
1
Tn. F
L
2
Tn. R
L
3
Ny. A
4 5
Hub. Dgn Klien
Status
Umur
Pend
Pekerjaan
70
-
petani
Sakit
Menantu
45
-
Nelayan
Sehat
P
Anak
42
-
IRT
Sehat
An. P
L
Anak
21
-
An. I
P
Anak
14
SMP
Ayah
64
wiraswasta Siswa
Kes-an
Sehat Sehat
Genogram X Ht
Ht
Ht
n Ht
Ht
Tn. F
H t
: Laki-laki : Perempuan : Meninggal : Tn. F Ht
: Riwayat Hipertensi
tinggal dalam satu rumah
Generasi pertama dari garis keturunan ayah (kakek-nenek) meninggal dunia akibat Stroke, sedang dari ibu meninggal akibat tekanan darah tinggi. Tipe keluarga Keluarga Ny. A merupakan tipe keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang tinggal serumah. a.
Kewarganegaraan/suku Keluarga Ny. A adalah Indonesia/suku bugis
b. Agama Keluarga Ny. A menganut agama Islam dan menjalankan kewajiban sholat lima waktu.
64
c.
Status sosial ekonomi keluarga Penghasilan keluarga < Rp. 1.000.000
d.
Aktivitas rekreasi keluarga Kelurga Ny. Amempunyai kebiasaan rutin untuk berkumpul nonton TV.
2. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga a. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga saat ini berada pada perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah kebutuhan kesehatan fisik bagi anakanak dan anggota keluarga. b. Riwayat kesehatan keluarga Tn. F Merupakan ayah Ny. A dan menderita Hipertensi dan sedang menjalani pengobatan rutin sejak tanggal 14 Mei 2018 di Puskesmas Tiworo Tengah c.
Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya Keluarga ayah Ny. A semua memiliki riwayat penyakit yang sama dan sudah pernah dirawat di RS.
3. Keadaan Lingkungan a. Karakteristik rumah dan denah rumah Rumah yang ditempati keluarga Ny. A adalah milik sendiri dengan ukuran 8 x15 m2, terdiri dari 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 dapur dan 1 WC. Berdinding tembok dan berlatai semen kasar yang dilapisi plastik dan tampak bersih. Ventilasi dan
64
pencahayaan rumah baik. Denah Rumah Kamar Tidur
Kamar Tamu
Kamar Tidur
Kamar Tidur
Kamar Keluarga
Dapur Kamar Mandi/WC
b. Karakteristik tetangga dan komunitas Lingkungan tempat tinggal Ny. A penduduknya mayoritas suku Bugis dan bekerja sebagai petani Pedagang dan Nelayan. c. Mobilitas geografis keluarga Rumah yang ditinggali Ny. A adalah rumah sendiri dan berdampingan dengan tetangga yang masih ada hubungan keluarga. d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Ny. A sekeluarga aktif dalam kegiatan sosial masyarakat dan saling berinteraksi diantara sesama anggota keluarga. e.
Sistem pendukung keluarga Keluarga Ny. A terdiri dari suami isteri dengan 2 orang anak 1 anak sudah tidak sekolah dan yang 1 masih bersekolah dengan 1 orang ayah. Fasilitas penunjang kesehatan dari Puskesmas Tiworo Tengah.
4. Struktur Keluarga a. Pola komunikasi keluarga Pola komunikasi keluarga dilakukan secara terbuka, apabila ada 64
masalah didiskusikan bersama seluruh anggota keluarga. b.
Struktur kekuatan keluarga Keluarga Ny. A merupakan keluarga inti
c.
Struktur peran keluarga Tn R adalah kepala keluarga dan bertanggung jawab dalam mengatur rumah tangganya yang sekaligus bertugas nafkah. Ny A sebagai ibu rumah tangga. An P dan I sebagai anak serta Tn. F sebagai ayah mertua
d.
Nilai dan norma keluarga Nilai dan norma keluarga yang berlaku pada Ny. A sesuai dengan ajaran agama Islam dan mengharapkan anaknya yang sakit cepat sembuh
Fungsi Keluarga a.
Fungsi afektif Semua anggota keluarga saling menyayangi satu sama lain.
b.
Fungsi sosialisasi Keluarga selalu mengajarkan perilaku yang baik pada anak anak dan berpartisipasi jika ada kegiatan kemasyarakatan.
c. Fungsi perawatan kesehatan keluarga Keluarga kurang mampu mengenal masalah kesehatan terutama tentang Hipertensi Keluarga juga tidak mengetahui bahwa Hipertensi merupakan penyakit tidak menular tetapi tergolong penyakit yang serius., cara perawatannya. Keluarga tidak tahu cara pola hidup sehat dengan penyakit hipertensi. 64
d. Fungsi reproduksi Tn R dengan usia 45 tahun dan Ny Y usia 42 tahun sudah dalam kategori non produktif. e. Fungsi ekonomi Tn R bekerja sebagai Nelayan 5. Stres dan Koping Keluarga a.
Stressor yang dimiliki keluarga Stresor yang dirasakan oleh keluarga Tn. R adalah ayah mertuanya yang menderita penyakit hipertensi.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah Keluarga Ny. A mampu beradaptasi dengan masalah yang dihadapi, hal ini dapat dilihat dengan keikut sertaan Tn. F dalam menjalani pengobatan di Puskesmas Tiworo Tengah. c.
Strategi koping yang digunakan Keluarga mengatakan jika ada masalah selalu mendiskusikan dalam keluarga
d. Strategi adaptasi disfungsional Tn. F setelah di diagnosa oleh dokter bahwa menderita hipertensi keluarga mengikutsertakan Tn. F dalam menjalani pengobatan rutin di Puskesmas Tiworo Tengah. 7. Pemeriksaan fisik a.
Tn F Pemeriksaan fisik umum; keadaan umum tampak Lemah, TD 180/100 mmHg, N 80 x/menit, P 20 x/menit dan S 37 ‘
64
Pemeriksaan fisik khusus; kepala dan leher tidak ada kelainan, mata konjungtiva tidak tampak ademis, tidak ada katarak dan tidak ada gangguan penglihatan, hanya sedikit kabur kalau untuk membaca buku, telinga, hidung dan teggorokan tidak ada kelainan. Pergerakan dada simetris dan abdomen tidak ada pembesaran hati. Ektremitas atas normal sedangkan extremitas bawah ada pembengkakan atau udem. Ny. A mengatakatan bahwa ayah Tn. F, sering mengeluh sakit kepala seperti ditususk – tusuk dan di tekan sebelum berobat di Puskesmas. Saat sekarang hal itu sudah mulai berkurang sejak tanggal 12 Mei 2018 menjalani pengobatan di Puskesmas. Alasan anak membawa ayahnya berobat di Puskesmas karena sakit kepala sudah 2 hari tidak kunjung hilang.. b.
Tn. R Tn. R merupakan anak menantu dari klien atau istri dari anak klien. Pemeriksaan fisik umum; keadaan umum tampak kuat, TD 130/80 mmHg, N 76 x/menit, P 20 x/menit dan S 36,5 ‘ Pemeriksaan fisik khusus; kepala dan leher tidak ada kelainan, mata konjungtiva tidak tampak ademis, tidak ada katarak dan tidak ada gangguan penglihatan, telinga, hidung dan teggorokan tidak ada kelainan. Pergerakan dada simetris dan abdomen tidak ada pembesaran hati. Ektremitas atas dan bawah tidak kelainan.
c. Ny. A Pemeriksaan fisik umum; keadaan umum tampak kuat, TD 120/80 mmHg, N 76 x/menit, P 20 x/menit dan S 36 ‘.
64
Pemeriksaan fisik khusus; kepala dan leher tidak ada kelainan, mata konjungtiva tidak tampak ademis, tidak ada katarak dan tidak ada gangguan penglihatan, telinga, hidung dan teggorokan tidak ada kelainan. Pergerakan dada simetris dan abdomen tidak ada pembesaran hati. Ektremitas atas dan bawah tidak kelainan d. An. P Pemeriksaan fisik umum; keadaan umum tampak kuat, TD 120/80 mmHg, N 76 x/menit, P 20 x/menit dan S 36 ‘. Pemeriksaan fisik khusus; kepala dan leher tidak ada kelainan, mata konjungtiva tidak tampak ademis, tidak ada katarak dan tidak ada gangguan penglihatan, telinga, hidung dan teggorokan tidak ada kelainan. Pergerakan dada simetris dan abdomen tidak ada pembesaran hati. Ektremitas atas dan bawah tidak kelainan. e. An I Pemeriksaan fisik umum; keadaan umum tampak kuat, TD 110/70 mmHg, N 80 x/menit, P 22 x/menit dan S 36,5 ‘ Pemeriksaan fisik khusus; kepala dan leher tidak ada kelainan, mata konjungtiva tidak tampak ademis, tidak ada katarak dan tidak ada gangguan penglihatan, telinga, hidung dan teggorokan tidak ada kelainan. Pergerakan dada simetris dan abdomen tidak ada pembesaran hati. Ektremitas atas dan bawah tidak kelainan. 8. Harapan Keluarga Keluarga menyatakan sangat senang dengan kehadiran perawat dan berharap dapat membantu keluarga mengatasi masalah yang dihadapi.
64
Analisa Data Tabel 3.2 Analisa Data No
Etiologi
Masalah
1
Data Subjektif : Ny. A, mengatakan bahwa ayahnya sudah 2 hari ini merasakan pusing dan sakit kepalaseperti ditusuk - tusuk serta lehernya terasa tegang Data objektif :Keadaan umum Tn. F lemah dan sesekali memegang kepalanya, TD : 180/100 MmHg
2
Data Subjektif : Ny. A mengatakan bahwa ayahnya (Tn F) tidak dapat melakukan aktivitas sehari - hari sendiri Data objektif : tampak menggunakan tongkat saat berjalan dan dibantu anaknya
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara penangan dan penatalaksanaan odema pada extremitas bawah
Intoleransi aktivitas
Data Subjektif : Tn F mengatakan bahwa ayahnya menggunakan tongkat ketika berjalan Data Objektif : Tn. F tampak menggunakan tongkat ketika berjalan dan beraktivitas.
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga sakit
Resti cidera
3
B.
Data
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara penatalaksanaan dan penanganan nyeri d rumah
Gangguan rasa nyaman ; Nyeri
Diagnosa Keperawatan 1.
Gangguan rasa nyaman ; Nyeri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara penatalaksanaan nyeri d rumah
2.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara penanganan dan penatalaksanaan odema.
3.
Resti Cidera berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang sakit yang sulit berjalan.
64
Skoring Prioritas Masalah 1.
Gangguan rasa nyaman ; Nyeri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara penatalaksanaan nyeri d rumah Tabel 3.2: Skoring Prioritas Masalah
No 1
Kriteria Sifat
masalah :
Skor
Bobot
Skoring
2
1
3/3x1=1
Aktual
Pembenaran masalah bersifat aktual karena Tn. F dalam
keadaan
kurang
sehat
dan
memerlukan pengobatan 2
Kemungkinan
1
2
2/2x2=2
masalah dapat
Masalah kesehatan yang di alami Tn. F mudah untuk di lakukan pengobatan
diubah: Mudah 3
Potensi masalah
3
1
3/3x1=1
Keluarga Ny. A tidak mengerti banyak
untuk dicegah :
tentang masalah kesehatan, hal tersebut di
Tinggi
karenakan kurang pengetahuan yang di miliki keluarga.
4
Masalah yang
2
1
2/2x1=1
menonjol :
Penyakit Tn. F harus segera di tangani karena dapat mengakibatkan kematian.
Segera ditangani Total
5
Skoring Prioritas Masalah 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara penanganan dan penatalaksanaan odema.
64
Tabel 3.3: Skoring Prioritas Masalah No
Kriteria
1
Sifat
masalah :
Skor
Bobot
Skoring
2
1
2/3x1=1
Ancaman
Pembenaran Keluarga tidak tau penyakit ayahnya bisa diturunkan ke anaknya
kesehatan 2
Kemungkinan
3
1
2
1/2x2=1
Klien
masuk
masalah dapat
sehingga
diubah: Mudah
informasi.
Potensi masalah
kedalam
tahap
mempengaruhi
lansia
penyampaian
3
1
3/3x1=1
Keluarga kooperatif
2
1
2/2x1=1
Bila tidak ditangani kemungkinan yang
untuk dicegah : Tinggi 4
Masalah yang menonjol :
akan terjadi klien akan betambah parah
Segera ditangani
dan bisa berakibat strok, dll Total
4
Skoring Prioritas Masalah 3.
Resti Cidera berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang sakit yang sulit berjalan Tabel 3.4: Skoring Prioritas Masalah
No 1
2
Kriteria Sifat masalah :
Skor
Bobot
Skoring
2
1
2/3x1=2/3
Pembenaran Hipertensi merupakan penyakit tidak
Ancaman
menular tetapi mudah mematikan karena
kesehatan
penyakit ini sifatnya diturunkan.
Kemungkinan
1
2
1/2x2=1
masalah dapat
Klien tidak tau klw penyakitnya butuh pengobatan dan pemeriksaan rutin
diubah: Mudah 3
Potensi masalah
3
1
3/3x1=1
untuk dicegah :
Klien dan keluarga kooperatif dalam penyuluhan dan penatalaksanaan.
Tinggi 4
Masalah yang
2
1
2/2x1=1
Bila tidak ditangani kemungkinan yang
menonjol :
akan terjadi klien akan betambah parah
Segera ditangani
dan bisa berakibat strok, dll Total
3 2/3
64
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini merupakan pembahasan kasus yaitu membahas mengenai kesenjangan yang terjadi pada teori dan studi kasus Asuhan Keperawatan Keluarga “Ny. A” Dengan Salah Satu Anggota Keluarga “Tn. F” Menderita Hipertensi Dengan Gangguan Nyeri di Desa Mekar Jaya Kecamatan Tiworo Tengah Kabupaten Muna Barat
1. Pengkajian Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Berbagai hal berperan sebagai faktor pencentusnya antara lain faktor keturunan, jenis kelamin dan usia (laki laki yang berumur 35-50 tahun dan wanita pasca menopouse beresiko tinggi mengalami hipertensi), diet (mengkonsumsi tinggi garam dan lemak secara langsung berhubungan dengan perkembangan hipertensi), berat badan, gaya hidup (merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah bila gaya hidup menetap). Hipertensi biasanya tanpa gejala dan sering disebut silent killer (Widharto, 2007). Setelah peneliti melakukan pengkajian pada keluarga Ny. A khususnya Tn. F yang menderita penyakit Hipertensi dan melakukan analisa maka peneliti menemukan masih adanya beberapa kesenjangan sebagai berikut:
1. Nyeri yang dialami pasien berdasarkan teori disebabakan oleh karena
64
adanya sensitisasi yang terdapat di nosiseptor maningeal dan neuron trigeminial sentral (Widjaja, 2011). Pada hipertensi sendiri nyeri kepala disebabkan oleh proses kontraksi otot sefalik secara involunter, berkurangnya supraspinal descending pain inhibitory activity, dan hipersensitivitas supraspinal terhadap stimuli nosiseptif amat berperan terhadap timbulnya nyeri. Semua nilai ambang pressure pain detection, thermal & electrical detection stimuli akan menurun di sefalik maupun ekstrasefalik (Widjaja, 2011) Sedangkan berdasarkan data pengkajian pada pasien, pasien mengeluh nyeri dibagian belakang kepala seperti di tusuk –tusuk dan ditekan. 2. Skala nyeri pada Tn. F berdasarkan penentuan skala nyeri VAS (visual analog scale) skala berupa garis lurus yang panjangnya 10 cm, dengan penggambaran verbal pada masing-masing ujungnya yang terdiri dari angka 0 sampai 10. Angka 0 menggambarkan tidak adanya nyeri, 1-3 menggambarkan nyeri ringan, 4 - 6 menggambarkan nyeri sedang, 7 - 9 menggambarkan nyeri berat yang masih bisa terkontrol dan 10 menggambarkan nyeri yang sangat berat serta tidak bisa dikontrol (Iqbal, 2005). Berdasarkan pengkajian Skala nyeri Tn. F, 5 termasuk dalam skala yang sedang karena pasien masih bisa mengontrol nyerinya dan masih bisa berkomunikasi dengan baik Tn. F hanya meringis kesakitan dan mengeluh nyeri. 3. Batasan karakteristik nyeri yang dirasakan pasien memiliki ciri khas tersendiri terkait dengan penyakit yang dialami, yaitu hipertensi adalah
64
penyakit yang dapat mengakibatkan transudasi, mikoinfark dan oedema otak, petekhie, hemorhages, fibrinoid dari arteriole. Hal ini disebabkan oleh aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami perubahan bila Mean Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg – 160 mmHg, sedangkan pada penderita hipertensi baru dengan MAP diantara 60 – 120 mmHg. Pada keadaan hiper kapnia, autoregulasi menjadi lebih sempit dengan batas tertinggi 125 mmHg, sehingga perubahan yang sedikit saja dari tekanan darah menyebabkan asidosis otak akan mempercepat timbulnya oedema otak (Majid, 2004). Nilai ambang pressure pain detection, thermal & electrical detection stimuli akan menurun di sefalik maupun ekstrasefalik sehingga menyebabkan nyeri pada kepala (Widjaja, 2011). Hipertensi sering dimanifestasikan sebagai nyeri pada kepala, kelelahan, ansietas, keringat berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur atau ganda, sulit tidur. Nyeri kepala pada pasien hipertensi tentu menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan hal ini dapat berpengaruh pada aktifitasnya, bersifat tajam dan berlangsung lebih dari dari 5 menit (Tarwoto, 2011). Karakteristik tersebut tidak semuanya muncul pada Tn. F. Hal ini disebabkan oleh karena masing- masing orang memiliki respon yang berbeda terhadap nyeri sebab nyeri merupakan suatu hal yang bersifat subjektif (Potter, 2005). Dapat dimungkinkan sebagai alasan yaitu karena Tn. F sudah 1 minggu di lakukan perawatan, sehingga nyeri berkurang dengan seiring
64
pengobatan yang diterima. Tn. F dalam keluarganya memiliki riwayat keturunan hipertensi yaitu diturunkan oleh ayahnya. Menurut Widharto (2007) hipertensi termasuk penyakit keturunan, apabila orang tua mempunyai riwayat hipertensi maka garis keturunan berikutnya mempunyai
riwayat
menderita
hipertensi. 4. Pola aktifitas pasien ketika sakit pasien mengatakan makan atau minum di bantu oleh keluarganya, toileting, berpakaian, juga di bantu oleh keluarganya sedangkan mobilisasi dari tempat tidur, berpindah, dan berambulasi dengan menggunakan alat bantu. Selama sakit semua aktifitas pasien dibantu keluarganya maupun perawat dari makan, minum, toileting, berpakaian, mobilisasi dari tempat tidur, berpindah dan berambulasi. Menurut Tarwoto (2011) nyeri kepala pada pasien tentu menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan hal ini dapat berpengaruh pada aktifitasnya, tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya, bahkan dapat berdampak pada kebutuhan psikologis seperti; menarik diri, menghindari percakapan, dan menghindari kontak dari orang lain. 5. Pola kognitif perceptual sebelum sakit pasien mengatakan tidak menggunakan alat bantu penglihatan maupun pendengaran, selama sakit pasien mengatakan badan terasa lemas, kepala pusing cekot-cekot. Karakteristik
nyeri
yang
dirasakan
adalah
sebagai
berikut,
provocate/faktor pencetusnya ialah karena aktifitas, quality/kualitas nyeri rasanya cekot-cekot, region/daerah yang terasa nyeri adalah di daerah belakang kepala, severe/skala nyeri 5, time/waktu hilang timbul, 1 - 2
64
menit. Menurut Nanda (2010) nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa. 6. Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien sedang. Kesadaran composmentis dengan nilai glasglow coma scale (GCS) 15, eye 4, verbal 5, motoric 6. Hasil pemeriksaan tanda tanda vital sebagai berikut, tekanan darah pasien 180/100 mmHg, frekuensi nadi 80 kali per menit, suhu 36,8 c, frekuensi pernafasan 22 kali per menit. Teori menyatakan pasien hipertensi akan mengalami peningkatan yang abnormal pada tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Menurut WHO batasan tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah lebih dari 160/95 mmHg dinyatakan dalam hipertensi (Udjianti, 2010).
2. Diagnosa Keperawatan Keluarga Diagnosa Menurut Mubarak (20012: 102), diagnosa keperawatan keluarga
dirumuskan berdasarkan data yang didapat pada pengkajian. Komponen diagnosa keperawatan meliputi; problem (P), etiologi (E), dan sign (S). Setelah dilakukan pengkajian pada keluarga Ny. A khususnya Tn. F maka, ditemukan masalah keperawatan keluarga yaitu: 1. Gangguan rasa nyaman ; Nyeri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara penatalaksanaan nyeri d rumah
64
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara mobilisasi yang benar 3. Resti Cidera berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang sakit yang sulit berjalan. Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu : 1. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat. 2. Diagnosis risiko/risiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat. 3. Diagnosis potensial adalah suatu kedaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat tingkatkan. Menentukan penyebab atau etiologi dalam perumusan diagnosa keperawatan dengan model single diagnosis diangkat dari 5 (lima) tugas keluarga antara lain: 1.
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
2.
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan.
3.
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga.
4.
Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
5.
Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
Dalam penetapan diagnosa keperawatan keluarga pada klien Tn. F
64
dengan Hipertensi terdapat kesenjangan antara teori dan hasil pengkajian kasus Tn. F dimana diagonasa keperawatan keluarga yang ditemukan resiko dan ketidak mampuan keluarga dalam mengambil keputusan. Hal ini dapat terjadi karena terdapat data yang menunjukan munculnya masalah keperawatan resiko tinggi sedangkan masalah keperawatan potensial tidak didukung oleh data yang memadai.
Selanjutnya dalam
menentukan penyebab atau etiologi dalam
perumusan diagnosa keperawatan dengan model single diagnosis diangkat dari 5 (lima) tugas keluarga yang antara lain; ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan,
ketidakmampuan
keluarga
mengambil
keputusan,
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga, ketidakmampuan keluarga
memodifikasi
lingkungan
dan
ketidakmampuan
keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan
3. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Intervensi keperawatan keluarga sebagai tindakan perawatan untuk kepentingan pasien, untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi fisik, emosional, psikososial, spiritual, budaya dan lingkungan tempat mereka mencari bantuan. Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan : 1. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah, dan mempunyai jangka waktu yang sesuai dengan kondisi klien. 2. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan diobservasi dengan panca indera perawat yang objektif.
64
3. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki oleh keluarga dan mengarah ke kemandirian klien sehingga tingkat ketergantungan dapat diminimalkan. Dalam menetapkan intervensi harus : 1. Rencana tindakan harus berorientasi pada pemecahan masalah. 2. Rencana tindakan yang dibuat dapat dilakukan mandiri oleh keluarga. 3. Rencana tindakan yang dibuat berdasarkan masalah kesehatan. 4. Rencana tindakan sederhana dan mudah dilakukan. 5. Rencana tindakan perawatan dapat dilakukan secara terus-menerus oleh keluarga. Dalam mengatasi masalah keperawatan yang muncul pada keluarga Ny. A khususnya Tn. F, perawat melakukan intervensi sesuai diagnosa keperawatan yaitu: 1. Gangguan rasa nyaman ; Nyeri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara penatalaksanaan nyeri d rumah Intervensi : a)
Kaji pengetahuan keluarga
b) Kaji kemampuan keluarga yang telah dilakukan pada keluarga Tn.F untuk mengetehui dan menganalisa intensitas nyeri c) Diskusikan dengan keluarga tentang penanganan nyeri di rumah d) Diskusikan alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri e) Evaluasi secara singkat terhadap topik yang didiskusikan keluarga f)
Berikan pujian terhadap ungkapan keluarga yang mendukung
64
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara mobilisasi yang benar. Intervensi: a. Kaji pengetahuan keluarga b. Kaji kemampuan keluarga yang telah dilakukan pada keluarga Tn N untuk tekhnik mobilisasi c. Diskusikan dengan keluarga tentang akibat melakukan mobilisasi yang tidak benar d. Diskusikan alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi odem dan belajar tentang mobilisasi yang benar e. Evaluasi secara singkat terhadap topik yang didiskusikan keluarga f. Berikan pujian terhadap ungkapan keluarga yang mendukung
3. Resti Cidera berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang sakit yang sulit berjalan Intervensi: a. Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit hipertensi, penyebab, gejala dan cara penanganannya b. Berikan penyuluhan pada keluarga mengenai cara mengidentifikasi nyeri c. Anjurkan berobat kembali ke Puskesmas bila penyakitnya kambuh d. Jelaskan bahwa pengobatan Hipertensi harus rutin dan gratis di puskesmas karen merupakan program pemerintah dalam program indonesia sehat dengan Pendekatan keluarga
64
e. Berikan kesempatan keluarga menentukan sikap dan rencana selanjutnya dalam pengobatan f. Berikan pujian terhadap kemampuan, ide/sikap yang positif yang diungkapkan keluarga dalam menyikapi kekambuhan penyakitnya
4. Implementasi Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis secara umum merupakan implementasi dari rencana keperawatan yang telah disusun, namun ada beberapa perbedaan tindakan yang dilakukan disetiap harinya, misalnya tindakan keperawatan pada hari pertama tidak sepenuhnya sesuai dengan rencana tindakan yang telah ditentukan. Implementasi merupakan kemampuan dari proses keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi adalah bersinambungan dan interaktif dengan komponen lain dari proses keperawatan (Potter, 2005). Dalam tahapan implementasi penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan, penulis melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang dibuat dengan mengacu pada teori yang ada serta tindakan-tindakan yang dapat memecahkan atau meringankan masalah yang sedang dihadapi. Untuk diagnosa keperawatan keluarga.1 1. Gangguan rasa nyaman ; Nyeri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara penatalaksanaan nyeri d rumah
64
Adapun tindakan yang dilakukan antara lain : 1) Senin, 14 Mei 2018 Jam. 16.00 WITA Memberi penyuluhan tentang hipertensi dan mengajarkan cara melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri. 2) Selasa, 15 Mei 2018 Jam. 17.00 WITA Memberi penyuluhan tentang hipertensi dan memberikan konseling dalam memberikan diet rendah garam 3) Rabu, 16 Mei 2018 jam 16 : 30 WITA Memberi konseling kesehatan tentang cara mengidentifikasi intesitas nyeri Untuk diagnosa keperawatan keluarga. 2 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara mobilisasi yang benar Adapun tindakan yang dilakukan antara lain : 1. Senin, 14 Mei 2018 Jam. 16.00 WITA Memberi penyuluhan tentang mobilisasi yang baik dengan pembengkakan extremitas bawah 2. Selasa, 15 Mei 2018 Jam. 17.00 WITA Konseling tentang cara mengurangi odem pada extremitas bawah 3. Rabu, 16 Mei 2018 jam 16 : 30 WITA Konseling keluarga untuk mengurangi aktivitas berat karena dapat memperburuk penyakit dan juga mengajarkan cara mobilisasi yang benar. Untuk diagnosa keperawatan keluarga. 3
64
3. Resti Cidera berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang sakit yang sulit berjalan Adapun tindakan yang dilakukan antara lain : Senin, 14 Mei 2018 jam 16.00 WITA Memberikan penyuluhan tentang: a. Pengertian Hipertensi b. Penyebab Hipertensi c. Tanda dan gejala Hipertensi d. Penatalaksanaan Hipertensi (Kepatuhan berobat secara rutin) Selasa, 15 Mei 2018 Jam. 16.30 WITA Memberikan penyuluhan tentang faktor resiko yang menyebabkan Hipertensi Kamis, 4 Januari 2018 Jam. 08.00 WITA Memberikan penyuluhan tentang akibat yang dapat muncul jika tidak melakukan pengobatan secara rutin dan perawatan Hipertensi
64
4. Evaluasi Tahap selanjutnya adalah melakukan evaluasi, berdasarkan tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan sebelumnya. Saat evaluasi perawat hendaknya selalu memberi kesempatan keluarga untuk menilai keberhasilannya, kemudian diarahkan sesuai dengan tugas keluarga di bidang kesehatan, (Suprajitno, 2012: 77). Evaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan pada keluarga Tn. N khususnya An. A akan diuraikan berdasarkan diagnosa keperawatan keluarga dibuat yaitu: Untuk diagnosa keperawatan keluarga. 1 I. Gangguan rasa nyaman ; Nyeri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara penatalaksanaan nyeri d rumah Evaluasi yang dilakukan berupa: 1. Struktur a. Keluarga Ny. A bekerjasama dengan mahasiswa b. Keluarga Ny. A khususnya klien (Tn. F) mengerti kunjungan yang dilakukan 2. Proses a. Keluarga dapat terlihat aktif dalam diskusi b. Keluarga menunjukkan minat terhadap kegiatan atau tindakan keperawatan yang dilakukan c. Keluarga dapat memberikan respon verbal dan non verbal yang baik d. Keluarga kooperatif selama kiatan berlangsung 64
e. Keluarga bersedia membawa kontrol jika keluhan muncul 3. Hasil a. Keluarga Ny. A dapat menjelaskan upaya dalam penanganan nyeri secara mandiri b. Keluarga Ny. A dapat melakukan tekhnik relaksasi dengan menarik nafas dalam Untuk diagnosa keperawatan keluarga. 2 II.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara mobilisasi yang benar
Evaluasi yang dilakukan berupa: 1.
Struktur a. Keluarga Ny A bekerjasama dengan mahasiswa b. Keluarga Ny. A khususnya klien (Tn. F) mengerti kunjungan yang dilakukan
2. Proses a. Keluarga dapat terlihat aktif dalam diskusi b. Keluarga menunjukkan minat terhadap kegiatan atau tindakan keperawatan yang dilakukan c. Keluarga dapat memberikan respon verbal dan non verbal yang baik d. Keluarga kooperatif selama kegiatan berlangsung e. Keluarga bersedia membawa chek-up bila nyeri terus berlanjut
64
3. Hasil a. Keluarga dapat menjelaskan akibat Hipertensi b. Menjelaskan bagaimana gaya hidup sehat c. Menyebutkan upaya untuk menurunkan resiko cidera Untuk diagnosa keperawatan keluarga. 3 III. Resti Cidera berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang sakit yang sulit berjalan
Evaluasi yang dilakukan berupa: 1. Struktur a. Keluarga Ny. A bekerjasama dengan mahasiswa b. Keluarga Ny. A khususnya klien (An. A) mengerti kunjungan
2. Proses a. Keluarga dapat terlihat aktif dalam diskusi b. Keluarga menunjukkan minat terhadap kegiatan atau tindakan keperawatan yang dilakukan c. Keluarga dapat memberikan respon verbal dan non verbal yang baik d. Keluarga kooperatif selama kegiatan berlangsung e. Keluarga bersedia kontrol/ berobat secara rutin ke Puskesmas 3. Hasil a.
Keluarga dapat menyebutkan pengertian Hipertensi
b.
Menyebutkan tanda dan gejala Hipertensi
64
c.
Menyebutkan faktor resiko yang dapat terjadi
d.
Menyebutkan akibat yang kemungkinan terjadi jika tidak dilakukan pengobatan secara rutin pada hipertensi
64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Dalam
pengkajian
ditemukan
masalah
kesehatan
yaitu
penyakit
Hipertensi. Penulis juga menemukan sedikit perbedaan antara teori dan kasus dimana informasi dari klien tentang penyakitnya masih kurang jika dibandingkan teori yang ada. 2. Diagnosa keperawatan pada penelitian ini adalah “Gangguan Rasa Nyaman ; nyeri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara penatalaksanaan nyeri d rumah “ , “Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara mobilisasi yang benar “ serta “ Resiko tinggi cidera berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang sakit dan sulit berjalan “ 3. Rencana tindakan keperawatan keluarga yang akan dilakukan sesuai dengan masalah keperawatan yang ditemukan pada keluarga Ny. A khusunya Tn N selaku klien. 4. Implementasi berpedoman pada rencana tindakan yang sudah dibuat yaitu dalam tahapan implementasi penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus. 5. Evaluasi dari tindakan keperawatan keluarga yang dilakukan pada keluarga Ny. A khusunya Tn F selaku klien semua masalah keperawatan keluarga teratasi.
64
B. Saran 1. Untuk keluarga yang dijadikan obyek penelitian diharapkan dapat menciptakan perilaku hidup bersih dan sehat dan melakukan pengobatan rutin dan melakukan check secara berkala untuk mengetahui kondisi terkini. 2. Untuk Puskesmas kiranya lebih banyak memberikan penyuluhan kesehatan tentang penyakit hipertensi dan mengoptimalkan pelayanan karena hipertensi merupakan penyakit yang sangat banayk apalagi pada lansia karena sifat dari penyakit ini merupakan penyakit yang menurun dan ini adalah menjadi prioritas utama karena ini masuk dalam program pemerintah yaitu program indonesia sehat dengan pendekatan keluarga. 3. Untuk institusi, hasil studi kasus yang dilakukan pada keluarga Ny. A khususnya Tn. F yang menderita Hipertensi dapat dijadikan sebagai bahan masukan
kepada
institusi
khususnya
kepada
melaksanakan studi kasus dimasa akan datang.
64
teman
yang
akan
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, alimul. (2009) Konsep Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika. C.pearce. (2009) Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: Gramedia . Dorgoes. (2001) Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: BBC. Guyton Arthur C. & Hall John E. (2006.)Textbook of Medical Physiology. Mississipi : Elsevier Inc. Mohammd Judha, Sudarti & Afroh Fauziah. (2012). Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan. Yogyakarta : Nuha Medika. Mubarak W.I. Chayatin Nurul. (2009) Ilmu Keperawatan Komunitas : Pengantar dan Teori. Jakarta : Salemba Medika.. Mubarak W.I.. Pengantar Keperawatan Komunitas 1. Jakarta : CV. Sageung Seto.2005. Nanda. (2009) Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.. Nursalam. (2000) Proses Dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. (2006) Panduan Pelayanan Medik. Jakarta : Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PBPAPDI) & Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Potter, R.A. Perry A.G. (2005.) Fundamental of Nursing. St. Luois. Mosby. Rahajeng, Ekowati dan Sulistyowati Tuminah. (2009). Prevalensi Hipertensi dan Determinasinya di Indonesia. Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Jurnal: Majalah Kedokteran Indonesia, Volum 59 Nomor 12. Riyadi Sujono, S.Kep, M.Kes. (2011) Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Pustaka pelajar.. 64
Suprajitno, S.Kp., (2004) Asuhan Keprawatan Keluarga : Aplikasi dalam Praktik, Jakarta: EGC. Suyono. (2001) Ilmu Penyakit Dalam. FKUI
64
64
64
64
64
64